Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MATERNITAS
POST PARTUM (PNC)

OLEH

Dewi Anggrainy Putri


2008149010105

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes YARSI SUMBAR
BUKITTINGGI
2020/2021
A. Definisi
Persalinan adalah akhir kehamilan dan titik dimulainya kehidupan di luar rahim bayi
baru lahir. Dengan faktor- faktor insensial persalinan, proses persalinan itu sendiri, kemauan
persalinan, adaptasi ibu dan bayi, proses keperawatan baik pada wanita maupun pada
keluarga (Alden, 2004).
Post partum adalah waktu dimana proses penyembuhan dan perubahan, waktu sesudah
melahirkan sampai sebelum hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga
baru (mitayani, 2009).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berahir ketika alat–alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerpenium dimulai 2
jam setelah melahirkan plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Dalam
bahasa latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan anak ini disebut puerperium yaitu dari
kata ‘puer’ yang artinya bayi dan ‘parous’ melahirkan. Jadi puerperium berarti masa setelah
melahirkan bayi. Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat–alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, sekitar 50% kematian ibu terjadi
dalam 24 jam pertama postpartum sehingga pertolongan pasca persalinan yang berkualitas
harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi (Vivian, 2011).
Jadi, post partum atau masa nifas atau puerperium adalah masa pulih kembali mulai
dari persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil dan dimulai
setelah 2 jam melahirkan plasenta dan 6 minggu setelahnya.

B. Masalah dalam Post Partum


1) Masalah Traktus Urinarius
Pada 24 jam pertama pasca persalinan, pasien umumnya menderita keluhan miksi akibat
defresi pada refleks aktivitas detrusor yang disebabkan oleh tekanan dasar vesika urinaria
saat persalinan, keluhan ini bertambah berat oleh karena adanya fase dieresis pasca
persalinan, bila perlu retensio urine dapat diatasi dengan melakukan kateterisasi.
Rortveit, dkk (2003) menyatakan bahwa resiko inkontinensia urine pada pasien dengan
persalinan pervaginam sekitar 70% lebih tinggi dibandingkan section Caesar. 10% pasien
pasca persalinan menderita inkkontinensia (biasanya stress inkontinensia) yang kadang–
kadang menetap sampai beberapa minggu pasca persalinan.Untuk mempercepat
penyembuhan keadaan ini dapat dilakukan latihan otot dasar panggul (Serri, 2009).
2) Nyeri punggung
Nyeri punggung sering dirasakan pada trimester ketiga kehamilan dan menetap setelah
persalinan pada anak masa nifas. kejadian ini terjadi pada 25% wanita dalam masa post
partum namun keluhan ini dirasakan oleh 50% dari mereka sejak sebelum kehamilan.
Keluhan ini menjadi semakin hebat bila mereka harus merawat anaknya sendiri (Serri,
2009).
3) Anemia
Resiko anemia ini dapat terjadi bila ibu mengalami poendarahan yang banyak,apalagi
bila sudah sejak masa kehamilan ada riwayat kekurangan darah. Di masa nifas, anemia bisa
menyebabkan rahim susah berkontraksi. Ini karena darah tidak cukup memberikan oksigen
kedalam rahim. Ibu yang mengidap anemia dengan kondisi membahayakan, apalagi
mengalami perdarahan post partum, maka segera haris diberi transfusi darah. Jika
kondisinya tidak berbahaya maka cukup ditolong dengan pemberian obat–obatan penambah
darah yang mengandung zat besi (Serri,2009).
4) Masalah Psikologi: defresi masa nifas
Depresi yang terjadi pada masa nifas biasanya dapat dilihat di minggu–minggu pertama
setelah melahirkan, dimana kadar hormone masih tinggi. Gejalanya adalah gelisah, sedih,
dan ingin menangis tanpa sebab yang jelas. Tingkatannya pun bermacam–macam, mulai dari
neurologis, atau gelisah saja yang disertai kelainan tingkah laku. Situasi depresi ini akan
sembuh bila ibu bisa beradaptasi dengan situaasi yang nyatanya. Defresi masa nifas
seharusnya dikenali oleh suami dan juga keluarga. Gejalanya sama dengan depresi prahaid.
Hal ini dikarenanakan pengaruh perubahan hormonal, adanya proses involusi, dan ibu
kurang tidur serta lelah karena mengurus bayi, dan sebagainya. Depresi juga bisa timbul jika
ibu dan keluarganya mengalami konflik rumah tangga, anak yang lahir tak diharapkan,
keadaan sosial ekonominya lemah, atau trauma karenamengalami cacat Keberadaan bayi
tidak jarang justru menimbulkan “stress” bagi beberapa ibu yang baru melahirkan. Ibu
merasa bertanggung jawab untuk merawat bayi, melanjutkan mengurus suami, setiap malam
merasa terganggu dan sering merasakan adanya ketidak mampuan dalam mengatasi semua
beban tersebut (Serri, 2009).
C. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat
genetalia ini dalam keseluruhan disebut “involusi”. Di samping involusi terjadi perubahan-
perubahan penting lain yakni memokonsetrasi dan timbilnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh laktogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadapkelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh darah yang ada
antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk
serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri terbentul semacam cincin. Perubahan-perubahan yang terdapat
pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta
pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang
kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel
desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis
serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan setelah janin lahir berangsur-angsur
kembali seperti sedia kala.
Ada beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul
sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia,
distorsia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu
tindakan pembedahan, yaitu Sectio Caesarea.
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien
mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya
kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post
operasi akan menimbulkan ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan
dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya
inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf-saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan
merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri
akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka
post operasi yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.

D. Fisiologi Post Partum


1) Perubahan Fisik pada Post Partum
Pada masa nifas dapat dijumpai tiga kejadian penting, yaitu: involusi uterus,
lochea, dan laktasi.
a. Involusi Uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi
dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang
bermuara pada bekas implantasi plasenta. Otot rahim terdiri dari 3 lapis otot yang
membentuk anyaman sehingga pembuluh darah dapat tertutup sempurna, dengan
demikian terhindari dari perdarahan post partum. Pada involusi uteri, jaringan ikat
dan jaringan otot mengalami proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil
sehingga  pada akhir kala nifas besarnya seperti semula dengan berat 30 gram. Proses
proteolitik adalah pemecahan protein yang akan dikeluarkan melalui urine. Dengan
penimbunan air saat hamil akan terjadi pengeluaran urine setelah persalinan, sehingga
hasil pemecahan protein dapat dikeluarkan.
PROSES INVOLUSI UTERI
Involusi Tinggi Fundus Berat uterus
1 2 3
Plasenta lahir Sepusat 1000 gram
7 hari (1 Minggu) Pertengahan pusat simfisis 500 gram
14 hari (2 Minggu) Tak teraba 350 gram
42 hari (6 Minggu) Sebesar hamil 2 minggu 50 gram
56 hari (8 Minggu) Normal 20 gram
(Manuaba, 1999).
b. Lochea
Lochea adalah cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari tempat implantasi
plasenta (Manuaba, 1998).
Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warna sebagai
berikut:
 Lochea rubra (kruenta): 1 sampai 3 hari, berwarna merah dan hitam, terdiri dari
sel desidua, vernik kaseosa, rambut Lanugo, sisa mekonium, sisa darah.
 Lochea sanguinolenta: 3 sampai 7 hari, berwarna putih bercampur darah.
 Lochea serosa: 7 sampai 14 hari, berwarna kekuningan.
 Lochea alba: Setelah hari ke-14, berwarna putih.
 Lochea purulenta: Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
c. Laktasi
Perubahan-perubahan pada kelenjar mamae sudah terjadi sejak dari kehamilan
yaitu proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli dan jaringan lemak bertambah
keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut colostrums berwarna kuning
putih susu, hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam dimana vena
berdilatasi sehingga tampak jelas. Setelah persalinan pengaruh sekresi estrogen dan
progesterone hilang, maka timbul pengaruh hormone laktogenik (LH) atau prolaktin
yang akan merangsang air susu. Pengaruh oksitosin menyebabkan mioefitel kelenjar
susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Pada hari pertama sampai hari ketiga
setelah bayi lahir disebut kolostrum warna kekuningan dan agak kental. Kolostrum
kaya akan protein immunoglobulin yang mengandung antibodi sehingga menambah
kekebalan anak terhadap penyakit dan laktoferin, ASI masa transisi dihasilkan mulai
hari keempat sampai hari kesepuluh, dan ASI matur dihasilkan mulai hari kesepuluh.

2) Perubahan Psikososial pada Post Partum


a) Periode Taking In
Pada masa ini ibu pasif dan tergantung, energi difokuskan pada perubahan
tubuh, ibu sering mengulang kembali pengalaman persalinan. Nutrisi tambahan
mungkin diperlukan karena selera makan ibu meningkat. Periode ini berlangsung 1-2
hari setelah melahirkan.
b) Periode Taking Hold
Pada masa ini ibu menaruh perhatiannya pada kemampuannya untuk menjadi
orang tua yang berhasil dan menerima peningkatan tanggung jawab terhadap
bayinya, ibu berusaha untuk terampil dalam perawatan bayi baru lahir. Periode ini
berlangsung 2-4 hari setelah melahirkan.
c) Periode Letting Go
Umumnya terjadi setelah ibu baru kembali ke rumah, ibu menerima tanggung
jawab untuk merawat bayi baru  lahir, ibu harus beradaptasi terhadap otonomi,
kemandirian dan interaksi sosial.

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Memberikan informasi tentang jumlah dari sel-sel darah merah (RBC), sel-sel darah
putih (WBC), nilai hematokrit (Ht) dan haemoglobin (Hb).
2. Pemeriksaan Pap Smear
Mencari kemungkinan kelainan sitologi sel serviks atau sel endometrium.
3. Pemeriksaan Urine: Urine lengkap (UL)
Pemeriksaan ini mencari kemungkinan terdapatnya bakteri dalam urine seperti
streptokokus.
F. Penatalaksanaan Medis
1. Tes Diagnostik
a. Jumlah darah lengkap, hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht)
b. Urinalisis: Kadar Urin
2. Terapi
a. Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia\
b. Memberikan antibiotik bila ada indikasi

G. Konsep Pengkajian Post Partum


1. Pengkajian
A. Data Umum Klien meliputi: nama klien, usia, agama, status perkawinan, pekerjaan,
pendidikan terakhir, nama suami, umur suami, agama, pekerjaan suami, pendidikan
terakhir suami, dan alamat
B. Anamnesa meliputi: keluhan utama, keluhan saat pengkajian, riwayat penyakit sekarang,
riwayat menstruasi (menarchea, siklus, jumlah, lamanya, keteraturan, dan apakah
mengalami dismenorhea), riwayat perkawinan, riwayat kehamilan dan persalinan yang
lalu, riwayat kehamilan sekarang (ANC).
C. Riwayat persalinan sekarang meliputi:
a. Jenis persalinan apakah spontan atau operasi SC
b. Tanggal/jam persalinan
c. Jenis kelamin bayi
d. Jumlah perdarahan
e. Penyulit dalam persalinan baik dari ibu maupun bayi
f. Keadaan air ketuban meliputi warna dan jumlah
D. Riwayat genekologi kesehatan masa lalu apakah ibu pernah mengalami operasi atau tidak
E. Riwayat KB baik jenis maupun lama penggunaan
F. Riwayat kesehatan keluarga apakah ada penyakit menurun atau menular dari keluarga
G. Pola aktivitas sehari-hari meliputi Eliminasi, nutrisi, istirahat. Kebersihan
H. Riwayat psikososial
Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3 periode yaitu sebagai
berikut:
1. Periode Taking In
 Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan
 Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga komunikasi yang
baik.
 Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan segala sesuatru
kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.
 Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya
 Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika melahirkan secara
berulang-ulang
 Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan tenang untuk
memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala. 
 Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi, dan kurangnya
nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses pemulihan.
2. Periode Taking Hold
 Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan
 Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam merawat bayi
 Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh karena itu, ibu
membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang terdekat
 Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai penyuluhan
dalam merawat diri dan bayinya. Dengan begitu ibu dapat menumbuhkan rasa
percaya dirinya
 Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalkan
buang air kecil atau buang air besar, mulai belajar untuk mengubah posisi seperti
duduk atau jalan, serta belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya
3. Periode Letting Go
 Berlangsung 10 hari setelah melahirkan. 
 Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah
 Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya
 Keinginan untuk merawat bayi meningkat
 Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya,
keadaan ini disebut baby blues
I. Pemeriksaan Fisik meliputi:
a. Status Obstetri
b. TTV: nadi, suhu, tekanan darah, dan pernapasan
c. Pemeriksaan mata: konjungtiva, sclera pucat atau tidak.
d. Pemeriksaan mulut: mukosa bibir kering atau tidak.
e. Pemeriksaan thorax: retraksi otot dada, bunyi nafas, bunyi jantung.
f. Pemeriksaan abdomen: luka jaritan operasi, keadaan luka, bising usus.
g. Pemeriksaan ekstremitas: pergerakan, edema, sianosis, terpasang infus IVFD atau
tidak, akral dingin.
h. Pemeriksaan genetalia: pengeluaran lochea, kebersihan.
i. Obat-obatan yang dikonsumsi
j. Pemeriksaan penunjang seperti darah lengakap: WBC, HCT, HGB.
2. Diagnosa yang Mungkin Muncul
a. Aktual
 Nyeri akut berhubungan dengan bekas luka post op sc atau robekan jalan lahir
 Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan sensasi pada kandung kemih
 Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi, penurunan
kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamana fisik
b. Resiko
 Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh terhadap bakteri
pembedahan

3. Intervensi
a) Nyeri berhubungan dengan bekas luka
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, nyeri hilang,
berkurang.
Kriteria hasil:
 Klien mengungkapkan nyeri berkurang
 Klien tampak tenang
Intervensi Rasional
1. Kaji karakteristik, skala nyeri 1. untuk mengetahui skala nyeri dan
2. Motivasi untuk mobilisasi sesuai memberikan tindakan selanjutnya
indikasi 2. memperlancar pengeluaran lochea,
3. Anjurkan penggunaaan teknik mempercepat involusi dan
relaksasi. mengurangi nyeri secara bertahap.
4. Kolaborasi pemberian analgetik 3. Untuk mengatur rasa nyeri luka post
op
4. Obat analgetik di berikan untuk
menghilangkan rasa nyer

b) Gangguan eliminasi urine


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,  ibu tidak mengalami
gangguan eliminasi (BAK)
Kriteria Hasil: ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak merasa sakit
saat BAK, jumlah urine 1,5-2 liter/hari.
Intervensi Rasional
1. Kaji dan catat cairan masuk 1. Mengetahui balance cairan pasien
dan keluar tiap 24 jam sehingga diintervensi dengan
2. Anjurkan berkemih 6-8 jam tepat.
post partum 2. Melatih otot-otot perkemihan.
3. Berikan teknik merangsang 3. Agar kencing yang tidak dapat
berkemih keluar, bisa dikeluarkan sehingga
4. Kolaborasi pemasangan tidak ada retensi.
kateter 4. Mengurangi distensi kandung
kemih.

c) Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi, penurunan kekuatan


dan ketahanan, ketidaknyamana fisik
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan ibu
dapat memenuhi ADLnya dengan mandiri.
Kriteria hasil:
 Ibu dapat melakukan perawatan terhadap dirinya
 Kebutuhan ADL terpenuhi
Intervensi Rasional
1. Bimbing dan demonstrasikan pada 1. Bimbingan dan demonstrasi yang
ibu tentang bagaimana cara benar dapat memberi contoh bagi
melakukan perawatan diri ibu untuk dapat melakukannya
2. Beri bantuan sesuai dengan dengan baik bila telah pulang dari
kebutuhan (misalnya : perawatan rumah sakit
mulut, mandi dan vulva hygiene) 2. Bantuan tindakan dapat membantu
3. Jelaskan kepada ibu tentang ibu dalam memenuhi perawatan
pentingnya menjaga kondisi tubuh dirinya yang tidak mampu
dengan mempertahankan nutrisi dilakukan secara mandiri
dan kebersihan ibu 3. Untuk mempercepat proses
penyembuhan dan mencegah
terjadinya komplikasi
d) Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh terhadap bakteri
pembedahan
Tujuan: untuk mencegah terjadinya infeksi yang tidak diharapkan dan dapat
berdampak buruk bagi klien.
Kriteria hasil:
 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
 Menunjukan perilaku hidup sehat
Intervensi Rasional
1. Bersihkan lingkungan setelah 1. Mencegah terjadi penularan
dipakai pasien lain penyakit dari pasien satu ke pasien
2. Cuci tangan setiap sebelum dan lainnya
sesudah tindakan keperawatan 2. Dengan cuci tangan dapat
3. Menganjurkan ibu menganti memutuskan rantai penularan
softek setiap 3-4 jam sekali penyakit
4. Melakukan rawat luka pada 3. Menganti softek secara rutin dan
waktunya sering menjaga daerah reproduksi
5. Ajarkan pasien dan keluarga dari kelembaban dimana bakteri
tanda dan gejala infeksi dan jamur sering berkembang biak
4. Rawat luka dapat memp[ercepat
penyembuhan sehingga resiko
infeksi kecil
5. Dengan pasien dan keluarga
mengetahui tanda dan gejala,
mereka akan segera melapor
kepada pelayan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Alden K.R, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Dialihbahasakan oleh Maria A. Jakarta:
EGC.
Dewi V.N, 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Herdman, T. Hether. 2012. Dignosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta.
EGC
Hutahean, Serri. 2009. Asuhan Keperawatan dalam Maternitas dan Ginekologi. Jakarta. TIM
Mitayani, 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Nuraruf, Huda Amin, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan nanda Nic-Noc Eisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta. MediAction
http://anysimplethings.blogspot.co.id/2015/04/laporan-pendahuluan-post-partum-a.html diakses
pada 05-04-2017
https://gexmirah27.wordpress.com/2013/10/08/laporan-pendahuluan-post-partum/ diakses pada
05-04-2017
https://www.scribd.com/doc/135028734/LAPORAN-PENDAHULUAN-POST-PARTUM-
NORMAL-2-docx diakses pada 05-04-2017

Anda mungkin juga menyukai