Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MANAJEMEN RISIKO DAN AUDIT LINGKUNGAN

“Aplikasi Analisis Risiko di PT Kunango Jantan”

OLEH KELOMPOK 2 :

1. Fajria Purnama Risda 1811213033 8. Lucy Akhila 1811211013


2. Suci Dwi Setiawati 1811211025 9. Fitri Hamidah 1811212055
3. Meilisa 1811211033 10. Dimas Nur Agusti 1811211041
4. Dina Khairunnisah 1811211037 11. Icha Putri 1811211018
5. Putri Balqis 1811213028 12. Nadyahtul Sukma 1811211027
6. Fondariesta Wulandini 1811211019 13. Suci Pratiwi Maritim 1911216006
7. Yurmalisa Kurnia 1811211001 14. Linda Susanti 1811211054

Dosen Pengampu :

Luthfil Hadi Anshari, SKM, M.Sc

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT karena rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang Aplikasi Analisis Risiko di PT Kunango Jantan. Adapun
makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan perkuliahan Manajemen Risiko dan Audit
Lingkungan. Penyusunan makalah ini, tidak terlepas dari bimbingan, dorongan, dan bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan dan motivasi.
2. Bapak Luthfil Hadi Anshari, SKM, M.Sc. selaku dosen mata kuliah Manajamen
Risiko dan Audit Lingkungan.
3. Kepada teman-teman peminatan K3KL yang telah banyak memberikan semangat,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
4. Pihak-pihak lainnya yang juga ikut membantu dan berperan dalam penyelesaian
makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata penulis mengharapkan kritik dan saran agar kedepannya penulis dapat lebih
baik dalam menyusun makalah. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua.

Padang, Februari 2021


Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 4

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4

1.3. Tujuan .................................................................................................................... 4

BAB II.................................................................................................................................. 5

PEMBAHASAN .................................................................................................................. 5

2.1 Analisis Risiko ........................................................................................................ 5

2.1.1. Pemilihan Teknik Analisis Risiko .................................................................... 6

2.1.2. Penilaian dan Penerimaan Risiko ..................................................................... 6

2.2. Gambaran Umum PT. Kunango Jantan ................................................................... 9

2.2.1 Sejarah Perusahaan .......................................................................................... 9

2.2.2 Visi dan Misi Perusahaan ............................................................................... 10

2.3. Kegiatan di PT. Kunango Jantan ........................................................................... 10

2.4. Studi Kasus ........................................................................................................... 11

2.5. Identifikasi Sumber Bahaya .................................................................................. 13

2.6. Perhitungan Resiko ............................................................................................... 15

2.7. Upaya Pengendalian Risiko ................................................................................... 17

BAB III ..................................................................................................................................

PENUTUP ......................................................................................................................... 20

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 20

3.2. Saran..................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 21


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara sederhana, analisis resiko atau risk analysis dapat diartikan sebagai sebuah prosedur
untuk mengenali satu ancaman dan kerentanan, kemudian menganalisanya untuk
memastikan hasil pembongkaran, dan menyoroti bagaimana dampak-dampak yang
ditimbulkan dapat dihilangkan atau dikurangi. Analisis resiko juga dipahami sebagai
sebuah proses untuk menentukan pengamanan macam apa yang cocok atau layak untuk
sebuah sistem atau lingkungan (ISO 1799, “An Introduction To Risk Analysis”, 2012).
Pentingnya dalam mengkaji suatu risiko dikarenakan Sasaran dari pelaksanaan manajemen
risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang
yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa
berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi
dan politik. apabila risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk
(kerugian) yang tak diinginkan atau tidak terduga. Dengan kata lain “kemungkinan” itu
sudah menunjukkan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang
menyebabkan tumbuhnya risiko.

Identifikasi risiko operasional dalam perusahaan dilakukan dengan tujuan untuk


mengidentifikasikan seluruh jenis risiko yang berpotensi memengaruhi kerugian
perusahaan. Hal tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan sehingga
perusahaan harus memperhatikan faktor internal maupun eksternal.

1.2.Rumusan Masalah
2. Apa yang dimaksud dengan analisis risiko?
3. Bagaimana gambaran umum PT. Kunango Jantan?
4. Kegiatan apasaja yang terdapat di industri tersebut?
5. Bagaimana Identifikasi sumber bahaya serta analisis risiko terkait kegiatan yang ada di
industri tersebut?
6. Bagaimana upaya pengendalian dan solusi untuk mengatasi risiko bahaya tersebut?

1.3.Tujuan
Mengetahui analisis risiko pada PT. Kunango Jantan serta upaya pengendalian
dan solusinya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Analisis Risiko


Risiko (risk) dapat didefinisikan sebagai peluang terjadinya kejadian yang merugikan,
yang diakibatkan adanya ketidakpastian (uncertainty) dari apa yang akan dihadapi.
Ketidakpastian adalah suatu potensi perubahan yang akan terjadi pada masa yang akan
dating sebagai konsekuensi dari ketidakmampuan untuk mengetahui apa yang akan
terjadi, bila suatu aktivitas dilakuan saat ini.

Menurut Ramli (2009) analisis risiko adalah untuk menentukan besarnya suatu risiko
yang dicerminkan dari kemungkinan keparahan dan ditimbulkan. Analisis risiko dibagi
menjadi:

1. Teknik Kualitatif
Menganalisa dan menilai risiko dengan membandingkan parameter akibat dan peluang
dengan membandingkan matriks yang telah ditetapkan. Pendekatan kualitatif dilakukan
sebagai langkah awal untuk mengetahui risiko suatu kegiatan atau fasilitas. Menurut
PMBOK Guide (2004), analisis risiko secara kualitatif adalah metode untuk melakukan
prioritas terhadap daftar risiko yang telah teridentifikasi untuk penanganan selanjutnya.
Analisis risiko secara kualitatif menguji prioritas dari daftar risiko yang teridentifikasi
dengan menggunakan peluang kejadian dan pengaruhnya pada kinerja proyek.
2. Semi Kuantitatif
Metode yang dipakai hampir sama dengan metode kuantitatif namun perbedaannya terletak
pada nilai/skor yang telah ditetapkan sesuai risikonya. Nilai risiko digambarkan dalam
angka numeric. Namun, nilai tidak bernilai absolut. Misalnya, nilai risiko A bernilai 2 dan
nilai risiko B bernilai 4. Dalam hal ini, bukan berarti risiko B secara absolute dua kali lipat
dari risiko A.
3. Kuantitatif
Dilakukan dengan menentukan nilai dari masing-masing paramteter yang didapat dari hasil
analisa yang representative seperti analisa statisitk, simulasi, fault tree analisis, dll. Analisis
risiko kuantitatif menggunakan perhitungan probabilitas kejadian atau konsekuensinya
dengan data numeric dimana besarnya risiko tidak berupa peringkat seperti metode semi
kuantitatif. Besarnya risiko lebih dinyatakan dalam angka seperti 1, 2, 3, atau 4 yang mana
2 mengandung arti risikonya dua kali lipat dari 1. Oleh karena itu, hasil perhitungan
kuantitatif akan memberikan data yang lebih akurat mengenai suatu risiko.

2.1.1. Pemilihan Teknik Analisis Risiko


Menurut standar AS/NZS 4360 metode disesuaikan dengan kondisi dan potensi bahaya
yang ada. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk memilih teknik analisis risiko
adalah dengan menggunakan pendekatan Tier.

Metode kuantitatif digunakan jika potensi kosekuensinya rendah, proses bersifat


sederhana, ketidakpastian tinggi, biaya yang tersedia untuk kajian terbatas dan fleksibel
pengambilan keputusan mengenai risiko rendah dan data-data yang tersedia terbatas.
Teknik semi kuantitatif digunakan jika data-data yang tersedia lebih lengkap dan kondisi
operasi atau proses lebih kompleks. Sedangkan, untuk metode kuantitatif digunakan jika
potensi risiko yang dapat terjadi sangat besar sehingga perlu kajian yang lebih rinci.

2.1.2. Penilaian dan Penerimaan Risiko


A. Penilaian (assessment) risiko
Penilaian (assessment) risiko pada dasarnya adalah melakukan perhitungan atau penilaian
terhadap akibat (effect) dari risiko yang teridentifikasi. Besar kecilnya akibat dari risiko
akan dapat dikategorikan atau diklasifikasikan, mana risiko dengan tingkat yang utama
(major risks), yang mempunyai akibat (effect) yang besar dan luas serta membutuhkan
pengelolaan, dan mana risiko dengan tingkat yang ringan (minor risks) yang tidak
memerlukan penanganan khusus karena akibat dari risiko ada dalam batas-batas yang dapat
diterima.
Godfrey (1996) menyebutkan nilai risiko ditentukan sebagai perkalian antara kemungkinan
(likelihood) dengan konsekuensi (consequence) risiko. Kemungkinan adalah peluang
terjadinya kejadian yang merugikan yang dinyatakan dalam jumlah kejadian pertahun atau
persatuan waktu. Risiko diformulasikan sebagai fungsi terjadinya (likelihood) dan dampak
negative (impact) atau indeks risiko = probabilitas (likelihood) x dampak (impact).

Skala frekuensi (Likelihood)

Tingkat Frekuensi Peluang Skala


Sangat sering 80 ≤ x ≤ 100 % 5
Sering 60 ≤ x ≤ 80 % 4
Kadang-kadang 40 ≤ x ≤ 60 % 3
Jarang 20 ≤ x ≤ 40 % 2
Sangat jarang 0 ≤ x ≤ 20% 1
Dimana : x adalah frekuensi risiko

Sedangkan konsekuensi adalah besaran kerugian yang diakibatkan oleh terjadinya suatu
kejadian yang merugikan yang dinyatakan dalam nilai uang atau ukuran kerugian lainnya.

Skala konsekuensi (Consequences)

Tingkat konsekuensi Peluang Skala


Sangat besar 80 ≤ x ≤ 100 % 5
Besar 60 ≤ x ≤ 80 % 4
Sedang 40 ≤ x ≤ 60 % 3
Kecil 20 ≤ x ≤ 40 % 2
Sangat kecil 0 ≤ x ≤ 20% 1
Dimana : x adalah konsekuensi risiko

Setelah diketahui skala konsekuensi dan skala frekuensi maka analisis penilaian risiko
dapat dilakukan. Nilai risiko (risk index) adalah hasil perkalian antara modus (nilai yang
paling sering muncul) frekuensi dengan modus dari konsekuensi risiko. Sehingga, nilai
risiko dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut:
RI = P x I

Keterangan :
RI : Risk Index
P : Probability atau kemunngkinan (Likelihood)
I : Impact atau dampak (Consequence)
Setelah didapatkan nilai Risk Index (RI) maka tingkat penerimaan risiko dapat ditentukan
seperti yang dapat dilihat pada tabel:

B. Penerimaan risiko
Tingkat penerimaan risiko dapat dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Unacceptable, yaitu risiko yang tidak dapat ditoleransi, harus dihindari atau bila
mungkin ditransfer kepada pihak lain.
2. Undesirable, yaitu risiko yang tidak diharapkan, yang memerlukan penanganan atau
mitigasi risiko (risk reduction) sampai pada tingkat yang dapat diterima.
3. Acceptable, yaitu risiko yang dapat diterima karena tidak mempunyai dampak yang
besar dan masih dalam batas yang dapat diterima.
4. Negligible, yaitu risiko yang dampaknya sangat kecil sehingga dapat diabaikan.

Risiko yang termasuk dalam risiko unacceptable dan undesirable merupakan jenis risiko
dengan kategori utama (major/main risks) yang memerlukan perhatian dan penanganan
yang khusus karena mempunyai akibat (effect) dan dampak yang besar apabila risiko
tersebut tidak dikurangi atau bila perlu dihindari, sedangkan risiko yang termasuk dalam
acceptable dan negligible merupakan risiko dengan kategori minor (minor risks) yang tidak
mempunyai akibat atau dampak yang berarti sehingga dapat diterima dan bahkan dapat
diabaikan.

Dari tingkat penerimaan risiko dan dengan mempertimbangkan nilai risiko yang diperoleh
dari perkalian skala frekuensi dan konsekuensi, maka skala penerimaan risiko dapat
disusun dalam tabel sebagai berkut:

Penerimaan Risiko Skala Penerimaan


Unacceptable x > 12
Undesirable 5 ≤ x ≤ 12
Acceptable 2<x<5
Negliglible x≤2
Dimana : x adalah nilai risiko

2.2. Gambaran Umum PT. Kunango Jantan

2.2.1 Sejarah Perusahaan

PT. KUNANGO JANTAN adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufacturing


and trading yang dirikan berdasarkan Akta Notaris Arry Supratno , SH No. 30 tanggal 09
April 1993, yang awalnya bergerak dalam tradingmekanikalelektrikal dan telah terjadi
perubahan Akta Notaris Frida Damayanti, SH No. 4 tanggal 09 Januari 2001. Pada awalnya
perusahaan hanya memproduksi Manufacture Tiang Besi yang beralamat di Jalan By Pass
KM 6 Parak Kerakah Padang. Luas areal Pabrik berkisar 3.000 m2 dan mempunyai
bangunan pabrik , bangunan kantor serta bangunan mes karyawan , jumlah karyawan di
bagian Proses Produksi 40 orang ditambah pegawai kantor 8 orang. Sejalan dengan tambah
berkembangnya perusahaan, maka PT. KUNANGO JANTAN melakukan pengembangan
usaha baik dari lokasi maupun diversifikasi usaha.

Perusahaan saat ini telah membangun pabrik tiang listrik dari beton dan tiang pancang
(spunpile) yang berlokasi di Jl. Raya Pekanbaru – Bangkinang Km. 23 Desa Rimbo
Panjang, Kec. Tambang, Kab. Kampar, RIAU - Indonesia. Produksi tiang listrik dari beton
ini diprioritaskan untuk mendukung program pemerataan jaringan listrik dimana konsumen
terbesar dari produksi ini adalah PT. PLN (Persero) se Sumatera.

2.2.2 Visi dan Misi Perusahaan

Direksi PT. KUNANGO JANTAN telah menetapkan visi perusahaan yang merupakan
arah tujuan jangka panjang yang hendak dicapai pada masa mendatang. Visi PT.
KUNANGO JANTAN adalah:

“Ikut Menunjang Pembangunan Listrik & Infrastruktur Bagi Masyarakat Luas”


Untuk mewujudkan visi tersebut, PT. KUNANGO JANTAN memiliki misi sebagai
berikut:

1. Menjadi sebuah Pabrik Tiang Beton dan Tiang Pancang yang terpercaya selalu
mengutamakan kualitas demi kepuasan pelanggan
2. Memperhatikan serta peduli terhadap kondisi lingkungan sekitar pabrik
3. Mengembangkan perusahaan dengan manajemen yang professional, sehat dan
menguntungkan
4. Menjadi mitra bisnis yang tepat dibidang pelistrikan dan infrastruktur
5. Menyadari bahwa setiap produksi yang dipakai bermanfaat terhadap orang banyak.
6. Menjadi kebanggaan bagi setiap karyawan dan karyawati yang bekerja di
perusahaan.Agar seluruh karyawan memahami visi dan misi perusahaan, manajemen
puncak senantiasa mengkomunikasikan dengan sarana yang tepat untuk memastikan
efektivitas pencapaiannya.

2.3. Kegiatan di PT. Kunango Jantan


1. Proses produksi. Membuat beton pracetak dengan sistem sentrifugal dan nonsentrifugal.
Proses produksi tiang listrik PT Kunango Jantan dibagi menjadi dua tahap, yaitu proses
produksi pipa dan proses penggabungan pipa menjadi tiang listrik. Sebelum menjadi
tiang listrik, bahan dasar berupa coil diolah dengan serangkaian proses permesinan
membentuk pipa dalam berbagai ukuran. Tahap setelahnya dilakukan penyambungan
pipa berbeda ukuran untuk membentuk tiang listrik.
2. Proses pemotongan. Proses pemotongan coil pada mesin slitting diteruskan dengan
penyambungan coil yang telah dipotong dengan coil yang telah ada pada proses
sebelumnya dengan menggunakan mesin accumulator. Coil yang telah disambungkan
tersebut diurai dengan menggunakan mesin Uncoiller. Selah dilakukan penguraian coil
dilakukan pembentukan pipa dengan menggunakan roller pada mesin Forming.
3. Proses pengelasan. Setelah proses pembentukan dilakukan pengelasan sambungan coil
yang telah membentuk pipa tersebut. Pada proses Sizing, dilakukan penyesuaian ukuran
pipa yangdibentuk setelah pengelasan dan setelah itu dilakukan pemotongan
denganmenggunakan mesin Cutting.

Adapun alur proses pembentuk pipa :

2.4. Studi Kasus


PT. Kunango Jantan merupakan perusahaan yang bergerak dibidang manufakturing
yang berlokasi di JL. Raya Pekanbaru-Bangkinang Km. 23 Desa Rimbo Panjang Kec.
Tambang Kab. Kampar, Riau. Perusahaan ini memproduksi tiang listrik dari beton.
Konsumen terbesar yang menggunakan produk perusahaan ini adalah PT. PLN (Persero)
dan berbagai perusahaan di Indonesia. Proses produksi pembuatan tiang listrik beton terdiri
dari beberapa tahap dan dikerjakan pada beberapa stasiun kerja. Terjadi beberapa
kecelakaan kerja pada PT Kunango Jantan, semua kecelakaan kerja tersebut terjadi pada
saat kegiatan produksi berlangsung.
Berikut merupakan data kecelakaan yang telah terjadi di PT. Kunango Jantan.
No Tanggal Stasiun Kerja Jenis Kecelakaan Kriteria
Kecelakaan

1 17/09/2015 Steam Berkontak dengan suhu Sedang


panas
2 22/09/2015 Blacing plant Terpeleset Kecil
3 18/12/2015 Gulung spiral Tergores Kecil
4 09/03/2016 Pembongkahan Luka bakar pada lengan Berat
5 14/05/2016 Mesin stressing Jari Patah Sedang
6 08/06/2016 Steam Jari Patah Sedang
7 11/08/2016 Pembongkahan Terbentur moulding Kecil
8 30/08/2016 Pembongkahan Tangan memar Kecil
9 05/09/2016 Penguncian Jari terjepit Sedang
moulding
10 09/11/2016 Finishing Kelilipan Kecil

Berdasarkan data kecelakaan kerja pada Tabel No. 6 dan hasil wawancara kecelakaan
kerja tersebut diketahui bahwaseorang operator mesin boiler mengalami kecelakaan kerja
pada saat pekerja melakukan pengisian bakar mesin tersebut. Bahan bakar mesin tersebut
terdiri dari potongan-potongan kayu balok. Kecelakaan tersebut menyebabkan jari pekerja
terjepit pintu mesin boiler sehingga jari operator tersebut patah dan langsung di rawat ke
rumah sakit. Akibatnya mesin boiler tersebut tidak dapat beroperasi dari pukul 14.00 WIB
hingga pergantian shift 2 operator malam yaitu pukul 19.00 WIB.
Mesin boiler yang tidak beroperasi tersebut berfungsi untuk penguapan agar beton yang
sebelumnya berwujud cair menjadi padat. Sementara untuk proses selanjutnya seperti
proses pembongkahan moulding, pemotongan acessoris, pengeboran, pemberian label dan
finishing tidak dapat dilanjutkan karena harus menunggu proses penguapan selesai terlebih
dahulu. Insiden tersebut membuat target produksi tidak tercapai karena hasil produksi shift
tersebut tidak ada sementara target produksi pada minggu tersebut adalah sebanyak 930
unit. Untuk mengejar target produksi PT. Kunango Jantan melakukan penambahan jam
kerja sebanyak 6 jam yang dilaksanakan pada hari terakhir kerja di minggu tersebut yaitu
pada hari sabtu. Kerugian yang disebabkan oleh insiden tersebut sebanyak Rp. 11.677.120.
Berdasarkan pengamatan pendahuluan yang dilakukan pelaksanaan di lapangan
terdapat bebrapa perbedaan dengan SOP yang telah ditetapkan perusahaan. Pakerja tidak
menggunakan Masker pada proses pengecatan. Tentunya hal ini jelas berisiko kerusakan
saluran pernapasan pekerja. Kemudian pekerja tidak menggunakan kaca mata (google
glass) pada proses finishing . Padahal disekitar area finishing sangat banyak debu yang
berterbangan. Tentunya risiko kelilipan sangat mungkin terjadi. Selain risiko kecelakaan
yang disebabkan SOP tidak terlaksana, terdapat juga risiko lain yang dapat membahayakan
keselamatan pekerja.
2.5. Identifikasi Sumber Bahaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan upaya perlindungan yang ditujukan
agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat,
serta agar setiap produksi digunakan secara aman dan efisien. Kelalaian dalam
penerapannya akan menyebabkan berbagai kecelakaan maupun berbagai penyakit akut atau
kronis bagi pekerja.

Penyebab kecelakaan kerja secara umum adalah karena adanya kondisi yang tidak aman
dan tindakan tidak aman dari pekerja. Khusus mengenai unsafe action (tindakan tidak
aman) ini sangat erat kaitannya dengan faktor manusia atau terjadi karena kesalahan
manusia . Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh dua hal yaitu, unsafe action dan unsafe
condition. Unsafe action (tindakan tidak aman) sangat erat kaitannya dengan faktor
manusia berupa budaya K3 atau merupakan semua tindakan yang dilakukan seseorang
dimana tindakan tersebut dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, perlatan maupun
lingkungan yang ada disekitarnya. Sedangkan Unsafe Condition (kondisi tidak aman)
merupakan penyimpangan dari standar yang dipatuhi untuk menghindari terjadinya
kecelakaan di tempat kerja, Menurut penelitian yang dilakukan oleh Patrick Sherry, 80-
90% penyebab kecelakaan kerja berkaitan dengan human error atau faktor perilaku
pekerja.

Setiap pekerjaan selalu mengandung potensi resiko bahaya dalam bentuk kecelakaan
kerja.Besarnya potensi kecelakaan dan penyakit kerja tersebut bergantung dari jenis
produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan, tata ruang dan lingkungan
bangunan serta kualitas manajemen dan tenaga-tenaga pelaksana. Berdasarka Menurut UU
RI No 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja dijelaskan bahwa setiap tenaga kerja berhak
mendapatkan perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktiftas nasional serta terjamin
keselamatannya.

Persepsi terhadap risiko dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain pengetahuan,
pengalaman kerja, sikap, kurangnya keterampilan serta perilaku dari pekerja; keletihan atau
kebosanan; cara kerja yang tidak sepadan secara ergonomis; gangguan psikologis dan
pengaruh sosial-psikologis. Persepsi terhadap risiko dipengaruhi oleh banyak faktor, antara
lain pengetahuan, pengalaman kerja, sikap, kurangnya keterampilan serta perilaku dari
pekerja; keletihan atau kebosanan; cara kerja yang tidak sepadan secara ergonomis;
gangguan psikologis dan pengaruh sosial-psikologis.

Sesuai ISO 45001:2018, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan pengurus dan
pekerja dalam melakukan identifikasi bahaya dan penilaian risiko di tempat kerja, di
antaranya:

 Aktivitas rutin dan non-rutin di tempat kerja


 Aktivitas semua pihak yang memasuki tempat kerja termasuk kontraktor, pemasok,
pengunjung, dan tamu
 Perilaku manusia, kemampuan, dan faktor manusia lainnya
 Bahaya dari luar lingkungan tempat kerja
 Bahaya yang timbul di tempat kerja

Berdasarkan studi kasus maka indentifikasi bahaya yang ada di PT Kunango Jantan
adalah sebagai berikut:

 Mesin boiler
Seorang operator mesin boiler mengalami kecelakaan kerja pada saat pekerja melakukan
pengisian bakar mesin tersebut. Bahan bakar mesin tersebut terdiri dari potongan-potongan
kayu balok. Kecelakaan tersebut menyebabkan jari pekerja terjepit pintu mesin boiler
sehingga jari operator tersebut patah dan langsung di rawat ke rumah sakit.
 Penambahan jam kerja
Untuk mengejar target produksi PT. Kunango Jantan melakukan penambahan jam kerja
sebanyak 6 jam yang dilaksanakan pada hari terakhir kerja di minggu tersebut yaitu pada
hari sabtu. Persepsi terhadap risiko dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya keletihan
dan kebosanan. Penambahan jam kerja ini justru akan menyebabkan pekerja kelelahan dan
dapat menimbulkan kecelakaan saat bekerja.
 Tidak Menggunakan Masker
Pekerja tidak menggunakan Masker pada proses pengecatan. Tentunya hal ini jelas berisiko
kerusakan saluran pernapasan pekerja.
 Pekerja tidak menggunakan kaca mata (google glass) pada proses finishing.
Padahal disekitar area finishing sangat banyak debu yang berterbangan. Tentunya risiko
kelilipan sangat mungkin terjadi.
 Mesin Cutting
Pekerja yang tidak berhati-hati dalam menggunakan mesing cutting akan beresiko terluka
terkena serpihan bahan baku pada proses cutting.

2.6. Perhitungan Resiko

N Signifikan
Unit Kegiatan Bahaya P S R Pengendalian
o Resiko

1 Mesin Pengisian Jari pekerja 4 3 12 Tinggi Administrasi


Boiler Bahan terjepit pintu a. Pendidikan dan
Bakar mesin boiler pelatihan bagi
Mesin menyebakan calon operator
jari pekerja mesin boiler
patah b. Prosedur
melakukan prestart
check list sebelum
mengoperasikan
mesin
APD
Menggunakan sarung
tangan
Isolasi
Menggunakan mesin
yang dikendalikan di
ruang khusus
2 Produk Mengejar Pekerja 2 2 4 Rendah Administrasi
si Target kelelahan dan Pengaturan ulang jam
Produksi dapat kerja dan waktu
dengan menimbulkan istirahat, serta rotasi
penambah kecelakaan kerja
an jam saat bekerja
kerja
3 Pengec Proses Tidak 2 3 6 Sedang APD
atan Pengecata menggunaka Respirator atau
n n masker masker
sehingga Administrasi
mengalami Shift kerja
Gangguan Rekayasa Teknik
Pernapasan Pemberian sistem
sirkulasi exhaust dan
auxiliary fan
4 Finishi Proses Kelilipan 3 2 6 Sedang APD
ng Finishing pada proses menggunakan kaca
finishing mata (google glass)

5 Mesin Proses Pekerja 2 3 6 Sedang Administrasi


Cutting Cutting terluka a. Pendidikan dan
terkena pelatihan bagi
serpihan calon operator
bahan baku mesin cutting
pada proses b. Prosedur
cutting. melakukan prestart
check list sebelum
mengoperasikan
mesin
APD
Menggunakan sarung
tangan
Isolasi
Menggunakan mesin
yang dikendalikan di
ruang khusus
2.7. Upaya Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko adalah suatu upaya kontrol terhadap potensi risiko bahaya yang ada
sehingga bahaya itu dapat ditiadakan atau dikurangi sampai batas yang dapat diterima.
Dalam Permenaker RI. No.05/MEN/1996, diterangkan bahwa perusahaan harus
merencanakan manejemen dan pengendalian kegiatan-kegiatan produk barang dan jasa
yang dapat mrnimbulkan risiko kecelakaan kerja yang tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan
mendokumentasikan dan menerapkan kebijaksanaan standar bagi tempat kerja,
perencanaan pabrik dan bahan, prosedur dan intruksi kerja untuk mengatur dan
mengendalikan kegiatan produk barang dan jasa. Pengendalian risiko menurut Tarwaka
(2008) ada 6 (enam), yaitu :
1. Eliminasi (elimination)
Eliminasi adalah suatu pengendalian risiko yang bersifat permanen dan harus dicoba untuk
diterapkan sebagai pilihan prioritas pertama. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan
objek kerja atau sistem kerja yang berhubungan dengan tempat kerja yang kehadirannya
pada batas yang tidak dapat diterima oleh ketentuan, peraturan atau standar baku K3 atau
kadarnya melampaui Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan. Eliminasi adalah
cara pengendalian risiko yang paling baik, karena risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja ditiadakan.
2. Substitusi (substitution)
Pengendalian ini dimaksudkan untuk menggantikan bahan-bahan dan peralatan yang lebih
berbahaya dengan yang kurang berbahaya atau yang lebih aman, sehingga pemaparannya
selalu dalam batas yang masih diterima
3. Rekayasa teknik (engineering control)
Pengendalian atau rekayasa teknik termasuk merubah struktur objek kerja untuk mencegah
tenaga kerja terpapar kepada potensi bahaya, seperti pemberian pengaman mesin, penutup
ban berjalan, pembuatan struktur pondasi mesin dengan cor beton, pemberian alat bantu
mekanik, pemberian absorben suara pada dinding ruang mesin yang menghasilkan
kebisingan tinggi.
4. Isolasi (isolation)
Isolasi merupakan pengendalian risiko dengan cara memisahkan seseorang dari objek
kerja, seperti menjalankan mesin-mesin produksi dari tempat tertutup (control room).
5. Pengendalian Administrasi (administration control)
Pengendalian administrasi dilakukan dengan menyediakan suatu sistem kerja yang dapat
mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya. Metode pengendalian ini
sangat tergantung dari perilaku pekerjanya dan memerlukan pengawasan yang teratur untuk
dipatuhinya pengendalian administrasi ini.
6. Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri (APD) merupakan sarana pengendalian yang digunakan untuk jangka
pendek dan bersifat sementara jika sistem pengendalian yang lebih permanen belum dapat
diimplementasikan. APD merupakan pilihan terakhir dari suatu sistem pengendalian risiko
di tempat kerja.

No Bahaya Pengendalian
1 Terjepit pintu mesin Administrasi
boiler a.Pendidikan dan pelatihan bagi calon operator mesin
boiler
b.Prosedur melakukan prestart check list sebelum
mengoperasikan mesin
APD
Menggunakan sarung tangan
Isolasi
Menggunakan mesin yang dikendalikan di ruang khusus
2 Keletihan dan Administrasi
kelelahan Pengaturan ulang jam kerja dan waktu istirahat, serta
rotasi kerja
3 Gangguan pernafasan APD
Respirator atau masker
Administrasi
Shift kerja
Rekayasa Teknik
Pemberian sistem sirkulasi exhaust dan auxiliary fan
4 Kelilipan pada proses APD
finishing . menggunakan kaca mata (google glass)
5 Terluka terkena Administrasi
serpihan bahan baku a.Pendidikan dan pelatihan bagi calon operator mesin
pada proses cutting. cutting
b.Prosedur melakukan prestart check list sebelum
mengoperasikan mesin
APD
Menggunakan sarung tangan
Isolasi
Menggunakan mesin yang dikendalikan di ruang khusus
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Risiko (risk) adalah peluang terjadinya kejadian yang merugikan, yang diakibatkan
adanya ketidakpastian (uncertainty) dari apa yang akan dihadapi. Adapaun beberapa teknik
analisis risiko dibagi atas tiga diantaranya yaitu teknik kualitatif, semi kuantitatif, dan
kuantitatif. Pemilihan teknik analisis risiko dapat disesuaikan dengan kondisi dan potensi
bahaya yang ada salah satunya dengan menggunakan pendekatan Tier. Penilaian risiko
dapat dilakukan dengan menentukan besar kecilnya akibat dari suatu risikoyang dapat
diklasifikasikan dengan tingkat utama dan ringan yang memiliki akibat dan penanganan
yang berbeda. Menurut Godfrev (1996), nilai risiko merupakan perkalian antara
kemungkinan dengan konsekuensi risiko.

PT. Kumango Jantan merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dan
trading yang memproduksi tiang listrik dari beton dan tiang pancang. Produksi tiang listrik
dari beton mendukung program pemerataan jaringan listrik bersama PT. PLN (Persero) se
Sumatera. Kegiatan yang terdapat pada perusahaan ini diantaranya proses pembuatan beton
pracetak, proses pemotongan dengan slitting dilanjutkan dengan penyambungan, dan
proses pengelasan. Sumber bahaya yang terdapat dari PT. Kunango Jantan berdasarkan
studi kasus diantaranya mesin boiler saat pengisian bahan bakar, penambahan jam kerja
pada hari sabtu, tidak menggunakan masker serta tidak menggunakan kaca mata (google
glass), dan mesin cutting. Upaya pengendalian risiko dapat dilakukan dengan dengan
eleminasi, substitusi, rekayasa teknik, isolasi, pengendalian administrasi dan Alat
Pelindung Diri (APD) pada lingkungan kerja. Risiko tinggi dari hasil penilaian terdapat
pada mesin boiler, risiki sedang dari mesin cutting, pengecatan, dan finishing, dan berisiko
rendah pada kegiatan produksi/jam operasional kerja.

3.2.Saran
Demikian yang dapat kami paparkan di dalam makalah ini, tentu masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, keterbatasan pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang relefan dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca
untuk memberikan kritikan dan saran demi sempurnanya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ayu Oka Narayanti, Dewa. 2016. “Analisis Faktor- Faktor Risiko Terhadap Keterlambatan
Pelaksanaan Proyek Konstruksi di Wilayah Perkotaan Sarbagita”. Skripsi. Fakultas
Teknik Universitas Udayana. Melalui
https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1204105012-1-HALAMAN%20AWAL.pdf
diakses pada 27 Februari 2021

Wahyudi, Agung. “Modul K3 Manajemen Risiko”. Melalui


http://www.astti.or.id/sites/default/files/Seri%20K3%20%20-
%20%20Manajemen%20Resiko.pdf diakses pada 27 Februari 2021

https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/2d4d800c837caaf70c90aec54aa1c6da.pdf
diakses pada 27 Februari 2021

https://www.kunangojantan.co.id/produk. Diakses pada 25 Februari 22.00 WIB.

http://scholar.unand.ac.id/18763/3/Bab%20I%20-%20pendahuluan.pdf 27 Februari 13.10


WIB

http://eprints.uad.ac.id/5417/1/31.%20FAKTOR-
FAKTOR%20YANG%20BERHUBUNGAN%20DENGAN%20KECELAKAAN%2
0KERJA%20PADA%20KARYAWAN%20PT%20KUNANGGO%20JANTAN%20
KOTA%20PADANG%20TAHUN%202016.pdf
https://www.safetysign.co.id/news/365/6-Langkah-Identifikasi-Bahaya-dan-Penilaian-Risiko-
Sesuai-Standar-OSHA
http://scholar.unand.ac.id/61730/2/BAB%201%20%28Pendahuluan%29.pdf

Zaki , Rahmat.2017.Identifikasi Dan Analisis Risiko Kecelakaan Kerja Menggunakan Metode


Fmea, Topsis dan Fta (Studi Kasus: PT. Kunango Jantan). Skripsi Thesis, Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Pada: http://repository.uin-suska.ac.id/18467/
Septia Wulandari. 2011. Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Risiko Area
Produksi Line 3 Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Di PT. Coca Cola
Amatil Indonesia Central Java. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Nindya Puspitasari. 2010. Hazard Identifikasi Dan Risk Assesment dalam Upaya Mengurangi
Tingkat Risiko di Bagian Produksi PT. Bina Guna Kumia Ungaran Semarang.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Hazyiyah Ghaisani, Erwin Dyah Nawawinetu. 2014. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan
Pengendalian Risiko pada Proses Blasting Di PT. Cibaliung Sumberdaya, Banten. The
Indonesian Journal of Occupational Safety and Health.

Anda mungkin juga menyukai