BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
Adapun tujuan dari Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RSK. Gigi dan
Mulut adalah :
1. Dapat digunakan dalam rangka meningkatkan layanan Rumah Sakit, meliputi kualitas
pelayanan, manajemen resiko, serta kesehatan dan keselamatan kerja.
2. Menjadi pedoman dalam pelayanan Pencegahan dan Pengendalian di Rumah Sakit
agar sesuai dengan prosedur dengan sumber daya terbatas dapat menerapkannya
1
sehingga dapat melindungi tenaga kesehatan dan masyarakat dari penuran penyakit
yang mungkin timbul.
C. Ruang Lingkup
Pedoman ini memberi panduan bagi petugas di Rumah Sakit dan fasilitas lainnya dalam
melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi pada pelayanan terhadap semua
pasien, pengunjung, petugas dan keluarga pasien.
Ruang lingkup pelayanan Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI) di RSK. Gigi dan
Mulut secara umum dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Di dalam gedung
Di dalam gedung Rumah Sakit, PPI dilaksanakan seiring dengan pelayanan yang
diselenggarakan rumah sakit, antara lain:
a. PPI di ruang rawat jalan bagi pasien yaitu di Instalasi Rawat Jalan seperti Poli
umum, polli VIP dan poli Mahasiswa.
b. PPI di rawat inap bagi pasien.
c. PPI di pelayanan penunjang medis yaitu di pelayanan farmasi pelayanan
laboratorium, radiologi.
d. PPI di pelayanan unit khusus yaitu di pelayanan di Unit Gawat Darurat, Ruang
Operasi.
2. Di luar gedung
Kawasan luar gedung rumah sakit dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk PPI
yaitu PPI di tempat umum seperti kantin dan lain-lain yaitu dengan melakukan
pemasangan banner dan poster-poster.
D. Batasan Operasional
2
b. Infeksi : merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi
(organisme), dimana terdapat respon imun, tetapi tidak disertai gejala klinik.
d. Penyakit menular atau infeksius : adalah penyakit (infeksi) tertentu yang dapat
berpindah dari satu orang ke orang lain, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
3
yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu : patogenitas, virulensi dan
jumlah (dosis, atau “load”).
2) Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh,
berkembang biak dan siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang paling
umum adalah manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan bahan-
bahan organik lainnya. Pada orang sehat, permukaan kulit, selaput lendir
saluran napas atas, usus dan vagina merupakan reservoir yang umum.
3) Pintu keluar (portal of exit) adalah jalan darimana agen infeksi
meninggalkan reservoir. Pintu keluar meliputi saluran pernapasan,
pencernaan, saluran kemih dan kelamin, kulit dan membrana mukosa,
transplasenta dan darah serta cairan tubuh lain.
2. Landasan Hukum
4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Distribusi Ketenagaan
RSK. Gigi dan Mulut di pegang oleh 1 IPCN. Dengan susunan anggota tim PPI yaitu :
Ketua Tim PPI : 1 orang
IPCO : 1 orang
IPCN : 1 orang
IPCLN : 15 orang
B. Jadwal Kegiatan
5
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Letak di Lantai 3
Ruang WC R. Dilat R.Kepegawaian R. Kepala
Serbaguna RS dan
Kasi
Kom
B. dik Standar
Mushola
Fasilitas
R. Kelas R. Kelas
R. Akreditasi R. TIM PPI Pantri NS.Ra WC
No Nama Alat Jumlah Keterangan
1 Lemari nap
1 buah Lemari kaca
2 Meja Kerja 2 buah
3 Meja Komputer 1 buah
4 Kursi 5 buah
5 Komputer 1 buah R. Komite
K. Ranap K. Ranap K. Ranap K. Ranap K.1 Ranap Keperawat
6 Printer L350 buah Epson
No ATK Jumlah an Keterangan
1 Filling cabinet kecil 1 buah
2 Penggaris 1 buah
3 Steples 1 buah
4 Gunting 1 buah
5 Tip Ex 1 buah
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
6
1. Peningkatan daya tahan pejamu. Daya tahan pejamu dapat meningkat
dengan pemberian imunisasi aktif (contoh vaksinasi Hepatitis B), atau
pemberian imunisasi pasif (imunoglobulin). Promosi kesehatan secara umum
termasuk nutrisi yang adekuat akan meningkatkan daya tahan tubuh.
2. Inaktivasi agen penyebab infeksi. Inaktivasi agen infeksi dapat dilakukan
dengan metode fisik maupun kimiawi. Contoh metode fisik adalah pemanasan
(Pasteurisasi atau Sterilisasi) dan memasak makanan seperlunya. Metode
kimiawi termasuk klorinasi air, disinfeksi
3. Memutus rantai penularan. Hal ini merupakan cara yang paling mudah untuk
mencegah penularan penyakit infeksi, tetapi hasilnya sangat bergantung
kepada ketaatan petugas dalam melaksanakan prosedur yang telah
ditetapkan. Tindakan pencegahan ini telah disusun dalam suatu “Isolation
Precautions” (Kewaspadaan Isolasi) yang terdiri dari dua pilar/tingkatan yaitu
“Standard Precautions” (Kewaspadaan standar) dan “Transmissionbased
Precautions” (Kewaspadaan berdasarkan cara penularan).
4. Tindakan pencegahan paska pajanan (“Post Exposure Prophylaxis” /
PEP) terhadap petugas kesehatan. Hal ini terutama berkaitan dengan
pencegahan agen infeksi yang ditularkan melalui darah dan cairan tubuh
lainnya, yang sering terjadi karena luka tusuk jarum bekas pakai atau pajanan
lainnya. Penyakit yang perlu mendapat perhatian adalah hepatitis B, Hepatitis
C dan HIV. Untuk lebih jelasnya akan dibahas pada bab selanjutnya.
1. Perkembangan Kewaspadaan
7
isolasi terhadap cairan tubuh yang dibuat 1987 untuk mengurangi risiko
penularan pathogen yang berada dalam bahan yang berasal dari tubuh
pasien terinfeksi. Pedoman kewaspadaan isolasi dan pencegahan transmisi
penyebab infeksi di saranan kesehatan diluncurkan Juni tahun 2007 oleh
CDC dan HICPAC dengan penambahan istilah HAIs ( Healthcare Associated
Infection ) menggantikan istilah infeksi nosokomial, Hygiene respirasi atau
etika batuk, praktek menyuntik yang aman.
aan Isolasi dirancang untuk mengurangi risiko terinfeksi penyakit menular pada petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang diketahui
aan isolasi terdiri dari kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan
2. Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan standar untuk pelayanan semua pasien. Kategori I meliputi :
a. Kebersihan Tangan
Kegagalan melakukan kebersihan tangan yang baik dan benar
dianggap sebagai penyebab utama infeksi nosokomial (HAIs) dan
penyebaran mikroorganisme multiresisten di fasilitas pelayanan
kesehatan dan telah diakui sebagai contributor yang penting terhadap
timbulnya wabah (Boyce dan Pittet, 2002 )
8
1) Definisi
a) Mencuci tangan
Proses yang secara mekanik melepasan kotoran dan debris dari kulit
tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air.
c) Air bersih
Air yang secara alami atau kimiawi dibersihkan dan disaring
sehingga aman untuk diminum, serta untuk pemakaian lainnya
(misalnya mencuci tangan dan membersihkan instrument medis)
karena memenuhi standar kesehatan yang telah ditetapkan. Pada
keadaan minimal, air bersih harus bebas dari mikroorganisme dan
memiliki turbiditas rendah (jernih, tidakberkabut) serta bebas dari
najis.
d) Sabun
Produk-produk pembersih (batang, cair, lembar, bubuk) yang
menurunkan tegangan permukaan sehingga membantu
melepaskan kotoran, debris dan mikroorganisme yang menempel
sementara pada tangan. Sabun biasa memerlukan gosokan untuk
9
melepas mikroorganisme secara mekanik, sementara sabun
antiseptik (antimikroba) selain melepas juga membunuh atau
menghambat pertumbuhan dari hampir sebagian besar
mikroorganisme.
Contohnya adalah :
1.4. Yodium 3%. Yodium dan produk alkohol berisi yodium atau
lincture (yodium linktur)
e) Emollient
Cairan organik, seperti gliserol, propilen glikol, atau sorbitol yang
ketika ditambahkan pada handrub dan losion tangan akan
melunakan kulit dan membantu mencegah kerusakan kulit
(keretakan, kekeringan, iritasi, dan dermatitis) akibat pencucian
tangan dengan sabun yang sering (dengan atau tanpa antiseptik)
dan air.7) Triklosan 0,2-2%
2) Ruang Lingkup
10
Kebijakan ini berlaku untuk semua staf klinis dan non klinis yang
bekerja di RSK. Gigi dan Mulut Prov.Sumsel
a) Kepala RSK. Gigi dan Mulut bertanggung jawab untuk menjamin
bahwa mekanisme telah tersedia untuk keseluruhan pelaksanaan,
pengawasan, dan peninjauan kebijakan ini. Kepala RSKGM
mendelegasian seluruh tanggung jawab pelaksanaan dan
implementasi kepada Kasi Pelayanan dan Penunjang Medis.
b) Kasi Pelayanan dan Penunjang Medis RSK. Gigi dan Mulut
bertanggung jawab untuk menjamin bahwa semua Kepala Unit:
i.1. Menyebarluaskan kebijakan di area tanggung jawabnya.
i.2. Menerapkan kebijakan ini dalam area tanggung jawabnya.
i.3. Mengidentifikasi dan mengalokasikan sumber-sumber agar
sesuai dengan kebijakan.
i.4. Menjamin semua staf diinformasikan mengenai kebijakan ini.
i.5. Menjamin semua staf di bawah pengawasan mereka telah
mendapat pelatihan sesuai kebutuhan kebijakan ini.
c) Kepala unit bertanggung jawab dalam pelaksanaan kebijakan
dalam pengelolaan di lingkungan mereka dan harus memastikan
bahwa :
1.1. Semua staf baru maupun yang lama mempunyai akses ke
Kebijakan Kebersihan Tangan dari Kepala RSK. Gigi dan
Mulut.
1.2. Tersedia SPO tertulis yang mendukung pengawasan dan
kepatuhan terhadap kebijakan cuci tangan.
1.3. Semua suplai (sabun antiseptic, kertas tissue, dsb) yang
diperlukan untuk mencuci tangan tersedia dan diganti bila
sudah habis di tempatnya.
1.4. Menjamin semua staf pelayanan terbiasa dengan kebijakan
ini
1.5. Menjamin bahwa staff dijadwalkan untuk mengikuti training,
termasuk training tentang hygiene tangan
1.6. Semua staf bertanggung jawab untuk melaksanakan
kebijakan dan harus menjamin :
1.7. Semua mengerti dan melakukan cuci tangan sesuai
dengan SPO
1.8. Semua staff bertanggung jawab atas kebersihan tangannya
dan menganjurkan petugas kesehatan lainnya melakukan
hal yang sama.
11
1.9. Menasehati pasien dan pengunjung untuk ikut serta
melakukan tindakan pencegahan pengendalian infeksi
antara lain dengan cara cuci tangan.
1.10. Menjamin suplai cairan pembersih tangan dan material
lainnya, seperti kertas tissue selalu tersedia, termasuk
untuk pengunjung.
1.11. Melaporkan ke Kasi ketika ada kekurangan pengetahuan
atau faktor-faktor lain yang berhubungan dengan
kebersihan tangan, terutama yang meliputi fasilitas /
peralatan atau insiden-insiden yang menyebabkan
kontaminasi silang.
1.12. Semua staf harus hadir dalam pelatihan / edukasi
pengendalian infeksi.
d) Unit hospitality :
Semua suplai pencuci tangan di area publik disediakan oleh RSK.
Gigi dan Mulutdan segera diganti bila sudah habis.
e) Farmasi
1.1. Farmasi bertanggung jawab dalam pengadaan sabun,
sabun antiseptik, pencuci tangan yang mengandung
alkohol, berdasarkan nama yang telah direkomendasi oleh
Tim Pengendalian Infeksi.
1.2. Farmasi bertanggung jawab mensuplai barang-barang
tersebut ke Poli Rawat jalan, IGD, Bedah, dan rawat inap.
f) Tim PPI
Tim Pengendalian Infeksi bertanggung jawab untuk :
1.1. Menjamin bahwa kebijakan ini sesuai dengan nasihat dan
panduan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan dan
lembaga internasional
1.2. Tinjau ulang kebijakan jika menerima perubahan nasihat
atau panduan dari Departemen Kesehatan dan lembaga
lainnya.
1.3. Mengembangkan dan melaksanakan semua SPO yang
mendukung kebijakan ini.
g) Infection Prevention & Control Nurse (IPCN)
1.1. Menyediakan fasilitas cuci tangan & alcohol handrub pada
tempat yang mudah diakses ( at the point of care ).
1.2. Melakukan perbaikan kepatuhan hygiene tangan menjadi
prioritas utama organisasi.
12
1.3. Mengadopsi program multimodal hygiene tangan WHO
yang meliputi perubahan sistem, training & edukasi,
evaluasi & umpan balik, peringatan di area kerja dan iklim
yangb aman serta melaksanakan program tersebut demi
mencapai perbaikan kepatuhan hygiene tangan.
3) Kebijakan
4) Tata Laksana
13
1.6. Luka sayat dan luka lecet harus ditutup dengan plester
kedap air.
14
Gambar 1. Lima momen cuci tangan
15
Keenam, gosok dengan memutar ujung jari-jai
tangan kanan ditelapak tangan kiri dan
sebaliknya
1.1.4 Bilas tangan dengan air mengalir.
1.1.5 Keringkan dengan tisue kering sekali pakai.
1.1.6 Gunakan tissue tersebut untuk menutup keran
dan buang ke tempat sampah dengan benar
16
Pertama, gosokan kedua telapak tangan hingga
merata
Kedua, gosok punggung dan sela-sela jari tangan
kiri dengan telapak tangan kanan dan sebaliknya
Ketiga, gosok kedua telapak tangan dan sela jari
tangan
Keempat, jari-jari sisi dalam dari kedua tangan
saling mengunci
Kelima, gosok berputar pada ibu jari tangan kiri
dalam genggaman tangan kanan dan sebaliknya
Keenam, gosok dengan memutar ujung jari-jari
tangan kanan di telapak kiri dan sebaliknya.
17
1.1.4. Teteskan desinfektan sebanyak ± 2 – 5 cc, kemudian
ratakan di kedua tangan sampai berbusa agar kotoran
bisa lepas.
1.1.5. Usahakan posisi tangan lebih tinggi daripada siku.
1.1.6. Bersihkan kedua tangan satu persatu dimulai dari kuku,
ujung jari sampai telapak tangan termasuk lipatan-lipatan
bagian tepi jari.
1.1.7. Bersihkan lengan bawah (pergelangan sampai siku)
dimulai salah satu tangan dengan memakai desinfektan
termasuk bagian tepi dalam dan luar sampai bersih.
1.1.8. Bilas kedua tangan dan lengan sampai batas siku dalam
secara berulang sampai basah.
1.1.9. Sambil menunggu kedua tangan kering posisi tangan
tetap di atas siku dan biarkan air yang menetes di bagian
siku sampai habis. Usahakan kedua tangan terhindar
dari benda-benda yang tidak steril.
1.1.10. Keringkan kedua tangan dengan handuk steril, di
mulai dari sela-sela jari sampai kering lebih 5 cm di atas
siku dengan cara memutar (tiap sisi handuk untuk siku.
1) Cuci tangan dengan sabun dan air jika tangan tampak kotor.
2) Cuci tangan dengan sabun desinfektan dan air jika tangan
terkena darah atau cairan tubuh lainnya.
3) Jika tangan tidak tampak kotor, gunakan alcohol handrub
untuk dekontaminasi tangan secara rutin. Setelah 5 kali
handrub harus diselingi dengan cuci tangan dengan sabun.
4) Di klinik gigi, kebersihan tangan harus dilakukan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien dan area kerja. Hal ini meliputi
kursi, lampu, peralatan, tempat duduk tanpa sandaran dan
meja/siku.
18
Akan menyingkirkan mikroorganisme transien secara mekanik,
tetapi sedikit efeknya terhadap mikroorganisme residen. Namun
demikian, mencuci tangan dengan sabun secara keseluruhan
penting untuk mencegah infeksi silang selama kontak social. Ini
dapat dilakukan sebelum melakukan tugas-tugas rutin di unit
perawatan dan setelah setiap kontak dengan pasien. Tim
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi merekomendasi
penggunaan sabun cair dalam container dengan dosis terukur.
2) Cairan Antiseptik
1.1. Akan menyingkirkan mikroorganisme transien dan
mengurangi mikroorganisme residen. Sediaan yang
menggandung bahan dasar Chlorhexidine terbukti lebih
efektif dibandingkan dengan cairan berbahan dasar iodine
karena ini mengandung efek residu yang mempengaruhi
waktu kesempatan hidup dari banyak mikroorganisme
pada permukaan tangan.
1.2. Agen antimikroba harus digunakan dalam situasi-situasi
yang membutuhkan pengurangan mikroba residen,
misalnya di ruang operasi atau unit-unit yang serupa,
ketika menjumpai pasien di ruang isolasi, selama wabah
infeksi dan sebelum melakukan prosedur invasive.
3) Pencuci Tangan Berbahan Dasar Alkohol
Dapat digunakan dengan cepat tanpa perlu air. Namun demikian
tidak efektif menyingkirkan kotoran tanah / spora dan hanya
boleh digunakan jika tangan tampak bersih. Pencuci tangan
berbahan dasar alcohol tidak boleh digunakan pada pasien yang
teridentifikasi/dicurigai positif terdapat bakteri Clostridium difficule
19
g) Kebersihan Tangan Pasien / Pengunjung
1) Definsi
20
diri mencakup sarung tangan, masker, alat pelindung mata
(pelindung wajah dan kaca mata), topi, gaun, apron dan pelindung
diri. Topi, masker, gaun dan duk sering terbuat dari kain atau
kertas namun pelindung paling baik adalah yang terbuat dari
bahan yang telah diolah atau bahan sintetik yang tidak tembus air
atau cairan lain (darah atau cairan tubuh).
2) Ruang Lingkup
Kebijakan ini berlaku untuk semua staf klinis dan non klinis yang
bekerja di RSK. Gigi dan Mulut Prov.Sumsel
a) Kepala RSK. Gigi dan Mulut bertanggung jawab untuk
menjamin bahwa mekanisme telah tersedia untuk keseluruhan
pelaksanaan, pengawasan, dan peninjauan kebijakan ini.
Kepala RSKGM mendelegasian seluruh tanggung jawab
pelaksanaan dan implementasi kepada Kasi Pelayanan dan
Penunjang Medis.
21
1.7. Semua staf baru maupun yang lama mempunyai akses
ke Kebijakan Alat Pelindung Diri dari Kepala RSK. Gigi
dan Mulut.
1.8. Tersedia SPO tertulis yang mendukung pengawasan
dan kepatuhan terhadap kebijakan Alat Pelindung Diri.
1.9. Semua suplai ( masker, sarung tangan, gaun dsb )
yang diperlukan tersedia.
1.10. Menjamin semua staf pelayanan terbiasa dengan
kebijakan ini
1.11. Menjamin bahwa staff dijadwalkan untuk mengikuti
training, termasuk training tentang Penggunaan Alat
Pelindung Diri
d) Farmasi
1.1. Farmasi bertanggung jawab dalam pengadaan Alat
Pelindung Diri berdasarkan nama yang telah
direkomendasi oleh Tim Pengendalian Infeksi.
1.2. Farmasi bertanggung jawab mensuplai barang-barang
tersebut ke Poli Rawat jalan, IGD, Bedah, dan rawat
inap, unit penunjang.
e) Tim PPI
Tim Pengendalian Infeksi bertanggung jawab untuk :
1.1. Menjamin bahwa kebijakan ini sesuai dengan nasihat
dan panduan yang ditetapkan oleh Kementerian
Kesehatan dan lembaga internasional.
22
1.2. Tinjau ulang kebijakan jika menerima perubahan
nasihat atau panduan dari Departemen Kesehatan dan
lembaga lainnya.
1.3. Mengembangkan dan melaksanakan semua SPO yang
mendukung kebijakan ini.
3) Kebijakan
a) Sarung tangan, masker dan googles dipakai untuk dokter dan
perawat di ruang rawat jalan, dan IGD.
b) Sarung tangan khusus, masker dan sepatu boot secara rutin
dipakai Cleaning Service
c) Masker dipakai untuk petugas laboratorium dental.
d) Sarung tangan dari bahan Pb masker, apron dari bahan Pb film
badge (dosimeter) dipakai untuk petugas
Radiologi/Radioterapi.
e) Masker, penutup kepala, kacamata pelindung, sarung tangan,
baju bedah, dipakai untuk dokter dan petugas Ruang bedah
minor dan mayor.
f) Masker I , masker II, penutup kepala, kacamata pelindung,
sarung tangan I, sarung tangan II dan baju pelindung, dipakai
untuk dokter dan perawat saat terjadi resiko penularan infeksi
melalui udara dan cairan tubuh.
4) Tata Laksana
23
1.1.1.2. Posisikan sarung tangan setinggi
pinggang dan menggantung dilantai,
sehingga bagian lubang jari-jari
tangannya terbuka, lalu masukkan
tangannya
1.1.1.3. Ambil sarung tangan kedua dengan
cara menyelipkan jari-jari tangan yang
sudah memakai sarung tangan ke
bagian lipatan (bagian yang tidak
bersentuhan dengan kulit tangan)
1.1.1.4. Pasang sarung tangan kedua dengan
cara memasukkan jari-jari tangan
yang belum memakai sarung tangan,
kemudian luruskan lipatan dan atur
posisi sarung tangan sehingga terasa
pas ditangan
24
1.1.1.2. Paskan klip hidung dari logam
fleksibel pada batang hidung.
1.1.1.3. Paskan dengan erat pada wajah dan
di bawah dagu sehingga melekat
dengan baik.
1.1.1.4. Periksa ulang pengepasan masker.
25
1.1.1.1. Ambil gaun pelindung / apron dengan
memegang bagian atas atau bagian
leher.
1.1.1.2. Kalungkan tali apron bagian atas atau
talikan tali apron untuk apron yang
bertali ke belakang leher
1.1.1.3. Ikat tali apron bagian samping ke
belakang pinggang dan pastikan
bagian depan dan samping menutupi
badan tidak terlipat.
26
1.1.1.2. Pakaikan penutup kepala sampai
semua rambut tertutup,
1.1.1.3. Ikat penutup kepala yang bertali atau
pastikan karet penutup kepala tidak
longgar.
1.1.1.4. Gunakan penutup kepala yang bersih
dan menutupi seluruh rambut
1.1.11. Tata Laksana Melepaskan penutup kepala
1.1.1.1. Buka ikatan / simpul penutup kepala
dari bagian belakang kepala dengan
kedua tangan.
1.1.1.2. Pegang sis penutup kepala dengan
tangan kanan dan tangan kiri
memegang bagian dalam penutup
kepala kemudian tarik bagian dalam
penutup kepala sehingga terbalik
dan lipat penutup kepala
1.1.12. Persiapan Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD)
1.1.1.1. Alat pelindung diri sebaiknya selalu
tersedia disetiap ruangan dalam
keadaan siap dipakai.
1.1.1.2. Umumnya sekali pakai atau dipakai
terpisah untuk setiap pasien.
1.1.1.3. Setiap alat pelindung yang
terkontaminasi harus disingkirkan
dan segera diganti.
1.1.1.4. Alat pelindung diri yang kotor dan
akan digunakan kembali setelah di
desinfeksi di tempatkan dalam
tempat penampungan sementara
tanpa mencemari lingkungan.
1.1.1.5. Alat tersebut diproses kembali
dengan dekontaminasi, pencucian
dan sterilisasi atau di buang.
27
1) Resiko Rendah.
1.1. Kontak dengan kulit.
1.2. Tidak terpajan darah langsung.
Contoh : Injeksi,perawatan luka ringan.
Pemilihan Alat Pelindung Diri : Sarung tangan.
28
- Sepatu pelindung
3. Bedah Minor -Masker
a) Dokter gigi -Sarung tangan steril
b) Perawat -Gaun
-Penutup kepala
4. Laboratorium -Masker
-Sarung tangan
-gaun
5 Radiologi -Masker
-Sarung tangan
- Apron
6 CSSD -Masker
-Penutup Kepala
- Penutup kepala
-Gaun
-Sarung Tangan Rumah Tangga
- Sepatu pelindung
7 Laboratorium Masker
Dental -Sarung tangan
-gaun
8 Kesling -Sarung Tangan Rumah Tangga
-Masker
-Sepatu Boots
9 Spoelhoek Disetiap unit
Topi/ penutup kepala
Masker
Google
Apron kedap air
Sarung tangan rumah tangga
Sepatu boot
1) Definisi
29
b) Pembersihan: Proses yang secara fisik membuang semua kotoran,
darah, atau cairan tubuh lainnya dari benda mati ataupun
membuang sejumlah mikroorganisme untuk mengurangi risiko bagi
mereka yang menyentuh kulit atau menangani objek tersebut.
Proses ini adalah terdiri dari mencuci sepenuhnya dengan sabun
atau detergen dan air atau enzymatic, membilas dengan air bersih,
dan mengeringkan.
c) Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT): Proses menghilangkan semua
mikroorganisme, kecuali beberapa endospora bakterial dari objek,
dengan merebus, menguapkan atau memakai disinfektan kimiawi.
d) Sterilisasi: Proses menghilangkan semua mikroorganisme
(bakteria, virus, fungi dan parasit) termasuk endospora bakterial dari
benda mati dengan uap tekanan tinggi (autoclaf), panas kering
(oven), sterilan kimiawi, atau radiasi. Setiap benda, baik peralatan
metal yang kotor memerlukan penanganan dan pemrosesan khusus
agar:
2) Ruang Lingkup
3) Tata Laksana
30
g) Pencatatan dan pelaporan.
d. Pengelolaan Linen
1) Definisi
2) Ruang Lingkup
3) Tata Laksana
31
1.4. Sprei/laken dan sarung bantal dicuci setiap pergantian
pasien
e) Linen yang telah dicuci diberi tanda dipojok bawah yang berisi :
tanggal di cuci dan tanggal pemasangan.
ati-hati.
m wadah/kantong tertutup.
dengan dan diolah dengan aman dengan melakukan klasifikasi (ini sangat penting) dan menggunakan wadah/kanto
us menggunakan APD yang memadai saat mengangkut linen kotor.
nen bersih dan linen kotor harus dibedakan, bila perlu diberi warna yang berbeda.
e. Pengelolaan Limbah
1) Definisi
32
Penanganan Cairan tubuh adalah Suatu proses atau cara
membersihkan tumpahan yang berasal dari cairan tubuh pasien
(darah, cairan perut,cairan pleura, faeces, sputum atau dahak) di
lantai atau di tempat-tempat lain sehingga lingkungan tersebut
menjadi bersih dan aman untuk digunakan.
2) Ruang Lingkup
1.1. Pengertian
1.1.1. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang
dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam
bentuk padat, cair dan gas.
1.1.2. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah
rumah sakit yang berbentuk padat sebagai
akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari
limbah medis padat dan non medis.
1.1.3. Limbah medis padat adalah limbah padat yang
terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi,
limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah
sintotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,
limbah kontainer bertekanan dan limbah dengan
kandungan logam berat yang tinggi.
1.1.4. Limbah padat non medis adalah limbah padat
yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit diluar
medis yang berasal dari dapur, perkantoran,
taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan
kembali apabila ada teknologinya.
1.1.5. Limbah cair adalah semua air buangan
termasuk tinja yang berasal dair kegiatan rumah
sakit yang kemungkinan mengandung
mikroorganisme, bahan kimia beracun dan
radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
1.1.6. Limbah infeksius adalah limbah yang
terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh
pasien, ekskresi, sekresi yang dapat
33
menularkan kepada orang lain membunuh atau
menghambat pertumbuhan sel hidup.
34
1.1.1.5. Tempatkan setiap kontainer limbah
pada jarak 10-20 meter
1.1.1.6. Ikat limbah jika sudah terisi ¾ penuh
1.1.1.7. Kontainer limbah harus dicuci setiap
hari 2.3 Cara untuk menanggulangi
sampah medis maupun sampah
benda tajam
1.1.5. Pemindahan limbah
Kantong plastik limbah padat diangkat setiap
hari atau kurang sehari bila sudah 2/3 bagian
telah terisi limbah. Untuk memindahkan limbah
dari tempat produksi ke tempat penampungan
sementara (TPS) di rumah sakit menggunakan
kereta dorong dengan tempat limbah plastik
yang bertutup. Petugas menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) ketika menangani limbah
yang terdiri dari topi/helm, masker, pelindung
mata, pakaian panjang (overall), apron untuk
industri, sepatu boot, sarung tangan khusus.
Kereta dorong tidak digunakan untuk keperluan
lain selain pembuangan limbah
35
penuh, lalu ditutup rapat, kemudian
limbah-limbah tersebut di dalam
wadahnya.
1.1.1.2. Dikirim ke pihak ke 3
36
1.1.4. Melakukan pembakaran atau penguburan harus
segera dilakukan sebelum tersebar ke
lingkungan sekitar. Pembakaran adalah metode
terbaik untuk membunuh mikroorganisme
1.1.5. Cuci tangan setelah menangani sampah
tersebut dan dekontaminasi serta cuci sarung
tangan yang tadi dipakai saat membersihkan
sampah tersebut
1.5. Penanganan sampah medis berupa benda tajam
(jarum, silet, mata pisau dan lain-lain)
1.1.1. Gunakan sarung tangan tebal
1.1.2. Buang seluruh benda-benda yang tajam pada
tempat sampah yang tahan pecah. Tempat
sampah yang tahan pecah dan tusukan dapat
dengan mudah dibuat menggunakan karton
tebal,ember tertutup atau botol plastik yang
tebal.
1.1.3. Letakkan tempat sampah tersebut dekat
dengan daerah yang memerlukan sehingga
sampah-sampah tajam tersebut tidak perlu
dibawak terlalu jauh sebelum dibuang
1.1.4. Cegah kecelakaan yang diakibatkan oleh jarum
suntik, jangan menekuk atau mematahkan
jarum sebelum dibuang. Jarum tidak secara
rutin ditutup, tetapi jika dibutuhkan dapat
diusahakan dengan metode satu tangan
1.1.1.1. Letakkan tutup pada permukaan yang
datar dan keras kemudian pindahkan
ke tangan
1.1.1.2. Kemudian dengan satu tangan
pegang alat suntik dan gunakan
jarumnya untuk menyedok tutup
tersebut
1.1.1.3. Jika tutup sudah menutup jarum
suntik, gunakan tangan yang lain
untuk merapatkan tutup tersebut
37
1.1.1.4. Jika wadah untuk sampah benda
tajam telah ¾ penuh tutup atau
sumbat dengan kuat
1.1.1.5. Buang wadah yang sudah ¾ penuh
tersebut dengan cara menguburnya.
Jarum dan benda-benda tajam
lainnya yang tidak apat dihancurkan
dengam membakarnya dan kemudian
hari dapat menyebabkan luka dan
mengakibatkan infeksi serius
1.1.1.6. Cuci tangan sesudah mengelola
wadah sampah benda tajam tersebut
kemudian dekontaminasi dan cuci
tangan
38
dibawa ketempat pengelolaan limbah rumah
sakit dengan berita acara yang ditandatangani
oleh petugas laboratorium, petugas pengambil
dan petugas pengelolaan limbah.
4) Kebijakan
a) Kebijakan Umum
b) Kebijakan khusus
39
tempat penampungan sementar. Tempat
penampungan sementara harus diarea
tertutup,aman dan selalu dijaga kebersihannya
dan kondisi kering.
1.1.4. Cara pembersihannnya : wadah limbah dicuci
dengan larutan pembersih desinfektan clorin
0,5% plus sabun netral setiap hari setelah
limbah dibuang.
1.1.5. Pengangkutan Mangangkut sampah harus
menggunakan kereta dorong khusus. Kereta
dorong harus kuat mudah dibersihkan, tertutup
tidak boleh ada yang tercecer.
1.2. Penanganan Sampah Terkontaminasi/ infeksius:
1.1.1. Untuk sampah terkontaminasi /infeksius
pakailah sarung tangan karet yang tebal
sewaktu memindahkan sampah padat
1.1.2. Buang sampah padat dalam wadah plastik
dengan tutup yang rapat, kantong plastik warna
kuning.
1.1.3. Sampah yang terkumpul dilakukan
pengangkutan dari ruangan sebanyak 3 kali
yaitu pada sift pagi, siang, sore serta ekstra
diangkat bila tempat sampah sudah penuh
1.1.4. Cuci semua wadah limbah dengan larutan
pembersih desinfektan (larutan Klorin 0,5% +
sabun) dan bilas dengan air secara teratur.
1.1.5. Lepaskan sarung tangan setelah selesai
digunakan dan lakukan pencucian yang
selanjutnya dikeringkan.
1.1.6. Cuci tangan dengan antiseptik.
1.3. Pembuangan Limbah Cairan Tubuh :
1.1.1. Gunakan APD
1.1.2. Buang cairan tubuh atau limbah basah ke
sistem pembuangan kotoran tertutup
5) Tata Laksana
40
Panduan pengelolaan sampah infeksius, dan cairan tubuh ini
mempunyai ruang lingkup yang luas karena berhubungan dengan
pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit. Pelaksanaan
pengelolaaan sampah infeksius, dan cairan tubuh di RSK. Gigi dan
Mulut Prov. Sumatera Selatan adalah seluruh tenaga kesehatan
(medis, perawat, farmasi dan tenaga kesehatan lainnya), seluruh
pegawai yang bekerja di rumah sakit serta pengunjung.
Tata Laksana pengelolaan sampah infeksius, dan cairan tubuh
adalah sebagai berikut:
a) Pengelolaan Limbah Pengelolaan limbah dapat dilakukan
mulai dari sebagai berikut:
1.1. Identifikasi limbah Dilaksanakan oleh petugas cleaning
service disetiap ruang perawatan
1.2. Pemisahan RSK. Gigi dan Mulut Prov. Sumatera
Selatan telah melakukan
1.1.1. Pemisahan dimulai dari awal penghasil limbah /
sampah di unit masing-masing.
1.1.2. Pemisahan limbah berdasarkan pembagian
limbah infeksius (warna kuning), limbah non
infeksisus (warna hitam) dan limbah benda
tajam (kardus tahan tusukan).
1.1.3. Menempatkan limbah sesuai dengan jenisnya
1.1.4. Limbah cair segera dibuang ke wastapel di
spoelhok.
1.3. Labeling
1.1.1. Limbah padat infeksius Plastik kantong kuning
1.1.2. Limbah padat non infeksius Plastik kantong
warna hitam
1.1.3. Limbah benda tajam Wadah tahan tusuk
(kardus) dan air
1.4. Packing
1.1.1. Tempatkan dalam wadah limbah tertutup
1.1.2. Tutup mudah dibuka, sebaiknya bisa dengan
menggunakan kaki
1.1.3. Kontainer dalam keadaan bersih
1.1.4. Kontainer terbuat dari bahan yang kuat, ringan
dan tidak berkarat.
41
1.1.5. Tempatkan setiap container limbah pada jarak
10 – 20 m
1.1.6. Ikat limbah jika sudah terisi ¾ penuh.
1.1.7. Kontainer limbah harus dicuci setiap hari.
1.5. Pemindahan
1.6. Penyimpanan
1.7. Pembuangan akhir
1) Definisi
42
Tujuan pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya adalah untuk menciptakan lingkungan
yang bersih aman dan nyaman sehingga dapat meminimalkan atau
mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme dari lingkungan
kepada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat di sekitar
rumah sakit dan fasilitas kesehatan sehingga infeksi nosokomial
dan kecelakaan kerja dapat dicegah.
2) Ruang Lingkup
43
k) Ruang lingkup pengendalian lingkungan Konstruksi Bangunan
Rumah Sakit
l) Permukaan Lingkungan
3) Tata Laksana
44
dibersihkan, kerangka harus kuat dan tinggi minimal
2,70 meter dari lantai.
45
1.1.3. Lebar pintu minimal 1,20 meter, tinggi minimal
2,10 meter, dan semua pintu kamar harus selalu
dalam keadaan tertutup
1.1.4. Lantai kuat, mudah dibersihkan, kedap air, dan
berwarna terang
1.1.5. Khusus ruang operasi harus disediakan gantungan
lampu bedah dengan profil baja double INP 20
yang dipasang sebelum pemasangan langit-langit.
1.1.6. Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan
reagensia siap pakai
1.1.7. Ventilasi atau penghawaan sebaiknya digunakan
AC tersendiri yang dilengkapi filter bakteri, untuk
setiap ruang operasi yang terpisah dengan ruang
lainnya. Pemasangan AC minimal 2 meter dari
lantai dan aliran udara bersih yang masuk ke
dalam kamar operasi berasal dari atas ke bawah.
Khusus untuk ruang bedah ortopedi atau
transplantasi organ harus menggunakan
pengaturan udara UCA (ultra clean air) system
1.1.8. Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung
dengan udara luar, untuk harus dibuat ruang
antara.
1.1.9. Pemasangan gas medis secara sentral
diusahakan melalui bawah lantai atau diatas
langit-langit.
46
o Penataan ruangan
o Pencahayaan,
o Kebisingan
47
orang, tempat, dan perlengkapan yang dapat atau mungkin dapat
menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya.
c) Penyehatan Air
48
yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga perlu adanya
pengawasan kualitas air yang bertujuan untuk mengetahui
gambaran mengenai keadaan sanitasi sarana air bersih dan
kualitas air sebagai data dasar pemberian rekomendasi untuk
pengamanan kualitas air. Kualitas air tersebut, harus memenuhi
syarat-syarat kesehatan yang meliputi persyaratan fisika, kimia,
mikrobiologi dan radio aktif.
Kegiatan Penyehatan air berupa pengawasan kualitas air
mencakup
1.1. Inspeksi sanitasi sarana air bersih dan air minum di
rumah sakit
1.2. Pengambilan, pengiriman dan pemeriksaan sampel air
1.3. Analisis hasil pemeriksaan air
1.4. Perumusan saran dan cara pemecahan masalah yang
timbul dari hasil kegiatan a, b, dan c
1.5. Kegiatan tindak lanjut berupa pemantauan upaya
penanggulangan/perbaikan.
d) Pengelolaan Limbah
49
1.1.2. Limbah padat medis adalah limbah padat yang
terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah
benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis,
limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer
bertekanan dan limbah dengan kandungan logam
berat yang tinggi.
1.1.3. Kegiatan Pengelolaan Limbah Padat (medis dan
non medis), antara lain:
1.1.1.1. Minimalisasi limbah padat, meliputi:
o Menggunakan sedikit mungkin bahan-
bahan kimia
o Monitoring alur penggunaan bahan
kimia sampai menjadi bahan
berbahaya dan beracun
1.1.4. Pemilahan, pewadahan dan pemanfaatan
kembali/daur ulang limbah padat
1.1.5. Pengolahan, pemusnahan dan pembuangan akhir
limbah padat
1.2. Limbah cair Adalah semua air buangan termasuk tinja
yang berasal dari kegiatan rumah sakit, yang kemungkinan
mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan
radioaktif serta darah yang berbahaya bagi kesehatan.
Dalam pengendalian pencemaran air, pihak rumah sakit
diwajibkan untuk membuang limbah cairnya sesuai baku
mutu lingkungan. Adapun parameter limbah cair yang
perlu diolah adalah BOD, COD, TSS, NH3 bebas, suhu,
pH dan PO4, sesuai dengan persyaratan baku mutu
limbah cair bagi kegiatan rumah sakit. Kegiatan
Pengelolaan Limbah Cair, antara lain:
1.1.1. Monitoring kebersihan saluran air limbah, bak
kontrol dan pre treatment .
1.1.2. Mengukur debit limbah cair yang masuk ke IPAL
setiap hari.
1.1.3. Memantau kualitas effluent limbah cair secara
fisika-kimia sebulan sekali .
1.1.4. Membuat SPO pemantauan kualitas effluent limbah
cair (uji petik) setiap 3 bulan sekali.
50
1.3. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas
yang berasal dari kegiatan pembakaran di rumah sakit
seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator,
anastesi, dan pembuatan obat citotoksik. Limbah
gas/emisi dapat berupa makhluk hidup, zat, energi, dan
atau komponen lain yang dihasilkan dari kegiatan yang
masuk atau dimasukkan ke dalam udara ambien.
Kegiatan Pengelolaan Limbah Gas, meliputi
1.1.1. Membuat SPO pemantauan limbah gas berupa
NO2, So2, logam berat, dan dioksin yang dilakukan
1 (satu) kali setahun
1.1.2. Monitoring suhu pembakaran minimum 1.000° C
untuk pemusnahan bakteri patogen, virus, dioksin,
dan mengurangi jelaga.
1.1.3. Melengkapi peralatan untuk mengurangi emisi gas
dan debu.
1.1.4. Melakukan penghijauan dengan menanam pohon
yang banyak memproduksi gas oksigen dan dapat
menyerap debu.
51
pangan di gudang dan peralatan instalasi rumah sakit.
Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya
berguna untuk memutus mata rantai penularan penyakit dan
mencegah timbulnya kerugian ekonomi akibat dari rusaknya
bahan pangan dan alat-alat rumah sakit seperti linen, peralatan
kantor, dan lain sebagainya.
Kegiatan Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang
pengganggu lainnya adalah sebagi berikut:
1.1. Mengukur kepadatan lalat dan jentik Aedes sp yang
diamati melalui indeks kontainer (harus nol).
1.2. Inspeksi langsung lubang-lubang tanpa kawat kasa.
1.3. Membasmi tikus, kecoa dan kucing.
h) Perlindungan Radiasi
52
Radiasi adalah emisi dan penyebaran energi melalui ruang
(media) dalam bentuk gelombang
elektromagnetik/partikel/elementer dengan kinetik yang sangat
tinggi yang dilepaskan dari bahan atau alat radiasi yang
digunakan oleh instalasi di rumah sakit. Pengamanan dampak
radiasi adalah upaya perlindungan kesehatan masyarakat dari
dampak radiasi melalui promosi dan pencegahan risiko atas
bahaya radiasi, dengan melakukan kegiatan pemantauan,
investigasi, dan mitigasi pada sumber, media lingkungan dan
manusia yang terpajan atau alat yang mengandung radiasi.
Kegiatan Perlindungan Radiasi tersebut antara lain:
1.1. Pemantauan, investigasi dan mitigasi petugas, lingkungan
dan peralatan Radiologi.
1.2. Membuat SPO pemeriksaan kesehatan bagi
petugas/masyarakat yang terpajan radiasi.
i) Promosi Kesehatan
53
lingkungan rumah sakit dengan menggunakan cara langsung,
media cetak maupun media elektronik.
54
melakukan pembersihan dan diinfeksi peralatan
pernapasan dan harus membersihkan tangan setelah
APD dilepas.
1.1. Dinding
Permukaan dinding dibuat harus kuat, rata dan kedap air
sehingga mudah dibersihkan secara periodik dengan
jadwal yang tetap 3-6 bulan sekali. Cat dinding berwarna
terang dan menggunaakan cat yang tidak luntur serta tidak
mengandung logam berat.
1.2. Langit-langit
Langit-langit harus kuat, berwarna terang dan mudah
dibersihkan, tingginya minimal 2.70 meter dari lantai,
kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari
kayu harus anti rayap.
1.3. Lantai
Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, halus, kedap
air, tidak licin, warna terang, permukaan rata, tidak
bergelombang sehingga mudah dibersihkan secara rutin 2
kali sehari atau kalau perlu. Lantai yang selalu kontak
dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup
kearah saluran pembuangan air limbah. Pertemuan lantai
dengan dinding harus berbentuk lengkung agar mudah
dibersihkan.
1.4. Atap
Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat
perindukan serangga, tikus dan binatang pengganggu
lainnya.
1.5. Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar dan dapat
mencegah masuknya serangga, tikus dan binatang
pengganggu lainnya.
55
1.6. Jaringan Instalasi
Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air
limbah, gas, listrik, system penghawaan, sarana
komunikasi dan lain-lainnya harus memenuhi persyaratan
teknis kesehatan agar aman dan nyaman, mudah
dibersihkan dari tumpukan debu. Pemasangan pipa air
minum tidak boleh bersilang dengan pipa air limbah dan
tidak boleh bertekanan negatif untuk menghindari
pencemaran air minum.
1.7. Furniture
Dibersihkan secara rutin setiap hari, khusus tempat tidur
pasien gunakan cairan disinfektan, Tidak menggunakan
bahan yang dapat menyerap debu, sebaiknya bahan yang
mudah dibersihkan dari debu maupun darah atau cairan
tubuh lainnya.
1.9. Gorden
Bahan terbuat dari yang mudah dibersihkan, tidak
bergelombang, warna terang, Dicuci secara periodik 1-3
bulan sekali dan tidak menyentuh lantai.
56
1.1.3. Jarak antar tempat tidur diupayakan cukup agar
perawat tidak menyentuh 2 tempat tidur dalam
waktu yang sama, bila mungkin/ideal 2,5m.
1.1.4. Penurunan jarak antar tempat tidur menjadi 1,9m
menyebabkan peningkatan transfer MRSA 3,15 kali.
1.1.5. Permukaan sekitar :
1.1.1.1. RS merupakan tempat yang mutlak harus
bersih. Lingkungan jarang merupakan
sumber infeksi. Masih kontradiksi tentang
disinfeksi ruangan rutin ? Tidak ada
perbedaan HAIs yang bermakna antara
ruangan dibersihkan dengan disinfektan
dan detergen (WA Rutala, 2001).
1.1.1.2. Disinfeksi rutin dapat menyebabkan
bakteri resisten (QAV), toleransi
meningkat (formaldehid), membunuh
bakteri yang sensitif, mempengaruhi
penampilan limbah yang ditangani,
membentuk komponen organik halogen
(Na hipoklorin), mengkontaminasi
permukaan air, membentuk bahan
mutagenik.
l) Permukaan lingkungan
57
1.7. Jangan melakukan disinfeksi fogging di area keperawatan
1.8. Hindari metode pembersihan permukaaan yang luas yang
menghasilkan mist atau aerosol
1.9. Pembersihan dari pabrik ikuti prosedur tertentu
1.10. Gunakan detergen. Jangan menggunakan high level
disifektan/cairan chemikal untuk peralatan non kritikal dan
permukaan lingkungan
1.11. kuti petunjuk pabrik untuk pembersihan dan pemeliharaan
peralatan non kritikal
1.12. Jika tidak ada petunjuk/disinfektan yang terdaftar untuk
pembersihan dan disinfeksi ruangan perawatan pasien
1.13. Gunakan detergen atau air untuk pembersihan permukaan
non perawatan seperti perkantoran administrasi
1.14. Bersihkan dan disinfeksi permukaan yang sering disentuh
seperti pegangan pintu, bed rails, light switch
1.15. Bersihkan dinding, blinds dan jendela, tirai di area
perawatan pasien
1.16. Siapkan cairan pembersih setiap hari atau jika diperlukan,
dan gunakan cairan yang baru
1.17. Selesai operasi terakhir setiap hari, bersihkan ruangan
dengan wet vacum atau mop lantai dan dinding dengan
menggunakan pembersih. Jangan gunakan mats di pintu
masuk ruang operasi Gunakan metode pembersihan debu
yang tepat untuk pasien yang immonocompromised
1.18. Tutup pintu pasien immonocompromised saat
membersihkan lantai. Segera bersihkan dan
dekontaminasi tumpahan darah atau material lain yang
potensial infeksi
1.19. Pakai disinfektan yang terdaftar dengan label
1.20. Gunakan produk sodium hipoklorin yang teregistrasit
1.21. Segera bersihkan dan dekontaminasi tumpahan darah
atau material lain yang potensial infeksi
1.22. Vacum carpet di area umum fasilitas pelayanan sarana
kesehatan dan area umum pasien secara regular
1.23. Secara periodik pembersihan sampai kedalam carpet
1.24. Hindari penggunaan carpet di daerah keramaian di ruang
perawatan pasien atau vacum carpet di area umum sarana
kesehatan dan area umum pasien secara rutin
58
1.25. Hindari penggunaan carpet di daerah keramaian di ruang
perawatan pasien atau tumpahan darah seperti unit terapi,
ruang operasi, laboratorium.
1.26. Bunga dan tanaman pot tidak dianjurkan di area
pelayanan pasien
1.27. Perawatan dan pemeliharaan bunga dan tanaman pot
kepada petugas khusus (bukan yang merawat pasien).
Namun jika tidak ada petugas khusus maka petugas
memakai sarung tangan dan cuci tangan setelah melepas
sarung tangan
1.28. Tidak mengizinkan bunga segar atau kering atau tanaman
pot di area perawatan
1.29. Lakukan pest control secara rutin
1.30. Pakai APD selama prosedur pembersihan dan disinfeksi.
1.31. Lakukan pembersihan dan disinfeksi untuk pengendalian
lingkungan yang terkontaminasi sesuai prosedur
1.32. Berikan perhatian ketat untuk pembersihan dan disinfeksi
permukaan yang sering disentuh di area perawatan seperti
charts, bedside commode, pegangan pintu
1.33. Pastikan kepatuhan dari petugas kebersihan untuk
pembersihan dan disinfeksi
1.34. Kultur permukaan lingkungan dapat dilakukan bila terjadi
KLB
1.35. Pembersihan dan disinfeksi lingkungan permukaan
peralatan medis secara regular.
1.36. Anjurkan keluarga, pengunjung dan pasien tentang
pentingnya kebersihan tangan untuk meminimalkan
penyebaran mikroorganisme
1.37. Jangan menggunakan disinfeksi tingkat tinggi untuk
kebersihan lingkungan
1.38. Jangan lakukan random pemeriksaan mikrobologi udara,
air dan permukaan lingkungan
1.39. Bila indikasi lakukan sampling mikrobiologi sebagai
investigasi epidemiologi atau sepanjang pengkajian
kondisi lingkungan berbahaya untuk menditeksi atau
verifikasi adanya bahaya
1.40. Batasi sampling mikrobiologi untuk maksud jaminan
kualitas
59
g. Kesehatan Karyawan / Perlindungan Petugas Kesehatan
1) Definisi
Tujuannya
a) Menjamin keselamatan petugas di lingkungan rumah sakit
b) Memelihara kesehatan petugas kesehatan
2) Ruang Lingkup
3) Kebijakan
60
a) Melakukan pemeriksaan kesehatan bagi karyawan sebelum
bekerja Rumah Sakit diantara lain:
1.1. Pemeriksaan fisik lengkap.
1.2. Kesegaran Jasmani
1.3. Apakah pernah mendapatkan imunisasi BCG dan ada
riwayat pengobatan DOT TB.
b) Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi
karyawan/personel Rumah Sakit antara lain :
1.1. Pemeriksaan fisik, kesegaran jasmani, rontgen paru-
paru (bila diperlukan), laboratorium rutin, serta
pemeriksaan-pemeriksaan yang dianggap perlu,
termasuk pemberian vaksinasi kepada
karyawan/personal yang bekerja di area/tempat yang
berisiko dan berbahaya.
1.2. Pemeriksaan kesehatan berkala bagi
karyawan/personal Rumah Sakit sekurang-kurangnya
1 (satu) tahun.
c) Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus kepada :
1.1. Karyawan Rumah Sakit yang telah mengalami
kecelakaan atau penyakit yang memerlukan perawatan
yang lebih dari 2 (dua) minggu.
1.2. Karyawan Rumah Sakit wanita yang cacat serta
karyawan/ personal yang berusia muda melakukan
pekerjaan tertentu.
1.3. Karyawan Rumah Sakit yang terdapat dugaan tertentu
mengenai gangguan kesehatan perlu dilakukan
pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan.
1.4. Pemeriksaan kesehatan dilakukan apabila terdapat
catatan atau hasil pengamatan dari organisasi
pelaksana kesehatan dan Tim Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) Rumah Sakit bagi karyawan/
personal yang mengalami keluhan.
1.5. Karyawan yang bekerja pada kelompok pelayanan high
risk infeksi : Kamar Operasi, IGD.
4) Tata Laksana
a) Pemeriksaan kesehatan
61
Dilakukan secara berkala, khusus untuk petugas yang
terpajan :
1.1. Suhu tubuh dipantau 2x/hari untuk petugas yang
merawat pasien khusunya pasien dengan Flu Burung.
1.2. Bila timbul demam, petugas dipindahkan dari tugas
perawatan dan harus menjalani uji diagnostik.
1.3. Jika penyebab tidak dapat diidentifikasi, dianjurkan
petugas mendapat pengobatan antiviral.
c) Pemberian imunisasi/profilaksis
62
e) Penatalaksanaan penularan
1.1. Petugas yang menderita Flu tidak dibenarkan
merawat/kontak dengan pasien imunitas rendah
(immunocompromised).
1.2. Petugas yang menderita demam/gangguan pernafasan
selama 10 hari setelah terpajan melalui udara (airborne)
dibebas-tugaskan/diisolasi.
63
k) Pencegahan risiko infeksi akibat kecelakaan kerja
1.1. Buang jarum langsung bersama syringe, jangan
dilepas.
1.2. Jangan meletakan dan meninggalkan jarum
sembarangan.
o) Edukasi
64
h. Penempatan pasien
65
kipas angin tambahan di dalam ruangan dapat meningkatkan
aliran udara.
d) Jaga pintu tertutup setiap saat dan jelaskan kepada pasien
mengenai perlunya tindakan pencegahan ini
e) Pastikan setiap orang yang memasuki ruangan memakai APD
yang sesuai : Masker (bila memungkinkan masker efisiesi
tinggi harus digunakan, bila tidak gunakan masker bedah
sebagai alternative ) , gaun, pelindung wajah / pelindung mata
dan sarung tangan.
f) Pakai sarung tangan bersih, non steril ketika masuk ruangan
g) Pakai gaun yang bersih, non steril ketika masuk ruangan jika
akan berhubungan dengan pasien atau kontak dengan
permukaan atau barang-barang di dalam ruangan
66
a) Dibatasi, bila perlu saja.
b) Bila mikroba pasien virulen, 3 hal perlu diperhatikan:
b.1. Pasien diberi APD (masker, gaun)
b.2. Petugas di area tujuan harus diingatkan akan
kedatangan pasien tersebut melaksanakan
kewaspadaan yang sesuai
b.3. Pasien diberi informasi untuk dilibatkan
kewaspadaannya agar tidak terjadi transmisi kepada
orang lain
67
5) Keluarga Pendamping pasien di rumah sakit
6) Pemulangan pasien
1) Definisi
68
Etika Batuk/ Bersin adalah tata cara batuk/ bersin bagi seseorang
yang mengalami ataupun tidak gangguan napas.
2) Ruang Lingkup
3) Kebijakan
4) Tata Laksana
69
1.4. Gunakan masker.
70
1) Definisi
2) Ruang Lingkup
a) Diterapkan pada semua pasien rawat jalan dan inap yang akan
melakukan tindakan injeksi
b) Pelaksana adalah tenaga kesehatan (dokter, dokter gigi, perawat dan
analis) yang akan melakukan tindakan injeksi kepada pasien yang berada
di RSK. Gigi dan Mulut.
3) Tata Laksana
a) Lakukan kebersihan tangan dengan cara cuci tangan dengan prosedur 6
langkah.
b) Gunakan APD sesuai indikasi (sarung tangan bersih/tidak steril, sekali
pakai).
c) Tentukan lokasi insersi sesuai dengan jenis injeksi dan teknik injeksi.
d) cuci tangan dengan prosedur 6 langkah
e) Gunakan APD sesuai indikasi (sarung tangan bersih/tidak steril, sekali
pakai).
f) Tentukan lokasi insersi sesuai dengan jenis injeksi dan teknik injeksi.
g) Lakukan desinfeksi pada area insersi.
h) Pakai jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap suntikan untuk mencegah
kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi.
i) Bila memungkinkan sekali pakai vial walaupun multidose.
j) Tidak diperbolehkan menggunakan jarum atau spuit yang dipakai ulang
untuk mengambil obat dalam vial multidose, karena dapat menimbulkan
71
kontaminasi mikroba yang dapat menyebar saat obat dipakai untuk pasien
lain.
k) Lakukan prinsip pemberian obat dengan 7 benar
l) Lakukan insersi sesuai petunjuk pemberian
m) Lakukan desinfeksi pada area setelah insersi.
n) Lakukan dokumentasi/pencatatan pada daftar lembar pemberian terapi.
o) Selalu buang sendiri oleh dokter yang melakukan insersi.
p) Kontainer benda tajam diletakkan dekat lokasi tindakan.
q) Lepaskan APD (sarung tangan).
r) Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
s) Jangan meletakkan spuit atau jarum di tempat sembarangan
t) Segera buang limbah benda tajam ke kontainer benda tajam (safety box)
yang tahan tusuk, tahan air dan tidak bisa dibuka lagi.
u) Tidak melakukan recapping dengan kedua tangan.
v) Lakukan recapping dengan tehnik one hand (satu tangan)
w) Jangan menekuk atau mematahkan jarum.
72
pengunjung. RSK. Gigi dan Mulut harus menyiapkan ruang isolasi
dalam memberi layanan kesehatan bagi pasien yang mengidap
penyakit infeksi menular agar tidak terjadi transmisi infeksi dari pasien
kepada pasien lain, petugas dan pengunjung.
b. Ruang Lingkup
c. Tata Laksana
1) Kontak.
2) Melalui droplet
3) Melalui udara (Airborne)
4) Melalui common vehicle (makanan, air, obat, alat, peralatan)
5) Melalui vektor (lalat, nyamuk, tikus)
73
1) Kewaspadaan Transmisi Kontak
a) Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang terpisah, bila tidak mungkin kohorting,
bila keduanya tidak mungkin maka pertimbangkan epidemiologi
mikrobanya dan populasi pasien. Bicarakan dengan petugas PPI
tempatkan dengan jarak >1 meter 3 antara tempat tidur, jaga agar
tidak ada kontaminasi silang kelingkungan dan pasien lain.
74
b) APD petugas
1.1. Sarung tangan dan cuci tangan
1.2. Memakai sarung tangan bersih non steril, lateks saat masauk
ke ruang pasien, ganti sarung tangan setelah kontak dengan
bahan infeksius. Lepaskan sarung tangan sebelum keluar dari
kamar pasien dan cuci tangan dengan antiseptic.
1.3. Gaun
1.4. Pakai gaun bersih, tidak steril masuk ruang pasien untuk
melindungi baju dari kontak dengan pasien, permukaan
lingkungan, barang di ruang pasien, cairan diare
pasien,ilestomy, colostomy, luka terbuka. Lepaskan gaun
sebelum keluar ruangan. Jaga agar tidak ada kontaminasi
silang ke lingkungan dan pasien lain.
1.5. Apron
1.6. Bila gaun preable untuk mengurangi presentasi cairan, tidak di
pakai sendiri.
1.7. transport pasien
75
Adenovirus. Transmisi droplet langsung, dimana droplet mencapai
mucus membrane atau terinhalasi.
Pengelolaan
a) Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruangan terpisah, bila tidak mungkin
kohorting. Bila keduanya tidak mungkin, buat pemisahan dengan
jarak >1 meter antara tempat tidur dan pengunjung. Pertahankan
pintu terbuka, tidak perlu penanganan khusus terhadap udara
dan ventilasi.
b) APD petugas
Pakailah bila bekerja dalam radius 1 meter terhadap pasien, saat
kontak erat. Masker seyogyanya melindungi hidung dan mulut,
dipakai saat memasuki ruang rawat pasien infeksi saluran nafas.
c) Transport pasien
Batasi gerak dan transportasi untuk batasi drpolet dari pasien
dengan mengenakan masker pada pasien dan menerapkan
hygiene respirasi dan etika batuk.
76
udara) atau partikel debu yang mengandung mikroba penyebab
infeksi. Mikroba tersebut akan terbawa aliran udara > 2m dari
sumber, dapat terinhalasi oleh individu rentan di ruang yang sama
dan jauh dari pasien sumber mikroba, tergantung pada faktor
lingkungan, misal penanganan udara dan ventilasi yang penting
dalam pencegahan transmisi melalui udara, droplet nuklei atau sisik
kulit luka terkontaminasi (S.aureus)mikroorganisme yang menempel
sementara pada tangan.
a) Penempatan pasien
Ruang isolasi di RSKGM adalah ruang isolasi tipe standar yaitu
kamar isolasi tanpa beda tekanan dengan ruangan sekitarnya
yang mengandalkan ventilasi alamiah serta mekanik.
b) APD petugas
1.1. Masker
1.2. Kenakan masker respirator (N95/ katagori N pada
efisiensi 95%) saat masuk ruang pasien atau suspek TB
paru. Orang yang rentan seharusnya tidak boleh masuk
ruang pasien yang diketahui atau suspek campak, cacar
air, kecuali petugas yang telah imun.
1.3. Gaun
1.4. Handscoon
c) transport pasien
Batasi gerak dan transport pasien hanya kalau di perlukan saja. Bila
perlu untuk pemeriksaan pasien dapat diberi masker bedah untuk
cegah menyebarnya droplet nuklie.
77
Prosedur Keluar Ruang Perawatan Isolasi
4. Penanganan KLB
a) Definisi
Tujuan :
b) Ruang Lingkup
78
c) Kebijakan
d) Tata Laksana
79
5. Pedoman Pembuatan ICRA
a. Definisi
b. Ruang Lingkup
c. Kebijakan
80
d. Tata Laksana
1) Observasi
2) Laporan Kejadian
3) Review dokumen
4) Pengukuran masalah
Tingkat kesalahan tinggi maka kemungkinan bahaya dan tingkat
bahaya juga meningkat
5) Evaluasi risiko
a) Rangking masalah
b) Prioritas masalah
c) Analisa manfaat biaya yang dikeluarkan (setelah diranking,
biaya untuk mengurangi resiko dibandingkan dengan biaya
kalau terjadi resiko)
d) Pastikan risiko yang ditimbulkan bisa diterima atau tidak
PENILAIAN PROBABILITAS/FREKUENSI
81
3 Likely Agak sering (Frekuensi 4-6 x/tahun)
4 Ecxpect it Sering (Frekuensi>6-12 x/tahun)
PENILAIAN DAMPAK
Penentuan skor
PRIORITAS ICRA
82
83
6. ICRA Renovasi atau Pekerjaan Pembangunan (Konstruksi) Baru
a. Definisi
b. Ruang Lingkup
c. Kebijakan
BAB V
LOGISTIK
Logistik merupakan segala sesuatu baik sarana, prasarana dan semua barang
yang diperlukan untuk Komite PPI dalam rangka pelaksanaan PPI di rumah sakit.
84
1. Petugas Administrasi (IPCN) menulis bon permintaan barang (stock) secara
tertulis di form permintaan barang.
2. Bon permintaan dicek dan ditanda tangani oleh IPCN Senior
3. Petugas Administrasi (IPCN) menyerahkan bon permintaan kepada Petugas
Logistik.
4. Petugas Logistik menerima bon permintaan barang.
5. Pada hari berikutnya Petugas Administrasi (IPCN) mengambil barang yang
telah diminta ke Gudang logistik.
6. Petugas Administrasi (IPCN) melakukan pengecekan antara Bon permintaan
dengan barang yang diserahkan
7. Apabila barang yang diserahkan sesuai dengan permintaan, Administrasi
(IPCN) menandatangani penerimaan pada Bon permintaan.
8. Barang yang telah diterima didokumentasikan oleh Petugas Administrasi
(IPCN) dalam bentuk faktur logistik .
9. Petugas Administrasi (IPCN) menempatkan Barang ke dalam lemari stok
barang.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Merupakan suatu system yang membuat asuhan pasien di Rumah Sakit menjadi
lebih aman.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya di
ambil.
85
B. Tujuan
C. Keselamatan Umum
86
3. Setelah Kontak Dengan Cairan Tubuh Pasien
4. Setelah Kontak Dengan Pasien
5. Setelah Kontak dengan Lingkungan Sekitar Pasien.
87
melindungi pemakainya dari darah atau cairan tubuh yang terpercik atau
menyemprot.
5. GAUN PELINDUNG digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian
biasa atau seragam lain, pada saat merawat pasien yang diketahui atau
dicurigai menderita penyakit menular melalui droplet/airbone. Pemakaian
gaun pelindung terutama adalah untuk melindungi baju dan kulit petugas
kesehatan dari sekresi respirasi. Kontaminasi pada pakaian yang dipakai
saat bekerja dapat diturunkan dengan memakai gaun pelindung.
6. APRON yang terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang tahan
air untuk sepanjang bagian depan tubuh petugas kesehatan. Petugas
kesehatan harus mengenakan apron di bawah gaun penutup ketika
melakukan perawatan langsung pada pasien, membersihkan pasien atau
melakukan prosedur di mana ada resiko tumpahan darah, cairan tubuh atau
sekresi. Apron akan mencegah cairan tubuh pasien mengenai baju dan kulit
petugas kesehatan.
7. PELINDUNG KAKI digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam
atau benda berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Sepatu yang
tahan terhadap benda tajam atau kedap air harus tersedia di kamar bedah.
88
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku pada tahun
2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat
yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar
negara yang harus dipenuhi olehseluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia.
Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat
pekerja Indonesia, telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran
89
masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup di dalam lingkungan
dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun
kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan
dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita
pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari
beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai
faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta
keterampilan pekerja yang kurangmemadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko
kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan
kerja, agar tidak terjadi gangguan
90
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
91
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang
akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan
untuk mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit yaitu :
Adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi. Indikator
merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat perubahan. Indikator
yang baik adalah yang sensitif tapi juga spesifik.
Kriteria :
Standar :
1. Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang
berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggung jawab
untuk mempertahankan tingkat performance atau kondisi tersebut.
2. Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat baik.
3. Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu.
Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus
memperhatikan prinsip dasar sebagai berikut:
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan pasien
d. Kepuasan pasien
e. Sarana dan lingkungan fisik
2. Indikator yang dipilih
a. Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input dan proses
b. Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok daripada
untuk perorangan.
c. Dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah dan antar Rumah Sakit
d. Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih untuk
dimonitor
e. Didasarkan pada data yang ada.
3. Kriteria yang digunakan
92
Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat menilai
indikator, sehingga dapat sebagai batas yang memisahkan antara mutu baik dan
mutu tidak baik.
BAB IX
PENUTUP
93
Pedoman pelayanan yang dicantumkan merupakan prosedur baku maksimal
yang harus diupayakan untuk dilaksanakan seluruhnya oleh setiap personil Rumah
Sakit yang terlibat dan berlaku setiap ruang terkait. Disadari bahwa keterbatasan
sarana dan prasarana serta sumber daya dan dana masih merupakan kendala di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung.
94