Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PENGENDALIAN INTERN, PROSEDUR AUDIT, KERTAS KERJA

AUDIT COMPLIANCE DAN SUBSTANTIVE TES YANG BERKAITAN DENGAN


SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN PIUTANG

DOSEN PENGAMPU : PROF. DR. I WAYAN RAMANTHA, S.E., M.M., Ak., CPA

KELOMPOK 3 :

I GUSTI AYU DIAH PARAMITHA (1807531187)


I RAI KEVIN AGUSTIA CHRISNAWAN (1807531195)
SANG AYU PUTU SRI DARMAYANI (1807531221)
PANDE GDE RAKA SANJAYA (1807531232)

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
1. ANALISIS PENGENDALIAN INTERN
Secara umum, Pengendalian Intemal merupakan rencana, metode, prosedur, dan
kebijakan yang didesain oleh manajemen untuk memberi jaminan yang memadai atas
tercapainya efisiensi dan efektivitas operasional, kehandalan pelaporan k euangan,
pengamanan terhadap aset, ketaatan/kepatuhan terhadap undang-undang, kebijakan dan
peraturan lain.
Standar Auditing Seksi 319 Pertimbangan atas Pengendalian Intern dalam Audit
Laporan Keuangan paragraph 06 mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses
yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil lain yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini:
a. Keandalan pelaporan keuangan
b. Efektivitas dan efisiensi operasi
c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
Tujuan Pengendalian Intern menurut AICPA oleh Winarno (2006:116) adalah sebagai
berikut:
a. Melindungi harta kekayaan perusahaan
b. Meningkatkan akurasi informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi yang
dijalankan oleh perusahaan
c. Meningkatkan efisiensi kinerja perusahaan, sehingga dalam berbagai kegiatan dapat
dilakukan penghematan
d. Meningkatkan kepatuhan terhadap kebijakan manajemen.
Pengendalian terdiri dari lima komponen yang saling terkait berikut ini:
a. Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi
kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar
untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur.
b. Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan
untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana
risiko harus dikelola.
c. Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin
bahwa arahan manajemen dilaksanakan.
d. Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran
informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan
tanggung jawab mereka.
e. Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern
sepanjang waktu.
Pemahaman atas Pengendalian Intern dan Pengujian Pengendalian
Secara umum, auditor perlu memperoleh pemahaman tentang pengendalian intem
kliennya untuk perencanaan auditnya. Secara khusus, pemahaman auditor tentang
pengendalian intern yang berkaitan dengan suatu asersi adalah untuk digunakan dalam
kegiatan berikut ini:
a. Kemungkinan dapat atau tidaknya audit dilaksanakan.
b. Salah saji material yang potensial dapat terjadi.
c. Resiko deteksi.
d. Perancangan pengujian substantif.
Jika dari hasil pemahaman dan pengujian efektivitas pengendalian intern, auditor
menemukan adanya kelemahan-kelemahan di dalamnya, auditor bertanggung jawab untuk
memberitahukan penemuannya tersebut kepada manajemen. Atas dasar informasi tersebut
manajemen dapat memperbaiki pengendalian internnya jika manfaat yang diperoleh lebih
besar dari biaya yang dikorbankan.
a. Pemahaman atas Pengendalian Intern:
➢ Pemahaman atas pengendalian intern.
➢ Pemahaman atas lingkungan pengendalian.
➢ Pemahaman atas penaksiran resiko.
➢ Pemahaman atas informasi dan komunikasi.
➢ Pemahaman atas aktivitas pengendalian.
➢ Pemahaman atas pemantauan.
b. Pengujian Pengendalian
Dalam memenuhi standar auditing kedua, perlu dibedakan antara prosedur
pemahaman atas pengendalian intem dan pengujian pengendalian (test of control).
Dalam pelaksanaan standar tersebut, auditor melaksanakan prosedur pemahaman
pengendalian intern dengan cara mengumpulkan informasi tentang desain
pengendalian intem dan informasi apakah desain tersebut dilaksanakan. Disamping itu,
pelaksanaan standar juga mengharuskan auditor pelakukan pengujian terhadap
efektivitas pengendalian intem dalam mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
Pengujian ini disebut dengan istilah pengujian kepatuhan (compliance tests) atau
sering disebut dengan pengujian pengendalian (test of control). Untuk menguji
kepatuhan terhadap pengendalian intern, auditor melakukan tiga macam pengujian:
• Pengujian Adanya Kepatuhan Terhadap Pengendalian Internal
Untuk menentukan apakah informasi mengenai pengendalian yang
dikumpulkan oleh auditor benar-benar ada, auditor melakukan dua macam
pengujian:
1) Pengujian transaksi dengan cara mengikuti pelaksanaan transaksi tertentu.
2) Pengujian transaksi tertentu yang telah terjadi dan yang telah dicatat.
• Pengujian Transaksi dengan Cara Mengikuti Pelaksanaan Transaksi Tertentu
Dalam hal ini auditor harus memilth transaksi tertentu kemudian mengikuti
pelaksanaannya (reperforming) sejak awal sampai akhir, melalui dokumen-
dokumen yang dibuat dalam transaksi tersebut dan pencatatannya dalam catatan
akuntansi.
• Pengujian Tingkat Kepatuhan Terhadap Pengendalian Intern
Dalam pengujian pengendalian terhadap pengendalian intem, auditor tidak
hanya berkepentingan terhadap eksistensi unsur-unsur pengendalian intem, namun
auditor juga berkepentingan terhadap tingkat kepatuhan klien terhadap
pengendalian intem. Dalam pengujian tingkat kepatuhan klien terhadap intern
pembelian, auditor dapat menempuh prosedur audit seperti mengambil sampel
bukti kas masuk dan memeriksa kelengkapan dokumen pendukungnya serta tanda
tangan pejabat yang berwenang baik dalam bukti kas keluar maupun dokumen
pendukungnya dan melaksanakan pengujian bertujuan ganda (dual-purpose test),
yang merupakan kombinasi antara pengujian yang tujuannya untuk menilai
efektivitas pengendalian intem (pengujian pengendalian) dan pengujian yang
tujuannya menilai kewajaran informasi yang disajikan dalam lapom keuangan
(pengujian substantif).
Atas dasar hasil pemahaman ini, auditor melakukan perubahan-perubahan pada
program auditnya yaitu dengan cara memperluas prosedur audit pada objek -objek
yang pengendalian internnya lemah. Hanya setelah memperoleh pemahaman atas
pengendalian intern, auditor dapat menyusun program audit yang lengkap dan
cocok dengan objek yang dipaksa. Hasil pemahaman auditor atas pengendalian
intern klien dicantumkan dalam suatu kertas kerja, yang berisi kelemahan dan
kekuatan pengendalian intern tersebut terhadap luas prosedur audit yang akan
dilaksanakan dan rekomendasi yang ditujukan kepada klien untuk memperbaiki
bagian-bagian yang lemah dalam pengendalian intern.
2. PROSEDUR AUDIT
Menurut Sukrisno Agoes (2004:125) Prosedur audit ialah “langkah -langkah yang harus
dijalankan auditor dalam melaksanakan pemeriksaaannya dan sangat diperlukan oleh
asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif.”
Prosedur audit dilalukan dalam rangka mendapatkan bahan-bahan bukti (audit evidence)
yang cukup untuk mendukung pendapat auditor atas kewajaran laporan keuangan.
Sukrisno Agoes (2004:176) menyarankan prosedur audit piutang usaha dan penjualan
sebagai berikut:
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan
penerimaan.
2. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule piutang pertanggal neraca.
3. Minta aging shedule dari piutang usaha pertanggal neraca yang antara lain
menunjukkan nama pelanggan (customer), saldo piutang, umur piutang dan kalau bisa
subsequent collections-nya.
4. Periksa mathematical accuracy-nya dan check individual balance ke subledger lalu
totalnya ke general ledger.
5. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales invoice.
6. Kirimkan konfirmasi piutang:
a) Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirim surat
konfirmasi.
b) Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif atau konfirmasi negatif.
c) Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule piutang maupun di surat konfirmasi.
d) Jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien untuk dicari
perbedaannya.
e) Buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi
7. Periksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti penerimaan kas
untuk periode sesudah tanggal neraca sampai mendekati tanggal penyelesaian
pemeriksaan lapangan (audit field work). Perhatikan bahwa yang dicatat sebagai
subsequent collections hanyalah yang berhubungan dengan penjualan dari periode yang
sedang diperiksa.
8. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk
mengetahui kemungkinan adanya contingent liability.
9. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang
disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan terlalu kecil.
10. Test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-lain, lebih
kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca. Periksa apakah barang-
barang yang dijual melalui invoice sebelum tanggal neraca, sudah dikirim per tanggal
neraca. Kalau belum cari tahu alasannya. Periksa apakah ada faktur penjualan dari
tahun yang diperiksa, yang dibatalkan dalam periode berikutnya.
11. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan
correspondence file untuk mengetahi apakah ada piutang yang dijadikan sebagai
jaminan.
12. Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia/SAK.
13. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang dan penjualan yang diperiksa.

3. KERTAS KERJA AUDIT COMPLIENCE DAN SUBSTANTIVE TES YANG


BERKAITAN DENGAN SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN PIUTANG
a. Kertas Kerja
Kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan auditor mengenai
prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang
diperolehnya dan kesimpulan yang dibuatnya berkenaan dengan pelaksanaan audit.
Setiap auditor wajib membuat KKA pada saat melaksanakan tugas audit, manfaat
utama KKA antara lain:
➢ Merupakan dasar penyusunan laporan hasil audit.
➢ Merupakan alat bagi atasan untuk mereview dan mengawasi pekerjaan para
pelaksana audit.
➢ Mempakan alat pembuktian dari laporan hasil audit.
➢ Menyajikan data untuk keperluan referensi
➢ Mempalcan salah satu pedoman untuk tugas audit berikutnya
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan kertas kerja yang baik, yaitu :
➢ Lengkap
• Berisi semua informasi yang pokok, menentukan komposisi semua data
penting yang dicamtumkan dalam kertas kerja.
• Tidak memerlukan tambahan penjelasan secara lisan. Artinya kertas kerja
harus jelas dapat berbicara sendiri, harus berisi imformasi yang lenglcap, tidak
berisi informasi yang belum jelas atau pertanyaan yang belum dijawab.
➢ Teliti
Dalam pembuatan kertas kerja, akuntan hanis teliti dalam penulisan dan
pethitungan sehingga kertas kerjanya bebas dari kesalahan tulis dan perhitungan.
➢ Ringkas
Kertas kerja harus dibatasi pada informasi yang pokok-pokok saja yang relevan
dengan tujuan pemeriksaan yang dilakukan serta disajikan dengan ringkas untuk
menghindati rincian-rincian yang tidak perlu.
➢ Jelas
Kejelasan dalam informasi kepada pihak-pihak yang akan memeriksa kertas kerja
perlu diusahakan oleh akuntan.
➢ Rapi
Kerapian dalam pembuatan kertas ketja dan keteraturan penyusunan kertas kerja
akan membantu akuntan senior dalam menelaah hasil pekerjaan stafnya serta
memudahkan memperoleh informasi dari kertas kerja tersebut.
b. Compliance Test
Tes Ketaatan atau Kepatuhan (Compliance Test) atau Test of Recorded
Transactions adalah tes terhadap bukti pembukuan yang mendukung transaksi yang
dicatat perusahaan untuk mengetahui apakah setiap transaksi yang terjadi sudah
diproses dan dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur yang telah ditetapkan
manajemen. Jika terjadi penyimpangan dalam pemprosesan dan pencatatan transaksi,
walaupun jumlah (Rupiah) nya tidak material, auditor harus memperhitungkan
pengaruh dari penyimpangan tersebut terhadap efektivitas pengendalian intern.Harus
dipertimbangkan juga apakah kelemahan dalam salah satu aspek pengendalian intern
bisa diatasi dengan suatu "Compensating Control ". Misalnya :
Kesalahan yang Kelemahan I/C (Internal Compensanting Control
ditemukan Control)
1.Bukti pengeluaran Timbul kemungkinan bukti 1.Subledger utang selalu di
kas dan bukti-bukti pendukung digunakan untuk update dan setiap akhir bulan
pendukung tidak di pembayaran yang kedua di reconcile dengan saldo
cap lunas. kalinya. utang dibuku besar.
2.Perusahaan memiliki
bagian internal audit yang
cukup kuat dan setiap bulan
memeriksa kelengkapan
bukti-bukti pengeluaran kas.
2.Bukti pengeluaran Timbul kemungkinan Perusahaan menggunakan
kas tidak bernomor penyalahgunaan bukti imperest fund system untuk
urut tercetak. tersebut untuk kepentingan pengeluaran ≤ Rp
pribadi. 1.000.000,- untuk jumlah ≥
Rp 1.000.000,- dibayar
dengan giro, yang nomor
urutannya selalu diawasi.
Dalam melaksanakan Compliance Test, auditor harus memperhatikan hal-hal berikut:
➢ kelengkapan bukti pendukung (Supporting Documents)
➢ Kebenaran perhitungan mathemathis (Footing, Cross Footing, Extension)
➢ Otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang
➢ Kebenaran nomor perkiraan yang didebet/kredit
➢ Kebenaran posting ke buku besar dan sub buku besar.
Proses compliance test biasanya dipakai untuk transaksi di bawah ini :
➢ Penjualan
➢ Penerimaan kas
➢ Pengeluaran kas
➢ Pembelian
➢ Pembayaran gaji dan upah
➢ Jurnal koreksi/ penyesuaian.
Compliance Test bisa dilakukan pada waktu interim audit dan dilanjutkan setelah
perusahaan melakukan penutupan buku pada akhir tahun.
c. Substantive Test yang Berkaitan Dengan Siklus Penjualan dan Penagihan
Piutang
Substantive Test adalah tes adalah tes terhadap kewajaran terhadap kewajaran
saldo-saldo perkiraan laporan keuangan (Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Laba
Rugi Komprehensif). Prosedur pemeriksaan yang dilakukan dalam Substantive Test,
antara lain :
➢ Inventarisasi aset tetap
➢ Observasi atas stock opname
➢ Konfirmasi piutang, utang dan Bank
➢ Subsequent collection dan subsequent payment
➢ Kas opname
➢ Pemeriksaan rekonsiliasi bank dan lain-lain
Jika pada waktu melakukan substantive test , auditor menemukan kesalahan-
kesalahan, harus dipertimbangkan apakah kesalahan tersebut jumlahnya material atau
tidak. Jika permasalahannya material, auditor harus mengusulkan audit
adjusment secara tertulis (dalam bentuk daftar audit adjusment). Jika usulan
adjusment tidak disetujui klien, dan auditor auditor yakin usulan adjusment tersebut
benar, makan auditor tidak boleh memberikan unqualified opinion. Untuk kesalahan
yang jumlahnya tidak material (immaterial), auditor tetap perlu mengajukan usulan
adjusment, tetapi tidak perlu dipaksakan karena tidak akan mempengaruhi opini
akuntan publik. publik. Dalam melakukan Substantive test, auditor perlu membuat
kerja dalam bentuk Working Balance Balance Sheet, Working Profit and Loss, Top
Shcedule dan Supporting Schedule.
Tujuan pengauditan atas siklus penjualan dan pengumpulan piutang adalah untuk
mengevaluasi apakah saldo akun-akun yang terpengaruh oleh siklus ini telah disajikan
secara wajar sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Lima kelompok transaksi
dalam siklus penjualan dan pengumpulan piutang, yaitu:
➢ Penjualan (tunai atau kredit)
➢ Penerimaan kas
➢ Retur dan potongan penjualan
➢ Penghapusan piutang tak tertagih
➢ Penaksiran kerugian piutang
Pengendalian kunci yang ada pada siklus penjualan antara lain:
➢ Pemisahan tugas yang memadai
Dengan ini dapat mencegah jenis salah saji karena kesalahan maupun kecurangan.
Harus ada pemisahan fungsi bagi pegawai yang mengelola kas dengan yang
mencatat kas, fungsi pemberian kredit harus dipisahkan dari fungsi penjualan.
➢ Otorisasi yang tepat
Auditor akan memeriksa otorisasi pada tiga titik kunci, yaitu:
• Kredit yang harus diotorisasi dengan tepat sebelum penjualan dilakukan.
• Barang harus dkirim hanya setelah otorisasi diberikan.
• Harga juga harus diotorisasi termasuk syarat dasar, ongkos angkut dan diskon.
Dua pengendalian pertama mencegah hilangnya aktiva akibat pelanggan fiktif
atau pelanggan yang tidak bisa membayar barang yang dibeli.
➢ Dokumen dan catatan yang memadai
Harus ada prosedur pencatatan yang memadai sebelum sebagian besar tujuan
audit yang berkaitan dengan transaksi dapat dipenuhi.
➢ Laporan bulanan
Pengiriman laporan bulanan pada pelanggan mendorong pelanggan untuk
merespon jika ada saldo yang dikatakan tidak benar. Fungsi ini harus terpisah dari
pengelola kas untuk menghindari kegagalan yang disengaja mengirimkan laporan
itu.
➢ Prosedur verifikasi internal
Program komputer atau personil yang independen harus mengecek bahwa
pemrosesan dan pencatatan penjualan memenuhi tujuan audit. Untuk setiap
pengendalian kunci, diperlukan pengujian untuk menilai keefektifannya. Seperti
pengujian pada otorisasi atas kredit, apakah dilakukan dengan tepat. Keterjadian
penjualan juga dapat diuji dengan memasukan nomor pelanggan yang tidak ada
pada aplikasi, apakah langsung ditolak oleh komputer. Pada pencatatan penjualan
yang terjadi, terdapat tiga kemungkinan salah saji yang mungkin terjadi, yaitu:
• Penjualan dimasukan dalam jurnal sementara pengiriman tidak pernah
dilakukan.
• Penjualan dicatat lebih dari satu kali.
• Pengiriman dilakukan kepada pelanggan fiktif dan dicatat sebagai penjualan.
Pengujian pengendalian penerimaan kas dan prosedur audit pengujian substantif
transaksi dikembangkan dengan kerangka kerja yang sama dengan penjualan
tetapi tentu saja tujuan spesifik ditetapkan untuk penerimaan kas. Berdasarkan
tujuan audit terkait transaksi, auditor harus mengikuti proses berikut:
• Menentukan pengendalian-pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan
audit
• Merancang pengujian pengendalian untuk setiap pengendalian yang
digunakan untuk mendukung adanya pengurangan risiko pengendalian
• Merancang pengujian substantif transaksi untuk menguj i salah saji moneter
untuk setiap tujuan
Hal yang menjadi perhatian auditor pada audit penghapusan piutang tidak
tertagih adalah kemungkinan klien menutupi penggelapan dengan menghapus
piutang yang sudah tertagih. Pengendalian utama untuk mencegah penipuan ini
adalah otorisasi yang tepat terhadap penghapusan piutang tidak tertagih oleh
manajemen yang ditunjuk setelah melalui investigasi menyeluruh alasan pelanggan
belum membayar atau tidak mampu melunasi piutang tersebut.
Idealnya klien menetapkan beberapa pengendalian untuk mengurangi
kemungkinan tidak tertagihnya piutang. Dua pengendalian lainnya adalah :
• Pembuatan daftar umur piutang sebagai dasar untuk review dan
ditindaldanjuti oleh prsonil manajemen yang tepat.
• Menetapkan suatu kebijakan penghapusan piutang apabila sudah tidak ada
kemungkinan ditagih.
Bagian audit yang paling terpengaruh oleh pengujian pengendalian dan
pengujian substantif transaksi pada siklus penjualan dan penagihan adalah saldo
piutang, kas, beban piutang tidak tertagih dan penyisihan piutang tidak tertagih.
DAFTAR PUSTAKA

Al. Haryono Jusup. 2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA), Edisi 2. Yogyakarta : Bagian
Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu YKPN.

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/2705/2258

https://hardiwinoto.com/struktur-pengendalian-internal/

Anda mungkin juga menyukai