Anda di halaman 1dari 3

2.

1 Pengertian Distribusi Pendapatan

Distribusi pendapatan adalah konsep yang lebih luas dibandingkan kemiskinan karena cakupannya
tidak hanya menganalisa populasi yang berada dibawah garis kemiskinan. Kebanyakan dari ukuran
dan indikator yang mengukur ti ngkat distribusi pendapatan tidak tergantung pada rata-rata
distribusi, dan karenanya membuat ukuran distribusi pendapatan dipertimbangkan lemah dalam
menggambarkan tingkat kesejahteraan.

2.2 DISTRIBUSI DAN PEMERATAAN PENDAPATANA.

Pada umumnya ada 3 macam indikator distribusi pendapatan yang seringdigunakan dalam
penelitian.

1. indikator distribusi pendapatan perorangan.


2. Kedua, kurva Lorenz.
3. koefisien gini.
Masing-masing indikator tersebutmempunyai relasi satu sama lainnya. Semakin jauh kurva Lorenz
dari garis diagonal maka semakin besar ketimpangan distribusi pendapatannya. Begitu
jugasebaliknya, semakin berimpit kurva Lorenz dengan garis diagonal, semakinmerata distribusi
pendapatan. Sedangkan untuk koefisien gini, semakin kecilnilainya, menunjukkan distribusi yang
lebih merata. Demikian juga sebaliknya.Kuznets (1995) dalam penelitiannya di negara-negara maju
berpendapat bahwa pada tahap-tahap pertumbuhan awal, distribusi pendapatan cenderung
memburuk,namun pada tahap-tahap berikutnya hal itu akan membaik. Penelitian inilah
yangkemudian dikenal secara luas sebagai konsep kurva Kuznets U terbalik.Sementara itu menurut
Oshima (1992) bahwa negara-negara Asia nampaknyamengikuti kurva Kuznets dalam kesejahteraan
pendapatan. Ardani (1992)mengemukakan bahwa kesenjangan/ketimpangan antar daerah
merupakankonsekuensi logis pembangunan dan merupakan suatu tahap perubahan
dalam pembangunan itu sendiri.

1) Distribusi ukuran

Distribusi ukuran adalah besar atau kecilnya pendapatan yang diterimamasing-masing orang.
Distribusi pendapatan perseorangan (personaldistribution of income) atau distribusi ukuran
pendapatan (size distribution of income) merupakan indikator yang paling sering digunakan oleh
para ekonom.

Ukuran ini secara langsung menghitung jumlah penghasilan yang diterima olehsetiap individu atau
rumah tangga. Yang diperhatikan di sini adalah
seberapa banyak pendapatan yang diterima seseorang, tidak peduli dari manasumbernya, entah itu
bunga simpanan atau tabungan, laba usaha, utang, hadiahataupun warisan. Berdasarkan pendapatan
tersebut, lalu dikelompokkanmenjadi lima kelompok, biasa disebut kuintil (quintiles) atau
sepuluhkelompok yang disebut desil (decile) sesuai dengan tingkat pendapatan mereka,kemudian
menetapkan proporsi yang diterima oleh masing-masing kelompok.Selanjutnya dihitung berapa %
dari pendapatan nasional yang diterima olehmasing-masing kelompok, dan bertolak dari perhitungan
ini mereka langsungmemperkirakan tingkat pemerataan atau tingkat ketimpangan
distribusi pendapatan di masyarakat atau negara yang bersangkutan.

2). Kurva Lorenz

Sumbu horizontal menyatakan jumlah penerimaan pendapatan


dalam persentase kumulatif. Misalnya, pada titik 20 kita mendapati populasi ataukelompok terendah
(penduduk yang paling miskin) yang jumlahnya meliputi20 persen dari jumlah total penduduk. Pada
titik 60 terdapat 60 persenkelompok bawah, demikian seterusnya sampai pada sumbu yang paling
ujungyang meliputi 100 persen atau seluruh populasi atau jumlah penduduk. Sumbuvertikal
menyatakan bagian dari total pendapatan yang diterima oleh masing-masing persentase jumlah
(kelompok) penduduk tersebut. Sumbu tersebut juga berakhir pada titik 100 persen, sehingga
kedua sumbu (vertikal dan horisontal)sama panjangnya. GAMBAR KURVA LORENZ Setiap titik yang
terdapat pada garis diagonal melambangkan persentase jumlah penerimanya
(persentase penduduk yang menerima pendapatan itu terdapat total penduduk atau populasi).
Sebagai contoh, titik tengah garis diagonal melambangkan 50 persen pendapatan yang
tepat didistribusikan untuk 50 persen dari jumlah penduduk.Titik yang terletak pada posisi tiga
perempat garis diagonal melambangkan 75 persen pendapatan nasional yang didistribusikan kepada
75 persen
dari jumlah penduduk. Garis diagonal merupakan garis “pemerataan sempurna” (perfectequality)
dalam distribusi ukuran pendapatan. Persentase pendapatan yangditunjukkan oleh titik-titik di
sepanjang garis diagonal tersebut persis samadengan persentase penduduk penerimanya terhadap
total penduduk. Kurva Lorenz memperlihatkan hubungan kuantitatif actual antara persentase
jumlah penduduk penerima pendapatan tertentu dari total penduduk dengan
persentase pendapatan yang benar-benar mereka peroleh dari total pendapatan selama,misalnya, satu
tahun. Sumbu horisontal dan sumbu vertikal dibagi menjadisepuluh bagian yang sama; sumbu
vertikal mewakili kelompok atau kategori(jumlah-jumlah) pendapatan, sedangkan sumbu yang
horisontal melambangkankelompok-kelompok penduduk atau rumah tangga yang menerima masing-
masing dari kesepuluh kelompok pendapatan tersebut. Titik A
menunjukkan bahwa 10 persen kelompok terbawah (termiskin) dari total penduduk hanyamenerima
1,8 persen total pendapatan (pendapatan nasional). Titik Bmenunjukkan bahwa 20 persen kelompok
terbawah yang hanya menerima 5 persen dari total pendapatan, demikian seterusnya bagi masing-
masing 8kelompok lainnya. Perhatikanlah bahwa titik tengah, menunjukkan 50 persen penduduk
hanya menerima 19,8 persen dari total pendapatan.
3) Indeks atau rasio gini

Adalah suatu koefesien yang berkisar dari angka 0 sampai 1menjelaskan kadar kemertaan
distribusi pendapatan nasional. Semakin kecilkoefesiennya, pertanda semakin baik atau merata
distribusi. Dipihak lain,koefesien yang kian besar mengisyaratkan yang kian timpang atau senjang.

4) Kriteria bank dunia

Didasarkan pada porsi pendapatan nasional yang dinikmati oleh tigalapisan penduduk yakni 40%
penduduk berpendapatan terendah,
40% penduduk berpendapatan menengah, 20% penduduk berpendapatan tertinggi.Ketimpangan dan
ketidakmerataan distribusi dinyatakan parah apabila
40% penduduk berpendapatan terendah menikmati dari 12% pendapatan nasional.Ketidakmerataan
dianggap sedang bila 40% penduduk termiskin menikmati 12hingga 17% pendapatan nasional.
Sedangkan 40% penduduk yang berpendapatan terendah menikmati lebih dari 17%
pendapatan nasional, makaketimpangan dan kesenjangan dikatakan lunak, distribusi pendapatan
nasionaldianggap cukup merata.

2.3  Ketidakmerataan distribusi pendapatan

1) Ketidakmerataan pendapatan nasional

Distribusi atau pembagian pendapatan antarlapis pendapatan masyarakat dapatditelaah dengan


mengamati perkembangan angka-angka rasio gini. Koefesiengini itu sendiri, perlu dicatat, bukanlah
merupakan indicator paling idealtentang ketidakmerataan distribusi pendapatan antarlapis. Namun
setidak-tidaknya ia cukup memberikan gambaran mengenai kecendrungan umumdalam pola
pembagian pendapatan.

2) Ketidakmerataan pendapatan spasial.

Ketidakmerataan distribusi antarlapisan masyarakat bukan saja berlangsungsecara nasional. Akan


tetapi hal itu dapat terjadi secara spasial. Di
Indonesia pembagian pendapatan relative lebih merata didaerah pedesaan daripada didaerah
perkotaan. Dibandingkan rasio gini antara desa dan kota untuk tahun-tahun yang sama, koefesien
lebih rendah untuk daerah pedesaan.
3) Ketidakmerataan pendapatan regional

Secara regional atau antarwilayah, berlangsung pula ketidakmerataandistribusi pendapatan


antarlaisan masyarakat. Bukan hanya itu, diantarawilayah-wilayah di Indonesia bahkan terdapat
ketidakmerataan
tingkat pendapatan itu sendiri. Jadi dalam perspektif antarwilayah, ketidakmerataanterjadi baik
dalam hal tingkat pendapatan masyarakat antar wilayah yang satudengan yang lain, maupun dalam
hal distribusi pendapatan dikalangan penduduk masing-masing wilayah.

Kemiskinan meliputi berbagai aspek. Kemiskinan sangat terkait dengan kepemilikan modal,
kepemilikan lahan, sumber daya manusia, kekurangan gizi, pendidikan, pelayanan kesehatan,
pendapatan per kapita yang rendah, dan minimnya investasi. Masih banyak variable kemiskinan yang
melekat pada orang miskin. Dengan begitu, konsep kemiskinan perlu dikembangi karena akan sangat
berpengaruh bagi program pengurangan kemiskinandi daerah berdasarkan corak dan karakteristik
kemiskinan itu sendiri dan penyatuan gerak program pengurangan kemiskinan perku dilakukan,
mengingat selama ini banyak ukuran-ukuran kemiskinan yang dipakai. Misalnya, Scott (1979:5)
melihat kemiskinan dari sisi pendapatan rata-rata per kapita (income per capite) dan Sen (1981:22)
mengkaji kemiskinan dari sudut pandang kebutuhan dasar (basic needs).
Di Indonesia, ukuran kemiskinan yang terkenal adalah yang dibuat oleh Sayogyo (1977:10) yaitu
Parameter Kemiskinan. Parameter kemiskinan tersebut yang mengukur kemiskinan. Misalnya
pengonsumsi beras per kapita per tahun, yaitu di bawah 420 kg bagi daerah perkotaan dan 320 kg
bagi daerah pendesaan. Perbedaan ini dapat kita ketahui karena jumlah penduduk yang berbeda di
kedua tempat tersebut. Penduduk di perkotaan mempunyai kebutuhan yang relatife lebih banyak
dibandingkan penduduk di pendesaan sehingga mempengaruhi pola pengeluaran.
Selain itu, terdapat juga pandangan lain dalam melihat kemiskinan di Indonoesia, misalnya
mengukur kemiskinan melalui tingkat pendapatan dan pola waktunya. Kemiskinan juga dapat diukur
dengan membandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang diperlukan
untuk mencukupi kebutuhan dasarnya.
Lembaga pengembangan sumber daya manusia mendefinisikan kemiskinan absolut sebagai
ketidakmampuan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan hidup. Sementara itu, kemiskinan
relatif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup sesuai dengan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kemiskinan absolut ini umumnya
disejajarkan dengan kemiskinan relatif, yang artinya adalah keadaan perbandingan antara kelompok
pendapatan dalam masyarakat. Intinya membandingkan antara kolompok yang mungkin tidak miskin
dengan kelompok yang relatif kaya dengan mengginakan ukuran pendapatan, keadaan ini dikenal
sebagai ketimpangan distribusi pendapatan.
Distribusi pendapatan merupakan masalah perbedaan pendapat antara individu yang paling kaya
dengan individu yang paling miskin. Semakin besar jurang pendapatan semakin besar pula variasi
dalam distribusi pendapatan. Jika ketidakseimbangan terus terjadi antara kelompok kaya dan kaum
miskin, maka perekonomian tersebut benar-benar menggambarkan pertumbuhan yang tidak merata.

Anda mungkin juga menyukai