Anda di halaman 1dari 6

ISBN :978-623-7297-16-1

ANALISIS SISTEM PEMBEBANAN PADA GENERATOR


DI PT. PLN (PERSERO) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
DIESEL TITI KUNING
Yusniati1), Nurcholis Najib Sanubari Matondang2)
1)
Universitas Islam Sumatera Utara
2)
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
yusniati@ft.uisu.ac.id

Abstrak
Pembangit Listrik Tenaga Diesel Titi Kuning adalah salah satu unit pembangkit listrik PT.PLN (Persero) di
sektor Medan yang digunakan sebagai pembangkit cadangan apabila terjadi peningkatan pada beban atau pada
saat beban puncak pada PT.PLN (Persero). Jika terjadi terjadi peningkatan beban dan pembangkit –
pembangkit lain tidak sanggup untuk memikulnya, maka PLTD Titi Kuning dioperasikan, untuk membuat PLTD
bekerja sama dengan sistem maka dilakukan pemparalelan setiap generator ke sistem untuk menambah
kapasitas daya sistem dan untuk menjaga keandalan sistem tersebut. Pemparalelan dilakukan secara manual
dengan mengatur parameter- parameter keluaran generator berupa penyesuaian tegangan running pada 6500
Volt dengan memutar Procentage Voltage Regulator pada posisi 30 % dan penyesuaian frekuensi dengan
sistem dengan mengatur speed control mesin diesel untuk penyesuaian masukan bahan bakar oleh governor, dan
memasukkan Circuit Breaker secara manual jika posisi jarum sinkronoskop pada posisi counter dan lampu
indikatornya gelap (mati). Setelah dilakukan analisa pembagian beban pada tiap generator terdapat selisih
nilai perhitungan dengan nilai yang terbaca oleh alat ukur sebesar 3,2 %, nilai yang terbaca pada alat ukur
sebesar 3,2 MW sedangkan hasil nilai perhitungan manual adalah 3,1 MW. Maka, untuk mendapatkan nilai
akurasi alat ukur yang lebih tinggi harusnya digunakan alat ukur berupa digital.

Kata-Kata Kunci : Pemparalelan, Generator, Pembebanan

I. PENDAHULUAN oleh pembangkit.


Untuk mencukupi permintaan konsumen
Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan terhadap energi listrik yang dilayani tentu perlu
semua bidang kehidupan manusia dapat semakin penambahan daya pada jaringan dalam menjalankan
ringan dikerjakan dengan bantuan suatu peralatan. tugasnya untuk menyediakan listrik bagi
Demikian halnya dalam bidang kelistrikan. Dengan masyarakat, PLN mempunyai divisi Pusat
menggunakan suatu alat khusus, sistem kerja sebuah Pengaturan dan Pengendalian Beban (P3B). Tugas
pembangkit dapat dengan mudah dikontrol oleh utama dari P3B ini adalah menyesuaikan
seorang operator. Sistem kerja yang dimaksud permintaan listrik dari luar dengan kapasitas
mencakup sistem pengaturan, sistem proteksi dan pembangkit yang baru harus dioperasikan. Jika
pembagian beban. Dalam sistem kerja suatu terjadi peningkatan kebutuhan listrik, maka P3B
pembangkit umumnya, sistem pengaturan, sistem akan menghubungi perusahan pembangkit listrik
proteksi dan pembagian beban bekerja secara untuk menaikkan daya unit pembangkit yang sudah
terpisah. Sehingga dibutuhkan banyak tenaga on line atau bahkan meminta unit pembangkit yang
manusia dalam pengoperasiannya. stand by untuk dioperasikan.
Kebutuhan akan energi listrik pada saat ini Dalam operasi sistem tenaga listrik, selain
sangat besar, bahkan sudah menjadi kebutuhan pokok upaya untuk meminimalisir kegagalan sistem,
bagi industri, masyarakat, maupun perkantoran. faktor penting lainnya adalah menjaga suplai daya
Salah satu kebutuhan energi yang besar saat ini tetap terlayani. Sistem tenaga listrik mempunyai
adalah berbeda di wilayah sumatera, tepatnya di variasi beban yang sangat dinamis dimana setiap
sumatera bagian utara. detik akan berubah-ubah, dengan adanya perubahan
Perkembangan teknologi saat ini yang membuat ini pasokan daya listrik tetap dan harus disuplai
kebutuhan energi listrik melonjak sehingga harus dengan besaran daya yang sesuai. Bila pada saat
dilakukan pemikiran untuk mencukupi kebutuhan tertentu terjadi lonjakan atau penurunan beban yang
yang makin lama kian bertambah, sehingga harus tidak terduga, maka perubahan ini sudah dapat
dilakukan interkoneksi antara pembangkit– dikategorikan ke dalam gangguan pada sistem
pembangkit di wilayah sumatera supaya mencukupi tenaga listrik yakni kondisi tidak seimbang antara
kebutuhan beban yang akan dilayani. Pada jaringan pasokan listrik dan permintaan energi listrik akibat
tenaga listrik, pusat pembangkit tenaga listrik adanya gangguan baik pada pembangkit ataupun
membangkitkan daya listrik, kemudian daya listrik pada sistem transmisi sehingga mengakibatkan
tersebut dikirim melalui jaringan transmisi dan kerja dari pembangkit yang lain menjadi lebih berat.
didistribusikan ke berbagai macam beban listrik.
Beban-beban listrik tersebut mengkonsumsi daya
listrik selama daya listrik dibangkitkan
SEMNASTEK UISU 2020 59
ISBN :978-623-7297-16-1

II. TINJAUAN PUSTAKA akibatnya beban yang dilayani oleh generator


sinkron berubah-ubah yang dapat mempengaruhi
2.1 Tinjauan Pustaka Relevan tegangan dan daya keluaran dari generator sinkron
Generator induksi adalah generarator yang tersebut. Sehingga menyebabkan perubahan
memiliki prinsip dan konstruksinya sama dengan tegangan terminal yang akan berpengaruh pada
motor induksi yang sudah umum digunakan, hanya efisiensi serta keandalan suatu sistem. Adapun
saja dibutuhkan penggerak mula sehingga putaran tulisan ini membahas tentang analisa penentuan
rotor lebih besar dari pada putaran stator (nr>ns) tegangan terminal generator sinkron 3 fasa rotor
untuk membangkitkan tegangannya. Generator salient pole, sebelumnya dilakukan perbaikan faktor
induksi lebih banyak digunakan pada daerah daya untuk pembebanan induktif dan kapasitif
terpencil yang belum terjangkau listrik. Umumnya kemudian dilakukan perhitungan regulasi tegangan
generator induksi digunakan untuk membangkitkan dan efisiensi. Untuk merubah tegangan terminal
energi listrik berdaya kecil seperti pada pembangkit agar tetap konstan dapat dilakukan dengan
listrik tenaga angin dan mikrohidro. Dalam pengaturan tegangan induksi (Ea) yang diakibatkan
pengoperasian generator induksi memiliki masalah karena adanya perubahan arus beban (Ia) yang
pada tegangan keluaran generator yang tidak konstan. mengalir pada tahanan jangkar (Ra) dan reaktansi
Oleh sebab itu diperlukan adanya sebuah sistem sinkron (Xs) yang menyebabkan terjadi perubahan
kontrol untuk mengatur tegangan keluaran generator tegangan terminal. Untuk nilai pembebanan yang
induksi. Dengan menggunakan pengontrolan, sama, semakin baik faktor daya dari beban yang
tegangan yang dihasilkan oleh generator induksi dilayani oleh generator sinkron semakin baik
berpenguatan sendiri menjadi lebih halus tanpa regulasi yang dihasilkan. Hal ini disebabkan
adanya ripple dan lebih stabil (Suhendri : 2016). semakin baik faktor dayanya maka semakin kecil
Menurut Syamsul Amien : Generator sinkron tegangan beban nol (Ef), semakin besar tegangan
(alternator) merupakan mesin listrik yang merubah yang diterima oleh beban (Vt). Semakin baik faktor
energi mekanis menjadi energi listrik melalui proses daya semakin baik pula efisiensi sedangkan rugi-
induksi elektomagnetik. Jika generator sinkron rugi daya (Pcl) dan arus beban (Ia) akan semakin
dibebani maka akan memberikan sifat yang berbeda kecil (Selamat Aryadi : 2015).
sesuai dengan jenis beban yang dipikulnya, sehingga Selanjutnya penelitian dilakukan oleh
dalam pembebanan ini akan menentukan nilai faktor Khatimah (2014) tentang : Analisis pengaturan
daya pada generator tersebut. Faktor daya tegangan pada generator sinkron fasa-fasa akibat
mempunyai pengertian sebagai besaran yang pembebanan yang tidak seimbang. Pada penelitian
menunjukkan seberapa efisien mesin yang dimiliki yang dilakukan khatimah, dengan asumsi bahwa
dalam menyalurkan daya yang bisa dimanfaatkan. beda sudut fasa dari fasor–fasor arus fasa (Iph)
Oleh sebab itu, dengan diaturnya arus penguat pada adalah seimbang sementara besar atau
generator yang bekerja paralel maka akan mengatur magnitudenya tidak seimbang maka diperoleh
daya reaktif yang dihasilkan pada generator tersebut bahwa perubahan pengaturan tegangan (∆VR) akan
sehingga dapat mengetahui perubahan faktor daya mengikuti pola perubahan arus fasa (∆Iph) pada
pada masing-masing generator. Dalam penelitian ini beban seimbang. Hasil penelitian menunjukkan
dilakukan pengaturan arus eksitasi pada masing- pula bahwa pada beban tidak seimbang, maka
masing generator ‘spesifik terbatas’ (Amien ; 2014). perubahan faktor ketidak-seimbangan (∆UF)
Menurut Laksono (2013) : Pengaturan eksitasi mengikuti pola perubahan arus dalam salah satu
generator itu sangat penting kareana dalam sistem fasa, sementara perubahan pengaturan tegangan
tenaga listrik, pola tingkah laku tegangan sistem mengikuti pola perubahan arus fasa yang
eksitasi merupakan hal yang sangat penting untuk bersangkutan. Menurut Terimananda, Hariyanto,
diperhatikan karena dapat mempengaruhi kestabilan dan Syahrial menyatakan bahwa Perubahan suatu
tegangan sistem tenaga listrik. Beberapa penelitian beban akan mempengaruhi tegangan keluaran
terdahulu menunjukkan performansi pola tingkah generator. Apabila beban naik maka tegangan
laku tegangan sistem eksitasi generator yang kurang keluaran generator turun dan apabila beban turun
memuaskan pada titik operasinya. Berdasarkan maka tegangan keluaran generator naik. Supaya
kondisi tersebut, dilakukan suatu studi dinamik tegangan keluaran generator tetap diperlukan suatu
mengenai pola tingkah laku tegangan pada sistem pengaturan tegangan keluaran generator.
eksitasi generator dengan metoda penempatan. Pengaturan tegangan keluaran generator dilakukan
Dengan bantuan perangkat lunak diperoleh dengan mengatur arus eksitasi generator. Sistem
informasi, bahwa pola tingkah laku tegangan sistem pengaturan arus eksitasi generator memakai
eksitasi generator menunjukkan performansi yang Automatic Voltage Regulator (AVR). Tegangan
lebih baik dibandingkan performansi pola tingkah keluaran disearahkan oleh semikonverter, kemudian
laku tegangan sistem eksitasi tanpa metoda dimasukkan ke kumparan medan AC-Exciter dan
penempatan kutub. tegangan keluaran dari AC-Exciter disearahkan oleh
Dan pengaturan pada sistem pembangkit listrik diode penyearah dan diberikan ke kumparan medan
itu sangat penting karena pada sistem pembangkit generator utama (Terimananda, Hariyanto, dan
listrik perubahan beban dapat terjadi sewaktu-waktu Syahrial ; 2015).
seiring meningkatnya kebutuhan energi yang
60 SEMNASTEK UISU 2020
ISBN :978-623-7297-16-1

Kebanyakan pusat pembangkit di Indonesia 2.5 Pemilihan Putaran


menggunakan generator sinkron tiga fasa didalam Putaran adalah salah satu faktor yang sangat
pengoperasiannya. Terbatasnya kemampuan sebuah penting untuk mempengaruhi besar tegangan
generator untuk memenuhi kebutuhan beban, perlu (Voltage) dan frekuensi yang timbul pada arus
adanya begerapa generator bekerja bersama dalam bolak–balik (Alternating Current). Frekuensi listrik
suatu sistem jaringan listrik baik dalam sistem yang dihasilkan generator sinkron adalah sinkron
interkoneksi atau sistem bus. Perbedaan kemampuan dengan kecepatan putar generator. Rotor generator
tiap generator menyebabkan kita harus melaukan sinkron terdiri atas rangkaian elektromagnet dengan
proses sinkronisasi (penyamaan sistem) mulai dari suplai arus DC. Medan magnet rotor bergerak pada
frekuensi, tegangan, sudut fasa, hingga urutan fasa arah putaran rotor. Hubungan antara kecepatan
antara generator dengan sistem. Sinkronisasi adalah putar medan magnet pada mesin dengan frekuensi
suatu cara untuk menghubungkan dua atau lebih listrik pada stator adalah:
generator dalam sistem yang sama untuk mencatu
𝑛.𝑃
beban yang sama dengan arus bolak-balik (AC). 𝑓= 120
Sumber AC tersebut adalah generator, yang akan
digabungkan atau diparalel dengan tujuan untuk
Di mana :
meningkatkan energi atau kapasitas daya sistem
f = Frekuensi Listrik (Hz)
tenaga listrik. Sinkronisasi sendiri dibagi menjadi
n = Kecepatan Putar Rotor /Kecepatan Medan
tiga, yaitu : sinkronisasi gelap, sinkronisasi terang,
Magnet (rpm)
dan sinkronisasi gelap-terang. Masing-masing
p = Jumlah Kutub Magnet
memiliki karakteristik yang berbeda hanya pada jenis
induktornya (M.Khambali : 2013).
2.6 Eksitasi Generator Sinkron
Eksitasi adalah bagian dari sistem dari generator
Pada eksitasi generator atau sistem penguatan
yang berfungsi membentuk/ menghasilkan fluksi
adalah suatu perangkat yang memberikan arus
yang berubah terhadap waktu, sehingga dihasilkan
penguat (If) ke kumparan medan generator arus
gaya gerak listrik (GGL) induksi. Pengaruh
bolak–balik (Alternating Current) yang dijalankan
perubahan eksitasi terhadap daya reaktif generator
dengan cara membangkitkan medan magnetnya
pada unit pembangkitan berkaitan dengan operasi
dengan mengalirkan arus searah pada kumparan
pemparalelan generator sinkron dengan sistem daya,
medannya.
perubahan beban, dan perubahan tegangan. Tegangan
cenderung konstan agar sinkronisasi terjaga dengan
2.7 Automatic Voltage Regulator (AVR)
sistem (Imron : 2013).
Automatic Voltage Regulator (AVR) adalah
sebuah sistem kelistrikan yang berfungsi untuk
2.2 Mesin Diesel
menjaga agar tegangan generator tetap konstan
Mesin diesel termasuk mesin dengan
setelah generator paralel dengan generator lain,
pembakaran dalam atau disebut dengan motor bakar
sehingga generator akan tetap mengeluarkan
ditinjau dari cara memperoleh energi termalnya.
tegangan yang selalu stabil, tidak terpengaruh
Untuk membangkitkan listrik sebuah generator
terhadap perubahan beban yang selalu berubah–
menggunakan generator dengan sistem penggerak
ubah.
tenaga diesel.
2.8 Pengaturan Tegangan Generator
2.3 Governor Pengaturan tegangan adalah perubahan
Governor adalah komponen pada mesin diesel
tegangan terminal alternator antara keadaan beban
yang dirancang untuk mengontrol volume
nol dengan beban penuh. Keadaan ini memberikan
penyemprotan bahan bakar berdasarkan beban mesin
gambaran batasan drop tegangan yang terjadi pada
supaya kecepatannya tetap stabil.
generator.
2.4 Generator Sinkron
2.9 Kerja Paralel Generator
Generator adalah suatu mesin yang mengubah
Jika beban pada stasiun pembangkit menjadi
energi mekanis menjadi energi listrik. Hampir semua
sedemikian besar sehingga nilai (rating) generator
energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan
yang sedang bekerja dilampaui, maka perlu
mesin sinkron. Generator sinkron (sering disebut
penambahan generator lain secara paralel untuk
alternator) adalah mesin sinkron yang digunakan
meaikkan penyediaan daya dari stasiun pembangkit
untuk mengubah daya mekanik menjadi daya listrik.
tersebut. Kita bisa mengatur sendiri faktor daya
Generator bekerja berdasarkan prinsif induksi
yang akan dioperasikan, namun pada umumnya
elektromagnetik, yang sering dikenal dengan hukum
yang lebih sering digunakan pada faktor daya 0,9.
Faraday yaitu ; “Apabila jumlah garis gaya yang
Perubahan faktor daya di generator PLTD tidak
melalui kumparan diubah, maka gaya gerak listrik
begitu mempengaruhi banyak meskipun ada. Hal
(GGL) akan diinduksikan dalam kumparan itu. Gaya
tersebut diatas dapat dilihat dengan menggunakan
gerak listrik (GGL) yang diinduksikan berbanding
rumus daya aktif :
lurus dengan laju perubahan jumlah garis gaya
(fluks) yang melalui kumparan/konduktor”.
SEMNASTEK UISU 2020 61
ISBN :978-623-7297-16-1

P = √3.V.I.Cos φ
Ptotal = Pbeban = PG1 + PG2 + ... + PGn
Di mana :
Mulai
Ptotal = Daya total (Watt)
PGn = Daya yang dihasilkan generator (Watt)
V = Tegangan (Volt) Studi Literatur
I = Arus beban (Ampere)
Cos ϕ = Faktor daya generator Pembuatan Proposal
Apabila jumlah daya beban yang dilayani
berkurang dan hal tersebut dapat kita hitung pada Pengumpulan Data
perolehan data beban harian untuk pemakaian
Observasi
generator pada lampiran dengan menggunakan Tidak
persamaan berikut :
Lapangan
Melakukan
Ya
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = (∑ 𝐼𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 ) . (√3. 𝑉. 𝑐𝑜𝑠𝜑)
𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 Perhitunga
∑ 𝐼𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = n
(√3. 𝑉 . cos 𝜑) Menganalisa Hasil
∑ 𝐼𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
𝐼𝐺 =
𝑁𝐺
Kesimpulan
Di mana :
Pbeban = Daya beban (Wt) Selesai
Ibeban = Arus beban (A)
V = Tegangan (V)
Cos ϕ = Faktor daya Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
IG = Arus generator (A)
NG = Jumlah generator yang beroperasi
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.10 Metode Pemparalelan Generator
Metode sederhana yang digunakan untuk 3.1 Perhitungan Pembagian Beban
memparalelkan dua generator atau lebih adalah
dengan menggunakan sinkronoskop lampu. Yang Pada jam 19.00 WIB
harus diperhatikan dalam metode–metode ini adalah Ptotal = Pbeban = (Ʃ Ibeban).(√3. V. Cos ϕ)
Ptotal
lampu–lampu indikator harus mampu menahan dua Ʃ Ibeban = ( 3. V.C0s
√ φ)
kali tegangan antar fasa. PT1 +PT2
Ʃ Ibeban = (
Metode Hubungan Lampu Gelap √3. VG. Cos φ)
Jenis sinkronoskop lampu gelap pada prinsifnya 6000+6000
=
(√3 × 6,9 ×0,82)
menggunakan antara ketiga fasa yaitu, U dengan U, 12.000 KW
V dengan V, dan W dengan W. = 9,56 KV
= 1255 Ampere

Maka besar arus beban yang dipikul setiap


generator adalah :
∑ Ibeban
Ibeban = NG
1255
= 5
= 251 Ampere
Sehingga beban yang dipikul setiap generator
adalah :
Gambar 1. Skema Sinkronoskop Lampu Gelap
P = √3. V. Ibeban . Cos ϕ
= √3 x 9600 x 251 x 0,82
= 2,6 MW
2.11 Waktu Dan Tempat Penelitian
Pada jam 20.00 WIB
Adapun lokasi yang digunakan sebagai objek
Ptotal = Pbeban = (Ʃ Ibeban).(√3. V. Cos ϕ)
penelitian adalah pembangkit listrik tenaga diesel Titi P
Kuning. Jl.Brigjen Katamso km. 55 Medan–Johor. Ʃ Ibeban( 3. V.total =
√ C0s φ)
PT1 +PT2
Ʃ Ibeban = (
Diagram Alir Penelitian (Flowchart) √3. VG. Cos φ)
7.100+7.200
=(
√3 × 6,9 ×0,81)

62 SEMNASTEK UISU 2020


ISBN :978-623-7297-16-1

14.300 KW Tabel 3. Perhitungan Daya Generator


= 9,82 KV
= 1.459 Ampere

Maka besar arus beban yang dipikul setiap generator


adalah :
∑I
Ibeban = beban
N G
1.459
= 5
= 291 Ampere
Sehingga beban yang dipikul setiap generator adalah
:
P = √3. V. Ibeban . Cos ϕ
= √3 x 7000 x 291 x 0,81
= 2,8 MW

Pada jam 21.00 WIB


Ptotal = Pbeban = (Ʃ Ibeban).(√3. V. Cos ϕ)
Ptotal
Ʃ Ibeban = ( 3. V.C0s
√ φ)
PT1 +PT2 Gambar 3. Kurva Daya Harian PLTD Titi
Ʃ Ibeban = (
√3 .VG .Cos φ) Kuning
7.100+7.200
=(
√3 × 7 ×0,82)
14.300 KW
= 9,6 KV
= 1.490 Ampere
Maka besar arus beban yang dipikul setiap generator
adalah :
∑I
Ibeban = beban
NG
1.490
= 5
= 298 Ampere Gambar 4. Kurva Daya Mingguan PLTD
Sehingga beban yang dipikul setiap generator adalah Titi Kuning
:
P = √3. V. Ibeban . Cos ϕ
= √3 x 7000 x 291 x 0,81
= 3,0 MW
Tabel 1. Hasil Perhitungan Pembagian Beban
Generator Setelah Paralel
WAKTU (WIB) BEBAN (MW)
19.00 2,6
20.00 2,8
21.00 3,0

3.2 Perhitungan Daya Keluaran Generator


Setelah Paralel Ke Sistem Gambar 5. Kurva Daya Bulanan PLTD
Titi Kuning

Tabel 2. Perhitungan Daya Harian Generator


IV. KESIMPULAN

Berdasarkananalisadapatdisimpulkansebagaiber
ikut:
1. Penyinkronan generator ke sistem (jaringan)
dilakukan oleh operator secara manual dengan
mengatur langsung parameter–parameternya
keluaran generator berupa tegangan, frekuensi,
dan sudut fasa. Mengatur tegangan running pada
6500 Volt dengan memutar Procentage Control
Voltage secara perlahan sampai pada posisi 30%

SEMNASTEK UISU 2020 63


ISBN :978-623-7297-16-1

dan mengatur governor untuk menyamakan [7]. Aryadi dan Amien, 2015, Analisis
frekuensi generator dengan sistem, dan selanjutnya Penentuan Tegangan Terminal, Regulasi,
memasukkan DS secara manual. Dan Efisiensi Generator Sinkron 3 Fasa
2. Dari data hasil analisa yang dilakukan selama 3 jam Rotor Salient Pole Dengan Metode Blondel
operasi, pembagian beban setiap generator yang (Two Reaction Theory). Vol. 13, No.36.
bekerja paralel mengalami peningkata yakni pada Nopember 2015. Medan: Universitas
jam 19.00 sebesar 2,6 MW setiap generator, pada Sumatera Utara.
jam 20.00 sebesar 2,8 MW, dan jam 21.00 sebesar [8]. Gunawan et al, 1993, Mesin Dan Rangkaian
3,0 MW, disebabkan karena beban terjadi Listrik. Jakarta: Erlangga.
peningkatan yang diakibatkan konsumen yang [9]. Instruksi manual dari PLTD Titi Kuning
menyalakan peralatan listrik yang bertambah yakni dan GI Titi Kuning.
AC pada saat mau istirahat. [10]. Khatimah et al., 2014, Analisis Pengaturan
3. Dari analisa yang dilakukan, hasil daya perhitungan Tegangan Generator Sinkron Tiga Fasa
keluaran generator selama operasi menyuplai beban Hubungan Bintang Akibat Pembebanan
terihat kurva beban selama sebulan, pertumbuhan Tidak Seimbang. Sinergi No.2, Tahun.12
beban (kedaan beban) pembangkit tidak konstan Oktober 2014. Jakarta: Seminar Nasional.
atau berubah–ubah setiap minggunya disebabkan [11]. Laksono dan Febrianda, 2015, Analisa
kebutuhan energi pada konsumen yang berubah– Performansi Tanggapan Tegangan Sistem
ubah, beban puncak terjadi pada minggu pertama Eksitasi Generator Terhadap Perubahan
yaitu sebesar 266,6 MW. Karena pada saat minggu Parameter. Vol.4, No.1. Maret 2015.
pertama terjadi gangguan pada pembangkit utama Padang: Universitas Andalas.
di belawan sehingga terjadi kekurangan daya pada [12]. Mitani et al. 2014, PID-MPC Based
jaringan yang mengakibatkan PLTD Titi Kuning Automatic Voltage Regulator Design In
beroperasi menyuplai daya maksimum. Wide-Area Interconnect Power System.
Vol.4, No.8. Agustus 2014. Jepang: Kyushu
DAFTAR PUSTAKA Institute Of Technology.
[13]. Ridzki, 2013, Analisis Perubahan ksitasi
[1]. Abdul Kadir, 1996, Pembangkit Tenaga Terhadap Daya Reaktif Generator. Vol.11,
Listrik. Jakarta: Universitas Indonesia-Press. No.2. Oktober 2013. Malang: Politeknik
[2]. Alam, Syahrial, dan Taryana, 2015, Negeri Malang.
Pemodelan Dan Simulasi Automatic Voltage [14]. Suheri dan Harahap, 2016, Analisis Dan
Regulator Untuk Generator Sinkron 3kV Simulasi Pengaturan Tegangan Generator
Berbasis Proportional Integral. Vol.3, No.2. Induksi Berpenguatan Sendiri Dengan
Juli 2015. Bandung. Institut Teknologi Menggunakan Static Synchronous
Nasional. Compensator (STATCOM). Vol.14, No.40.
[3]. Antono dan Khambali, 2013, Penerapan Maret 2016. Medan: Universitas Sumatera
Sinkronisasi Jaringan Listrik Tiga Fasa PLN Utara.
Dengan Generator Sinkron Menggunakan [15]. Suyitno, 2011, Pembangkit Energi Listrik.
Trainer Power System Simulation. Vol.2, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
No.3. Desember 2013. Semarang: Politeknik [16]. Wijaya, Mochtar, 2001, Dasar-Dasar Mesin
Negeri Semarang. Listrik. Jakarta: Djambatan.
[4]. Amien, 2014, Studi Pengaruh Arus Eksitasi [17]. Yulianto dan Laksono, 2013, Evaluasi Pola
Pada Generator Sinkron Yang Bekerja Tingkah Laku Tegangan Sistem Eksitasi
Paralel Terhadap Perubahan Faktor Daya. Generator Dengan Metoda Penempatan
Vol. 7, No.1. April 2014. Medan: Universitas Kutub Menggunakan Algoritma Bass-Gura.
Sumatera Utara. Vol.2, No.2. September 2013. Padang:
[5]. Arismunandar, 1982, Teknik Tenaga Listrik Universitas Andalas.
Jilid II Saluran Transmis. Jakarta: A. PT.
Pradnya Paramita.
[6]. Arozaq, Wibowo, dan Penangsang, 2012,
Analisis Pembebanan Ekonomis Pada
Jaringan 500 Kv Jawa Bali Menggunakan
Software Power World. Vol. 1, No.1.
September 2012. Surabaya: Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.

64 SEMNASTEK UISU 2020

Anda mungkin juga menyukai