Anda di halaman 1dari 12

EJAAN

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia yang dibina oleh Ibu :
Elen Nurjanah,MPd.

Kelompok 1 :

1. Mohammad Sulton Arif Zam Zami (12204193075)

2. Moh. Amirudin (12204193236)

3.Dheny Setiawan (12204193230)

4.Rara Ihzatul Zein (12204193191)

5.Rahayu (12204193200)

SEMESTER 1
TADRIS MATEMATIKA 1D
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT IAIN TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2019

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah
memberikan kelancaran dan ridho-Nya terhadap kami, sehingga dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah "Bahasa Indonesia" dalam bentuk makalah,
Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita
Nabiyullah Muhammad, SAW.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa sesuai dengan
kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, maka makalah yang berjudul "Ejaan"
ini, masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini, kami
berharap dari makalah yang kami susun ini dapat bermamfaat dan menambah
wawasan bagi kami maupun semua pembaca.
Aamiin..

Wassalamualaikum Wr.Wb

Tulungagung, Sepetember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................... i
Kata Pengantar....................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 1
1.3 Tujuan Pembahasan.................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Huruf diftong………………………………………………………………2
2.2 Huruf konsonan……………………………………………………….…...3
2.3 Huruf kapital………………………………………………………………3
2.4 Huruf miring………………………………………………………………3
2.5 Huruf tebal………………………………………………………………...3
2.6 Bentuk ulang………………………………………………………………4
2.7 Gabungan kata…………………………………………………………….4
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………..6
3.2 Saran………………………………………………………………….……6

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, Kata, dan tanda baca sebagai sarananya.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi
keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis.
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang disempurnakan (EYD). EYD
mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972. Ejaan ketiga dalam sejarah
bahasa Indonesia ini memang merupakan upaya penyempurnaan ejaan
sebelumnya yang sudah dipakai selama dua puluh lima tahun yang dikenal dengan
Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia pada
saat Ejaan itu diresmikan pada tahun 1947).
Ejaan yang disempurnakan (EYD) merupakan aturan atau kaidah
penggunaan bahasa Indonesia dalam konteks resmi baik lisan maupun tulisan.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan huruf diftong?
2. Apa yang dimaksud dengan huruf konsonan?
3. Apa yang dimaksud dengan huruf kapital?
4. Apa yang dimaksud dengan huruf miring?
5. Apa yang dimaksud dengan huruf tebal?
6. Apa yang dimaksud dengan bentuk ulang?
7. Apa yang dimaksud dengan gabungan kata?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan ini adalah untuk mengetahui apa itu ejaan yang
disempurnakan dan mengetahui apa itu huruf diftong, huruf konsonan, huruf
kapital, huruf miring, huruf tebal, bentuk ulang, dan gabungan kata.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 HURUF DIFTONG


Diftong adalah vokal yang berubah kualiasnya. Dalam sistem tulisan
diftong biasa dilambangkan oleh dua huruf vokal. Kedua huruf vokal itu tidak
dapat dipisahkan. Bunyi /aw/ pada kata "harimau" adalah diftong, sehingga
<au> pada suku kata "-mau" tidak dapat dipisahkan menjadi "ma·u" seperti
pada kata "mau". Demikian pula halnya dengan deretan huruf vokal <ai> pada
kata "sungai". Deretan huruf vokal itu melambangkan bunyi diftong /ay/ yang
merupakan inti suku kata "-ngai".

Diftong berbeda dari deretan vokal. Tiap-tiap vokal pada deretan vokal


mendapat hembusan napas yang sama atau hampir sama; kedua vokal itu
termasuk dalam dua suku kata yang berbeda. Bunyi /aw/ dan /ay/ pada kata
"daun" dan "main", misalnya, bukanlah diftong, karena baik [a] maupun [u]
atau [i] masing-masing mendapat aksen yang (hampir) sama dan membentuk
suku kata tersendiri sehingga kata "daun" dan "main" masing-masing terdiri
atas dua suku kata. Ini menciptakan permasalahan pada akhir kata yang
berhuruf u/w dan i/y, karena, pengucapan yang sama saja pada akhir kata.

1) Diftong /au/, pengucapannya [aw]


2. [Harimaw] /harimau/
2) Diftong /ai/, pengucapannya [ay]
6. [Santay] /santai/
3) Diftong /oi/, pengucapannya [oy].
13.  [Amboy] /amboi/

2.2 HURUF KONSONAN


Huruf konsonan adalah huruf mati atau lebih jelasnya huruf dalam
alphabet selain huruf vokal (A I U E O). Huruf ini pada alfabert berjumlah 21

2
huruf. Huruf ini akan sulit disebut jika tidak di sambungkan dengan huruf
vokal. Artinya bila ada tulisan yang terdiri dari huruf ini saja maka akan
dibaca sulit. Selain itu, pengucapan huruf konsonan tanpa huruf vokal
diantaranya juga akan sulit.

2.3 HURUF KAPITAL


Huruf kapital “huruf besar” merupakan huruf yang berukuran dan
berbentuk khusus “lebih besar dari pada huruf biasa”, biasanya digunakan
sebagai huruf pertama dari kata pertama dalam kalimat, huruf pertama nama
diri dan sebagainya.
Berikut adalah ketentuan untuk apa saja huruf kapital digunakan.
1) Untuk awal kalimat.
Air di sungai itu sangat jernih.        
2) Untuk nama agama, kitab suci, nama Tuhan, dan kata ganti Tuhan.
Hanya Allah yang bisa menguatkan hati, karena itu memintalah selalu
kepada-Nya agar hati kita tetap dalam kebaikan.
3) Untuk nama gelar kehormatan, gelar keturunan, atau gelar keagamaan
yang diikuti dengan nama orang. Jika gelar tersebut tidak diikuti dengan
nama orang, maka tidak digunakan huruf kapital.
Perempuan bergamis itu adalah istri Haji Shiddiq.
Furqon akan menunaikan ibadah haji tahun ini.
4) Untuk nama jabatan atau pangkat yang diikuti dengan nama orang,
instansi, dan tempat (termasuk untuk pengganti semua itu).
Kegiatan pemberian bantuan pasca gempa kemarin dihadiri juga oleh
Pimpinan Telkom Sumbar, Muskab Muzakkar.
5) Untuk setiap unsur-unsur nama orang dan nama-nama geografis (nama
kota, nama daerah, atau lokasi). Namun demikian, huruf kapital tidak
digunakan untuk unsur-unsur nama orang dan geografis yang dipakai
sebagai nama jenis atau satuan ukuran (seperti volt, jeruk bali).
6) untuk nama geografis yang tidak khas. Sementara, untuk unsur-unsur
nama, huruf kapital tidak digunakan untuk bin, binti, dan alias.
Nama perempuan itu Nedia Puspita.

3
Pemandangan Gunung Merapi dari Padang Panjang sangat indah.
Dia sangat menyukai berselancar dan mendaki gunung.
7) Untuk nama suku, bangsa, negara, dan bahasa. Namun jika nama tersebut
terletak di tengah kata awalan dan kata akhiran atau sebagai sisipan, maka
tidak digunakan huruf kapital.
Meskipun dia orang Batak, tapi bicaranya kejawa-jawaan. Mungkin
karena istrinya berasal dari Solo, membuatnya jadi terbiasa berlogat
Jawa.
8) Untuk nama hari, bulan, tahun, peristiwa sejarah, dan hari khusus publik.
Kedua bayi kembarnya lahir di bulan Mei, bertepatan dengan awal tahun
Muharram saat itu.
9) Untuk nama organisasi, badan atau lembaga, instansi pemerintah, dan
dokumen resmi Negara. Dipakai juga pada kata-kata unsurnya kecuali kata
penghubung.
Regulasi itu sudah digodok oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
10) Sebagai huruf pertama pada singkatan nama gelar, pangkat, sapaan.
Apakah kaki Bapak sudah sembuh? (sapaan)
Jika Anda serius, perlihatkan kesungguhan Anda!
11) Untuk setiap kata di judul buku, tulisan, artikel, dan lainnya yang sejenis.
Juga dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
kata ulang sempurna) di dalamnya kecuali kata penghubung yang tidak
terletak pada posisi awal.
Novel itu berjudul Sampai Tua Sampai Mati.
12) Sebagai huruf pertama petikan langsung.
Dia berkata, “Jika tidak sungguh sayang, tak mungkin perjuangan sejauh
ini.”

2.4 HURUF MIRING


Huruf miring ialah huruf yang tercetak miring dalam terminologi tipografi
disebut italic. Huruf italic ini biasanya digunakan untuk memberikan
penekanan pada sebuah kata. Disamping itu, huruf-huruf ini juga dipakai untuk
menunjukkan istilah atau kata yang berasal dari bahasa asing.

4
1. Huruf miring digunakan untuk menuliskan nama buku atau sebuah kalimat.
Contoh
 Cerita kasih tak sampai, Siti Nurbaya, novel karya Marah Rusli yang
melegenda
2. Huruf miring di gunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf atau
kata dalam sebuah kalimat.
Contoh :
 Isilah kolom di bawah ini dengan menggunakan huruf capital
3. Huruf miring digunakan untuk menuliskan daftar pustaka dalam sebuah
karya ilmiah.
Contoh :
 Tampubolon, D.P. 1087. Kemampuan Membaca, Teknik Membaca
Efektif dan Efisien. Bandung

2.5 HURUF TEBAL


Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis
miring. Misalnya:
 Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan.
 Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti 'dan'.

2.6 BENTUK ULANG


Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara
unsur-unsurnya.
Misalnya:

 anak-anak
 biri-biri

2.7 GABUNGAN KATA


Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah
khusus, ditulis terpisah.
Misalnya:

5
 duta besar
 model linear
Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan
membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
 anak-istri pejabat (anak dan istri dari pejabat)
 anak istri-pejabat (anak dari istri pejabat)
Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika
mendapat awalan atau akhiran.
Misalnya:
 bertepuk tangan
 menganak sungai
Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis
serangkai.
Misalnya:
 dilipatgandakan
 menggarisbawahi
Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.
Misalnya:
 acapkali
 adakalanya

6
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya.EYD (Ejaan yang
Disempurnakan) merupakan tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur
penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan
huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan.
Fungsi Ejaan dalam Bahasa Indonesia
a. Sebagai landasan pembakuan tata bahasa
b. Sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan, serta
c. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia
Perkembangan ejaan di Indonesia telah mengalami beberapa pergantian,
mulai dari ejaan Van Ophuijsen, ejaan Soewandi (republik), dan ejaan yang
disempurnakan. Bahkan terdapat ejaan yang dirundingkan bersama antara
Indonesia dan Malaysia, yakni ejaan Melindo.Namun, karena faktor-faktor
tertentu ejaan tersebut tidak dapat diresmikan.
3.2 SARAN
Sudah menjadi kewajiban kita sebagai kaum pelajar untuk selalu
mengingatkan kepada masyarakat guna dapat menggunakan kaidah tata bahasa
Indonesia yang baik dan benar.Karena bagaimanapun bahasa memiliki peran
penting dalam proses pembangunan karakter masyarakat dalam bangsa ini.Dengan
mempelajari ejaan yang disempurnakan maka proses pembelajaran, pemahaman,
dan penulisan bahasa Indonesia akan menjadi lebih mudah. Untuk itu pelajarilah
ejaan yang disempurnakan dengan sungguh agar dapat dimengerti.

7
DAFTAR PUSTAKA

http://id.m.wikibook.org/wiki/Bahasa_Indonesia/Diftong
https://sahabatnesia.com/huruf-konsonan/
https://www.gurupendidikan.co.id/huruf-kapital-pengertian-tata-cara-penggunaan/
https://www.dosenpendidikan.co.id/huruf-miring-pengertian-cara-penulisan-
contoh/
https://puebi.readthedocs.io/en/latest/kata/bentuk-ulang/

Anda mungkin juga menyukai