Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH :
NIM : 17C10042
KELAS :A
TINGKAT/SEMESTER : III/VI
SARJANA KEPERAWATAN
1. Periode pra-diabetes
Pada periode ini gejala-gejala klinis diabetes belum nampak karena baru
ada proses destruksi sel β-pankreas. Predisposisi genetik tertentu
memungkinkan terjadinya proses destruksi ini. Sekresi insulin mulai berkurang
ditandai dengan mulai berkurangnya sel β-pankreas yang berfungsi.Kadar C-
peptide mulai menurun. Pada periode ini autoantibodi mulai ditemukan apabila
dilakukan pemeriksaanlaboratorium.
2. Periode manifestasi klinis
Pada periode ini, gejala klinis DM mulai muncul.Pada periode ini sudah
terjadi sekitar 90% kerusakan sel β-pankreas. Karena sekresi insulin sangat
kurang, maka kadar gula darah akan tinggi/meningkat. Kadar gula darah yang
melebihi 180 mg/dl akan menyebabkan diuresis osmotik. Keadaan ini
menyebabkan terjadinya pengeluaran cairan dan elektrolit melalui urin (poliuria,
dehidrasi, polidipsi). Karena gula darah tidak dapat di-uptake kedalam sel,
penderita akan merasa lapar (polifagi), tetapi berat badan akan semakin kurus.
Pada periode ini penderita memerlukan insulin dari luar agar gula darah di-
uptakekedalam sel.
3. Periode honey-moon
Periode ini disebut juga fase remisi parsial atau sementara. Pada periode
ini sisa-sisa sel β-pankreas akan bekerja optimal sehingga akan diproduksi
insulin dari dalam tubuh sendiri. Pada saat ini kebutuhan insulin dari luar tubuh
akan berkurang hingga kurang dari 0,5 U/kg berat badan/hari. Namun periode
ini hanya berlangsung sementara, bisa dalam hitungan hari ataupun bulan,
sehingga perlu adanya edukasi ada orang tua bahwa periode ini bukanlah fase
remisi yang menetap.
4. Periode ketergantungan insulin yang menetap.
Periode ini merupakan periode terakhir dari penderita DM. Pada periode
ini penderita akan membutuhkan insulin kembali dari luar tubuh seumur
hidupnya.
Manifestasi klinis Diagnosis diabetes seringkali salah, disebabkan
gejala-gejala awalnya tidak terlalu khas dan mirip dengan gejala penyakit lain.
Di samping kemiripan gejala dengan penyakit lain, terkadang tenaga medis juga
tidak menyadari kemungkinan penyakit ini karena jarangnya kejadian DM tipe 1
yang ditemui ataupun belum pernah menemui kasus DM tipe 1 pada anak.
Beberapa gejala yang sering menjadi pitfalldalam diagnosis DM tipe 1 pada
anak di antaranya adalah:
1. Sering kencing: kemungkinan diagnosisnya adalah infeksi saluran kemih
atau terlalu banyak minum (selain DM). Variasi dari keluhan ini adalah
adanya enuresis (mengompol) setelah sebelumnya anak tidak pernah
enuresis lagi.
2. Berat badan turun atau tidak mau naik:kemungkinan diagnosis adalah
asupan nutrisi yang kurang atau adanya penyebab organik lain. Hal ini
disebabkan karena masih tingginya kejadian malnutrisi di negara kita. Sering
pula dianggap sebagai salah satu gejala tuberkulosis pada anak.
3. Sesak nafas:kemungkinan diagnosisya adalah bronkopnemonia. Apabila
disertai gejala lemas, kadang juga didiagnosis sebagai malaria. Padahal
gejala sesak nafasnya apabila diamati pola nafasnya adalah tipe Kusmaull
(nafas cepat dan dalam) yang sangat berbeda dengan tipe nafas pada
bronkopnemonia. Nafas Kusmaull adalah tanda dari ketoasidosis.
4. Nyeri perut:seringkali dikira sebagai peritonitis atau apendisitis. Pada
penderita DM tipe 1, nyeri perut ditemui pada keadaan ketoasidosis.
5. Tidak sadar:keadaan ketoasidosis dapat dipikirkan pada kemungkinan
diagnosis seperti malaria serebral, meningitis, ensefalitis, ataupun cedera
kepala (Brink SJ, dkk. 2010).
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien meliputi : biodata, keadaan umum pasien, tanda-tanda
vital, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu,
pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
a. Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian
dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu
dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dan lingkungan kotor dapat
mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi.
b. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
Ds :
a. Klien mengeluh sering kesemutan.
b. Klien mengeluh sering buang air kecil saat malam hari
c. Klien mengeluh sering merasa haus
d. Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan (polifagia)
e. Klien mengeluh merasa lemah
f. Klien mengeluh pandangannya kabur
Do :
a. Klien tampak lemas.
b. Terjadi penurunan berat badan
c. Tonus otot menurun
d. Terjadi atropi otot
e. Kulit dan membrane mukosa tampak kering
f. Tampak adanya luka ganggren
g. Tampak adanya pernapasan yang cepat dan dalam
c. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif
atau GCS dan respon verbal klien.
d. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan :
Tekanan darah : sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan nadi,
dan kondisi patologis. Biasanya pada DM type 1, klien cenderung memiliki TD
yang meningkat
a. Pulse rate
b. Respiratory rate
c. Suhu
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penyakit ini biasanya didapatkan :
a. Inspeksi : kulit dan membrane mukosa tampak kering, tampak adanya atropi
otot, adanya luka ganggren, tampak pernapasan cepat dan dalam, tampak adanya
retinopati, kekaburan pandangan.
b. Palpasi : kulit teraba kering, tonus otot menuru.
c. Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah.
f. Pemeriksaan penunjang
a. Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
b. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
g. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
2) Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat
terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau
tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
Adapun hal – hal yang biasanya didapat dari pengkajian pada klien dengan diabetes
mellitus :
1. Aktivitas/ Istirahat
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
2. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki
yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah.
3. Integritas Ego
Stress dan ansietas
4. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare.
5. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
6. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
7. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
8. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
9. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan disfungsi
pankreas dalam darah yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah GDS
> 200 mg/dL.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampu dalam mengabsorbsi makanan karena faktor biologi (defisiensi
insulin) ditandai dengan lemas, berat badan pasien menurun walaupun intake
makanan adekuat, mual dan muntah.
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan ditandai dengan diuresis meningkat,
hiperglikemia, diare, muntah, poliuria, evaporasi.
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungn dengan hipoksia perifer
yang ditandai dengan sianosis, akral dingin, CRT > 3 detik.
5. Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik ditandai
dengan sering lelah, lemah, pucat.
6. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori.
7. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan neuropati perifer.
8. Resiko infeksi berhubungan pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan
fungsi limfosit).
Intervensi
1. Dx 1
- Memantau kadar glukosa darah
- Pantau tanda-tanda dan gejala hiperglikemia : poliuria, polidipsia, polifagia,
lemah, kelesuan, malaise, mengaburkan visi, atau sakit kepala.
- Menyediakan kebersihan mulut, jika perlu
- Menginstruksikan keluarga pasien dan signifikan terhadap pencegahan,
pengenalan manajemen
- Memberikan cairan IV sesuai kebutuhan
- Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala hiperglikemia menetap
atau memburuk
2. Dx 2
- Kaji adanya alergi makanan
- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Bantu pasien untuk makan
- Edukasi mengenai nutrisi pasien dengan diet yang dijalani
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
3. Dx 3
- Monitor status hidrasi ( kelembapan membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik)
- Bantu pasien untuk memenuhi cairan tubuhnya seperti minum.
- Edukasi pasien & keluarga mengenai kebutuhan minum yang harus dipenuhi
- Kolabrorasi pemberian cairan IV
- Kolaborasi dokter jikatanda cairan berlebih muncul memburuk
-
4. Dx 4
- Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadaprangsangan
- Gunakan sarung tangan untuk proteksi
- Periksa CRT
- Edukasi pasien mengenai latihan aktivitas ringan
- Kolaborasi pemberian analgetik
5. Dx 5
- Pantau tanda – tanda vital sebelum maupun sesudah beraktivitas
- Diskusikan dengan pasien dan keluarga dalam melakukan aktivitas sehari-hari
- Tingkatkan pastisipasi pasien dalam melakukan aktivitas
6. Dx 6
- Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan
fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
- Memasang side rail tempat tidur
- Memberi edukasi kepada keluarga mengenai hal – hal yang dapat
membahayakan pasien dan cara pencegahannya
7. Dx 7
- Monitor kulit akan adanya kemerahan
- Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan
- Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
- Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
- Ajarkan keluarga cara memobilisasi pasiens etiap dua jam sekali
8. Dx 8
- Observasi ttv
- Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
- Batasi pengunjung bila perlu
- Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah
berkunjung meninggalkan pasien
- Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
- Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
Ajarkan pasien dan keluarga mencuci tangan dengan benar