Distribusi pendapatan adalah konsep yang lebih luas dibandingkan kemiskinan karena cakupannya
tidak hanya menganalisa populasi yang berada dibawah garis kemiskinan. Kebanyakan dari ukuran
dan indikator yang mengukur ti ngkat distribusi pendapatan tidak tergantung pada rata-rata
distribusi, dan karenanya membuat ukuran distribusi pendapatan dipertimbangkan lemah dalam
menggambarkan tingkat kesejahteraan.
Pada umumnya ada 3 macam indikator distribusi pendapatan yang seringdigunakan dalam
penelitian.
1) Distribusi ukuran
Distribusi ukuran adalah besar atau kecilnya pendapatan yang diterimamasing-masing orang.
Distribusi pendapatan perseorangan (personaldistribution of income) atau distribusi ukuran
pendapatan (size distribution of income) merupakan indikator yang paling sering digunakan oleh
para ekonom.
Ukuran ini secara langsung menghitung jumlah penghasilan yang diterima olehsetiap individu atau
rumah tangga. Yang diperhatikan di sini adalah
seberapa banyak pendapatan yang diterima seseorang, tidak peduli dari manasumbernya, entah itu
bunga simpanan atau tabungan, laba usaha, utang, hadiahataupun warisan. Berdasarkan pendapatan
tersebut, lalu dikelompokkanmenjadi lima kelompok, biasa disebut kuintil (quintiles) atau
sepuluhkelompok yang disebut desil (decile) sesuai dengan tingkat pendapatan mereka,kemudian
menetapkan proporsi yang diterima oleh masing-masing kelompok.Selanjutnya dihitung berapa %
dari pendapatan nasional yang diterima olehmasing-masing kelompok, dan bertolak dari perhitungan
ini mereka langsungmemperkirakan tingkat pemerataan atau tingkat ketimpangan
distribusi pendapatan di masyarakat atau negara yang bersangkutan.
Adalah suatu koefesien yang berkisar dari angka 0 sampai 1menjelaskan kadar kemertaan
distribusi pendapatan nasional. Semakin kecilkoefesiennya, pertanda semakin baik atau merata
distribusi. Dipihak lain,koefesien yang kian besar mengisyaratkan yang kian timpang atau senjang.
Didasarkan pada porsi pendapatan nasional yang dinikmati oleh tigalapisan penduduk yakni 40%
penduduk berpendapatan terendah,
40% penduduk berpendapatan menengah, 20% penduduk berpendapatan tertinggi.Ketimpangan dan
ketidakmerataan distribusi dinyatakan parah apabila
40% penduduk berpendapatan terendah menikmati dari 12% pendapatan nasional.Ketidakmerataan
dianggap sedang bila 40% penduduk termiskin menikmati 12hingga 17% pendapatan nasional.
Sedangkan 40% penduduk yang berpendapatan terendah menikmati lebih dari 17%
pendapatan nasional, makaketimpangan dan kesenjangan dikatakan lunak, distribusi pendapatan
nasionaldianggap cukup merata.
Kemiskinan meliputi berbagai aspek. Kemiskinan sangat terkait dengan kepemilikan modal,
kepemilikan lahan, sumber daya manusia, kekurangan gizi, pendidikan, pelayanan kesehatan,
pendapatan per kapita yang rendah, dan minimnya investasi. Masih banyak variable kemiskinan yang
melekat pada orang miskin. Dengan begitu, konsep kemiskinan perlu dikembangi karena akan sangat
berpengaruh bagi program pengurangan kemiskinandi daerah berdasarkan corak dan karakteristik
kemiskinan itu sendiri dan penyatuan gerak program pengurangan kemiskinan perku dilakukan,
mengingat selama ini banyak ukuran-ukuran kemiskinan yang dipakai. Misalnya, Scott (1979:5)
melihat kemiskinan dari sisi pendapatan rata-rata per kapita (income per capite) dan Sen (1981:22)
mengkaji kemiskinan dari sudut pandang kebutuhan dasar (basic needs).
Di Indonesia, ukuran kemiskinan yang terkenal adalah yang dibuat oleh Sayogyo (1977:10) yaitu
Parameter Kemiskinan. Parameter kemiskinan tersebut yang mengukur kemiskinan. Misalnya
pengonsumsi beras per kapita per tahun, yaitu di bawah 420 kg bagi daerah perkotaan dan 320 kg
bagi daerah pendesaan. Perbedaan ini dapat kita ketahui karena jumlah penduduk yang berbeda di
kedua tempat tersebut. Penduduk di perkotaan mempunyai kebutuhan yang relatife lebih banyak
dibandingkan penduduk di pendesaan sehingga mempengaruhi pola pengeluaran.
Selain itu, terdapat juga pandangan lain dalam melihat kemiskinan di Indonoesia, misalnya
mengukur kemiskinan melalui tingkat pendapatan dan pola waktunya. Kemiskinan juga dapat diukur
dengan membandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang diperlukan
untuk mencukupi kebutuhan dasarnya.
Lembaga pengembangan sumber daya manusia mendefinisikan kemiskinan absolut sebagai
ketidakmampuan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan hidup. Sementara itu, kemiskinan
relatif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup sesuai dengan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kemiskinan absolut ini umumnya
disejajarkan dengan kemiskinan relatif, yang artinya adalah keadaan perbandingan antara kelompok
pendapatan dalam masyarakat. Intinya membandingkan antara kolompok yang mungkin tidak miskin
dengan kelompok yang relatif kaya dengan mengginakan ukuran pendapatan, keadaan ini dikenal
sebagai ketimpangan distribusi pendapatan.
Distribusi pendapatan merupakan masalah perbedaan pendapat antara individu yang paling kaya
dengan individu yang paling miskin. Semakin besar jurang pendapatan semakin besar pula variasi
dalam distribusi pendapatan. Jika ketidakseimbangan terus terjadi antara kelompok kaya dan kaum
miskin, maka perekonomian tersebut benar-benar menggambarkan pertumbuhan yang tidak merata.