Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEWBORN (TTN) PADA PASIEN


DI RUANG BAYI
RSUD KABUPATEN SIDOARJO

Disusun Oleh :

Asaria Rianda Rawang

2007.14901.291

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

STIKES WIDYAGAMA HUSADA

MALANG

2020
A. Pengertian
Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN) ialah gangguan
pernapasan pada bayi baru lahir yang berlangsung singkat yang biasanya
berlangung short-lived (< 24 jam) dan bersifat self-limited serta terjadi sesaat
setelah ataupun beberapa jam setelah kelahiran, baik pada bayi yang prematur
maupun pada bayi yang matur (lahir aterm). (Brooker, 2008).
Transient tachypnea of the newborn (TTN) adalah keadaan bayi baru
lahir (newborn) mengalami pernapasan yang cepat dan butuh usaha tambahan
dari normal karena kondisi di paru-paru. Sekitar 1% dari bayi baru lahir
mengalami hal ini dan umumnya menghilang setelah beberapa hari dengan
tatalaksana yang optimal. (Stefano, 2005).
Transient tachypnea of the newborn (TTN) yaitu pernapasan cepat
(frekuensi nafas > 60 x/menit ) sementara yang terjadi pada bayi waktu lahir
umunya cukup bulan dan biasanya ringan serta dapat sembuh sendiri dengan
perawatan yang baik. (Stuart and Sunden, 2001).

B. Anatomi Fisiologi
Menurut Pusdiknakes (2003) perubahan fisiologis pada bayi baru lahir
adalah salah satunya system pernafasan. Selama dalam uterus, janin
mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah lahir,
pertukaran gas harus melalui paru-paru.
a. Perkembangan paru-paru
Paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari faring yang bercabang-
cabang membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini berlanjut
setelah kelahiran sampai usia 8 tahun, sampai jumlah bronchiolus dan
alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan
bukti gerakan nafas sepanjang trimester kedua dan ketiga. Kematangan
paru-paru akan mengurangi peluang kelangsungan hidup bayi baru, yang
disebabkan oleh keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan
sistem kapiler paru-paru, dan tidak mencukupinya jumlah surfaktan. Dua
faktor yang berperan pada rangsangan pertama nafas bayi :
1. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan dua
rahim yang merangsang pusat pernafasan otak.
2. Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-
paru selama persalinan yang merangsang masuknya udara ke
dalam paru-paru secara mekanis.
Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler dan susunan saraf
pusat menimbulkan pernafasan teratur dan berkesinambungan. Jadi
sistem-sistem harus berfungsi secara normal.

Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan


cairan dalam paru-paru dan mengembangkan alveolus paru-paru untuk
pertama kali. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan dan
jumlahnya akan meningkat sampai paru-paru matang sekitar 30-40 minggu
kehamilan. Surfaktan ini berfungsi mengurangi tekanan permukaan paru-
paru dan membantu menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps
pada akhir pernafasan. Tanpa surfaktan alveoli akan kolaps setiap saat
setelah akhir setiap pernafasan yang menyebabkan sulit bernafas

Bayi cukup bulan mempunyai cairan di dalam paru-parunya. Pada saat


bayi melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar 1/3 cairan ini akan
diperas keluar paru-paru. Dengan beberapa kali tarikan nafas pertama,
udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus bayi baru lahir. Dengan sisa
cairan di dalam paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh
pembuluh limfe dan darah.

Oksigenasi sangat penting dalam mempertahankan kecukupan


pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan
mengalami vasokontriksi. Pengerutan pembuluh darah ini berarti tidak ada
pembuluh darah yang terbuka, guna menerima oksigen yang berada dalam
alveoli, sehingga penurunan oksigenasi jaringan akan memperburuk
hipoksia.

Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran


gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru akan mendorong
terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan
paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar
rahim

C. Etiologi
Transient tachypnea of the newborn (TTN) disebut juga wet lungs atau
respiratory distress syndrome tipe II yang dapat didiagnosis beberapa jam
setelah lahir. TTN tidak dapat didiagnosis sebelum lahir. TTN dapat terjadi pada
bayi prematur (paru-paru bayi prematur belum cukup matang) ataupun bayi
cukup bulan. Penyebab TTN lebih dikaitkan dengan beberapa faktor risiko yang
meningkatkan kejadian TTN pada bayi baru lahir. Faktor risiko TTN pada bayi
baru lahir di antaranya:
a. Lahir secara secar
b. Lahir dari ibu dengan diabetes
c. Lahir dari ibu dengan asma
d. Bayi kecil untuk usia kehamilan (small for gestational age).
Selama proses kelahiran melalui jalan lahir, terutama bayi cukup bulan,
tekanan sepanjang jalan lahir akan menekan cairan dari paru-paru untuk
keluar. Perubahan hormon selama persalinan juga berperan pada penyerapan
cairan di paru-paru. Bayi yang kecil atau prematur atau yang lahir melalui jalan
lahir dengan durasi singkat atau dengan secar tidak mengalami penekanan
yang normal terjadi dan perubahan hormonal seperti kelahiran normal,
sehingga mereka lebih berisiko mengalami penumpukan cairan di paru-paru
saat mereka menarik napas untuk pertama kali.

D. Patofisiologi
Sebelum lahir paru-paru bayi terisi dengan cairan. Saat di dalam kandungan
bayi tidak menggunakan paru-parunya untuk bernapas. Bayi mendapat oksigen
dari pembuluh darah plasenta. Saat mendekati kelahiran, cairan di paru-paru
bayi mulai berkurang sebagai respon dari perubahan hormonal. Cairan juga
terperas keluar saat bayi lahir melewati jalan lahir (tekanan mekanis terhadap
thoraks). Setelah lahir bayi mengambil napas pertamanya dan paru-paru terisi
udara dan cairan di paru-paru didorong keluar. Cairan yang masih tersisa
kemudian dibatukkan atau diserap tubuh secara bertahap melalui sistem
pembuluh darah atau sistem limfatik. Bayi dengan TTN mengalami sisa cairan
yang masih terdapat di paru-paru atau pengeluaran cairan dari paru-paru terlalu
lambat sehingga bayi mengalami kesulitan untuk menghirup oksigen secara
normal kemudian bayi bernapas lebih cepat dan lebih dalam untuk mendapat
cukup oksigen ke paru-paru.
E. Patway

Bayi lahir prematur

Inadekuat Lapisan lemak belum


suefektan terbentuk pada kulit

Alveolus kolaps Resiko gangguan


termoregulasi hipotermia

Ventilasi
berkurang
Kekurangan nutrisi

Peningkatan
usaha nafas Intakea tidak adekuat

takipnea Reflek hisap menurun

Pola nafas tidak


efektif

F. Tanda dan Gejala


a. Bernapas cepat dan dalam (takipnea) lebih dari 60 x/menit
b. Napas cuping hidung (nasal flare)
c. Sela iga cekung saat bernapas (retraksi interkostal)
d. Mulut dan hidung kebiruan (sianosis)
e. Grunting atau merintik/mendengkur saat bayi mengeluarkan napas Selain
tanda dan gejala tersebut, bayi dengan TTN tampak seperti bayi lainnya

G. Komplikasi
Apabila tatalaksananya buruk, komplikasi yang mungkin seperti :
a. Hipoksia karena penanganan terlalu lama, akibatnya terjadi kekurangan
nutrisi pada organ-organ vital (otak, jantung, paru, ginjal.
b. Asidosis metabolic (hipoglikemia, hipotermia).

H. Test Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Analisis Gas Darah biasanya akan memperlihatkan hipoksia ringan.
Hipokarbia biasanya didapatkan. Jika ada, hipokarbia biasanya ringan
(PCO2 >55 mm Hg). Extreme hypercarbia sangat jarang, namun jika
terjadi, merupakan indikasi untuk mencari penyebab lain.
2. Differensial Count adalah normal pada TTN, tapi sebaiknya dilakukan
untuk menentukan apakah terdapat proses infeksi. Nilai hematokrit
akan menyingkirkan polisitemia.
3. Urine and serum antigen test dapat membantu menyingkirkan infeksi
bakteri.
b. Pemeriksaan Radilogi
Rontgen thoraks. Berikut adalah gambaran khas pada TTN:
1. Hiperexpansi paru, khas pada TTN.
2. Garis prominen di perihiler.
3. Pembesaran jantung ringan hingga sedang.
4. Diafragma datar, dapat dilihat dari lateral.
5. Cairan di fisura minor dan perlahan akan terdapat di ruang pleura.
6. Prominent pulmonary vascular markings.
I. Penatalaksanaan Medis
Bayi dengan TTN diawasi dengan cermat. Kadangkala dapat diawasi di
NICU (perawatan intensif bayi baru lahir). Pemantauan frekuensi jantung,
pernapasan dan kadar oksigen. Beberapa bayi diawasi dan dipastikan
frekuensi pernapasan menurun dan kadar oksigen tetap normal, lainnya
mungkin membutuhkan oksigen tambahan melalui masker, selang di bawah
hidung atau kotak oksigen (headbox). Jika bayi tetap berusaha keras untuk
bernapas meskipun oksigen sudah diberikan, maka continous positive airway
pressure (CPAP) dapat digunakan untuk memberikan aliran udara ke paru-
paru. Dengan CPCP bayi mengenakan selang oksigen di hidung dan mesin
secara berkesinambungan memberikan udara bertekanan ke hidung bayi untuk
membantu paru-paru tetap terbuka selama pernapasan. Pada kasus berat
maka bayi dapat membutuhkan bantuan ventilator, namun ini jarang terjadi.
Nutrisi dapat menjadi masalah tambahan jika bayi bernapas terlalu
cepat sehingga bayi tidak dapat mengisap,menelan dan bernapas secara
bersamaan. Pada kasus ini maka infus melalui pembuluh darah perlu diberikan
agar bayi tidak dehidrasi dan kadar gula darah bayi tetap terjaga. Dalam 24-48
jam proses pernapasan bayi dengan TTN biasanya akan membaik dan kembali
normal dan dalam 72 jam semua gejala TTN sudah tidak ada. Jika keadaan
bayi belum membaik maka dokter harus mencari kemungkinan penyebab
lainnya yang mungkin menyertai. Setelah bayi pulih dari TTN umumnya bayi
akan pulih sepenuhnya, inilah syarat dimana bayi boleh dipulangkan. Sebelum
pulang berikan edukasi kepada ibu agar melakukan observasi di rumah dengan
memantau tanda-tanda gangguan pernapasan seperti kesulitan bernapas,
tampak biru, sela iga cekung saat bernapas, bila hal ini muncul segera hubungi
dokter dan unit gawat darurat terdekat.

J. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas
TTN biasanya terjadi pada bayi baru lahir yang berlangsung singkat
yang biasanya berlangung short-lived (< 24 jam).
b. Riwayat Penyakit
Lahir secara secar,lahir dari ibu dengan diabetes, lahir dari ibu dengan
asma, bayi kecil untuk usia kehamilan (small for gestational age).
c. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Perlu kita perhatikan adanya tachypnea, dyspnea, cyanosis
sirkumoral pernafasan cuping hidung. Perlu kita perhatikan adanya
tarikan dinding dada ke dalam saat fase inspirasi. Pernapasan
>60x/m.
2) Palpasi
Nadi kemungkinan mengalami peningkatan (takikardi)
3) Perkusi
4) Auskultasi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan belum terbentuknya
zat surfaktan dalam tubuh.
b. Resiko tinggi gangguan termoregulasi : hipotermi b.d belum
terbentuknya lapisan lemak pada kulit.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan menerima nutrisi.

K. Implementasi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Gangguan pola Tujuan: a. Posisikan a. Posisi semi powler
nafas berhubungan Kriteria hasil: pasien semi dapat
dengan belum a. Tidak ada powler memaksimalkan
terbentuknya zat sianosis dan b. Auskultasi suara ventilasi
surfaktan dalam disipnea, napas, catat b. Suara napas
tubuh. mendemonstrasi adanya suara tambahan dapat
kan batuk efaktif napas menjadi sebagai
dan suara nafas tambahan tanda jalan napas
yang bersih c. Monitor yang tidak adekuat
b. Menunjukan respirasi dan c. Pada sepsis
jalan nafas yang status O2,TTV terjadinya
paten(pelayan d. Berikan gangguan respirasi
tidak merasa pelembab udara dan status O2
tercekik,tidak kasa basah sering ditemukan
ada suara nafas Nacl lembab yang menyebabkan
abnormal) TTV tidak dalam
c. Tanda-tanda rentan normal
vital dalam Mengurangi jumlah
rentang normal lokasi yang dapat
menjadi tempat
masuk organisme
2 Resiko tinggi Tujuan. : a. Tempatkan bayi a. Mencegah
gangguan Setelah dilakukan pada tempat terjadinya hipotermi
termoregulasi : tindakan yang hangat b. Menjaga kestabilan
hipotermi b.d belum keperawatan selama Rasional : suhu tubuh
terbentuknya 3 x 24 jam b. Atur suhu c. Memonitor
lapisan lemak pada diharapkan suhu incubator perkembangan
kulit. tubuh tetap normal. Rasional : Resiko tinggi
Kriteria hasil : c. Pantau suhu gangguan
a. Suhu 37 °C tubuh setiap 2 termoregulasi :
b. Bayi tidak jam hipotermi b.d belum
kedinginan terbentuknya
lapisan lemak pada
kulit.
3 Ketidakseimbangan Tujuan : a. Berikan cairan a. Glukosa digunakan
nutrisi kurang dari Mempertahankan IV dengan sebagai pengganti
kebutuhan tubuh dan mendukung kandungan cadanngan energi
berhubungan intake nutrisi glukosa sesuai dalam tubuh
dengan Kriteria hasil: kebutuhan b. Indikasi
ketidakmampuan a. Klien neonatus. pemangsangan
menerima nutrisi mendemonstrasi b. Mengidentifikasi OGT
kan intake factor yang c. Membantu
makanan yang menyebabkan memperbaiki gizi
adekuat dan sulit menelan. pada bayi
metabolismetubu c. Rujuk kepada
h. ahli diet untuk
b. Intake makanan membantu
meningkat, tidak memilih cairan
ada penurunan yang dapat
BB lebih lanjut, memenuhi
menyatakan kebutuhan gizi.
perasaan
sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai