Anda di halaman 1dari 28

WELCOME MINER

PENGENALAN
GEOLOGI BATUBARA
GEOLOGY BATUBARA

Apabila Suatu tumbuhan atau pohon mati dan roboh


ke atas tanah, maka pohon tersebut akan mengalami
pembusukan dan penguraian baik secara biokimia
yang melibatkan bakteri maupun secara kimia dan
fisika.
Bagian organik pohon tersebut akan terurai menjadi
CO2 dan H2O, sedangkan bagian atau unsur
anorganiknya akan kembali ke tanah dan bercampur
dengan mineral tanah.
GEOLOGY BATUBARA

Apabila suatu pohon yang mati kemudian jatuh kedalam


air atau rawa yang cukup dalam, maka pohon tersebut
akan mengalami pembusukan baik secara biokimia
maupun secara kimia dan Fisika. Pada kedalaman tertentu
bakteri yang menguraikan sisa pohon tersebut tidak dapat
bekerja lagi, sehingga perubahan yang terjadi selanjutnya
hanya perubahan fisik dan kimia.
Dalam hal ini pohon tersebut tidak mengalami pembusukan
secara sempurna, dan lama kelamaan, sisa tumbuhan
tersebut akan berubah menjadi suatu sediment organik
yang kemudian disebut “ BATUBARA “
Gambar. Tahapan terbentuknya batubara
( sumber Kuri-n ni Riyou Sareru Sekitan, 2004)
Gambar. Tahapan terbentuknya pembagian batu bara berdasarkan waktu, tekanan
dan pemanasan.
Ada 2 teori yang menjelaskan tentang terbentuknya batubara

 Teori Insitu : teori ini mengatakan bahwa bahan – bahan


pembentuk lapisan batubara, terbentuknya ditempat dimana
tumbuhan asal itu ada. Setelah tumbuhan itu mati belum
mengalami proses transportasi segera tertutup oleh lapisan
sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis batubara ini
yang terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran luas dan
merata, kualitasnya baik karena kadar abunya relatif kecil.
Contohnya di Muara Enim (Sumatera)
• Teori Drift
teori ini menyebutkan bahwa bahan-bahan pembentuk
lapisan batubara terjadi ditempat yang berbeda dengan
tempat tumbuhan semula hidup dan berkembang. Dengan
demikian tumbuhan yang telah mati diangkut oleh media
air dan terakumulasi di suatu tempat, tetutup oleh batuan
sedimen dan mengalami proses coalification.
Penyebarannya tidak luas,tetapi dijumpai dibeberapa
tempat,kualitas kurang baik karena banyak mengandung
mineral pengotor yang terangkut bersama selama
pengangkutan dari tempat asal ke tempat sedimentasi.
• Coallification adalah proses yang mengubah
tumbuhan menjadi batubara
Faktor lain yang berpengaruh antara
lain :
• Posisi Geotektonik
• Topografi (morfologi)
• Iklim
• Penurunan
• Umur geologi
• Tumbuh – tumbuhan
• Dekomposisi
• Sejarah sesudah pengendapan
• Struktur cekungan
• Metamorfosis organik
Reaksi pembentukan batubara
5(C6H10O5) C20H22O4 + 3CH4 + 8H2 + 6CO2 + CO
cellulosa lignit gas
metan

5(C6H10O5) C20H22O4 + 3CH4 + 8H2 + 6CO2 + CO


cellulosa bitumine gas
metan
Keterangan

• Unsur C dalam lignit lebih sedikit dibanding bitumine


• Semakin banyak unsur C lignit semakin baik mutunya
• Unsur H dalam lignit lebih banyak dibandingkan pada
bitumine
• Cellulosa (zat organik) yg merupakan zat pembentuk
batubara
• Semakin banyak unsur H lignit makin kurang baik mutunya
• Senyawa CH4 (gas metan) dalam lignit lebih sedikit dalam bitumine
• Semakin banyak CH4 lignit makin baik kualitasnya.
Sifat Batubara :
 Antrasit
- Warna hitam sangat
mengkilap
- Nilai kalor sangat tinggi,
kandungan karbon sangat
tinggi
- Kandungan air sangat
sedikit
- Kandungan abu sangat
sedikit
- Kandungan sulfur sangat
sedikit
Bitumine / Subbitumine
• Warna hitam
mengkilat,kurang kompak
• Nilai kalor tinggi, kandungan
karbon relatif tinggi
• Kandungan air sedikit
• Kandungan abu sedikit
• Kandungan sulfur sedikit
Lignit
• Warna hitam,sangat rapuh
• Nilai kalor
rendah,kandungan karbon
sedikit
• Kandungan air banyak
• Kandungan sulfur banyak
• Kandungan abu banyak
Contoh Analisis Batubara
Hubungan jenis batubara dan pembakaran
Jenis Volatil Nyala Suhu Keterangan

Matter
Tak disukai
Antrasit Sedikit Lebih Relatif walaupun
panjang rendah kalor tinggi

Bitumin cukup pendek tinggi Disukai


e
subbitumine
banyak Lebih Relatif Tak
panjang rendah disukai
lignit banyak - Relatif Tak
rendah disukai
BENTUK LAPISAN BATUBARA
• Bentuk Horse Back
bentuk ini dicirikan oleh perlapisan batubara dan batuan yang
menutupinya mlengkung ke arah atas akibat gaya kompresi.
Ketebalan kearah lateral lapisan batubara kemungkinan sama
ataupun menipis.
• Bentuk Pinch
Bentuk ini dicirikan oleh perlapisan yang menipis di
bagian tengah. Pada umumnya dasar dari lapisan
batubara merupakan batuan yang plastis misalnya
lempung sedang di atas lapisan batubara secara
setempat ditutupi oleh batupasir secara lateral
pengisian suatu alur
• Bentuk Clay Vein
bentuk ini terjadi apabila di antara 2 bagian deposit batubara
terdapat urat lempung. Dimana pada satu seri deposit batubara
mengalami patahan, kemudian pada bidang patahan yang
merupakan rekahan terbuka terisi oleh material lempung atau pasir.
• Bentuk Burried Hill
bentuk ini terjadi apabila di daerah di mana lapisan
batubara semula terbentuk terdapat suatu kulminasi
sehingga lapisan batubara seperti terintrusi
• Bentuk Fault
bentuk in terjadi apabila di daerah di mana deposit
batubara mengalami beberapa seri patahan.
Keadaan ini mengacaukan dalam perhitungan
cadangan
• Bentuk Fold
Bentuk ini terjadi apabila di daerah dimana deposit
batubara mengalami lipatan. Makin intensif gaya
yang bekerja pembentuk perlipatan akan makin
komplek perlipatan tersebut terjadi.

Anda mungkin juga menyukai