KONSEP DASAR
KENDALI SISTEM TENAGA
Semester VI / 2 sks
Pengampu : . Ir. Eddon Mufrizon, M.T /
Zulfahri. ST.,MT
Kriteria Desain dan Operasi untuk Stabilitas
Sistem Tenaga Listrik
Tujuannya adalah
untuk meningkatkan keandalan dan kecukupan catu daya /
massal (bulk powrsupply) di sistem kelistrikan Amerika Utara.
Kontinjensi desain normal
Kriteria tersebut mengharuskan stabilitas
Desain sistem tenaga dipertahankan selama dan
normal setelah kejadian paling parah seperti yang
Kontinjensi dijelaskan di bawah ini, dengan memperhatikan
fasilitas reklamasi (reclosing facilities).
kontinjensi Kontinjensi ini dipilih karena memiliki peluang
ekstrem / probabilitas terjadinya yang signifikan
mengingat banyaknya elemen-elemen dari
sistem tenaga listrik.
Adapun kontinjensi desain normal meliputi:
a. Kesalahan tiga fasa permanen pada generator, sirkuit transmisi, trafo
atau bagian bus, dengan pembersihan kesalahan normal dan dengan
memperhatikan fasilitas reklamasi
b. Kesalahan fasa-ke-tanah permanen simultan pada fasa yang berbeda
dari masing-masing dari dua sirkuit transmisi yang berdekatan pada
sebuah Menara dengan beberapa sirkuit, dibersihkan pada waktu
normal
c. Kesalahan fasa-ke-tanah permanen pada sirkuit transmisi, trafo, atau
bagian bus dengan kliring tertunda karena kerusakan pemutus sirkuit,
relay, atau saluran sinyal
d) Hilangnya unsur apapun tanpa kesalahan
e) Kesalahan fasa-ke-tanah permanen pada pemutus arus, dibersihkan pada
waktu Normal
f) Kerugian permanen simultan dari kedua kutub dari fasilitas bipolar dc.
Kriteria tersebut mengharuskan, setelah salah satu dari kontinjensi di
atas, stabilitas sistem dipertahankan, dan tegangan dan pembebanan
saluran dan peralatan berada dalam batas yang dapat ditentukan.
Persyaratan ini berlaku untuk dua kondisi dasar berikut:
Dinamika dan stabilitas sistem tenaga listrik menjadi faktor penting untuk
memenuhi operasi sebuah sistem. Hal itu dipengaruhi oleh komponen-
komponen dinamika sistem seperti generator, jaringan transmisi, beban,
peralatan Flexible AC Transmision System (FACTS), dan peralatan-peralatan
kontrol yang lain.
Gangguan kecil atau besar pada sistem tenaga berdampak pada operasi
sinkron. Dengan demikian diharapkan stabilitas sistem akan menuju ke
keadaan mantap (steady state) dalam waktu singkat setelah gangguan
menghilang.
Gambar 1.3 Interaksi antara Perangkat-perangkat Sistem Tenaga Listrik dalam Analisis
Stabilitas Transient dan Analisis Aliran Daya
Persamaan dinamik mesin sinkron dapat dibagi menjadi dua, yaitu
persamaan listrik dan persamaan mekanik. Kedua persamaan tersebut
dapat dikontrol untuk meningkatkan redaman osilasi sistem tenaga
elektromekanik ketika terjadi gangguan. Sifat-sifat listrik dari mesin sinkron
digabungkan dengan sifat mekanik (inersia atau kelembaman) melalui
persamaan ayunan dari sudut rotor (δ) dan output daya listrik (Pe). Persamaan
mekanik melibatkan sistem kontrol dari pengatur turbin (turbine governor)
yang dapat dilihat dari penyimpangan kecepatan sudut (ω) dan daya mekanik
(Pm).
Besar dan arah arus injeksi (I) dan tegangan (V) tergabung di dalam mesin
sinkron dengan transmisi AC dan sistem jaringan eksternal. Untuk
mempertahankan besar tegangan terminal dari mesin sinkron, biasanya sistem
eksitasi medan menggunakan Automatic Voltage Regulator (AVR).
Power System Stabilizer (PSS) memastikan redaman tambahan untuk
sistem eksitasi. Tegangan kompensasi ini kemudian diumpankan ke sistem
eksitasi. Sistem eksitasi menyediakan arus searah ke kumparan medan dari
mesin sinkron. Kemudian sistem eksitasi akan mengontrol tegangan terminal
dengan mengendalikan tingkat tegangan medan atau field voltage level (EFD)
dan arus medan eksitasi.
Secara umum, persamaan mesin sinkron dapat dibagi lagi menjadi tiga
keadaan berdasarkan uji standar yaitu steady‐state, transient‐state, dan sub‐
transient‐states seperti yang diperlihatkan dalam Tabel 1.1.
Torsi percepatan yang bekerja pada mesin diberikan dengan sudut rotor (δ)
antara sumbu (axis)-d dan sumbu (axis)-q dalam variabel sistem jaringan yang
menunjukkan persamaan mekanik rotor. Kecepatan mesin dapat dikontrol oleh
setelan (setting) pengatur kecepatan dari turbin penggerak utama yang akan
menentukan daya mekanik (Pm) yang diperlukan untuk memenuhi kondisi
operasi sinkron sistem tenaga listrik.
Pengertian Kontrol Sistem Tenaga Listrik
Fungsi sistem tenaga listrik adalah mengubah energi dari salah satu bentuk
yang tersedia secara alami menjadi bentuk listrik dan mengangkutnya ke
titik konsumsi.
Sistem tenaga yang dirancang dengan benar dan dioperasikan harus
memenuhi persyaratan mendasar berikut ini:
1. Sistem harus dapat memenuhi permintaan beban aktif yang terus
berubah untuk daya aktif dan reaktif. Tidak seperti jenis energi lainnya,
listrik tidak mudah disimpan dalam jumlah yang cukup. Oleh karena itu,
cadangan daya "aktif" yang / mengalir dari daya yang aktif dan reaktif
harus dipelihara dan dikontrol dengan tepat setiap saat.
2. Sistem harus memberi energi suplai tegangan pada biaya minimum dan
dengan dampak ekologi minimal.
3. Kualitas" catu daya harus memenuhi standar minimum tertentu
berkenaan dengan faktor-faktor berikut:
a. Konstan frekuensi
b. konstan tegangan; dan
c. tingkat reliabilitas (kemampuan daya tahan).
Beberapa tingkat kontrol yang melibatkan rangkaian perangkat yang kompleks
digunakan untuk memenuhi persyaratan di atas. Ini ditunjukkan dalam
Gambar 1.4
Tujuan utama dari sistem kontrol pembangkit adalah untuk
menyeimbangkan total pembangkit sistem terhadap beban sistem dan
kerugian sehingga frekuensi yang diinginkan dan pertukaran daya dengan
sistem di lingkungan sekitar (tie flows) dipertahankan.
Sistem memasuki keadaan darurat jika gangguan yang cukup parah terjadi saat
sistem berada dalam keadaan siaga. Dalam keadaan ini, tegangan pada banyak bus
rendah dan / atau pembebanan peralatan melebihi peringkat darurat jangka pendek.
Sistem ini masih utuh dan dapat dipulihkan ke keadaan siaga dengan melakukan aksi
kontrol darurat, seperti: pembersihan kesalahan, kontrol eksitasi, perpindahan cepat,
tripping pembangkit, pembangkitan run-back, modulasi
HVDC, dan pengurangan beban
Keadaan restoratif merupakan kondisi di mana
tindakan pengendalian diambil untuk
menghubungkan kembali semua fasilitas dan untuk
memulihkan beban sistem. Sistem transit dari
keadaan ini ke keadaan siaga atau keadaan normal,
tergantung pada kondisi sistem.
Besaran level tegangan dan level frekuensi dalam sistem tenaga listrik
yang saat ini diterapkan dan menjadi standar di Indonesia yaitu :
o Besaran level tegangan; tegangan ekstra tingi 500 kV, tegangan tinggi
150 kV,tegangan menengah 20 kV, dan tegangan rendah 380/220 V
o Besaran frekuensi; 50 Hz.