BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................2
1.3 Sasaran.......................................................................................................2
2.1 Pengertian.......................................................................................................4
2.2 Penularan........................................................................................................6
i
3.9 Pemberian ARV pada ibu hamil dengan infeksi HIV ....................................25
3.10 Pemberian ARV dan Kontrimaksasol profilaksis pada bayi .......................31
3.11 Diagnosis pada bayi .....................................................................................33
3.12 pelayanan Imunisasi ................................................................................... .35
3.13 Pemberian Nutrisi bagi bayi dari ibu dengan HIV .......................................35
Daftar Pustaka........................................................................................................39
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Alur layanan KIE mengenai HIV dan sifilis pada wanita subur............. 13
Bagan 2 Alur Tes Hiv – Sifilis TIPK ....................................................................15
Bagan 3 Alur tes HIV untuk diagnosis dengan “strategi tiga serial”....................18
Bagan 4 Alur pemberian ARV pada ibu hamil .....................................................25
Bagan 5 pemberian kontrimaksasol pada bayi dari ibu dengan HIV ....................32
iv
BAB I
PENDAHULUAN
penderita HIVdi dunia mencapai 34 juta orang. Sekitar 50% di antaranya adalah
perempuan dan 2,1 juta anak berusia kurang dari 15 tahun. Di wilayah Asia
Selatan dan Tenggara terdapat sekitar 4 juta orang dengan HIV dan AIDS.
wilayah Asia Tenggara terdapat sekitar 1,3 juta orang (37%) perempuan terinfeksi
HIV. Jumlah perempuan yang terinfeksi HIV dari tahun ke tahun semakin
pengobatan, setengah dari anak yang terinfeksi tersebut meninggal sebelum ulang
tahun kedua. Sampai dengan tahun 2013, kasus HIV dan AIDS di Indonesia
telah tersebar di 368 dari 497 kabupa- ten/kota (72 %) di seluruh propinsi. Jumlah
kasus HIV baru setiap tahunnya mencapai sekitar 20.000 kasus. Pada tahun 2013
tercatat 29.037 kasus baru, dengan 26.527 (90,9%) berada pada usia reproduksi
(15-49 tahun) dan 12.279 orang di antaranya adalah perempuan. Kasus AIDS baru
pada kelompok ibu rumah tangga sebesar 429 (15%), yang bila hamil berpotensi
menularkan infeksi HIV ke bayinya. Lebih dari 90% bayi terinfeksi HIV tertular
dari ibu HIV positif. Penularan tersebut dapat terjadi pada masa kehamilan, saat
1
persalinan dan selama menyusui. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak
Upaya ini diintegrasikan dengan upaya eliminasi sifilis kongenital, karena sifilis
gangguan kesehatan pada ibu dan juga ditularkan kepada bayi seperti pada infeksi
HIV.
1.2 Tujuan
tatalaksana setempat.
1.3 Sasaran
1. Seluruh tenaga medis yang terlibat dalam penanganan kasus ibu hamil dengan
HIV yaitu bidan, dokter umum, dan dokter spesialis obstetri ginekologi, dan
sakit.
2
2. Penentu kebijakan di lingkungan fasilitas kesehatan baik primer maupun
3
BAB II
2.1 Pengertian
manusia. Penuruna sistem kekebalan tubuh pada orang yang terinfeksi HIV
atau tanda klinis pada penghidap HIV akibat infeksi oportunistik yang
karena imunitas tubuh yang sangat lemah, sehingga tubuh gagal melawan kuman
yang biasanya tidak menimbulkan penyakit pada orang sehat. Infeksi oportunistik
ini dapat disebabkan oleh berbagai virus, jamur, bakteri, dan parasit sehingga
dapat meheyerang berbagi organ, antara lain kulit, saluran cerna/usus, paru-paru
dan otak.
Kebanyakan orang yang terinfeksi HIV akan berlanjut menjadi AIDS , jika tidak
menjadi AIDS sangat tergantung pada jenis dan virulensi virus status gizi serta
cara penularan. Dengan demikian infeksi HIV dibagi menjadi 3 tipe yaitu : i)
rapid progresor berlangsung 2-5 tahun; ii) average progresor, berlangsung 7-15
4
Leukosit (sel darah putih) merupakan sel imun utama, disamping sel
plasma, makrofag dan sel mast. Sel limfosit adalah salah satu jenis leukosit
didalam darah dan jaringan getah bening. Terdapat dua jenis limfosit : yaitu
kelenjar thymus. Limfosit B adalah limfosit yang berperang penting pada respon
imunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD, IgE). Limfosit T berperan penting pada
dan mengaktivasi imun seluler lainnya seperti fagosit, limfosit B, dan sel-sel
kekebalan tubuh.
pada dinding limfosit T. Pada infeksi HIV. Virus dapat melekat pada reseptor
kekebalan tubuh karena pecah atau rusaknya limfosit T pada infeksi HIV. Nilai
normal CD4 sekitar 8.000-15.000 sel/ml ; bila jumlahnya menurun drastis, berarti
oportunistik. Viral load adalah kandungan atau jumlah virus dalam darah. Pada
infeksi HIV, Viral Load dapat diukur dengan alat tertentu misalnya dengan teknik
Polimerase Chain Reaction (PCR). Semakin besar jumlah viral load pada
penderita HIV, semakin besar pula kemungkinan penularan HIV kepada orang
lain.
5
2.2 Penularan
1. Cairan genital : cairan sperma dan cairan vagina pengidap HIV memiliki
Karena itu semua hubungan seksual yang beresiko dapat menularkan HIV,
peralatan medis yang tidak steril, seperti penggunaan alat suntik bersama
bayi melalui kontak dengan darah atau cairan genital saat persalinan dan
6
2.3 Faktor Resiko
Risiko penularan HIV dari ibu ke anak tanpa uapaya pencegahan atau
penularan HIV dari ibu ke anak yang baik, resiko penularan dapat diturunkan
menjadi kurang dari 2%. Pada masa kehamilan plasenta melindungi janin dari
infeksi HIV; namun bila terjadi peradangan, infeksi atau kerusakan barier
plasenta, HIV bisa menembus plasenta sehingga terjadi penularan dari ibu ke
anak. Penularan HIV dari ibu ke anak lebih sering terjadi pada saat persalinan
1. Faktor ibu
a. Kadar HIV dalam darah ibu (Viral Load) : merupakan faktor yang
b. Kadar CD4 : ibu dengan kadar CD4 yang rendah, Khusunya bila
tubuh yang rendah krena banyak sel limfosit yang pecah/rusak. Kadar
CD4 tidak selalu berbanding terbalik denga viral load. Pada fase awal
7
keduanya bisa tinggi, sedangkan pada fase lanjut keduanya bisa rendah
c. Status gizi selama kehamilan : berat badan yang rendah serta kekurang
kadar HIV dalam darah ibu, sehingga resiko penularan HIV kepada
pemberian ASI.
2. Faktor bayi
a. Usia kehamilan dan berat badan bayi saat lahir : bayi prematur atau
bayi dengan berat lahir rendah lebih rentang tertular HIV karena sistem
menyusui.
8
3. Faktor tindakan Obstetri
Resiko terbesar penularan HIV dari ibu ke anak terjadi pada saat
menyebabkan terjadinya hubungan antara darah ibu dan darah bayi. Selain
itu bayi akan terpapar darah dan lendir ibu dijalan lahir. Faktor-faktor yang
penularan hiv dari ibu ke anak juga semakin tinggi karena kontak
9
kehamilan
5. Masalah
payudara, jika
menyusui.
berikut:
tiga bulan sejak infeksi awal ini, penderita sangat mudah menularkan
HIV kepada orang lain. Sekitar 30-50% orang mengalami gejala infeksi
bening,ruam kulit, nyeri sendi, sakit kepala, bisa disertai batuk seperti
gejala flu pada umumnya yang akan mereda dan sembuh dengan atau
gejala ringan. Tes darah terhadap HIV menunjukkan hasil yang positif,
dapat menularkan HIV kepada oraang lain. Masa tanpa gejala rata-rata
10
3. Fase III: masa AIDS merupakan fase terminal infeksi HIV dengan
tajam saat viral load mencapai puncak; ii) Fase II dengan viral load
menurun; dan iil) Fase III dengan viral load makin tinggi dan limfosit T
CD4 mendekati nol sehingga terjadi gejala berkurangnya daya tahan tubuh
(MAC).
11
2.5 Stadíum Klinis Infeksi HIV Menurut WHO
World Health Organization (WHO) membuat stadium klinis infeksi HIV
komprehensif berkesinambungan jika tes cepat HIV (rapid test HIV) dengan
12
ulseratif fungsi
nekrotika akut neurologis
dan tidak
oleh
penyebab
lainnya,
seringkali
membeik
dengan
ARV
wanita usia reproduksi, khususnya ibu hamil, calon pengantin, remaja dan
pencegahan penularan HIV dan sifilis diintegrasikan dengan layanan KIA, KB,
keschatan peduli remaja, kelas ibu hamil, kegiatan kelompok pendamping ibu;
Informasi, edukasi HIV dan AIDS termasuk PPIA dan sifilis kongenital
Bagang 1. Alur layanan KIE mengenai HIV, dan sifilis pada wanita usia subur
13
BAB III
adalah tes HIV atas inisiatif pemberi pelayanan kesehatan dan konseling
referral). Penawaran tes HIV dan sifilis pada ibu hamil dilakukan pada saat
lainnya. Bila ibu menolak untuk diperiksa dengan tes HIV dan sifilis, maka ia
pilihannya, ibu hamil tetap diberikan bantuan dan tatalaksana klinis sesuai
pentingnya tes HIV dan sifilis demi keselamatan diri dan bayinya, terutama
didaerah epidemi tinggi dan terkonsentrasi HIV –AIDS. Bila ibu hamil
koseling dan tes sukarela (KTS), bila ada. Langkah –langkah TIPK (Gambar
9) meliputi:
2. Pengambilan darah ;
14
4. Konseling ;
Ibu hamil
Bagang 2.Alur tes HIV-Sifilis atas inisiatif pemberian pelayanan kesehatan dan
konseling
15
3.2 Pemberian Informasi Sebelum Tes
terpadu, termasuk tes HIV dan sifilis, petugas kesehatan wajib memberikan
hepatitis, HIV dan sifilis, dari ibu kepada bayinya selama kehamilan,
3. Layanan yang tersedia dan pengobatan bagi pasien yang hasil tesnya
positif
4. Informasi bahwa hasil tes akan diperlakukan secara rahasia dan tidak
akan diungkapkan tanpa seijin pasien kepada orang lain selain petugas
16
3.3 Pengambilan Darah dan Tes HIV
10) untuk daerah dengan prevalensi HIV di bawah 10% Tiga reagen yang
Oportunistik. Pengambilan darah untuk tes HIV dilakukan sekaligus untuk tes
terlatih. Bila tidak ada tenaga medis dan atau teknisi laboratorium maka
tenaga kesehatan lain (bidan atau perawat terlatih) dapat melakukannya. Cara
17
Bagang 3. Alur tes HIV untuk diagnosis dengan "Strategi Tiga Serial"
intim dengan lelaki, waria) dan Pasien hepatitis, Ibu Hamil, Pasangan
18
Tes diagnostik HIV dapat dilakukan secara serologis dan virologis.
Pemeriksaan serologis dilakukan dengan metode Rapid Diagnostic Test
(RDT) atau Enzyme Immuno Assay (EIA) yang menggunakan antibodi atau
memahami hasil tes dan tatalaksana yang hendak dilakukan. Bila ada
3.5 Konseling
diperiksa spesimen darahnya untuk tes HIV dan sifilis. Konseling harus
dilakukan secara tatap muka individual. Isi konseling pada ibu hamil,
19
Hasil tes HIV "non-reaktif" atau negatif:
Konseling dan edukasi pasangan dan anjuran agar pasangan melakukan tes
HIV.
terapi ARV, kepatuhan minum obat serta dimana obat ART bisa didapat;
gizi yang memadai untuk ibu hamil, termasuk pemenuhan kebutuhan zat
pilihannya;
yang dapat dihubungi, nama dan nomor telepon klinik/rumah sakit rujukan
ODHA;
20
Kesepakatan tentang jadwal kunjungan lanjutan; iii. Penjelasan mengenai
setelah dua minggu, tiga bulan, enam bulan dan setahun. Bila sampai satu
tahun hasil tetap “indeterminate” dan faktor risiko rendah, hasil dapat
penjelasan hasil tes non-reaktif dan reaktif. Bila terdapat reaksi psikologis,
dengan diagnosis HIV dan sifilis, maka diperlukan konseling khusus. Pada
dengan HIV
dengan lebih hati-hati dan matang karena adanya risiko penularan HIV kepada
termasuk HIV dan AIDS, bila digunakan secara disiplin, terus-menerus dan benar.
Karena itu kondom harus digunakan oleh semua pasangan, baik yang hanya satu
berasal dari ulkus/lesi pada selangkangan yang tidak tertutup olehnya. Walaupun
21
ganda).Kegiatan yang dilakukan meliputi: i) pencegahan dan penundaan
kehamilan pada ibu dengan HIV melalui konseling dan penyediaan sarana
kontrasepsi yang aman dan efektif; dan ii) perencanaan dan persiapan kehamilan
ke bayi, bila ibu dengan HIV sudah memiliki jumlah anak yang cukup,
khusus bila ada keluhan efek samping, seperti nyeri dan perdarahan.
dengan HIV yang tidak dalam terapi obat ARV dan obat lain yang
dengan HIV yang tidak dalam terapi obat ARV, karena ARV
22
menurunkan efektivitas pil progesteron. iii. Suntik progesteron jangka
DMPA tidak dipengaruhi oleh obat ARV dan tetap dapat diberikan
1. Kadar virus tidak terdeteksi: bila kadar virus dalam darah sudah tidak
2. Kadar CD4 lebih dari 350 sel/mm3: kadar CD4 yang tinggi
merupakan tanda bahwa kekebalan tubuh ibu cukup baik dan layak
untuk hamil. Dengan kadar CD4 kurang dari 350 sel/mm3 maka ibu
23
akan rentan terhadap infeksi sekunder yang akan membahayakan ibu
tuanya.
1. Pemeriksaan kadar CD4 dan kadar virus dalam darah, untuk mengetahui
2. Bila kadar virus dalam darah tidak terdeteksi atau kadar CD4 lebih dari
masa subur.
3. Bila kadar CD4 masih kurang dari 350 sel/mm3, minum ARV secara
teratur dan disiplin minimal selama enam bulan dan tetap menggunakan
24
1. Bila dipastikan serologis HIV non-reaktif (negatif), maka kapan pun boleh
hamil
4. Apabila VL masih terdeteksi atau kadar CD4 kurang dari 350 sel/mm3,
diberikan terapi ARV, tanpa harus mengetahui jumlah CD4 dan kadar
memulai terapi.
Ibu hamil
25
Untuk memulai terapi ARV perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
pra-pemberian ARV;
oportunistik diobati dan stabil (kira-kira setelah dua minggu sampai dua
bulan pengobatan).
(kira-kira dua minggu sampai dua bulan) dengan fungsi hati baik untuk
Syarat pemberian ARV pada ibu hamil dikenal dengan singkatan SADAR, yaitu
sebagai berikut:
infeksi HIV.
26
Secara umum, yang direkomendasikan untuk ibu hamil HIV positif adalah
27
1. Paduan obat ARV Kombinasi Dosis Tetap Fixed Dose Combination
2. Untuk ibu yang status HIV-nya diketahui sebelum kehamilan dan sudah
mendapatkan ARV, maka ARV tetap diteruskan dengan paduan obat yang
3. Untuk ibu hamil yang status HIV diketahui ssat kehamilan, segera
diberikan ARV tanpa melihat umur kehamilan berapapun nilai CD4 dan
stadium klinisnya.
4. Untuk ibu hamil yang status HIV-nya diketahui dalam persalinan, segera
diberikan ARV. Pilihan Paduan obat ARV sama dengan ibu hamil dengan
HIV lainnya. Informasi lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6
28
Perencanaan Persalinan Aman bagi Ibu dengan HIV
Tujuan persalinan Aman bagi Ibu dengan HIV adalah menurunkan risiko
penularan HIV dari ibu ke bayi, serta risiko terhadap ibu, tim penolong
lebih kecil untuk penularan terhadap bayi, namun menambah risiko lainnya untuk
ibu. Risiko penularan pada persalinan per vaginam dapat diperkecil dan cukup
aman bila ibu mendapat pengobatan ARV selama setidaknya enam bulan dan/atau
viral load kurang dari 1000 kopi/mm3 pada minggu ke-36. Tabel 7 menampilkan
29
Hal-hal berikut perlu diperhatikan dalam memberikan pertolongan
Perawatan nifas bagi ibu dengan HIV pada dasarnya sama dengan
perawatan nifas pada ibu nifas normal. Namun terdapat beberapa hal
produksi ASI
30
3. Pelayanan kontrasepsi pasca persalinan diutamakan agar tidak terjadi
yang dikandungnya.
darah.
pengobatan. Semua bayi lahir dari ibu dengan HIV, baik yang diberi ASI
eksklusif maupun susu formula, harus diberi zidovudin sejak hari pertama
Dosis zidovudin/AZT:
3. Bayi prematur 30-35 minggu: 2 mg/kg BB tiap 12 jam selama dua minggu
31
Bayi dari ibu dengan HIV
Positif Negatif
dapat dihentikan pada bayi yang terpajan HIV sesudah dipastikan TIDAK
tertular HIV (setelah ada hasil laboratorium baik PCR maupun antibodi
pada usia sesuai). Pada anak umur 1 sampai 5 tahun yang terinfeksi HIV,
32
3.11 Diagnosis HIV pada Bayi
antibodi terhadap HIV) ditransfer secara pasif kepada janin, dan dapat
serologis HIV pada anak kurang dari 18 bulan dapat menunjukkan hasil
reaktif, walaupun anak tersebut tidak terinfeksi HIV. Diagnosis HIV pada
1. Uji Virologi
a. Uji virologi yang dianjurkan: PCR DNA pada sampel darah lengkap
(whole blood) atau DBS, PCR HIV RNA (viral load) pada plasma.
b. Bayi yang diketahui terpajan HIV sejak lahir dianjurkan untuk diperiksa
dengan uji virologi pada umur 4-6 minggu atau sesegera mungkin.
maka terapi ARV harus segera dimulai. Pada saat yang sama dilakukan
33
2. Uji Serologi
Uji serologi pada anak umur kurang dari 18 bulan digunakan sebagai uji
a. Anak umur kurang dari 18 bulan terpajan HIV yang tampak sehat dan
belum diuji virologi, dianjurkan untuk diuji serologi pada umur sembilan
bulan. Bila hasilnya positif, maka harus segera diikuti uji virologi untuk
identifikasi kasus yang memerlukan terapi ARV. Jika uji serologi positif
dan uji virologi belum tersedia, perlu dilakukan pemantauan klinis ketat
b. Anak umur kurang dari 18 bulan dengan gejala infeksi HIV, uji serologi
c. Anak umur kurang dari 18 bulan yang sakit dan diduga disebabkan oleh
infeksi HIV, namun uji virologi tidak dapat dilakukan, maka diagnosis
d. Pada anak umur kurang dari 18 bulan yang masih mendapat ASI, prosedur
e. Anak umur 18 bulan ke atas memakai cara yang sama dengan tes HIV
pada orang dewasa. Perhatian khusus diberikan untuk anak yang masih
mendapat ASI pada usia ini, karena tes HIV baru dapat ditafsirkan dengan
baik bila ASI sudah dihentikan selama lebih dari enam minggu. Pada usia
lebih dari 18 bulan, ASI bukan lagi sumber nutrisi utama, oleh karena itu
34
cukup aman bila ibu diminta untuk menghentikan ASI sebelum dilakukan
Uji serologi pada anak umur lebih dari 18 bulan digunakansebagai uji
diagnostik.
Anak umur 18 bulan ke atas memakai cara yang sama dengan tes HIV
Prinsip umum semua vaksinasi tetap diberikan seperti pada bayi lainnya, termasuk
memberikan vaksin hidup (BCG, polio oral, campak). kecuali bila terdapat gejala
klinis infeksi HIV. Jadwal pemberian imunisasi mengikuti buku KIA terbaru.
Tidak boleh ada pelabelan HIV, namun kewaspadaan standar tetap dilakukan.
Tabel 8 merangkum jadwal kunjungan pemeriksaan pada bayi dari ibu HIV
positif.
Pemberian nutrisi yang dianjurkan bagi bayi yang belum diketahui status HIV-nya
sebagai berikut:
35
2. Pengambilan keputusan dapat dilakukan oleh ibu/keluarga
3. Pilihan yang diambil haruslah antara ASI saja atau susu formula saja
Tabel 5. Jadwal Kunjungan Pemeriksaan pada Bayi dari Ibu dengan HIV
36
1. Sangat tidak dianjurkan untuk mencampur ASI dengan susu formula,
kepada bayi dibandingkan metode lainnya. Hal ini karena susu formula
usus dan mempermudah masuknya virus HIV yang ada dalam ASI ke
2. Ibu dengan HIV boleh memberikan susu formula bagi bayinya yang HIV
negatif atau tidak diketahui status HIV-nya, jika SELURUH syarat AFASS
masyarakat yang memiliki jaminan atas akses air bersih dan sanitasi yang
formula dalam jumlah cukup untuk mendukung tumbuh kembang anak; iii)
ibu atau keluarganya menyiapkan susu formula dengan bersih dan dengan
frekuensi yang cukup, sehingga bayi aman dan terhindar dari diare dan
baik; dan vi) ibu atau keluarganya dapat mengakses pelayanan kesehatan
37
sulit dipenuhi, karena itu WHO menganjurkan pemberian ASI, yang cukup
aman selama ibu mendapat terapi ARV secara teratur dan benar.
bayi dapat secara total diberi susu formula, sehingga produksi ASI akan
5. Pada bayi yang diberi ASI, bila setelah enam bulan syarat-syarat pada Butir
5 belum dapat terpenuhi maka ASI tetap dapat diberikan dengan cara
nutrisi utama.
Jika bayi telah diketahui HIV positif: i) ibu sangat dianjurkan untuk memberikan
ASI eksklusif sampai bayi berumur enam bulan; ii) mulai usia enam bulan, bayi
diberikan makanan pendamping ASI dan ASI tetap dilanjutkan sampai anak
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu
dan Anak Pedoman pelaksanaan pencegahan nenularan HIV Dan sifilis dari ibu ke
39