Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum Tanggal Praktikum : 12 Desember 2020

Fisiologi Veteriner I Dosen Pembimbing : Drs. Pudji Achmadi, M.Si


Minggu ke-13 (pagi) Kelompok Praktikum : P4.6
Asisten : Natasya C Tambunan,SKH
Rahmatusyifa, SKH

DARAH 2
(Golongan Darah)
Oleh :
1. Nor Jannah B04190061
2. Nurfara Islami B04190063
3. Nur Hikmah B04190064
4. Olivia Hafizah Fitri B04190065
5. Oscar Daniel Kusumo D* B04190066

DEPARTEMEN ANATOMI, FISIOLOGI, DAN FARMAKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SEMESTER GANJIL 2020-2021
PENDAHULUAN
Dasar Teori

Golongan darah merupakan sistem pengelompokan darah yang didasarkan


pada jenis antigen yang dimilikinya. Antigen dapat berupa karbohidrat dan protein
(Nadia et al. 2010). Secara umum, darah memiliki 4 golongan yaitu golongan
darah A, B, AB, dan O. golongan darah A mempunyai antigen A dan anti-B,
sedangkan golongan darah B memiliki antigen B dan anti-A. Golongan darah AB
memiliki antigen A dan B tetapi tidak memiliki antibodi dan golongan darah O
memiliki antibody A dan B tetapi tidak memiliki antigen (Oktari dan Silvia 2016).
Pemeriksaan golongan darah untuk mendeteksi adanya antigen pada
permukaan membrane sel darah merah. Cara yang dilakukan adalah mereaksikan
darah manusia dengan antisera A dan antisera B (Yuniar et al. 2014). Prinsip
pemeriksaan golongan darah yaitu reaksi antigen yang terdapat pada permukaan
eritrosit dengan antibody yang sama sehingga terbentuk aglutinasi (Rahman et al.
2019).

Tujuan

Praktikum ini bertujuan memahami istilah antigen, aglutinogen, antigen


ABO, antigen Rh dan aglutinin, mempelajari cara melakukan tes golongan darah,
memahami hasil dan implikasi pemeriksaan aglutinasi, serta memahami
pentingnya pembuangan bahan laboratorium yang telah bersentuhan dengan
darah.

METODE

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tongkat pengaduk, pipet
tetes, plat tetes, tempat limbah medis biohazard, dan botol kaca. Bahan yang
digunakan adalah sampel darah sebanyak 6 sampel darah yang berbeda, serum
anti-A, serum anti-B, serum anti-Rh, dan sumber cahaya.

Prosedur Kerja

Aktivitas 4. Pengujian Golongan Darah


Sampel darah dimasukkan ke dalam plat tetes yang telah diletakkan pada
meja uji. Percobaan dilakukan berulang dengan sampel darah yang berbeda.
Percobaan dimulai dengan menggunakan darah sampel 1. Darah yang telah
diletakkan pada plat tetes yang berada di meja uji diberikan serum anti-A, anti-B,
dan anti-Rh sesuai dengan label sampel yang ada pada plat tetes. Darah yang telah
diberikan serum diaduk dengan tongkat pengaduk yang sesuai dengan warna
serum untuk setiap darah yang memiliki label sesuai. Tongkat pengaduk yang
digunakan hanya untuk satu kali penggunaan, setelah digunakan tongkat
pengaduk dibuang pada tempat pembuangan khusus biohazard. Darah yang telah
diaduk diberi pencahayaan dengan meletakkannya pada "light" yang berada
disamping meja uji. Setelah diberikan cahaya, hasil pengujian darah muncul pada
layar.
Analisis dilakukan dengan melihat ada tidaknya penggumpalan yang
terjadi pada setiap sampel darah dengan serum uji. Sampel darah yang mengalami
penggumpalan terhadap pencampuran serum dinyatakan dengan positive. Sampel
darah yang tidak mengalami penggumpalan terhadap pencampuran serum
dinyatakan negative. Record data dilakukan untuk merekam pengujian yang telah
dilakukan. Setelah dilakukan uji, darah yang telah digunakan dibuang pada tempat
pembuangan khusus biohazard. Pengujian selanjutnya dilakukan berdasarkan
prosedur uji sebelumnya dengan sampel darah yang berada.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Praktikum pada exercise 11, aktivitas 4 adalah pengujian golongan darah
sistem ABO. Golongan darah merupakan sistem pengelompokkan darah yang
didasarkan pada jenis antigen yang dimilikinya. Antigen tersebut dapat berupa
karbohidrat dan protein (Nadia et al. 2010). Faktor yang menentukan golongan
darah manusia berupa antigen yang terdapat pada permukaan luar sel darah merah
disebut aglutinogen. Zat anti terhadap antigen disebut antibodi (aglutinin) yaitu
antibodi alamiah yang terdapat dalam serum, bila bereaksi akan meng-
aglutinasikan antigen yang bersangkutan (Melati et al. 2011). Informasi mengenai
jenis golongan darah dan rhesus sangat penting diketahui khususnya dalam proses
transfusi darah. Hal ini dikarenakan untuk menghindari reaksi imunologik karena
perbedaan komposisi kimia eritrosit antara resipien dan donor (Suyasa et al.2017).
Golongan darah ABO pada manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen
dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, yaitu golongan darah A memiliki
sel darah merah dengan antigen A dipermukaan eritrositnya dan menghasilkan
antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Golongan darah B memiliki
antigen B di permukaan eritrositnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen
A dalam serum darahnya. Golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan
antigen A dan B di permukaan eritrositnya serta tidak menghasilkan antibodi
terhadap antigen A maupun antigen B dalam serum darahnya. Sedangkan
golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tetapi dalam serumnya
terdapat antibodi terhadap antigen A dan B (Nadia et al. 2010). Prinsip
pemeriksaan golongan darah yaitu antigen yang direaksikan dengan antibodi yang
sama maka akan terbentuk aglutinasi. Antibodi terdapat di dalam serum karena
antibodi golongan darah merupakan protein globulin yang bertanggung jawab
sebagai komponen kekebalan tubuh alamiah (Rahman et al. 2019).
Orang yang memiliki Rh-positif (Rh+) mengindikasikan darahnya
memiliki antigen Rh yang ditandai dengan reaksi positif (penggumpalan eritrosit)
pada waktu dilakukan tes dengan anti-Rh (antibodi Rh). Sedangkan orang yang
memiliki Rh-negatif (Rh-), mengindikasikan darahnya tidak memiliki antigen-Rh
yang ditunjukkan dengan reaksi negatif atau tidak terjadi penggumpalan saat
dilakukan tes dengan antiRh (antibodi Rh) (Suyasa et al.2017).
Praktikum pada aktivitas 4 menggunakan 6 sampel darah dengan hasil
pengujian sebagai berikut:

Gambar 1 Hasil uji golongan darah sistem ABO

Berdasarkan gambar hasil uji golongan darah sistem ABO pada gambar 1,
maka golongan darah tiap sampel dapat ditentukan. Gambar pada sampel 1
menunjukkan adanya gumpalan yang menandakan terjadinya aglutinasi pada
darah yang ditambahkan dengan reagen anti-A. Sementara itu, pada penambahan
reagen anti-B tidak terdapat gumpalan yang berarti tidak terjadi aglutinasi. Sampel
darah juga menunjukan adanya aglutinasi saat ditambahkan Anti-Rh. Berdasarkan
keterangan tersebut maka dapat disimpulkan sampel 1 merupakan darah dengan
golongan A+.
Gambar pada sampel 2 menunjukkan adanya gumpalan pada sampel yang
ditambahkan dengan anti-B dan anti-Rh, sementara tidak terjadi gumpalan saat
ditambahkan anti-A. Hal ini berarti darah mengalami aglutinasi saat ditambahkan
anti-B dan anti-Rh, serta tidak beraglutinasi saat ditambahkan anti-A. Dengan
demikian, sampel 2 dapat disimpulkan bergolongan darah B+.
Gambar pada sampel 3 menunjukkan adanya gumpalan pada sampel yang
ditambahkan anti-A dan anti-B, namun tidak terlihat ada gumpalan saat
ditambahkan anti-Rh. Hal ini berarti darah mengalami aglutinasi saat ditambahkan
anti-A dan anti-B, namun tidak mengalami aglutinasi saat ditambahkan anti-Rh.
Dengan demikian, sampel 3 dapat disimpulkan bergolongan darah AB-.
Gambar pada sampel 4 menunjukkan tidak adanya gumpalan pada sampel
saat ditambahkan anti-A, anti-B, dan anti-Rh. Hal ini berarti darah tidak
mengalami aglutinasi setelah ditambahkan ketiga reagen antibodi tersebut.
Dengan demikian, sampel 4 dapat disimpulkan bergolongan darah O-.
Gambar pada sampel 5 menunjukkan adanya gumpalan pada sampel saat
ditambahkan anti-A, anti-B, dan anti-Rh. Hal ini berarti darah mengalami
aglutinasi setelah ditambahkan ketiga reagen antibodi tersebut. Dengan demikian,
sampel 5 dapat disimpulkan bergolongan darah AB+.
Gambar pada sampel 6 menunjukkan adanya gumpalan pada sampel saat
ditambahkan dengann anti-B dan tidak menunjukkan adanya gumpalan saat
ditambahkan anti-A dan anti-Rh. Hal ini berarti darah mengalami aglutinasi
dengan anti-B dan tidak beraglutinasi dengan anti-A dan anti-Rh. Dengan
demikian, sampel 6 dapat disimpulkan bergolongan darah B-.
Berikut ini merupakan hasil lengkap data uji golongan darah sistem ABO
dan rhesus:

Gambar 2 Tabel hasil uji golongan darah sistem ABO dan rhesus

SIMPULAN
Golongan darah ABO pada manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen
dan antibodi yang terkandung dalam darahnya. Antigen atau yang disebut juga
aglutinogen pada permukaan sel darah merah merupakan faktor penetuan
golongan darah ABO. Zat anti terhadap antigen disebut antibodi (aglutinin) yang
bila bereaksi akan meng-aglutinasikan antigen yang bersangkutan. Prinsip
pemeriksaan golongan darah yaitu antigen yang direaksikan dengan antibodi yang
sama maka akan terbentuk aglutinasi. Analisis golongan darah dilakukan dengan
melihat ada tidaknya penggumpalan yang terjadi pada setiap sampel darah dengan
serum uji berupa antibodi. Sampel darah yang mengalami penggumpalan berarati
terjadi aglutinasi. Antigen Rh pada darah dapat diidentifikasi keberadaannya bila
terbentuk gumpalan sewaktu diuji dengan anti-Rh. Alat yang sudah digunakan
pada praktikum pengujian golongan darah harus dibuang pada tempat sampah
khusus biohazard untuk mengurangi risiko tersebarnya mikroba dan penyakit
menular.
DAFTAR PUSTAKA

Melati E, Passarella R, Primatha R, Murdiansyah A, 2011. Desain dan pembuatan


alat pendeteksi golongan darah menggunakan mikrokontroler. Jurnal
Generic. 6(2): 52-60.
Nadia B, Handayani D, Rismiati R. 2010. Hidup Sehat Berdasarkan Golongan
Darah. Jakarta (ID): Dukom Publisher.
Oktari, A, Silvia ND. 2016. Pemeriksaan golongan darah sistem ABO metode
slide dengan reagen serum golongan darah A, B, O. Jurnal Teknologi
Laboratorium. 15(2): 49-54.
Rahman I, Darmawati S, Kartika AI. 2019. Penentuan golongan darah sistem
ABO dengan serum dan reagen anti-sera metode slide. GASTER.17(1): 77-
85.
Suyasa IGPD, Wulansari NT, Kamaryati NP, Mastryagung GAD, Sutini NK,
Rismawan M. 2017. Pemeriksaan golongan darah dan rhesus pada anak
kelas 4,5, dan 6 sekolah dasar di Desa Tribuana Kecamatan Abang
Kabupaten Karangasem. Jurnal Paradharma. 1(2): 115-19.
Yuniar H, Muhiddin R, Arif, M. 2014. Perbedaan golongan darah ABO di anemia
hemolitik autoimun. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical
Laboratory. 20(3): 249-252.
RESUME VIDEO PRAKTIKUM 13

1. Menghitung jumlah trombosit secara tidak langsung

Preparat ulas diwarnai dengan Giemsa atau Wright, lalu kalikan


perbandingan jumlah trombosit dan eritrosit (dalam 1000 eritrosit + trombosit)
dengan jumlah eritrosit per mm3 darah akan didapatkan jumlah trombosit per
mm3. Sediaan ulas darah diwarnai dengan zat warna campuran asam dan basa
(Giemsa, Wright, Hematoksilin eosin, dan sebagainya) akan menyebabkan
komponen dari sel berwarna merah bila mengikat pewarna asam sedangkan
berwaarna biru keunguan apabila bila berikatan dengan pewarna basa. Bentuk
butir-butri darah serta persentase jenis butir-butir darah puti dapat diamati dan
dihitung menggunakan mikroskop. Sifat cair darah yang keluar dari pembuluh
darah akan berubah sifatnya menjadi padat (fibrinogen menjadi fibrin). Waktu
yang dibutuhkan untuk merubah sifat darah tersebut disebut waktu koagulasi
darah (waktu beku darah).
Saat menyiapkan preparat ulas usahakan untuk menggunakan sarung
tangan, siapkan kaca objek, lalu ambil darah pad ujung jari, telinga kelinci, sayap
ayam yang sebelumnya sudah dioleskan alcohol 70%. Oleskan tetesan darah pada
atas kaca objek lalu tarik ke belakang menggunakan kaca objek yang lain pada
sudut 30-45 dan keringkan di udara. Fiksasi preparat ulas di dalam larutan
methanol selama 5 menit. Rendam preparat yang sudah difiksasi ke dalam larutan
giemsa selama 30 menit, lalu cuci preparat menggunakan air bersih lalu
keringkan. Selanjutnya jumlah eritrosit dapat dilihat melalui mikroskop dengan
perbesaran maksimal.

2. Waktu beku darah dan waktu pendarahan

Waktu perdarahan merupakan suatu ukuran dari proses homeostasis dan


proses koagulasi. Waktu perdarahan tergantung pada efisiensi cairan tenunan
dalam mempercepat proses koagulasi, fungsi pembuluh kapiler darah dan
trombosit, terutama jumlah trombosit di dalam darah dan kemampuannya untuk
membentuk sumbat (thrombus). Metode Duke dan Ivy adalah dua di antaranya
untuk menentukan waktu perdarahan. Penentuan waktu beku darah dengan
mikrokapiler nonheparin dilakukan dengan inisiasi pembambilan darah seperti
cara di awal lalu lakukan pelukaan dengan jarum suntik steril, isi mikrokapiler
sampai ¾ bagian dengan cara menyentuhkan mikrokapiler ke darah yang keluar.
Potong mikrokapiler setiap 30 detik menggunakan dua tangan sampai di antara
dua potongan terdapat bekuan darah. Perhatikan waktunya. Penetuan waktu beku
darah dengan gelas arloji berparafin dimulai dengan inisiasi darah lalu teteskan ke
gelas arloji berparafin. Setiap 30 detik tusuk darah dengan lancet sampai terdapat
bekuan darah, perhatikan waktu beku darah.

3. Golongan darah

Darah dibedakan menjadi 45% sel darah dan 55% plasma darah. Sel darah
kemudian dibagi lagi menjadi RBC (eritrosit), WBC (leukosit), dan platelets
(trombosit). Leukosit dibagi menjadi leukosit agranulosit (limfosit dan monosit)
serta leukosit granulosit (neutrophil, eosinophil, dan basophil). Penentuan
golongan darah dengan system ABO berdasarkan atas reaksi aglutinasi antara
aglutinogen yang terdapat pada eritrosit dengan anti-aglutinogen (agglutinin) yang
terdapat pada serum/plasama darah. Golongan darah A memiliki aglutinogen A
dan agglutinin β, golongan darah B memiliki aglutinogen B dan agglutinin α,
golongan darah AB memiliki aglutinogen A dan B tanpa agglutinin, serta
golongan darah O tidak memiliki aglutinogen A atau B tetapi memiliki agglutinin
α dan β. Antigen D pada membran eritosit (Rh+) menetukan system Rh pada
golongan darah. Lakukan inisiasi pengambilan darah, lalu teteskan darah di tega
tempat kaca objek dan teteskan dengan antigen A, B, dan D. Aduk menggunakan
tusuk gigi yang bebrbeda sampai terlihat aglutinasi.

Anda mungkin juga menyukai