Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

Hasil dan Pembahasan

A. HASIL
Table Hasil Percobaan Enzim Katalase
Sampel Jumlah Nyala Volume
Organisme Bagian/Fase Gelembung Api Gas
Anterior 60 +++ < 1ml
Cacing Posterior 54 +++ < 1ml
Abdomen 70 +++ < 1ml
Biji 7 + < 1ml
Kecambah Muda 18 +++ < 1ml
Tua 15 ++ < 1ml
Tabel 1. Keberadaan Katalase

Sampel Perlakuan penambahan H2O2


Organisme Bagian/Fase
Jumlah Nyala Volume
Gelembung Api Gas
Anterior 1 ++ < 1ml
Cacing Posterior 1 + < 1ml
Abdomen 3 +++ < 1ml
Biji 28 + < 1ml
Kecambah Muda 1 ++ < 1ml
Tua 2 +++ < 1ml
Tabel 2. Penambahan H2O2

Sampel Perlakuan penambahan MnO2


Organisme Bagian/Fase H2O2 H2O2+MnO2
Jumlah Nyala Volume Jumlah Nyala Volume
Gelembung Api Gas Gelembung Api Gas
Anterior 3 ++ < 1ml 5 + < 1ml
Cacing Posterior 2 +++ < 1ml 1 + < 1ml
Abdomen 2 ++ < 1ml 1 + < 1ml
Biji 1 + < 1ml - - < 1ml
Kecambah Muda 4 + < 1ml 1,banyak di - < 1ml
selang
Tua 1 + < 1ml - - < 1ml
Tabel 2. Keberadaan Katalase dan Pengaruh Penambahan MnO2 pada Katalase

Sampel pH
Organisme Bagian/Fase 1 9
Jumlah Nyala Volume Jumlah Nyala Volume
Gelembung Api Gas Gelembung Api Gas
Anterior + ++ < 1ml 34 +++ < 1ml
Cacing Posterior + ++ < 1ml 40 +++ < 1ml
Abdomen ++ +++ < 1ml 53 +++ < 1ml
Biji - - < 1ml 5 + < 1ml
Kecambah Muda + ++ < 1ml 52 +++ < 1ml
Tua ++ +++ < 1ml 24 ++ < 1ml
Tabel 3. Pengaruh pH pada Aktivitas Enzim Katalase

Sampel Suhu
Organisme Bagian/Fase 5oC 81 oC
Jumlah Nyala Volume Jumlah Nyala Volume
Gelembung Api Gas Gelembung Api Gas
Anterior 0 - < 1ml 0 - < 1ml
Cacing Posterior 0 - < 1ml 0 - < 1ml
Abdomen 0 - < 1ml 0 - < 1ml
Biji 0 - < 1ml 0 - < 1ml
Kecambah Muda 0 - < 1ml 0 - < 1ml
Tua 0 - < 1ml 0 - < 1ml
Tabel 4. Pengaruh Suhu pada Aktivitas Enzim Katalase

Keterangan:
Jumlah gelembung / tes nyala:
+ : sedikit / redup
++ : sedang / cukup nyala
+++ : banyak / nyala

B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan uji pada enzim katalase di laboratorium biologi
dasar FMIPA UNY. Praktikum ini bertujuan untuk melacak dan menunjukkan
keberadaan enzim katalase dalam jaringan hewan dan tumbuhan, untuk mengetahui
pengaruh penambahan H2O2 dan MnO2 dan untuk mengetahui pengaruh pH dan
temperatur pada aktivitas katalase. Uji ini menggunakan sampel berupa cacing bagian
anterior, abdomen dan posterior, kecambah tua, kecambah muda dan biji kacang hijau,
yang dipotong kecil kecil atau dihancurkan kasar. Sampel – sampel disini bertindak
sebagai penyedia katalase.

1. Uji keberadaan enzim katalase


Uji yang pertama ialah uji untuk melihat keberadaan katalase. Uji dilakukan
dengan cara memasukkan sampel kedalam tabung reaksi lalu ditambahkan H2O2 dan
ditutup dengan sumbat karet yang sudah tersambung dengan selang plastik.
Selanjutnya tabung dihubungkan dengan tabung berskala yang berisi air
menggunakan selang plastik tersebut, setelah itu diamati bagaimana reaksinya, yakni
dengan mengamati berapa gelembung yang terbentuk, dan dilakukan tes nyala.
Penambahan H2O2 ditujukan sebagai substrat yang akan diubah oleh katalase.
Katalase merupakan enzim yang mengatalisa penguraian hydrogen peroksida
menjadi H2O an O2. Jika sampel positif terdapat katalase, pada saat diuji nyala ia
akan menyala karena terdapat O2 yag dibebaskan. Pada saat diamati juga terdapat
gelembung dimana gelembung tersebut juga merupakan O2 yang dibebaskan sebagai
hasil dari aktivitas katalase mengurai hidrogen peroksida.
Dari percobaan uji didapat hasil pada sampel cacing terbentuk gelembung
udara dan paling banyak terdapat pada sampel bagian abdomen. Hal ini sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa Katalase ditemukan pada darah, sumsum tulang
belakang ,membrane mukosa, jantung, ginjal dan hati. Sehingga pada organism letak
enzim katalase paling banyak terdapat dibagian abdomen termasuk dalam enzim
oksidase reductase (Girindra,1986 : 75).
Pada sampel kecambah muda dan tua juga terbentuk gelembung namun lebih
banyak gelembung yang dihasilkan pada sampel kecambah muda. Pada salmpel biji
kacang hijau juga terbentuk gelembung udara. Dari semua sampel saat dilakukan tes
nyala api semua nya menunjukkan hasil positif namun nyala api terlihat kurang efektif
pada sampel biji kacang hijau karena nyala yang dihasilkan redup. Dari semua sampel
juga dapat diperkirakan bahwa volume gas yang dihasilkan adalah kurang dari 1ml
karena gelembung yang dihasilkan berukuran sangat kecil. Dapat disimpulkan dari
semua sampel uji, semuanya mengandung katalase yang dapat mengurai hidrogen
peroksida menjadi air dan O2, dapat dilihat dari adanya gelembung udara yang
terbentuk walaupun gelembung udara yang terbentuk disini ukurannya sangat kecil
dan saat dilakukan tes nyala menunjukkan hasil positif.

2. Pengaruh penambahan H 2 O2 pada aktivitas enzim katalase


Uji penambahan H 2 O 2 dilakukan ketika uji keberadaan katalase sudah selesai
di lakukan. 1 ml H 2 O2 di tambahkan pada tabung rekasi yang sudah tidak
menghasilkan gelembung lagi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
penambahan substrat pada aktivitas katalase.
Hasil yang didapat setelah penambahan adalah pada ketiga bagian cacing
masih menunjukkan aktivitas enzim katalase yang dibuktikan dengan masih adanya
gelembung yang dihasilkan. Namun saat uji tes nyala, pada bagian cacing posterior
sudah tidak menunjukkan aktivitas enzim katalse yang menghidrolisis H 2 O2 karena
uji tes nyalanya redup. Sedangkan pada bagian anterior masih cukup nyala dan bagian
abdomen masih nyala terang, hal tersebut karena pada bagian anterior dan abdomen
masih terdapat enzim katalase yang menghidrolisis H 2 O2 .
Hasil yang sama ditunjukkan oleh sampel tumbuhan (kecambah dan biji).
Pada sampel kecambah tua dan muda jumlah gelembung yang dihasilkan tidak
sebanyak pada bagian biji karena banyaknya gelembung yang tersangkut didalam
selang. Namun untuk tes nyala, pada kecambah tua dan kecambah muda
menunjukkan hasil positif yang artinya masih terjadi hidrolisis H 2 O2 menjadi O2 oleh
enzim katalase. sedangkan pada biji kacang hijau tidak menunjukkan adanya
hidrolisis H 2 O2 oleh enzim katalase yang ditandai dengan redupnya hasil tes nyala.

3. Melihat Pengaruh Penambahan MnO2


Percobaan kedua yang dilakukan adalah percobaan penambahan MnO2 pada 6
sampel yang telah diuji dengan H2O2. Percobaan ini bertujuan untuk melihat pengaruh
penambahan MnO2 pada aktivitas enzim katalase. Pada pengujian kacang hijau,
sampel biji kacang hijau yang ditambahkan dengan 1 gram MnO2 tidak terdapat
gelembung yang dihasilkan. Pada sampel kecambah muda dihasilkan 1 gelembung
dan pada sampel kecambah tua tidak dihasilkan gelembung. Selanjutnya pada uji
nyala api, ketiganya memberikan hasil negatif dimana bara api padam setelah
dimasukkan dalam tabung reaksi.
Pada percobaan menggunakan 3 bagian tubuh cacing, sampel bagian anterior
cacing menghasilkan gelembung paling banyak yaitu 5 gelembung. Sementara pada
bagian abdomen dan posterior masing masing menghasilkan 1 gelembung. Setelah itu,
sampel diuji dengan tes nyala api. Hasilnya diperoleh sampel anterior menghasilkan
nyala paling terang, sementara sampel bagian abdomen dan posterior cacing
menghasilkan nyala redup. Berdasarkan hasil percobaan tersebut, membuktikan
bahwa MnO2 mempengaruhi kerja enzim.

4. Melihat Pengaruh pH 1 terhadap Katalase


a. Cacing
Pengujian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh pH terhadap
aktivitas enzim katalase pada bagian-bagian cacing. Pada percobaan ini cacing dibagi
menjadi tiga bagian yaitu abdomen, anterior, dan posterior. Uji pH dilakukan pada pH
asam yaitu pada pH 1.
Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim katalase dapat diukur berdasarkan
volume dan jumlah gelembung yang terbentuk dari percampuran bagian tubuh cacing
dengan H2O2 dan HCl dan tes nyala api yang bertujuan untuk mengetahui adanya
oksigen.
Pada bagian abdomen diperoleh jumlah gelembung sedang, volume
gelembung tidak sampai 1 mL, dan dalam waktu pembentukan selama 5 menit. Pada
bagian anterior volume gelembung yang terbentuk tidak sampai 1 mL, jumlah
gelembung sedikit, dan waktu pembentukan selama 5 menit. Pada bagian posterior,
volume gelembung yang terbentuk tidak sampai 1 mL, jumlah gelembung sedikit, dan
waktu pembentukan selama 5 menit. Selanjutnya uji nyala api. Setelah dilakukan uji
nyala api, yang menghasilkan nyala api cukup nyala adalah pada bagian abdomen
cacing, sementara itu pada bagian anterior dan posterior cacing nyala api yang
dihasilkan redup. Berdasarkan hasil percobaan, dapat diketahui bahwa bagian
abdomen cacing memiliki jumlah gelembung sedang (lebih banyak daripada anterior
dan posterior yang jumlah gelembungnya sedikit). Hal ini sesuai dengan teori yaitu
enzim katalase banyak ditemukan dalam sistem pencernaan, pada cacing sistem
tersebut adda pada bagian abdomen, sehingga dalam merombak H2O2 menjadi air dan
oksigen. Keberadaan oksigen inilah yang membuat saat abdomen diuji nyala api
menunjukkan hasil cukup nyala, menandakan enzim berhasil mengurai hidrogen
peroksida. Namun tidak seperti pada pada pH netral, volume dan jumlah gelembung
serta nyala api pada pH 1 ini berkurang, hal ini disebabkan karena reaksi pemecahan
hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen tidak dapat berjalan secara optimal atau
bahkan tidak dapat berlangsung pada pH asam.

b. Biji kacang hijau, kecambah muda, dan kecambah tua


Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pH 1 terhadap
aktivitas enzim katalase pada biji kacang hijau, kecambah muda, serta kecambah
tua.
Pengaruh pH 1 terhadap aktivitas enzim katalase dapat diukur berdasarkan
jumlah gelembung yang dihasilkan dari percampuran biji kacang hijau, kecambah
muda, atau kecambah tua dengan H2O2 dan uji nyala api yang bertujuan untuk
mengetahui adanya oksigen.
Pada percobaan menggunakan biji kacang hijau dalam waktu 5 menit,
tidak ada gelembung yang terbentuk. Pada percobaan menggunakan kecambah
muda, volume gelembung yang terbentuk kurang dari 1 mL, jumlah gelembung
yang terbentuk sedikit, dan dalam waktu 5 menit. Pada percobaan menggunaan
kecambah tua, volume gelembung yang terbentuk kurang dari 1 mL, jumlah
gelembung yang terbentuk sedang, dan dalam waktu 5 menit. Selanjutnya
dilakukan uji nyala api. Pada uji nyala api, yang memiliki nyala cukup nyala yaitu
pada kecambah tua, nyala redup yaitu pada kecambah muda, dan tidak nyala sama
sekali pada biji kacang hijau. Berdasarkan hasil percobaan tersebut dapat
diketahui bahwa pada kecambah tua diperoleh jumlah gelembung paling banyak
dibandingkan dengan kecambah muda dan biji kacang hijau. Hal ini sesuai dengan
teori, makhluk hidup (dalam hal ini kecambah tua) yang sudah dewasa melakukan
metabolisme lebih sempurna sehingga dalam merombak hidrogen peroksida yang
ada dalam tubuhnya lebih banyak menghasilkan oksigen. Adanya oksigen
ditunjukkan dengan tes nyala, dalam hal ini kecambah tua cukup nyala ketika diuji
nyala. Namun tidak seperti pada pada pH netral, volume dan jumlah gelembung
serta nyala api pada pH 1 ini berkurang, hal ini disebabkan karena reaksi
pemecahan hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen tidak dapat berjalan
secara optimal atau bahkan tidak dapat berlangsung pada pH asam.

5. Melihat Pengaruh pH 9 terhadap Katalase


Uji selanjutnya adalah mengetahui pengaruh pH 9 pada aktivitas enzim
katalase. Uji ini dilakukan dengan langkah yang sama dengan uji untuk mengetahui
keberadaan katalase namun pada sampel selain ditambahkan H2O2 juga ditambahkan
zat basa berupa NaOH sampai pH nya bernilai 9.
Dari percobaan didapat hasil bahwa kerja katalase tidak sebaik pada suasana
netral (uji untuk mengetahui keberadaan katalase). Pada sampel cacing tebentuk
gelembung udara dan tetap paling banyak pada sampel bagian abdomen. Pada sampel
kecambah juga terbentuk gelembung udara, begitupun pada sampel biji kacang hijau.
Gelembung udara yang dihasilkan juga sangat kecil seperti kondisi netral namun
jumlahnya tidak sebanyak pada kondisi netral, dan dapat diperkirakan volume gas nya
kurang dari 1ml. Dari semua sampel juga dilakukan tes nyala dan hasilnya sesuai
dengan jumlah gelembung udara yang dihasilkan. Dari semua sampel dapat
disimpulkan bahwa pengaruh pH 9 pada aktivitas katalase menyebabkan kurang
optimalnya kerja katalase dalam menguraikan hidrogen peroksida menjadi air dan O2.

6. Melihat
a. Cacing
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivitas
enzim katalase pada cacing tanah. Organisme aerob dalam melakukan respirasi
untuk menunjang metabolismenya menghasilkan zat toksik H2O2 yang harus
dipecah, sehingga di dalam tubuh organisme dihasilkan enzim katalase yang
memecah H2O2 menjadi molekul air dan oksigen.
Uji enzim katalase pada cacing tanah ini dibagi dalam 3 bagian tubuh yaitu
anterior, abdomen dan posterior. sedangkan untuk suhu di buat menjadi suhu rendah
(±5°C) dan suhu tinggi (±75°C). Pengamatan dilakukan masing-masing 5 menit
untuk setiap suhu karena waktu yang terbatas.
Tubuh cacing dibagi menjadi tiga bagian yaitu anterior, abdomen dan
posterior. Kemudian sebanyak 0,5 gram masing - masing bagian dimasukkan dalam
3 tabung reaksi yang sudah diberi larutan 1 ml H2O2. Untuk Suhu rendah digunakan
air es yang sehingga suhunya menjadi 60C. Tabung reaksi disalurkan dengan gelas
ukur yang diposisikan terbalik pada gelas ukur menggunakan selang. Lalu tabung
reaksi disumbat dengan gabus yang ada pada selang. Posisi tabung reaksi berada di
baskom air es. Pada pengamatan bagian anterior, abdomen dan posterior tidak
terjadi gelembung dan saat dilakukan tes nyala juga negatif. Setelah tabung reksi
diangkat dari baskom es pada tubuh cacing baik anterior, abdomen maupun
posterior terdapat sedikit busa yang menandakan tubuh cacing mengandung enzim
katalase namun pada suhu rendah enzim katalase ini tidak bekerja. Hal ini sesuai
dengan dasar teori untuk enzim hewan suhu optimal antara 35°C dan 40°C, yaitu
suhu tubuh. Pada suhu di atas dan di bawah optimalnya, aktivitas enzim berkurang
(Martoharsono, 1994).

b. Kecambah dan biji kacang hijau


Pada percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu pada
aktivitas enzim katalase pada kecambah dan biji kacang hijau. Katalase dapat
ditemukan di jaringan hewan, tumbuhan dan dan golongan mikroorganisme.
Katalase berfungsi untk menguraikan H2O2 yang bersifat toksik menjadi H2O + ½
O2 yang bersifat non toksik.
Langkah pertama dalam percobaan ini adalah menyiapkan 3 set tabung reaksi
serta mengisi masing-masing dengan 1 ml H2O2. Selanjutnya, memasukkan
kecambah muda, tua, dan biji kacang hijau ke dalam air yang bersuhu 60 C selama
5 menit karena keterbatasan waktu. Kemudian memasukkan masing-masing bahan
sebanyak 1 gram kedalam tabung reaksi. Menutup tabung dengan sumbat gabus.
Pada reaksi percobaan yang pertama, yaitu pada suhu 60 C pada kecambah
muda, kecambah tua serta biji kecambah, ketiganya tidak menunjukkan reaksi
positif untuk pembentukan gelembung serta nyala api. Menurut teori, pada suhu
rendah, reaksi kimia berlangsung lambat (Anna Poedjadi dan Titin Supriyanti,
2006:159). Berdasarkan teori tersebut, maka hasil praktikum sesuai dengan teori.
Yaitu, apabila enzim berada pada suhu rendah, maka reaksi kimia akan berjalan
lambat, bahkan enzim tidak aktif. Hal ini membuktikan jika enzim tidak dapat
bekerja pada suhu rendah karena reaksinya berjalan lambat atau enzim tiadak aktif
sehingga tidak dapat bereaksi dengan substrat.

Anda mungkin juga menyukai