Anda di halaman 1dari 5

Nama : Dini Anggraeni (6220089)

Kelas : 2B – S1 Kebidanan Alih jenjang

Tugas : Gangguan Kesehatan Reproduksi

A. Pertumbuhan dan perkembangan Embrio Manusia

Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini


merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi.
Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Sel pada embriogenesis
disebut sebagai sel embriogenik.

Secara umum, Pada proses pembuahan, sel telur dan dan sperma akan mengalami peluruhan
dan membentuk zigot keturunannya. Zigot kemudian akan tumbuh menjadi embrio hingga janin
dalam kandungan induknya. Perkembangan embrio dibagi dalam fase morula, fase blastula, fase
gastrula, dan fase organogenesis. sel embriogenik tumbuh dan berkembang melalui beberapa fase,
antara lain:

1. Sel tunggal/Zigot
2. Morula

Fase Morula Zigot bersel tunggal hasil pembuahan, selnya akan membelah secara
mitosis dengan cepat dan membentuk sel-sel baru yang padat disebut dengan
blastomer. Zigot terus membelah dari sel yang awalnya satu menjadi 16 sel
blastomer. Dilansir dari Lumen Learning, sel-sel blastomer kemudian berkumpul
membentuk bola yang kemudian akan memadat dan membentuk morula. Dinamai
morula karena strukturnya mirip dengan buah arbei yang kecil dan tidak berongga.

3. Blastula
Dilansir dari Oregon State University, Open Educational Resources Unit,
morula yang padat akan terus membelah hingga 100 sel sehingga muncul rongga
didalam morula dan disebut dengan blastula. Rongga blastula dinamakan dengan
blastosol yang diisi oleh cairan laktat, asam amino, glukosa, dan juga piruvat. Massa
sel bagian dalam ini kemudian akan berkembang menjadi embrio manusia. Sedangkan
morula pada fase blastula berubah menjadi lapisan rongga sel disebut dengan
blastoderm yang melindungi blastosol didalamnya. Sel terluar ini kemudian akan
berkembang menjadi plasenta yang berfungsi sebagai makanan selama perkembangan
embrio.
4. Gastrula

Setelah fase blastula, embrio akan memasuki fase gastrula. Dilansir dari
microbenotes.com, fase gastrula adalah fasse dirombaknya sel-sel blastula menjadi tiga
lapisan germinal (lapisan embrionik). Hal tersebut akan membentuk organ tubuh
tertentu yaitu lapisan ektoderm, mesoderm, dan endoderm.

5. Organogenesis
Sesuai dengan namanya, fase organogenesis adalah fase pembentukan organ-
organ tubuh pada janin dari tiga lapisan germinal yang terbentuk pada fase gastrula.
Dilansir dari Microbe Notes, lapisan ektoderm akan membentuk sistem saraf, lapisan
epidermis, mata, jaringan ikat dikepala, dan telinga bagian dalam. Lapisan mesoderm
akan membentuk otot-otot, sel darah, jaringan ikat tubuh, tubulus ginjal, sistem organ
reproduksi, sistem ekskresi, serta sistem kardiovaskular.

6. Fetus / Janin
Pada proses pembuahan, sel telur dan dan sperma akan mengalami peluruhan dan membentuk
zigot keturunannya. Zigot kemudian akan tumbuh menjadi embrio hingga janin dalam
kandungan induknya. Perkembangan embrio dibagi dalam fase morula, fase blastula, fase
gastrula, dan fase organogenesis.

B. Kelainan pada perkembangan embrio manusia atau Kelainan pada Kehamilan

1. Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik adalah kondisi saat pembuahan sel telur terjadi di luar rahim,
biasanya terjadi di salah satu tuba falopi. Kondisi ini bisa dideteksi dengan pemeriksaan fisik,
USG, atau tes darah.

Kondisi ini baru diketahui setelah timbulnya gejala seperti sakit pada perut, nyeri pada
tulang panggul, pendarahan ringan dari vagina, mual, dan muntah. Kelainan ini rentan dialami
oleh wanita yang mengalami kerusakan tuba falopi, ketidakseimbangan hormon, dan
perkembangan abnormal pada sel telur yang tidak dibuahi.

2. Hamil Anggur

Hamil anggur adalah kehamilan yang gagal. Ini terjadi karena adanya kelainan pada proses
perkembangan sel telur setelah dibuahi, sehingga janin gagal tumbuh menjadi seorang bayi. Pada
hamil anggur, sel-sel telur dan plasenta yang tidak berkembang ini akan membentuk kista yang
menyerupai anggur putih.

Kondisi ini terjadi akibat ketidakseimbangan kromosom selama kehamilan. Kelainan ini
bisa dideteksi pada trimester pertama kehamilan, tepatnya minggu ke-8 dan ke-9, melalui
pemeriksaan darah dan USG.

Kehamilan mola atau kehamilan anggur belum dapat dipastikan penyebabnya. Namun,
kelainan pada sel telur diduga ikut terlibat dalam menyebabkan terjadinya kehamilan ini. Sel telur
dan sel sperma mengandung kromosom yang membawa DNA dari ibu dan ayah. Ketika kedua sel
tersebut bersatu dalam pembuahan, sel telur dan sel sperma masing-masing menyumbang separuh
dari jumlah DNA yang lengkap bagi calon bayi yang akan lahir. Tapi jika terjadi kelainan pada
jumlah kromosom, baik lebih maupun kurang, maka akan terjadi kehamilan mola atau kehamilan
anggur.

Berdasarkan jenisnya, kehamilan mola dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Kehamilan mola parsial


Kehamilan ini terjadi ketika janin terbentuk namun tidak dapat tumbuh dan berkembang
dengan sempurna atau bertahan menjadi bayi.
b. Kehamilan mola lengkap
Ada sel abnormal yang terbentuk di dalam rahim, dan tidak ada perkembangan atau
pembentukan janin sama sekali.

Jika terjadi kehamilan anggur, biasanya perdarahan atau cairan berwarna cokelat kemerahan
akan keluar dari vagina pada usia kandungan 8-14 minggu. Namun, seringkali kehamilan mola tidak
menunjukkan gejala. Kelainan pada kehamilan ini biasanya baru terdeteksi pada saat
melakukan USG kehamilan di usia kandungan 8-14 minggu. Kehamilan mola yang sudah terdeteksi
hampir selalu akan berujung menjadi keguguran. Sehingga pada umumnya dokter akan
mengeluarkan jaringan di dalam rahim tersebut dengan prosedur kuret untuk mencegah munculnya
komplikasi lebih lanjut.

Sel telur merupakan salah satu bagian penting dalam proses reproduksi. Kelainan yang
terjadi pada sel telur bisa menjadi mimpi buruk bagi seorang wanita yang ingin memiliki anak.

Jika masalah pada sel telur menghambat Anda untuk memperoleh momongan atau
membuat Anda mengalami infertilitas, sebaiknya konsultasikan ke dokter kandungan untuk
mendapat pemeriksaan lebih lanjut dan mendapatkan saran serta penanganan terbaik untuk
mengatasi masalah pada sel telur.
Agar sel telur yang sehat dapat dibuahi di kemudian hari, kini ada prosedur medis yang bisa
dilakukan, yaitu dengan membekukan sel telur.

3. Keguguran

Keguguran adalah keluarnya embrio secara spontan dari dalam kandungan sebelum usia 20
minggu kehamilan. Sayangnya, penyebab keguguran belum diketahui secara pasti. Namun, para ahli
memperkirakan bahwa keguguran dapat disebabkan oleh keabnormalan pada kromosom janin
(terutama pada trimester pertama), ketidakseimbangan hormon, dan infeksi pada janin.

Dilansir dari National Institute of Child Health and Human Development, jika ibu hamil
mengalami perdarahan yang cukup banyak, kontraksi pada area perut bawah, serta keluarnya
jaringan dari vagina, segera periksakan kesehatan ibu dan janin pada dokter kandungan untuk
mendapatkan penanganan yang tepat. Meskipun begitu, tidak semua perdarahan yang muncul dari
vagina saat kehamilan merupakan tanda dari keguguran.

Anda mungkin juga menyukai