Anda di halaman 1dari 8

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No.

2, (2018) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C275

Arahan Adaptasi Bahaya Kekeringan di


Kabupaten Mojokerto
Wahyu Widya Kusuma dan Adjie Pamungkas
Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Arsitektur, Desan dan Perencanaan,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
e-mail: adjie@urplan.its.ac.id

Abstrak—Kabupaten Mojokerto merupakan salah satu daerah Pada tahun 2017 tercatat ada 130 desa di berbagai daerah
yang termasuk kedalam kategori rawan bencana kekeringan. di Jawa Timur mengalami kekeringan. 130 desa tersebut yang
Dampak yang ditimbulkan akibat kekeringan adalah mengalami kemarau tersebar di daerah Tuban, Pacitan,
masyarakat kekurangan air bersih sebanyak 1.650 jiwa di Ponorogo, Sumenep, Pamekasan, Sampang, Lumajang,
Kecamatan Ngoro serta penurunan hasil panen di sektor
Pasuruan, Situbondo, Nganjuk, Jombang, Trenggalek,
pertanian. Luas lahan pertanian yang mengalami kekeringan di
Kabupaten Mojokerto mencapai 86.365 hektar. Terdapat empat Banyuwangi, Mojokerto dan Bojonegoro. Dari 15 daerah
tingkat bahaya kekeringan yang tersebar di Kabupaten kabupaten yang mengalami kekeringan dan sudah
Mojokerto, yaitu daerah yang tidak kering (27.686 Ha), kering mengajukan anggaran alokasi untuk mengatasi bencana
ringan (20.764,5 Ha), kering sedang (17.303,75 Ha) dan sangat kekeringan ke pemprov, terdiri dari 6 daerah yaitu Mojokerto,
kering (1.038 Ha). Berdasarkan hasil identifikasi capaian Pasuruan, Tuban, Sumenep, Pamekasan dan Sampang.
adaptasi eksisting pada daerah kering tertinggi, diketahui Kekeringan mengakibatkan 15 Kabupaten tersebut
bahwa respon terhadap kekeringan berupa pembatasan mengalami krisis air bersih untuk keperluan sehari-hari.
penggunaan air, suplai air bersih, peningkatan daerah hijau, Di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2017 sudah tercatat 3
penyediaan tampungan air permukaan dan penyediaan jaringan
Kecamatan yang terdampak bencana kekeringan paling parah
irigrasi. Arahan adaptasi di Kabupaten Mojokerto memiliki
persamaan antara wilayah utara dan selatan yaitu bersifat yaitu Kecamatan Ngoro, Kecamatan Pungging dan
proaktif, meliputi pengurangan dampak kekeringan, Kecamatan Dawarblandong. Di Kecamatan Dawarblandong
penyediaan early warning system, pemberian insentif kepada terutama Desa Madureso merupakan desa yang parah terkena
masyarakat dan penyesuaian fungsi guna air. Namun arahan dampak dari bencana kekeringan. Di Kecamatan
adaptasi di wilayah utara juga bersifat reaktif, hal ini Dawarblandong curah hujannya dalam satu tahun curah
disebabkan karena wilayah utara tidak memiliki jaringan hujan yang paling tinggi terjadi pada bulan februari yaitu
irigrasi dan minimnya daerah tangkapan hujan akibatnya dengan curah hujan 400 mm. Curah hujan di bulan lain
kekeringan di wilayah utara lebih tinggi dibandingkan wilayah tergolong rendah karena rata-rata curah hujannya dibawah
selatan sehingga arahan adaptasi di wilayah utara harus lebih
200 mm [4]. Akibat dari rendahnya curah hujan sebanyak
ditingkatkan dari segi pengelolaan irigrasi dan peningkatan
daerah hijau. 475 jiwa warga Desa Madureso kesulitan untuk mendapatkan
air bersih yang digunakan untuk keperluan sehari-hari.
Kata Kunci—Mojokerto, Kekeringan, Adaptasi, Dan Bahaya. Sebanyak 1.650 jiwa di Kecamatan Ngoro mengalami krisis
air bersih. Krisis air bersih yang terdapat di Kabupaten
Mojokerto ini mengakibatkan kegiatan sehari-hari
I. PENDAHULUAN masyarakat yang berkaitan dengan air bersih terhambat

K EKERINGAN adalah Bencana kekeringan merupakan


sebuah fenomena alam yang terjadi akibat dari pengaruh
sirkulasi iklim dan penyimpangan iklim global seperti
seperti kesulitan untuk kebutuhan minum, mandi dan
memasak. Luas lahan yang mengalami kekeringan di sektor
pertanian mencapai 86.365 hektar lahan pangan di seluruh
penyimpangan iklim El Nino dan El Nina [1]. El Nino Kabupaten Mojokerto. Masing-masing terdiri atar 50 ribu
merupakan sebuah bentuk penyimpangan iklim yang hektar lahan padi, 20 ribu hektar ditanami jagung dan lima
mengakibatkan musim kemarau yang sangat panjang. ribu ditanami kedelai. Dampak kekeringan tersebut
Sedangkan El Nina merupakan sebuah bentuk penyimpangan mengurangi hasil panen para petani dari hasil ketika musim
iklim yang menyebabkan musim penghujan yang begitu hujan.
panjang. Kedua penyimpangan iklim tersebut merupakan Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk
sebuah fenomena alam yang bersifat normal sesuai dengan meningkatkan kenyamanan hidup dan kesejahteraan
pola tertentu [2]. Kedua penyimpangan iklim tersebut masyarakat yang sesuai dengan tujuan dari penataan ruang,
merupakan penyebab terjadinya kekeringan. Secara umum melalui arahan adaptasi bahaya kekeringan di Kabupaten
kekeringan dapat diartikan sebagai kondisi kekeurangan air Mojokerto. Arahan adaptasi bahaya kekeringan ini
pada suatu wilayah dalam periode waktu yang panjang akibat diperlukan agar masyarakat bisa bertahan dan dapat
kurangnya intensitas curah hujan [3]. Kekeringan dapat menghadapi bencana kekeringan sehingga dampak yang
menjadi sebuah bahaya karena akibat dari kekurangan curah ditimbulkan dapat diminimalisir.
hujan dari yang diharapkan [1].
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 2, (2018) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C276

II. METODOLOGI PENELITIAN Z2 = ketetapan 1,96


A. Metode pengumpulan data primer P = Proporsi penduduk yang mengalami kekeringan

Tabel 1.
Sumber Data Sekunder
No. Data Sumber Data
1. Curah hujan Kantor UPT dinas
Pengairan Kabupaten
Mojokerto
2. Suhu permukaan www.USGS.com
tanah
3. NDVI www.USGS.com

Tabel 2.
Indeks Kekeringan
Indeks Kekeringan Nilai Indeks Klasifikasi Nilai Kelas
Kekeringan
Standardize ≥ 0,0 Tidak Kering 5
Precipitation Index
(SPI) 0,0 s/d -1 Ringan 4 Gambar 1. Peta SPI.
-1,0 s/d -1,5 Sedang 3
-1,5 s/d -2 Sangat Kering 2
≤ -2,0 Ekstrim 1
Natural Difference 0,0 – 1 Tidak Kering 5
Vegetation Index
-0,2 s/d 0,0 Ringan 4
(NDVI)
-0,5 s/d -0,2 Sedang 3
-0,8 s/d -0,5 Sangat Kering 2
-1 s/d -0,8 Ekstrim 1
Suhu Permukaan 1-150C Tidak Kering 5
Tanah (LST)
15-200C Ringan 4
20-250C Sedang 3
25-300C Sangat Kering 2
>300C Ekstrim 1
Sumber: Rossi, 2005. Gambar 2. Peta NDVI.

Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini Q = Proporsi penduduk yang tidak mengalami kekeringan
digunakan untuk menunjang tingkat bahaya kekeringan dan α 2 = Tingkat error
dampak kekeringan. Dampak kekeringan sangat tertunjang Dari rumus tersebut dapat ditentukan nilai responden
dengan data dari pengamatan lapangan. Metode yang
digunakan untuk mendapatkan data primer adalah
pengamatan langsung di wilayah penelitian, kuisioner Sehingga didapatkan responden sebesar 96,58 dibulatkan
maupun metode wawancara yang dilakukan oleh penilit. menjadi 100 responden. Kriteria responden didalam
Untuk metode kuisioner, pada penelitian ini digunakan penelitian ini adalah masyarakat yang berprofesi sebagai
teknik sampling dengan pengambilan responden secara petani, pelaku rumah tangga dan tokoh masyarakat yang
cluster sampling. Penentuan cluster didapatkan dari hasil berada di wilayah yang teridentifikasi kekeringan.
sasaran 1 yaitu penilaian tingkat bahaya kekeringan. B. Metode Pengumpulan Data Sekunder
Responden yang diambil di titik daerah yang mengalami
Data sekunder adalah data penunjang utama yang akan
kekeringan tertinggi. Sedangkan teknik penyebaran
digunakan untuk memetakan tingkat bahaya kekeringan yang
responden, dilakukan secara random sampling. Responden
dilakukan. Metode pengumpulan data sekunder dilakukan
yang didapatkan harus yang berkompeten atau yang
melalui survei media dan instansi. Adapun data-data
mengalami kekeringan didalam cluster yang telah ditentukan
sekunder yang diperlukan dapat dilihat pada Tabel 1.
dari awal. Jumlah responden yang diambil pada wilayah studi
mencapai 100 responden, yang didapatkan dari proporsi C. Metode Analisis Tingkat Bahaya Kekeringan
jumlah penduduk di Kecamatan yang mengalami kekeringan Metode analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi
sebesar 51%. Jumlah responden dihitung dengan tingkat bahaya kekeringan adalah dengan menggunakan alat
menggunakan rumus lemeshow. Berikut ini merupakan analisis Overlay dengan tools ArcGIS. Teknik Overlay
rumus lemeshow: [5] digunakan untuk mendapatkan hasil dari intersection atau
potongan dari intensitas daerah bahaya kekeringan dari
masing-masing bulan untuk satu tahun tertentu. Dari hasil
Keterangan: analisa overlay kemudian tingkat bahaya akan
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 2, (2018) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C277

diklasifikasikan berdasarkan tingkatan kekeringan intensitas yang disebut sebagai tingkatan keparahan [1].
menggunakan tools reclassify pada ArcGIS. Tingkat Tabel 2 merupakan indeks kekeringan yang akan digunakan
kekeringan dalam penelitian ini menggunakan tingkatan untuk menilai tingkat kekeringan di Kabupaten Mojokerto.
yang dihasilkan dari indeks. Indeks kekeringan menghasilkan

Gambar 2. Peta NDVI. Gambar 4. Peta tingkat bahaya kekeringan.

Gambar 3. Peta suhu permukaan. Gambar 5. Peta Lokasi Survey.

a. Metode Analisis Nilai SPI hujan di Kabupaten Mojokerto dengan rentang waktu 4
Metode untuk mendapatkan peta SPI adalah tahun. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut [5]:
metodeinterpolasi. Metode ini akan digunakan untuk
kekeringan meteorologi yang didasarkan pada titik lokasi
penakar curah hujan. Sampel yang digunakan dalam Dimana: : Rata-rata curah hujan
penelitian ini adalah data poin nilai SPI dari masing-masing
: Jumlah curah hujan tahun 2014-2017
stasiun pengamatan curah hujan. Adapun persamaan SPI
N : Jumlah populasi
yang digunakan adalah sebagai berikut [5].
2. Standar Deviasi Hujan Bulanan
Dari data curah hujan bulanan, maka didapatkan nilai
Dimana: standar deviasi yang dihitung dengan persamaan sebagai
Xif = Hujan yang sebenarnya pada waktu tertentu berikut [5]:
di satu stasiun curah hujan dari ke-n di suatu waktu
pengamatan [12]
Xim = Hujan rata-rata pada skala waktu tertentu Dimana: X = data ke-n
σ = Standar deviasi X bar = x rata-rata = rata-rata sampel
Analisa indeks SPI yang dilakukan menggunakan skala n = banyaknya data
waktu SPI 1 bulan dengan klasifikasi tingkat kekeringan 3. Nilai SPI
berdasarkan nilai SPI yang dibagi kedalam lima klasifikasi Indeks kekeringan (SPI) pada penelitian ini disajikan
tingkatan. dalam rentang waktu bulanan selama kurun waktu 10 tahun.
1. Rata-rata Curah Hujan Kurun waktu tahunan yang terpilih adalah rentang waktu
Persamaan curah hujan rata-rata yang digunakan dalam antara tahun 2007 sampai dengan 2017.
penelitian ini adalah rata-rata hujan bulanan dari 25 stasiun
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 2, (2018) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C278

Intepretasi spasial nilai SPI menggunakan metode Intensitas bahaya kekeringan dari aspek suhu permukaan
interpolasi spline yang didasarkan pada titik stasiun hujan, dihitung dari band 10 citra landsat 8. Untuk mendapatkan
interpolasi spline biasa digunakan pada data-data seperti nilai suhu permukaan digunakan software ArcGIS 10.1.
curah hujan, sebaran pencemaran kimia, sebaran air tanah berikut ini adalah urutan untuk mendapatkan nilai suhu
[6]. permukaan tanah:
Selanjutnya nilai SPI bulanan di tahun ke-n akan dirata- 1. Digital Number to Spektral Radian
rata untuk mendapatkan nilai SPI tiap tahun, dari tahun Tahap awal melakukan kalibrasi citra band 10.
2014-2017. Untuk mendapatkan rata-rata SPI tahunan Lλ = ML x Qcal + AL [5]
digunakan metode raster calculator dengan menjumlahkan Dimana: Lλ = Spektral radian (Watts/( m2 * srad* μm))
nilai SPI bulanan dan dibagi dengan 12 (bulan). Berikut ini
ML = RADIANCE_MULT_BAND_x
adalah peta lokasi stasiun curah hujan di Kabupaten
AL = RADIANCE_ADD_BAND_x
Mojokerto.
Qcal = Digital Number Band 10
Tabel 3. Tabel 5.
Luas Daerah Kekeringan tertinggi Adaptasi Penyediaan Jaringan Irigrasi
No. Kecamatan Luas (Ha) Variabel Upaya Yang Pencapaian
1 Dawarblandong 519 dilakukan
2 Jetis 173 Penyediaan jaringan - Sudah tersedia - Wilayah belum
3 Kemlagi 242 irigrasi jaringan irigrasi 33% melakukan penyediaan
4 Gedeg 104 (33 dari 100 jaringan irigrasi karena
5 Mojoanyar 692 responden) jaringan masih 33% wilayah
6 Bangsal 1038 irigrasi hanya tersedia yang sudah memiliki
7 Mojosari 346 di Kabupaten irigrasi
8 Pungging 208 Mojokerto wilayah - Jaringan irigrasi
9 Ngoro 138 selatan. sedangkan di hanya terdapat di
wilayah utara masih beberapa kecamatan
Sumber: Hasil Analisa, 2018
belum tersedia yang mengalami
Tabel 4.
jaringan irigrasi. kekeringan seperti
Adaptasi Pembatasan Penggunaan Air
Kecamatan Bangsal,
Variabel Upaya Yang dilakukan Pencapaian Mojosari, Pungging
Reduksi - Masyarakat - 75 dari 100 dan Ngoro.
penggunaan air mereduksi kebutuhan responden menjawab Sumber: Hasil Analisa, 2018
rumah tangga (8-15%) (ya) melakukan Tabel 6.
- Pertanian tidak reduksi Adaptasi Penyediaan Tampungan Air Permukaan
melakukan reduksi - Dapat dikatakan
kebutuhan air wilayah studi sudah Variabel Upaya Yang Pencapaian
melakukan reduksi, dilakukan
dengan pencapaian Penyediaan - Sudah tersedia - 96 responden
reduksi penggunaan Tampungan air tampungan air menyatakan sudah
air 75% permukaan permukaan seperti tersedia tampungan air
- Seluruh wilayah embung dan waduk permukaan di wilayah
yang mengalami (96%) studi
kekeringan sudah - 96% wilayah sudah
melakukan melakukan penyediaan
pembatasan tampungan air
penggunaan air permukaan
- Penyediaan
Sumber: Hasil Analisa, 2018
tampungan
air permukaan sudah
b. Metode Analisis NDVI dilakukan di 9
kecamatan yang
Metode analisa yang digunakan untuk mendapatkan nilai mengalami kekeringan
NDVI adalah algoritma yang dapat dihitung dalam Sumber: Hasil Analisa, 2018
pemanfaatan citra digital yang menggambarkan tingkat s
kehijauan daun di permukaan bumi pada suatu wilayah. 2. Spektral Radian to Kelvin [5]
Karakteristik citra SPOT Vegetation yang dihasilkan dari
sensor adalah sebagai berikut:
Untuk mendapatkan nilai NDVI data yang ada akan
Dimana: T = Suhu (Kelvin)
dianalisis dengan menggunakan software ErMapper,
Lλ = Nilai Radiance pada band termal
mengikuti rumus algoritma sebagai berikut [5]:
K1 = K1_CONSTANT_BAND_x
K2 = K2_CONSTANT_BAND_x
Dimana: D. Analisa Identifikasi Adaptasi Eksisting
Nir = channel/band ke-tiga dari citra yang memiliki
value mendekati infra merah Analisis deskriptif digunakan untuk menentukan bentuk-
R = channel/band ke-dua dari citra yang memiliki value bentuk mitigasi masyarakat tehadap bahaya kekeringan.
warna merah Variabel yang memuat bentuk-bentuk mitigasi kekeringan
c. Metode Analisa Suhu Permukaan pembatasan penggunaan air, penyediaan jaringan irigrasi,
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 2, (2018) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C279

penyediaan tampungan air permukaan dan peningkatan kering.


daerah hijau. Kemudian variabel tersebut akan dibandingkan Skala Guttman pada penelitian ini dijabarkan pada
dengan kondisi eksisting sehingga akan didapatkan kuisioner dengan memberikan item-item pada kuisioner.
pencapaian mitigasi terhadap bahaya kekeringan secara Skala guttman bersifat kumulatif untuk mengevaluasi
aktual. Alat yang digunakan untuk analisa ini adalah analisa perangkat pernyataan untuk menentukan apakah pertanyaan-
skala Guttman dengan metode pengukuran menggunakan alat pertanyaan tersebut memenuhi persyaratan jenis tertentu.
kuisioner. Penerapan skala guttman dijabarkan pada setiap
Skala Guttman pada penelitian ini digunakan untuk pertanyaan-pertanyaan pada kuisioner untuk mengukur
mendapatkan dan mengukur jawaban secara tegas tentang variabel dari penelitian dan bersifat menguji apakah
variabel pola adaptasi kekeringan dari tinjauan literatur. sekelompok pertanyaan ataupun pertanyaan mengukur satu
Pengambilan responden dilakukan secara cluster sampling. dimensi saja secara tegas, sehingga bentuk jawaban haruslah
Penentuan cluster didapatkan dari batasan wilayah studi, tegas juga dan berbentuk ya atau tidak.
dengan batasan yaitu daerah bahaya kekeringan sangat Bentuk pertanyaan pada penelitian ini dibentuk hanya
Tabel 8. Tabel 10.
Komparasi Adaptasi Eksisting dengan Adaptasi Studi Literatur Arahan Penyediaan Jaringan Irigrasi
Adaptasi Kondisi eksisting Adaptasi Studi Literatur Ketercapaian Kondisi Studi Literatur Arahan Adaptasi
Wilayah yang mengalami Pemerintah memberikan insentif Eksisting (Kekeringan dan
kekeringan sudah membuat bagi pelaku rumah tangga yang Perubahan Iklim)
embung kecil dan waduk melakukan pengurangan - Ketersediaan jaringan - Menyediakan - Membuat
penggunaan air irigrasi hanya mampu bendungan bendungan
Masyarakat sudah menerapkan Konservasi daerah hijau dengan melayani ¼ kebutuhan multiguna untuk atau waduk
pembatasan penggunaan air mengembangkan RTH dengan kawasan pertanian di memenuhi multiguna
sebesar 8-15% membuat taman desa wilayah studi kebutuhan untuk
¼ wilayah sudah memiliki Mengembangkan jaringan irigrasi - Jaringan irigrasi yang pertanian memenuhi
jaringan irigrasi namun belum seperti sumur renteng, irigrasi ada sudah berfungsi - Mengembangkan kebutuhan
optimal kapiler, irigrasi tetes, irigrasi sesuai dengan guna teknologi jaringan pertanian
semprot, irigrasi parit, irigrasi untuk mengairi lahan irigrasi seperti dengan
macak-macak di lahan sawah, pertanian irigrasi bergilir, melakukan
irigrasi bergilir, dan irigrasi dan irigrasi penyedotan
berselang berselang menggunakan
Masyarkat sudah melakukan Mengembangkan bendungan pompa air
penanaman pohon disepanjang multiguna untuk kepentingan - Mengembang
jalan menuju desa pertanian, permukiman dan kan teknologi
industri irigrasi
Memberikan sistem informasi bergilir dan
peringatan dini bahaya irigrasi
kekeringan kepada masyarakat berselang
melalui surat kabar, radio, Sumber: Hasil Analisa, 2018
televisi, dan social media
Sumber: Hasil Analisa, 2018 Tabel 11.
Tabel 9. Arahan Penyediaan Tampungan Air Permukaan
Arahan Pembatasan Penggunaan air Ketercapaian Kondisi Studi Literatur Arahan Adaptasi
Ketercapaian Kondisi Studi Literatur Arahan Adaptasi Eksisting (Kekeringan dan
Eksisting (Kekeringan dan Perubahan Iklim)
Perubahan Iklim) - 96% wilayah studi - Membuat - Membuat
Pembatasan penggunaan Pada kondisi - Pengurangan sudah terdapat bendungan bendungan, waduk
air sudah dilakukan di kekeringan dengan penggunaan air tampungan air multiguna untuk dan embung
wilayah studi seperti: intensitas kering sudah dapat permukaan seperti kepentingan multiguna untuk
- Pengurangan sedang, dilakukan di embung dan waduk permukiman, jaringan irigrasi
penggunaan air pengurangan wilayah studi - Tampungan air pertanian dan - Melakukan
untuk kebutuhan penggunaan air berkisar antara (8- permukaan yang ada peternakan penghijauan di
rumah tangga (8- yang disarankan 15%) sudah berfungsi daerah tampungan
15%) antara (10-20%). - Pemerintah juga sesuai dengan guna air permukaan
Selain itu juga harus memberikan sebagai cadangan air seperti embung,
pemerintah perlu insentif ekonomi waduk dan danau
memberikan untuk pengguna air Sumber: Hasil Analisa, 2018
insentif ekonomi yang melakukan
bagi pelaku reduksi air seperti
reduksi memberikan
penggunaan air bantuan sembako dengan mengukur satu dimensi saja dengan tingkatan
- Mensosialisasikan
peringatan dini pertanyaan pertama sampai dengan pertanyaan terakhir
bahaya kekeringan memiliki tingkatan, sehingga membentuk satu skala
melalui surat kabar pengukuran berdimensi tunggal. Didalam kuisioner ini dari
dan social media
masing-masing variabel diwakili oleh beberapa pertanyaan
Sumber: Hasil Analisa, 2018
untuk gambaran parameter ketercapaiannya. Dari beberapa
pertanyaan akan memberikan gambaran/jawaban yang tegas
mengenai variabel yang diuji. Jumlah jawaban responden dari
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 2, (2018) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C280

masing-masing pertanyaan yang mewakili variabel (definisi b. Studi literatur mengenai bentuk-bentuk adaptasi yang
operasional) dapat diproporsikan untuk melihat tingkat dapat diterapkan pada wilayah studi. Berikut ini adalah
ketegasan. Terdapat dua kriteria ketegasan dalam skala literatur yang menjadi masukan dalam analisis adalah:
guttman yang dapat dilihat apabila proporsi ya lebih dari 50% 1. Colorado Drought Mitigation and Response Plan,
maka dapat dikatakan item tersebut telah memenuhi kriteria 2010. Colorado Water Conservation [7]
ketegasan sehingga variabel dapat dikatakan “ya” atau 2. Collective decision-making under drought: An
“tidak”. empirical study of water resource management in
Japan. 2016.
E. Analisa Arahan Adaptasi Bahaya Kekeringan
3. Pedoman Umum Adaptasi Perubahan Iklim Sektor
Analisis untuk menentukan arahan adaptasi dilakukan Pertanian, 2011.
dengan analisa deskriptif kualitatif. Arahan adaptasi bahaya 4. Pedoman Manajemen Penanggulangan Bencana, 2012.
kekeringan dirumuskan sebagai upaya untuk menghadapi Adaptasi kondisi eksisting di dapatkan dari sasaran 2
kekeringan di Kabupaten Mojokerto. Arahan tersebut dibuat yaitu identifikasi adaptasi kondisi eksisting. Selanjutnya
berdasarkan hasil kajian dari penulis melalui analisa adaptasi eksisting, kebijakan terkait dan studi yang sudah
deskriptif kualitatif yang mengkombinasikan informasi diterapkan akan ditabulasikan dan dikomparasikan di dalam
sebagai berikut: tabel dimana upaya adaptasi kondisi eksisting yang belum
maksimal dapat ditambahakan dari adaptasi dari literatur
Tabel 12. yang sudah diterapkan untuk menjadi arahan adaptasi di
Arahan Peningkatan Daerah Hijau Kabupaten Mojokerto. Arahan adaptasi tersebut didasarkan
Ketercapaian Kondisi Studi Literatur Arahan Adaptasi dari masing-masing variabel. Variabel adaptasi perubahan
Eksisting (Kekeringan dan
Perubahan Iklim) iklim didapatkan dari sintesa tinjauan pustaka.
- Di wilayah studi - Konservasi daerah - Melakukan
sudah dilakukan hijau pada kawasan peningkatan
peningkatan daerah resapan curah hujan daerah III. HASIL DAN PEMBAHASAN
hijau sebagai usaha seperti membuat tangkapan
untuk menyimpan taman desa sebagai hujan melalui A. Analisis Tingkat Bahaya Kekeringan
cadangan air seperti daerah resapan hujan peningkatan Analisa penilaian tingkat bahaya kekeringan dalam
penanaman pohon dan mengembangkan daerah hijau
dan tanaman hias hutan desa seperti membuat penelitian ini dilakukan berdasarkan jenis kekeringan yang
taman desa dan terjadi di daerah penelitian. Penilaian kekeringan dilakukan
mengembangka dengan menilai bahaya kekeringan multi aspek (Wilhite,
n hutan desa
2005). Penilaian bahaya kekeringan akan dilakukan pada
Sumber: Hasil Analisa, 2018
Tabel 13. masing-masing jenis kekeringan dengan fokus penilaian
Arahan Adaptasi di Kabupaten Mojokerto menggunakan indeks kekeringan. Indeks pengukuran itu
Arahan Adaptasi Bahaya Kekeringan sendiri adalah hasil sintesa dari indikator yang telah
Wilayah Utara Wilayah Selatan
dikuantitatifkan, namun indikator yang telah dikuantitatifkan
- Melakukan pengurangan - Pemberian insentif
penggunaan air (8-15%) oleh pemerintah tersebut tetap memiliki karakteristik dari bahaya kekeringan
- Pemberian insentif oleh kepada pelaku rumah itu sendiri (Wilhite, 2005).
pemerintah kepada pelaku rumah tangga yang tangga yang melakukan 4. Analisis Nilai SPI
melakukan pengurangan penggunaan air seperti pengurangan penggunaan
sembako air seperti sembako Berdasarkan peta SPI (Gambar 1) menunjukkan bahwa
- Membuat bendungan multiguna - Mengembangkan nilai SPI terendah di Kabupaten Mojokerto adalah -0,58. Hal
dan diintegrasikan dengan jaringan irigrasi softwar Water ini menunjukkan bahwa indeks kekeringan di Kabupaten
- Meningkatkan daerah tangkapan and Agroclimate
hijau dengan membuat taman desa dan penanaman Resource Management Mojokerto adalah rendah. Nilai kekeringan tersebut tersebar
pohon disepanjang jalan menuju desa (WARM) di Kecamatan Gedeg, Kemlagi dan Dawarblandong (Gambar
- Mensosialisasikan peringatan - Membuat bendungan 1).
dini bahaya kekeringan melalui surat kabar dan multiguna
social media dan diintegrasikan 5. Analisis NDVI
- Mengembangkan teknologi dengan jaringan irigrasi Perhitungan Natural Difference Vegetation Index (NDVI)
irigrasi bergilir dan irigrasi berselang - Mensosialisasikan didasarkan pada citra landsat.
peringatan dini
bahaya kekeringan
Citra satelit yang digunakan adalah hasil rekam satelit
melalui surat kabar dan pada bulan September 2016 dan 2017 yang dikelompokkan
social media menjadi satu. Pemilihan citra pada bulan September
Sumber: Hasil Analisa, 2018 didasarkan pada nilai indeks kekeringan SPI, dimana pada
bulan September, pada stasiun hujan di Kabupaten Mojokerto
a. Adaptasi kondisi eksisting didapatkan dari sasaran 2 yaitu sedang mengalami nilai SPI paling minimum. Peta NDVI di
identifikasi adaptasi kondisi eksisting sebagai masukan Kabupaten Mojokerto dapat dilihat pada Gambar 2.
apakah adaptasi kondisi eksisting di wilayah yang 6. Analisis Suhu Permukaan
mengalami kekeringan sudah maksimal atau belum Perhitungan suhu permukaan didasarkan pada citra
maksimal. landsat. Perhitungan ini nanti didefinisikan sebagai tingkat
suhu permukaan tanah yang dapat mempengaruhi kebutuhan
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 2, (2018) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C281

air di suatu wilayah. Pemilihan citra pada bulan September 2. Collective decision-making under drought: An
didasarkan pada nilai indeks kekeringan SPI, dimana pada empirical study of water resource management in
bulan September, pada stasiun hujan di Kabupaten Mojokerto Japan. 2016.
sedang mengalami nilai SPI paling minimum. Peta suhu 3. Pedoman Umum Adaptasi Perubahan Iklim Sektor
permukaan di Kabupaten Mojokerto dapat dilihat pada Pertanian, 2011.
Gambar 3. 4. Pedoman Manajemen Penanggulangan Bencana, 2012.
7. Analisa Peta Tingkat Bahaya Kekeringan Tabel 8 merupakan komparasi bentuk adaptasi kekeringan
Berdasarkan hasil analisa peta tingkat bahaya kekeringan untuk diterapkan di dalam membuat arahan bahaya
pada Gambar 4 luas potensi tingkat bahaya kekeringan dapat kekeringan di Kabupaten Mojokerto.
dirinci berdasarkan kejadian bahaya di tiap-tiap kecamatan. Berdasarkan Tabel 8 komparasi terdapat 3 warna dimana
Tingkat bahaya kekeringan yang terjadi berdasarkan analisa warna hijau menunjukkan bahwa bentuk adaptasi tersebut
adalah kering ringan, sedang, sangat kering dan tidak kering. dapat sangat berpotensi untuk mengoptimalkan bentuk
Selanjutnya untuk menentukan adaptasi eksisting, adaptasi yang lainnya. Warna biru merupakan bentuk
pembatasan wilayah studi akan dibatasi pada kekeringan adaptasi yang belum diterapkan di wilayah studi. Sedangkan
sangat kering, yang nantinya asumsi pembahasan adaptasi warna merah merupakan bentuk adaptasi kondisi eksisting
pada daerah rawan bahaya kekeringan sangat kering dapat yang belum optimal. Berdasarkan tabel 8 dapat digunakan
menjadi rujukan bagi daerah rawan bahaya kekeringan yang untuk membuat arahan adaptasi bahaya kekeringan di
lain. Kabupaten Mojokerto. Selain itu, untuk membuat arahan juga
Luas bahaya kekeringan sangat kering mencapai 3.460,75 harus mempertimbangkan kebijakan terkait. Berikut ini akan
hektar, kering sedang mencapai 17.303,75 hektar, kering dibahas terkait arahan adaptasi per variabel adaptasi.
ringan 20.764,5 hektar, dan tidak kering mencapai 27.686
hektar (Tabel 3). 1. Pembatasan Penggunaan Air dapat dilihat pada Tabel 9.
2. Penyediaan Jaringan irigrasi dapat dilihat pada Tabel 10.
B. Analisis Identifikasi Adaptasi Eksisting
3. Penyediaan Tampungan Air Permukaan dapat dilihat pada
Analisa identifikasi adaptasi kondisi eksisting di daerah Tabel 11.
yang teridentifikasi kekeringan mengunakan peta tingkat 4. Peningkatan Daerah Hijau dapat dilihat pada Tabel 12.
bahaya kekeringan yang telah didapatkan dari sasaran 1 yaitu Berdasarkan Tabel 12 arahan adaptasi kekeringan di
menilai tingkat bahaya kekeringan. Identifikasi adaptasi Kabupaten Mojokerto dibagi menjadi 2 wilayah (wilayah
kondisi eksisting hanya dilakukan di wilayah yang utara dan selatan) berdasarkan karakteristik wilayah dan
mengalami tingkat kekeringan tertinggi. Dari hasil sasaran 1 tingkat kekeringan. Arahan adaptasi diwilayah selatan
tingkat bahaya kekeringan di Kabupaten Mojokerto adalah (Kecamatan Mojoanyar, Bangsal, Mojosari, Ngoro dan
sangat kering. Terdapat 9 Kecamatan yang mengalami Pungging) bersifat proaktif, meliputi pengurangan dampak
tingkat sangat kering yaitu Kecamatan Dawarblandong, Jetis kekeringan, penyediaan early warning system, pemberian
Gedeg, Kemlagi, Mojoanyar, Bangsal, Mojosari, Ngoro, dan insentif kepada masyarakat dan penyesuaian fungsi guna air.
Pungging. Peta titik lokasi survey identifikasi adaptasi Sedangkan arahan adaptasi diwilayah utara (Kecamatan
kondisi eksisting di Kabupaten Mojokerto dapat dilihat pada Dawarblandong, Kemlagi, Gedeg dan Jetis) selain bersifat
Gambar 5. prokatif namun juga bersifat reaktif, hal ini disebabkan
1. Pembatasan Penggunaan Air dapat dilihat pada Tabel 4. karena wilayah ini tidak memiliki jaringan irigrasi dan
2. Penyediaan Jaringan Irigrasi dapat dilihat pada Tabel 5. kekurangan daerah tangkapan hijau, sehingga arahan
3. Penyediaan Tampungan Air Permukaan dapat dilihat adaptasi diwilayah utara harus lebih mengutamakan
pada Tabel 6. penyediaan jaringan irigasi dan peningkatkan daerah
4. Peningkatan Daerah Hijau Hijau dapat dilihat pada tangkapan hijau (Tabel 13).
Tabel 7.
C. Analisis Arahan Adaptasi Bahaya Kekeringan IV. KESIMPULAN
Arahan adaptasi bahaya kekeringan dirumuskan sebagai Bahaya kekeringan di Kabupaten Mojokerto memiliki
upaya untuk menghadapi kekeringan di Kabupaten karakteristik dengan tingkat bahaya, yaitu kering ringan,
Mojokerto. Arahan tersebut dibuat berdasarkan hasil kajian kering sedang, sangat kering dan tidak kering. Mayoritas
dari penulis melalui analisa deskriptif kualitatif yang wilayah lamongan mengalami kering ringan dengan total
mengkombinasikan informasi sebagai berikut: luasan mencapai 20.764,5 Ha. Sedangkan luas bahaya
a. Kondisi Eksisting meliputi capaian adaptasi di wilayah kekeringan sangat kering mencapai 3.460,75 Ha, kering
penelitian yang mengalami kekeringan (sesuai dengan sedang mencapai 17.303,75 Ha, dan tidak kering mencapai
pembahasan) 27.686 Ha. Adapun Kecamatan yang mengalami tingkat
b. Studi literatur mengenai bentuk-bentuk adaptasi yang kekeringan tertinggi dengan luasan kekeringan tertinggi
dapat diterapkan pada wilayah studi. Berikut ini adalah adalah Kecamatan Bangsal dengan luas 1.038 Ha.
literatur yang menjadi masukan dalam analisis adalah: Identifikasi adaptasi terhadap kekeringan yang dilakukan
1. Colorado Drought Mitigation and Response Plan, pada wilayah studi menghasilkan bahwa untuk mengurangi
2010. Colorado Water Conservation [7]
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 2, (2018) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C282

dampak kekeringan dilakukan antara lain: pengurangan harus lebih ditingkatkan dari segi pengelolaan irigrasi dan
penggunaan air dari kebutuhan rumah tangga jumlah reduksi peningkatan daerah hijau.
berkisar antara 8%-15%. Penyediaan tampungan air
permukaan juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan air di
DAFTAR PUSTAKA
sektor pertanian dengan mengintegrasikan jaringan irigrasi
[1] D. Wilhite, Drought and Water Crises: Sciennce,Technology, and
dengan tampungan air permukaan. Peningkatan daerah hijau
Management Issues. Broken Sound Parkway NW: Taylor & Francis
juga dapat meningkatkan cadangan air. Masyarakat Group Press, 2005.
melakukan peningkatan daerah hijau dengan cara menanam [2] R. Kodoatie, Pengantar Manajemen Infrastruktur. Yogyakarta:
pohon disepanjang jalan menuju desa dan menanam tanaman Pustaka Pelajar, 2005.
[3] D. Mudiyarso, “Strategi Nasional Antisipasi Dampak Perubahan
hias di pekarangan rumah. Iklim,” Menteri Lingkungan Hidup, 2001. [Online]. Available:
Arahan adaptasi di Kabupaten Mojokerto memiliki www.perpustakaanmenlh.or.id. [Accessed: 24-Oct-2017].
persamaan antara wilayah utara dan selatan yaitu bersifat [4] Darojati, N. Widiana, and et al, “Pemantauan Bahaya Kekeringan di
Kabupaten Indramayu,” J. Tanah Lingkung., vol. 17, no. 2, pp. 60–
proaktif, meliputi pengurangan dampak kekeringan, 68, 2015.
penyediaan early warning system, pemberian insentif kepada [5] G. Rossi, Method and Tools For Drought Analysis and
masyarakat dan penyesuaian fungsi guna air. Namun arahan Management. Dordrecht: Springer, 2005.
[6] C. Bhuiyan, R. Singh, and F. Kogan, “Various drought indices for
adaptasi di wilayah utara juga bersifat reaktif, hal ini monitoring drought condition in Aravalli terrain of India,” in
disebabkan karena wilayah utara tidak memiliki jaringan Proceedings of the XXth ISPRS Conference, 2004.
irigrasi dan minimnya daerah tangkapan hujan akibatnya [7] Colorado Water Conservation Board, “Colorado Drought Mitigation
kekeringan di wilayah utara lebih tinggi dibandingkan and Response Plan,” 2010.
wilayah selatan sehingga arahan adaptasi di wilayah utara

Anda mungkin juga menyukai