Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

DESAIN KURIKULUM MUATAN LOKAL

Disusun guna memenuhi tugas individu mata kuliah Pengembangan Kurikulum


Muatan Lokal

Dosen Pengampu :
Atip Nurharini, S. Pd., M. Pd.

Disusun oleh :
Anggi Nur Anisa (1401419187 / 08)
Rombel E

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Desain Kurikulum Muatan
Lokal” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Atip
Nurharini, S. Pd., M. Pd. pada mata kuliah Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang hakikat dan konsep
kurikulum muatan lokal bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Atip Nurharini, S. Pd., M. Pd., selaku
dosen mata kuliah Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari,
makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Ambarawa, 25 Maret 2021

Anggi Nur Anisa


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang memiliki
keanekaragaman multikultur (adat istiadat, tata cara, bahasa, kesenian, kerajinan,
keterampilan daerah, dll) merupakan ciri khas yang mernperkaya nilai-nilai kehidupan
bangsa Indonesia. Oleh karena itu keanekaragaman tersebut harus seialu dilestarikan
dan dikembangkan dengan tetap mernpertahankan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia
melalui upaya pendidikan. Pengenalan keadaan lingkungan, sosial, dan budaya kepada
peserta didik memungkinkan mereka untuk lebih mengakrabkan dengan
Iingkungannya. Pengenalan dan pengembangan lingkungan melalui pendidikan
diarahkan untuk menunjang peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan pada
akhirnya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik.
Kebijakan yang berkaitan dengan dimasukkannya program muatan lokal
(kurikulum berbasis lokal) dalam Standar Isi dilandasi kenyataan bahwa di Indonesia
terdapat beranekaragam kebudayaan. Sekolah tempat program pendidikan dilaksanakan
merupakan bagian dari masyarakat. Oleh karena itu, program pendidikan di sekolah
perlu memberikan wawasan yang luas pada peserta didik tentang kekhususan yang ada
di lingkungannya. Standar Isi yang seluruhnya disusun secara terpusat tidak mungkin
dapat mencakup muatan lokal tersebut. Sehingga perlulah disusun mata pelajaran yang
berbasis pada muatan lokal.

B. Rumusan masalah
a. Bagaimana desain kurikulum muatan lokal?
b. Bagaimana komponen-komponen yang ada dalam pengembangan kurikulum
muatan lokal?

C. Tujuan penulisan
a. Memahami desain kurikulum.
b. Mengetahui komponen dalam pengembangan kurikulum muatan lokal.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Desain pengembangan kurikulum


Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi
horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal berkenaan dengan penyusunan dari lingkup
isi kurikulum. Susunan lingkup ini sering diintegrasikan dengan proses belajar dan
mengajarnya. Dimensi vertikal menyangkut penyusunan sekuens bahan berdasarkan
urutan tingkat kesukaran. Bahan tersusun mulai dari yang mudah, kemudian menuju
pada yang lebih sulit, atau mulai dengan yang dasar diteruskan dengan yang lanjutan.
Berdasarkan pada apa yang menjadi focus pengajaran, sekurang-kurangnya
dikenal tiga desain kurikulum, yaitu:
a. Subject centered design, yaitu kurikulum dipusatkan pada isi atau materi yang
akan diajarkan. Kurikulum tersusun atas sejumlah mata pelajaran, dan mata
pelajaran tersebut diajarkan secara terpisah-pisah. Karena terpisah-pisah itu maka
kurikulum ini disebut juga separated subject curriculum. Subject centered design
berkembang dari konsep pendidikan klasik yang menekankan pengetahuan, nilai-
nilai dan warisan budaya masa lalu, dan berupaya mewariskannya kepada
generasi berikutnya. Karena mengutamakan isi atau bahan ajar atau subject
matter tersebut, maka desain kurikulum ini disebut juga subject academic
curriculum
b. Learner –centered desaign, Desain ini berbeda dengan subject centered, yang
bertolak dari cita-cita untuk melestarikan dan mewariskan budaya, dank arena itu
mereka mengutamakan peranan isi dari kurikulum. Learner centered, memberi
tempat utama kepada peserta didik. Di dalam pendidikan atau pengajaran yang
belajar dan berkembang adalah peserta didik sendiri. Guru atau pendidik hanya
berperan menciptakan situasi belajar-mengajar, mendorong dan memberikan
bimbingan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Learner centered desaign
bersumber dari konsep Rousseau tentang pendidikan alam, menekankan
perkembangan peserta didik. Pengorganisasian kurikulum didasarkan atas minat,
kebutuhan dan tujuan peserta didik.
c. Problem centered desaign berpangkal pada filsafat yang mengutamakan peranan
manusia (man centered). Berbeda dengan learner centered yang mengutamakan
manusia atau peserta didik secara individual, Problem centered desaign
menekankan manusia dalam kesatuan kelompok yaitu kesejahteraan masyarakat.
Langkah dalam pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal bagi sekolah yang
memang tidak mampu mengembangkannya, langkah tersebut adalah: analisis mata
pelajaran muatan lokal yang ada di sekolah apakah masih relevan jika dikelompokkan
ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi mata pelajaran muatan lokal ditentukan
oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan. Keberadaan
mata pelajaran muatan lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak
terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan di masing-masing daerah
lebih meningkat relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang
bersangkutan.

B. Komponen pengembangan kurikulum


Dalam rangka ketercapaian tujuan pendidikan, maka ada beberapa komponen-
komponen yang harus diperhatikan, dalam hal ini adalah komponen-komponen
pengembangan kurikulum. Di antaranya:
a. Komponen Tujuan
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan.
Rumusan tujuan menggambarkan sesuatu yang dicita-citakan. Tujuan pendidikan
diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:
a) Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
Adalah tujuan yang paling bersifat umum dan merupakan sasaran akhir
yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan. Tujuan pendidikan
ini dirumuskan dalam bentuk prilaku yang ideal sesuai dengan pandangan hidup
dan filsafat suatu bangsa yang dirumuskan pemerintah dalam bentuk undang-
undang. Di Indonesia tujuan pendidikan nasional dicantumkan dalam Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003, Pasal 3.
b) Tujuan Institusional (TI)
Adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Tujuan
ini didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah
mereka menempuh atau dapat menyelesaikan program di suatu lembaga
pendidikan tertentu.
c) Tujuan Kurikuler (TK)
Adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata
pelajaran. Tujuan ini didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki siswa
setelah mereka menyelesaikan suatu bidang studi tertentu di suatu lembaga
pendidikan.
d) Tujuan Pembelajaran (TP)
Adalah bagian dari tujuan kurikuler, dan dapat didefinisikan sebagai
kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari
bahasan tertentu dan suatu bidang studi dalam satu kali pertemuan.
b. Komponen Isi/ Materi Pelajaran
Isi komponen merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman
belajar yang harus dimiliki oleh siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua
aspek baik yang berhubunngan dnegan pengetahuan atau materi pelajaran yang
biasanya tergambarkan pada isi setiap mata pelajaran yang diberikan maupun
aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi ataupun aktivitas itu seluruhnya
diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
c. Komponen Metode/ Strategi
Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam pengembangan
kurikulum. Komponen ini merupakan komponen yang sangat penting, sebab
berhubungan dengan implementasi kurikulum. Bagaimanapun bagus dan idealnya
tujuan yang harus dicapai tanpa strategi yang tepat untuk mencapainya, maka
tujuan itu tidak mungkin dapat di capai. Strategi meliputi rencana, metode, dan
perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu.
d. Komponen Evaluasi
Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir
(Oliva, 1998). Proses tersebut meliputi perencanaan, implementasi, dan Evaluasi.
Merujuk pada pendapat tersebut, maka evaluasi merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dalam pengembangan kurikulum. Melalui evaluasi, dapat
ditentukan nilai dan arti kurikulum, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan
apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan bagian-bagian mana
yang perlu disempurnakan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap pengembangan kurikulum, selain harus berpijak pada sejumlah landasan,
juga harus menerapkan atau menggunakan prinsip-prinsip tertentu. Dengan adanya
prinsip tersebut, setiap pengembangan kurikulum diikat oleh ketentuan atau hukum
sehingga dalam pengembangannya mempunyai arah yang jelas sesuai dengan prinsip
yang telah disepakati

B. Daftar isi
Tim Dosen Pengembang Kurikulum dan Pembelajaran (2009) Kurikulum dan
Pembelajaran. Bandung: FIP
http://anwarwan43-anwar.blogspot.com/2012/06/pengembangan-desain-kurikulum-
lokal.html

Anda mungkin juga menyukai