Bab II-wps Office
Bab II-wps Office
TINJAUAN PUSTAKA
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan baik didalam maupun diluar negeri sesuai dengan
peraturan perundang- undangan (Permenkes, 2010)
Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professional yang merupakan bagian integral
dari layanan kesehatan berbasis ilmu dan kiat keperawatan, yang berbentuk bio-psiko-sosio-spiritual
komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun
sakit, yang mencakup keseluruhan proses kehidupan manusia (Lokakarya keperawatan nasional, 1983)
Perawat adalah seorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan
berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan (UU kesehatan No 23
tahun 1992)
Jadi perawat merupakan seseoarang yang telah lulus pendidikan perawat dan memiliki kemampuan
serta kewenangan melakukan tindakan kerpawatan berdasarkan bidang keilmuan yang dimiliki dan
memberikan pelayanan kesehatan secara holistic dan professional untuk individu sehat maupun sakit,
perawat berkewajiban memenuhi kebutuhan pasien meliputi bio-psiko-sosio dan spiritual.
Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit, membebaskan
gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh.
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok
atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional.
Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar memberikan pil untuk diminum
(oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah (parenteral), namun juga mengobservasi respon klien
terhadap pemberian obat tersebut. Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat
penting dimiliki oleh perawat. Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan klien dengan mendorong klien untuk lebih proaktif jika membutuhkan
pengobatan. Perawat berusaha membantu klien dalam membangun pengertian yang benar dan jelas
tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan dan turut serta bertanggungjawab
dalam pengambilan keputusa tentang pengobatan bersama dengan tenaga kesehatan lain. Perawat
dalam memberikan obat juga harus memperhatikan resep obat yang diberikan harus tepat, hitungan
yang tepat pada dosis yang diberikan sesuai resep dan selalu menggunakan :
1.Benar Klien
Ø Selalu dipastikan dengan memeriksa identitas pasien dengan memeriksa gelang identifikasi dan
meminta menyebutkan namanya sendiri.
2. Benar Obat
Ø Perawat harus menghindari kesalahan, yaitu dengan membaca label obat minimal tiga kali:
Ø Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan.
Ø Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan diberikan, dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan/ diminta,
pertimbangan berat badan klien (mg/KgBB/hari), jika ragu-ragu dosisi obat harus dihitung kembali dan
diperiksa oleh perawat lain.
Ø Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.
Ø Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya seperti dua kali sehari, tiga
kali sehat, empat kali sehari dan 6 kali sehari sehingga kadar obat dalam plasma tubuh dapat
dipertimbangkan.
Ø Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½ ). Obat yang mempunyai waktu paruh
panjang diberikan sekali sehari, dan untuk obat yang memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa
kali sehari pada selang waktu tertentu.
Ø Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah makan atau bersama makanan
Ø Memberikan obat obat-obat seperti kalium dan aspirin yang dapat mengiritasi mukosa lambung
bersama-sama dengan makanan.
Ø Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan untuk memeriksa
diagnostik, seperti tes darah puasa yang merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat.
Ø Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus tepat dan memadai.
Ø Memberikan obat pada tempat yang sesuai dan tetap bersama dengan klien sampai obat oral telah
ditelan.
Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah sakit. Dan selalu mencatat
informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan serta respon klien terhadap pengobatan.
Perawat mempunyai tanggungjawab dalam melakukan pendidikan kesehatan pada pasien, keluarga dan
masyarakat luas terutama yang berkaitan dengan obat seperti manfaat obat secara umum, penggunaan
obat yang baik dan benar, alasan terapi obat dan kesehatan yang menyeluruh, hasil yang diharapkan
setelah pembeian obat, efek samping dan reaksi yang merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat
dan obat dengan makanan, perubahan-perubahan yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-
hari selama sakit.
Ø Klien berhak untuk menolak dalam pemberian obat. Perawat harus memberikan Inform consent
dalam pemberian obat.
Ø Perawata selalu melihat/ memantau efek kerja dari obat setelah pemberiannya.
Ø Obat memiliki efektivitas jika diberikan pada waktu yang tepat. Jika obat itu harus diminum sebelum
makan (ante cimum atau a.c) untuk memperoleh kadar yang diperlukan harus diberi satu jam sebelum
makan misalnya tetrasiklin, dan sebaiknya ada obat yang harus diminum setelah makan misalnya
indometasin.
Ø Pada penggunaan obat seperti chloramphenicol diberikan dengan omeprazol penggunaan pada
penyakit kronis.
Perawat mempunyai tanggung jawab dalam sampainya obat keada pasien dan digunakannya obat oleh
pasien sehingga obat tersebut efektif dala membantu mengatasi masalah pasien. Secara terperinci
peran perawat dalam penatalaksanaan obat di rmah sakit jiwa adalah :
Pemilihan terapi yang tepat sesuai dengan program pengobatan pasien akan memberikan hasil yang
lebih baik.
3. Pendidikan Kesehatan
Pasien di rumah sakit jiwa sangat membutuhkan pendidikan kesehatan tentang obat yang diperolehnya
karena pasien sering tidak mau minum obat yang dianggap tidak ada manfaatnya. Contoh pada klien
curiga yang menganggap obat sebagai racun. Selain itu pendidikan kesehatan juga diperlukan keluarga
karena adanya anggapan jika pasien sudah ulang kerumah maka tidak perlu lagi minum obat padahal hal
ini menyebabkan risiko kanker kambuh dan dirawat kembali.
Selain efek yang diharapkan, perawat juga harus memonitor efek samping obat dan reaksi-reaksi lain
yang kurang baik setelah minum obat.
Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu
tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat
kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat
itu benar diminum.
Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari rencana
keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan.
Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu (dalam bentuk
kapsul). Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan
pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan.
Rencana perawatan harus mencangkup rencana pemberian obat, bergantung pada hasil pengkajian,
pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program dokter.
1.Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang
identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon
secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain
seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang
identitasnya.
2.Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing (baru
kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan
nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau
kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil
dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak
obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus
ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
3.Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi
dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan
dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki
dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini
penting !! karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1
gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus tetap hati-hati dan teliti !
4.Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute
terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik
obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal,
rektal, inhalasi.
Oral , adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling
nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti
tablet ISDN.
Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus, jadi
parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus).
Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion, krim, spray,
tetes mata.
Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair pada
suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp),
hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki
efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua
obat disediakan dalam bentuk supositoria.
Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk absorpsi
yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya,
misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya
terapi oksigen.
5. Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau
mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk
memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian
antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu
sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang
berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
6.Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan.
Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat
Kesalahan pemberian obat, selain memberi obat yang salah, mencakup faktor lain yang mengubah
terapi obat yang direncanakan, misalnya lupa memberi obat, memberi obat dua sekaligus sebagai
kompensasi, memberi obat yang benar pada waktu yang salah, atau memberi obat yang benar pada rute
yang salah.
Jika terjadi kesalahan pemberian obat, perawat yang bersangkutan harus segera menghubungi
dokternya atau kepala perawat atau perawat yang senior segera setelah kesalahan itu diketahuinya.
Kepatuhan terjadi bila aturan pakai obat yang diresepkan serta pemberiannya di rumah sakit diikuti
dengan benar. Jika terapi ini akan dilanjutkan setelah pasien pulang, penting agar pasien mengerti dan
dapat meneruskan terapi itu dengan benar tanpa pengawasan. Ini terutama penting untuk penyakit-
penyakit menahun, seperti asma, artritis rematoid, hipertensi, TB, diabetes melitus, dan lain-lain.
Terapi obat yang efektif dan aman hanya dapat dicapai bila pasien mengetahui seluk beluk pengobatan
serta kegunaanya.
Untuk itu sebelum pasien pulang ke rumah, perawat perlu memberikan KIE kepada pasien maupun
keluarga tentang :
1. Nama obatnya.
5. Waktu obat itu harus diminum (sebelum atau sesudah makan, antibiotik tidak diminum bersama
susu)
9. Kenali jika ada efek samping atau alergi obat dan cara mengatasinya
10. Jangan mengoperasikan mesin yang rumit atau mengendarai kendaraan bermotor pada terapi obat
tertentu misalnya sedatif, antihistamin.
12. Setelah obat habis apakah perlu kontrol ulang atau tidak
Dalam membahas tentang penatalaksaan obat dibagi menjadi 2 yaitu pemberian obatlangsung ke pasien
dan pengelolaan atau penyimpanan obat di ruangan.
Dalam membahas tentang prinsip peberian obat hal ini dibagi menjadi 3 yaitu persiaan peberian dan
evaluasi.
1) Persiapan
Peratama erawat harus melihat obat apa yang akan di berikan. Kemudian mengkaji obat (tujuan
peberian cara kerja efek samping dosis dan lainnya). Setelah itu elakukan persiapan yang berkaitan
dengan pasien yaitu mengkaji riwayat pengobatan pasien, pengetahuan pasien dan kondisi sebelum
pengobatan.
2) Pemberian
- benar obat
- benar dosis
- benar pasien,
- benar pendokumentasian
3) Evaluasi
Perawat bertanggung jawab untuk memonitor respon pasien terhada pengobatan. Untuk obat-obatan
yang sering digunakan di rumah sakit jiwa efek samping biasanya terlihat sampai 1 jam setelah
pemberian.
Pemberian obat untuk pasien gangguan jiwa memerlukan pendekatan khusus sesuai dengan kasusnya
seperti pada kasus pasien curiga pasien bunuh diri dan pasien yang ketergantungan obat.
Pada pasien curiga tidak mudah percaya terhadap suatu tindakan atau pemberian yang diberikan
padanya. Perawat harus meyakinkan bahwa tindakan treatment yang dilakukan ke pasien tidaklah
berbahaya dan bermanfaat bagi pasien. Secara verbal dan non verbal, erawat harus dapat mengontrol
perilakunya agar tidak menimbulkan keraguan pada diri pasien karena tindakan ragu-ragu dari perawat
akan menimbulkan kecurigaan pasien.
Berikan obat dala bentuk dan kemasan yang sama setiap emberi obat agar pasien tidak bingung, ceas
dan curiga. Jika ada perubahan dosis diskusikan terlebih dahulu keada pasien sebelum einta pasien
untuk meminumnya. Yakinkan obat benar-benar diminum dan ditelan dengan cara meminta pasien
membuka mulut dan gunakan spatel untuk melihat aakah obat disebunyikan. Hal ini terutaa pada pasien
yang mempunyai riwayat menyembunyikan obat di bawah lidah dan membuangnya. Untuk pasien yang
benar-benar menolak minum obat walaupun sudah dilakukan pendekatan aka emberian obat dilakukan
melalui injeksi sesuai dengan instruktur dokter dengan memperhatikan aspek legal dan hak pasien untuk
menolak pengobatan dalam keadaan darurat.
Pada pasien bunuh diri masalah yang sering timbul adalah penolakan pasien untuk minum obat dengan
maksud pasien untuk merusak dirinya. Perawat harus bersikap tegas dala pengawasan pasien untuk
minum obat karena pasien pada tahap ini berada dalam fase ambivalen antara keinginan hidup dan
mati. Perawat menggunakan kesempatan treatment pada saat pasien memunyai keinginan hidup, agar
keraguan pasien untuk mengakhiri hidupnya berkurang karena pasien merasa diperhatikan.
Perhatian Perawat merupakan stimulus penting bagi pasien untuk meningkatkan motivasi hidup. Dala
hal ini peran erawat dalam memberikan obat diintegrasikan dengan pendekatan keperawatan
diantaranya untuk meningkatkan harga diri pasien.
Pada pasien yang mengalai ketegantungan obat biasanya menganggap bahwa obat adalah segala-
galanya dalam menyelesaikan masalah. Sehingga perawat perlu memberikan penjelasan kepada pasien
tentang manfaat obat dan obat bukanlah satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah. Terapi obat
harus disesuaikan dengan terapi modalitas lainnya seperti penjelasan cara-cara elewati proses
kehilangan.
c. Pendidikan Kesehatan
Secara moral perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga.
Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan mencakup informasi tentang penyakit kemajuan pasien,
obat, cara merawat pasien. Pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan peberian obat yaitu informasi
tentang obat efek samping cara minum obat waktu dan dosis.