Anda di halaman 1dari 12

Manajemen Risiko dan Aksi Mitigasi untuk

Menciptakan Rantai Pasok yang Robust

Oleh :
Laudine Henriette Geraldin *)
I Nyoman Pujawan **)
Dyah Santhi Dewi ***)

ABSTRAK
Dunia kita selalu dipenuhi oleh ketidakpastian, jika suatu bencana terjadi maka akan berdampak pada
timbulnya gangguan bisnis dalam skala besar. Gangguan pada supply chain berdampak negatif dalam
jangka panjang terhadap perusahaan dan banyak perusahaan yang tidak mampu pulih secara cepat dari
dampak negatif tersebut. Bila suatu bencana besar terjadi, sektor bisnis juga akan ikut terserang,
akibatnya banyak supply chain yang mengalami break down dan banyak pula diantaranya yang tidak
dapat pulih kembali. Namun terdapat pula beberapa supply chain yang robust yakni mampu bertahan
dan bahkan tetap memenuhi kebutuhan pelanggannya di tengah badai krisis yang terjadi. Pada
penelitian ini akan dilakukan analisa dan evaluasi resiko yang berpotensi timbul pada suatu supply
chain. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang telah ada terletak pada pembuatan
framework baru yang merupakan pengembangan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan
Quality Function Deployment (QFD). Dalam penelitian ini akan dikembangan suatu formulasi nilai
indeks prioritas risiko untuk menentukan prioritas agen risiko yang akan dimitigasi. Pengembangan
matriks house of quality (HOQ) digunakan untuk memetakan framework yang terbentuk dan memetakan
mitigation actions dalam menangani agen resiko yang berpotensi timbul pada supply chain perusahaan.

Kata kunci : supply chain, FMEA, indeks prioritas risiko, QFD, HOQ, robust, mitigation actions.

PENDAHULUAN ikut terserang, akibatnya banyak supply chain


ƒ Latar Belakang yang mengalami break down dan banyak pula
Dunia kita selalu dipenuhi oleh diantaranya yang tidak dapat pulih kembali.
ketidakpastian dan hal yang tidak terduga Namun terdapat pula beberapa supply chain
seperti serangan teroris, gempa, tsunami, krisis yang robust yang mampu bertahan dan bahkan
ekonomi, devaluasi nilai tukar uang, mampu tetap memenuhi kebutuhan
pemogokan dan lain sebagainya. Ketika pelanggannya di tengah badai krisis yang
bencana terjadi maka akan berdampak pada terjadi. Oleh karenanya, dibutuhkan suatu
timbulnya gangguan bisnis dalam skala besar. supply chain yang robust terhadap berbagai
Berdasarkan penelitian oleh Hendricks dan gangguan yang terjadi.
Singhal (2003) diketahui bahwa gangguan pada Pada penelitian ini akan dilakukan
supply chain berdampak negatif dalam jangka analisa dan evaluasi risiko yang berpotensi
panjang terhadap perusahaan dan banyak timbul pada suatu supply chain dengan
perusahaan yang tidak mampu pulih secara menggunakan metode FMEA (Failure Mode
cepat dari dampak negatif tersebut. Bila suatu and Effect Analysis). Penggunaan pendekatan
bencana besar terjadi, sektor bisnis juga akan FMEA didasarkan pada alasan bahwa metode
ini merupakan suatu teknik yang dapat
*) Mahasiswa Program S-2 Manajemen Rantai digunakan untuk melakukan analisa penyebab
Pasok - ITS
**) Dosen Teknik Industri FTI-ITS potensial timbulnya suatu gangguan,
***) Dosen Teknik Industri FTI-ITS probabilitas kemunculannya dan bagaimana

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA TEKNIK SIPIL “TORSI” / MARET 2007 / 53


cara mencegah atau menanganinya (Nord dan 4. Menciptakan rantai pasok yang robust
Johansson, 1997; Christopher, 2003). Perbedaan terhadap gangguan tidak terduga.
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
yang telah ada terletak pada pengembangan TINJAUAN PUSTAKA
metode QFD (Quality Function Deployment) ƒ Konsep Supply Chain dan Supply Chain
untuk merancang suatu strategi proaktif yang Management
diharapkan dapat me-mitigasi dampak risiko Istilah Supply Chain Management
yang timbul. Strategi tersebut akan digunakan (SCM) mulai muncul pada akhir tahun 1980-an
sebagai panduan dalam menangani risiko yang yang kemudian mulai digunakan secara luas
timbul sehingga diharapkan supply chain yang pada tahun 1990-an. Sebelum itu, perusahaan
robust dapat tercipta. lebih banyak menggunakan istilah seperti
ƒ Permasalahan “logistik” dan “manajemen operasi” daripada
Berbagai gangguan yang timbul akibat istilah SCM (Hugos, 2003). Dengan
ketidakstabilan di negara kita semakin menggabungkan berbagai definisi yang
meningkat selama satu dekade terakhir, oleh dikembangkan oleh beberapa sumber (Ganeshan
karena itu suatu perusahaan membutuhkan dan Harisson, 1995; Lambert et. al., 1998;
rantai pasok yang robust. Dalam penelitian ini Chopra dan Meindl, 2001; Pujawan, 2005)
akan dilakukan identifikasi risiko, analisa risiko maka didapatkan definisi supply chain sebagai
serta perancangan strategi proaktif yang sesuai “suatu jaringan yang terdiri atas beberapa
bagi perusahaan agar dapat menangani risiko perusahaan (meliputi supplier, manufacturer,
yang berpotensi timbul dalam rantai pasok distributor dan retailer) yang bekerjasama dan
perusahaan. terlibat baik secara langsung maupun tidak
ƒ Tujuan Penelitian langsung dalam memenuhi permintaan
Adapun tujuan dilakukannya penelitian pelanggan, dimana perusahaan-perusahaan
tesis dengan menggunakan pengembangan tersebut melakukan fungsi pengadaan material,
metode FMEA (Failure Mode and Effect proses transformasi material menjadi produk
Analysis) dan pengembangan metode QFD setengah jadi dan produk jadi, serta distribusi
(Quality Function Deployment) ini antara lain produk jadi tersebut hingga ke end customer”.
adalah untuk : Sedangkan definisi SCM oleh Tang pada
1. Mengidentifikasi risiko atau gangguan yang tahun 2006 (mengutip dari Christopher, 1992;
berpeluang untuk timbul. Council of Supply Chain Management
2. Melakukan analisa risiko dengan Professional (www.cscmp.org); Ritchie dan
menggunakan pengembangan metode Brindley, 2001) yaitu “manajemen aliran
FMEA. material, informasi dan finansial melalui suatu
3. Memetakan strategi proaktif untuk me- jaringan organisasi (supplier, manufacturer,
mitigasi risiko yang berpotensi timbul logistic provider, wholesaler/distributor dan
dengan pengembangan metode QFD. retailer) yang bertujuan untuk memproduksi
dan mengantarkan produk atau jasa kepada

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA TEKNIK SIPIL “TORSI” / MARET 2007 / 54


konsumen secara efektif dan efisien. Kegiatan Setelah mengetahui berbagai definisi
tersebut meliputi koordinasi dan kolaborasi dari risiko/ketidakpastian, maka perlu diketahui
berbagai proses dan aktivitas berbeda, antar kategori risiko/ketidakpastian, penyebabnya dan
fungsional yang berbeda seperti pemasaran, jenis risiko/ketidakpastian yang termasuk di
penjualan, produksi, perancangan produk, dalam kategori tersebut. Pemahaman ini
pengadaan, logistik, keuangan dan teknologi diperlukan agar tidak terjadi kerancuan dan
informasi, di dalam suatu jaringan organisasi.” untuk menyamakan persepsi mengenai kategori
ƒ Konsep Risiko dan jenis risiko. Beberapa peneliti melakukan
Setelah mengetahui konsep dan pengkategorian risiko dari berbagai sudut
framework yang telah dikembangkan oleh pandang.
beberapa peneliti terkait dengan vulnerability di ƒ Konsep Robust Supply Chain
dalam supply chain, maka selanjutnya akan Definisi robust design adalah suatu
dijelaskan mengenai konsep risiko. Terdapat desain yang bertujuan untuk meminimasi
berbagai definisi risiko yang dikembangkan gangguan dari faktor noise maupun faktor
oleh berbagai peneliti. Diantaranya, Alijoyo terkendali. Sedangkan yang dimaksud dengan
(2006) memberikan definisi risiko berdasarkan robust supply chain adalah supply chain yang
dua sudut pandang: mampu bertahan ketika dihadang oleh berbagai
Sudut pandang hasil atau output, risiko macam gangguan dan bencana yang tak terduga
adalah “sebuah hasil atau output yang tidak (Tang, 2005). Untuk mereduksi kerentanan
dapat diprediksikan dengan pasti, yang supply chain terhadap gangguan, maka Chopra
tidak disukai karena akan menjadi kontra dan Sodhi (2004) menyediakan berbagai
produktif”. rencana efektif seperti meningkatkan kapasitas
Sudut pandang proses, risiko adalah produksi, persediaan, fleksibilitas dan lain
“faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sebagainya. Menurut Tang (2005), ketika suatu
pencapaian tujuan, sehingga terjadi gangguan muncul, rencana-rencana tersebut
konsekuensi yang tidak diinginkan”. hanya dapat dilaksanakan hanya bila perusahaan
Definisi lain risiko menurut Svensson telah menjalankan berbagai strategi proaktif
(2000) adalah “deviasi yang menyebabkan terlebih dahulu.
konsekuensi negatif bagi perusahaan yang
terlibat di dalam supply chain.” Sedangkan METODOLOGI PENELITIAN
menurut Australian/New Zealand Standard Risk Metodologi dalam penelitian ini
Management (AS/NZ Standard), risiko mengacu pada suatu framework (kerangka
merupakan “kemungkinan terjadinya sesuatu kerja) yang dikembangkan dari studi literatur
hal yang dapat memberikan dampak negatif atau yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya.
positif bagi suatu tujuan tertentu. Risiko diukur Oleh karena konsep supply chain risk
berdasarkan kemungkinan terjadi (likelihood) management yang luas, maka pengembangan
dan konsekuensi-nya (consequences)”. framework ini perlu dilakukan. Kerangka kerja
ini berisi langkah-langkah dan landasan dalam

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA TEKNIK SIPIL “TORSI” / MARET 2007 / 55


melakukan indentifikasi, analisa, evaluasi risiko Proses perancangan strategi dilakukan
dan perancangan strategi mitigasi dalam supply dengan mengembangkan metode QFD, dimana
chain perusahaan. Standar framework risk akan menggunakan bantuan matriks house of
management yang digunakan merupakan quality (HOQ) untuk menyusun mitigation
modifikasi dari berbagai standar yang telah ada actions dalam menangani risiko yang berpotensi
dengan acuan utama standar AS/NZ 4360 timbul pada supply chain. Seperti yang telah
(Australia) dan BSI (Inggris). dijelaskan sebelumnya, proses perancangan
Sedangkan untuk proses perancangan strategi ini mengacu pada framework (kerangka
strategi, dilakukan dengan mengembangkan kerja) yang dikembangkan oleh peneliti.
metode quality function deployment (QFD), Peneliti membagi tahapan perancangan
dimana akan menggunakan bantuan matriks strategi ke dalam dua tahapan yakni fase
house of quality (HOQ) untuk menyusun identifikasi risiko (risk identification) dan fase
mitigation actions dalam menangani risiko yang perlakuan risiko (risk treatment). Dalam fase
berpotensi timbul pada supply chain. Proses identifikasi risiko, konsep risiko yang
perancangan strategi ini mengacu pada digunakan mengacu pada definisi risiko
framework (kerangka kerja) yang menurut AS/NZ 4630. Strategi mitigasi yang
dikembangkan oleh peneliti. Untuk mengetahui digunakan mengacu pada strategi proaktif yang
tahapan-tahapan dari metodologi penelitian dikembangkan oleh Tang (2005).
yang akan digunakan dapat dilihat lebih lanjut
pada gambar 2.1.

Gambar 1. Risk Identification (Indentifikasi Risiko)

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA TEKNIK SIPIL “TORSI” / MARET 2007 / 56


Dimana : k O j1 × O j 2 × K × O jk
Oj = ∀ j ; dimana j = 1,
Ei = Kejadian risiko (Risk Events) dimana i =
2, … m;
1, 2, …, n
k = penilaian orang ke-k
Ci = Dampak yang mungkin ditimbulkan dari
Rij = Hubungan (korelasi) antara agen risiko j
resiko yang ada (Potential Causes of
dengan risiko i;
risk);
Rij ∈ {0,1}, untuk Rij = 1 maka terdapat korelasi
dimana i = 1, 2, … , n
antara risiko i dengan agen risiko j dan Rij
Aj = Penyebab risiko (Risk Agents) dimana
= 0 bila sebaliknya
j = 1, 2, ... , m
Pj = Prioritas risiko (Risk Priority Index)
Si = Tingkat dampak suatu risiko (Severity
n
level of risk) ∑
Pj = O j i =1 Si x (Rij x wij) ∀ j ;
k S i1 × S i 2 × K × S ik
Si = ∀i; dimana j = 1, 2, ... m; Rij ∈ {0,1};
dimana i = 1, 2, … n; k = penilaian orang wij = bobot korelasi antara agen risiko j
ke-k dengan risiko i
Oj = Tingkat kemunculan risiko (Occurance
level of risk)
Step 3
Mitigation actions in strategic level
(Proactive strategy)
MS1 MS2 MS3 . . . . . . . MSm
Step 4
Mitigation actions in tactical level
MT1 MT2 MT3 . . . . . . . MTm
Step 1 Step 5 Step 2
To be treated Relationship between mitigation actions Risk events
risk agents and to be treated risk agent occurred
MS1 MS2 MS3 . . . . . . . . . MSm
A1 T1 R11 R12 R13 . . . . . . . . . . . . . . R1m E1
A2 T2 R21 R22 R23 . . . . . . . . . . . . . . R2m E2
A3 T3 R31 R32 R33 . . . . . . . . . . . . . . R3m E3
. . .. .. .. .............. .. .
. . Rn1
. . Rn2
. . Rn3
. . ............................Rnm
.. .
. . .. .. .. .............. .. .
. . .. .. .. .............. .. .
. . .. .. .. .............. .. .
An Tn Rn1 Rn2 Rn3 . . . . . . . . . . . . . . . Rnm En

Gambar 2. Risk Treatment (Penanganan Risiko)


MSj = Aksi mitigasi di level strategik (j =
Dimana : 1, 2, …. m)
Ai = Agen risiko yang akan di treatment (i =
MTj = Aksi mitigasi di level taktis (j = 1, 2, ….
1, 2, … n)
m)
Ei = Kejadian risiko yang timbul akibat agen
Rnm = Hubungan antara aksi mitigasi dengan
risiko ke i (i = 1, 2, … n)
risiko yang akan di treat

Rnm ∈ {0,1}, untuk Rnm = 1 maka ada


hubungan dan 0 sebaliknya

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA TEKNIK SIPIL “TORSI” / MARET 2007 / 57


ANALISA DAN INTERPRETASI DATA mengetahui dimana risiko tersebut
ƒ House Of Risk (HOR) fase identifikasi dapat muncul (where are the risk).
risiko Selain proses bisnis, dalam tahap
Seperti yang telah dijelaskan pertama ini, juga diidentifikasi
sebelumnya, dalam melakukan perancangan departemen/biro yang bertanggung
strategi mitigasi untuk menciptakan rantai pasok jawab dalam proses bisnis tersebut
yang robust, peneliti melakukan pengembangan (risk owner) dan spesifikasi risiko
metode QFD dan FMEA untuk menyusun suatu untuk masing-masing proses bisnis.
framework dalam mengelola risiko. Dalam Tahap 2. Identifikasi kejadian risiko (risk
penelitian ini, tool HOQ pada metode QFD akan events) untuk masing-masing proses
dikembangkan sehingga dapat digunakan untuk bisnis yang telah teridentifikasi pada
membantu mengidentifikasi risiko dan tahap sebelumnya. Risiko ini
merancang strategi untuk mengurangi atau merupakan semua kejadian yang
mengeliminasi (me-mitigasi) agen/penyebab mungkin timbul dan menimbulkan
risiko yang telah teridentifikasi. Oleh karena gangguan dalam pencapaian tujuan
perubahan fungsi HOQ dari tool perencanaan perusahaan (yang ditandai dengan
produk menjadi tool perencanaan strategi tidak tercapainya KPI).
mitigasi risiko, maka istilah house of risk Tahap 3. Identifikasi tingkat dampak
(HOR) akan digunakan di dalam penelitian ini (severity) suatu kejadian risiko
untuk mengganti istilah HOQ. Pengembangan terhadap proses bisnis perusahaan.
perhitungan nilai prioritas risiko (RPN) dengan Nilai severity ini menyatakan
metode FMEA dilakukan untuk melakukan seberapa besar gangguan yang
penaksiran risiko (risk assessment) di dalam ditimbulkan oleh suatu kejadian
HOR tersebut. risiko terhadap proses bisnis
Secara garis besar, tahapan dalam perusahaan. Adapun skala yang
framework perencanaan strategi dengan digunakan di dalam menentukan
menggunakan bantuan tool HOR, dibagi tingkat dampak suatu risiko
menjadi dua fase yakni fase identifikasi risiko merupakan tingkat skala 1-10.
(risk identification) dan fase penanganan risiko Tahap 4. Identifikasi akibat (potential causes)
(risk treatment). Adapun tahapan input data ke suatu kejadian risiko terhadap proses
dalam model HOR fase pertama (fase bisnis perusahaan. Akibat risiko ini
identifikasi risiko) yang dikembangkan dalam menyatakan gangguan yang
penelitian ini adalah sebagai berikut: mungkin timbul bila terjadi suatu
Tahap 1. Identifikasi proses bisnis / aktivitas kejadian risiko.
supply chain perusahaan berdasarkan Tahap 5. Identifikasi agen penyebab risiko
model SCOR (plan, source, make, (risk agents), yaitu faktor apa saja
deliver dan return). Pembagian yang dapat menyebabkan terjadinya
proses bisnis ini bertujuan untuk

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA TEKNIK SIPIL “TORSI” / MARET 2007 / 58


kejadian risiko yang telah kemunculan suatu agen risiko
teridentifikasi. merupakan skala 1-10.
Tahap 6. Identifikasi korelasi (correlation) Tahap 8. Perhitungan nilai indeks prioritas
antara suatu kejadian risiko dengan risiko (Pj). Indeks prioritas ini akan
agen penyebab risiko. Bila suatu digunakan sebagai bahan
agen risiko menyebabkan timbulnya pertimbangan untuk menentukan
suatu risiko, maka dikatakan terdapat prioritas agen risiko mana yang perlu
korelasi. Nilai korelasi ini dilakukan perancangan strategi
dilambangkan dengan notasi Rij mitigasi-nya.
dimana : Penentuan nilai indeks prioritas
Rij ∈ {0,1}, untuk Rij = 1 maka risiko (Pj) dari agen risiko
terdapat korelasi antara kejadian menggunakan rumus sebagai
risiko i dengan agen risiko j dan Rij = berikut:
0 bila sebaliknya. n

Nilai korelasi ini juga memiliki Pj = O j i =1 Si x (Rij x wij) ∀ j (1)
bobot (w), dimana semakin besar Dimana:
korelasi antara suatu agen risiko j = 1, 2, ... m;
dengan kejadian risiko maka akan Si = Tingkat dampak suatu
ditandai dengan skala nilai yang risiko (Severity level of
semakin besar. Bobot ini risk)
menyatakan seberapa besar suatu k S i1 × S i 2 × K × S ik
Si = ∀i;
agen risiko menyebabkan timbulnya
dimana i = 1, 2, … n; k =
kejadian risiko. Adapun skala yang
penilaian orang ke-k
digunakan adalah 9 (bila korelasi
Oj = Tingkat kemunculan risiko
kuat), 3 (bila korelasi sedang) dan 1
(Occurance level of risk)
(bila korelasi lemah).
k O j1 × O j 2 × K × O jk
Tahap 7. Identifikasi peluang kemunculan Oj = ∀ j ;
(occurance) suatu agen risiko. dimana j = 1, 2, … m; k =
Occurance ini menyatakan tingkat penilaian orang ke-k
peluang frekuensi kemunculan suatu Rij ∈ {0,1}; merupakan fungsi
agen risiko sehingga mengakibatkan binary untuk Rij = 1 bila ada korelasi
timbulnya suatu atau beberapa antara agen risiko j dengan risiko i,
kejadian risiko yang dapat dan Rij = 0 jika sebaliknya.
menyebabkan gangguan pada proses wij = bobot korelasi antara agen
bisnis dengan tingkat dampak risiko j dengan risiko i.
tertentu. Skala yang digunakan di
dalam penentuan peluang

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA TEKNIK SIPIL “TORSI” / MARET 2007 / 59


ƒ House Of Risk (HOR) fase penanganan memasukkan data dalam jumlah yang sangat
risiko besar tersebut. Kesulitan ini dapat
Setelah menyelesaikan tahapan proses mengakibatkan kesalahan dalam memasukkan
pada fase ke-1 house of risk (HOR), maka data sehingga hasil yang diperoleh dapat
langkah selanjutnya adalah memasuki fase ke-2 menjadi tidak valid (invalid). Sehingga, untuk
dari HOR. Pada fase ke-2 dari HOR ini berupa mengatasi permasalahan ini maka peneliti juga
perancangan strategi mitigasi untuk melakukan merancang dan membuat suatu program yang
penanganan (risk treatment) agen risiko yang dinamakan dengan program House of Risk
telah teridentifikasi dan berada pada level risiko (HOR). Program HOR ini dibuat dengan
tinggi. Output dari HOR fase 1 akan digunakan menggunakan bantuan software Visual Basic
sebagai input pada fase 2 ini. Dari fase pertama yang terdapat di dalam program Microsoft
HOR, akan didapatkan nilai prioritas risiko dan Excel. Keuntungan yang akan didapat dengan
level risiko dari masing-masing agen risiko menggunakan bantuan program ini antara lain
yang telah teridentifikasi. Agen risiko yang adalah memungkinkan user untuk melakukan
terdapat pada level risiko tinggi akan menjadi input data secara tersistematis dan meminimasi
input data pada tahap 1 dari HOR fase ke-2 ini. kesalahan dalam input data.
Adapun penjelasan singkat mengenai tahapan Dari perhitungan indeks Pj dengan
proses pada fase ke-2 HOR adalah sebagai menggunakan rumus (1) untuk contoh kasus di
berikut: PT. Petrokimia Gresik maka maka didapatkan
Tahap 1. Penentuan agen risiko yang akan hasil seperti yang terlihat pada gambar 4.1.
dilakukan penanganan berdasarkan Sesuai dengan urutan nilai Pj terbesar maka
hasil ouput level risiko pada fase 1 dapat dikehatui bahwa 5 besar agen risiko
HOR. adalah agen risiko A47 (Kedatangan kapal tidak
Tahap 2. Pemetaan kejadian risiko yang sesuai jadwal), A39 (Ketidaksesuain jadwal
mungkin timbul akibat agen-agen pengiriman), A17 (Permintaan barang tidak
risiko tersebut. menyebutkan spec yang jelas), A13 (Permintaan
Tahap 3. Perancangan strategi mitigasi untuk yang mendadak) dan A12 (Keterlambatan
level strategik. pengadaan barang). Dengan pertimbangan
Tahap 4. Perancangan strategi mitigasi untuk bahwa nilai Pj yang dimiliki kelima agen risiko
level taktik. ini cukup besar yakni diatas 1000 dan termasuk
ƒ Program House of Risk (HOR) dalam ranking atas (top rank) prioritas risiko,
Salah satu kelemahan yang dimiliki oleh maka diputuskan bahwa agen risiko yang
framework yang dikembangkan dalam memerlukan penanganan dengan membuat
penelitian ini merupakan kelemahan dalam strategi mitigasi-nya adalah agen risiko A47,
aspek teknis input data. Jika jumlah data risiko A39, A17, A13 dan A12. Namun perlu
yang dimasukkan dan diolah di dalam matriks diperhatikan, meskipun nilai indeks prioritas
HOR sangat besar, maka tentunya user akan tidak terlalu besar bukan berarti agen risiko ini
menemui kendala teknis berupa kesulitan dalam tidak mungkin muncul dan tidak menimbulkan

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA TEKNIK SIPIL “TORSI” / MARET 2007 / 60


dampak tertentu. Sehingga idealnya, jika tidak menggunakan model SCOR (terbagi ke
membicarakan masalah keterbatasan biaya dan dalam tahapan plan, source, make, deliver
waktu maka semua agen risiko yang berpotensi dan return). Dari fase pertama HOR ini
timbul seharusnya memiliki strategi mitigasi diketahui bahwa suatu agen risiko dapat
masing-masing. pula menyebabkan berbagai kejadian risiko
Strategi mitigasi yang dipilih untuk dengan nilai bobot korelasi tertentu.
masing-masing agen risiko didasarkan pada 2. Dengan pengembangan metode FMEA
pertimbangan kejadian risiko yang ditimbulkan maka didapatkan nilai indeks prioritas
oleh agen risiko, serta akibat yang terjadi bila risiko yang merupakan hasil perkalian
kejadian risiko tersebut timbul. Penjelasan tingkat occurance agen risiko dengan nilai
singkat strategi robust supply chain untuk korelasi-nya. Dari hasil perhitungan indeks
masing-masing agen risiko dapat dilihat pada prioritas risiko (risk priority index), maka
tabel pada lampiran tabel. didapatkan ranking agen risiko yang akan

Indeks Prioritas Risiko (Pj) dari terbesar ke terkecil


diprioritaskan untuk di-mitigasi. Dalam hal
2500 ini, agen risiko yang mendapat prioritas
untuk dirancang strategi mitigasi-nya
2000

adalah agen risiko A47 (kedatangan kapal


Indeks Prioritas

1500
tidak sesuai dengan jadwal) dengan nilai
Pj

1000 indeks prioritas 2144, A39 (ketidaksesuaian


jadwal pengiriman) dengan nilai indeks
500

prioritas 1554, A17 (permintaan tidak


0
A47 A12 A18 A20 A36 A51 A53 A3 A31 A32 A38 A43 A10 A24 A30
menyebutkan spesifikasi yang jelas) dengan
Agen Risiko
nilai indeks prioritas 1530, A13
Gambar 3. Pareto Diagram Nilai Indeks (permintaan yang mendadak) dengan nilai
Prioritas Risiko indeks prioritas 1404 dan A12
(keterlambatan pengadaan barang) dengan
KESIMPULAN nilai indeks prioritas 1278.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian 3. Hasil output pada HOR fase pertama (fase
tesis manajemen rantai pasok dan aksi mitigasi identifikasi risiko), merupakan input pada
untuk menciptakan rantai pasok yang robust ini HOR fase kedua (fase penanganan risiko).
antara lain adalah : Dimana pada fase kedua ini merupakan
1. Dari hasil identifikasi risiko dengan pemetaan strategi mitigasi untuk agen
menggunakan bantuan tool matriks house risiko yang diprioritaskan untuk dilakukan
of risk (HOR) untuk fase identifikasi risiko mitigasi dengan menggunakan strategi
(risk identification) terdapat 50 risiko dan proaktif agar tercipta rantai pasok yang
58 agen risiko yang teridentifikasi pada robust.
keseluruhan tahapan proses akitvitas intern 4. Strategi proaktif yang disarankan untuk
supply chain perusahaan dengan memitigasi agen risiko di dalam penelitian

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA TEKNIK SIPIL “TORSI” / MARET 2007 / 61


ini adalah strategi proaktif supply dan Holmen, E. dan Kristensen, P.S. (1998).
Supplier roles in product development:
produk serta strategi supply chain
Interaction versus task partitioning.
coordination, sedangkan strategi level “European Journal of Purchasing &
Supply Management”, Vol.4, hal. 185 –
taktis yang digunakan antara lain adalah
193.
strategic stock, flexible supply base, flexible
Hugos, M. (2003). “Essentials of Supply Chain
transportation dan silent product rollover. Managements”. New Jersey: John Wiley &
Idealnya, semua agen risiko yang Sons.

teridentifikasi di-mitigasi dengan strategi Kobillard, L. (2001). “Integrated Risk


Management Framework”. Treasury
proaktif sehingga rantai pasok yang robust Board of Canada Secretariat.
dapat tercipta. Lambert, D.M., James, R.S., dan Lisa M.E.
(1998). “Fundamentals of Logistics
Management”. Boston: McGraw-Hill.
DAFTAR PUSTAKA
Pujawan, I Nyoman (2005). “Supply Chain
Alijoyo, A. (2006). ”Enterprise Risk Mana- Management”. Surabaya: Gunawidya.
gement”. Jakarta: PT. Ray Indonesia.
Shahin, A. (2003). Integration of FMEA and the
Anggraini, M. (2006). ”Analisis dan Evaluasi Kano Model An Exploratory Examination.
Risiko Supply Chain di Lamp Component “Emerald: International Journal of
Factory PT. Philips Lighting Surabaya”. Quality and Reliability Management”,
Tugas Akhir , Institut Teknologi Sepuluh vol.21 no.7, hal.731-746.
Nopember, Surabaya.
Shortreed, J., Hicks J., Craig, L. (2003). “Basic
Besterfield, H.Dale, Carol, H. Glen dan Mary Frameworks for Risk Management”. The
(1999). “Total Quality Management”, 2nd Ontario Ministry of the Environment
Edition. New Jersey: Prentice Hall [online]. Diambil dari:
International Inc.
<http://www.irrneram.ca/pdf_files/basicFra
Chan, Lai-Kow dan Wu, Ming-Lu (2004). A meworkMar2003.pdf> [diakses 26
systematic approach to quality function September 2006]
deployment with a full illustrative example.
Tang, S.C. (2005). “Proactive Product, Supply
“Omega: The International Journal of
and Demand Strategies for Constructing
Management Science”.
Robust Supply Chains” [online]. Diambil
Chopra, S. dan Meindl, P. (2004). “Supply dari:
Chain Management: Strategy, Planning
<http://www.anderson.ucla.edu/documents/
and Operations”, 2nd Edition. Upper
areas/fac/dotm/supply_chain.pdf> [diakses
Saddle River, NY: Prentice-Hall.
11 September 2005]
Chopra, S. dan Sodhi, S.M (2004). Managing
Tang, S.C. (2005). “Robust Strategies for
Risk to Avoid Supply-Chain Breakdown.
Mitigating Supply Chain Disruptions”
“Sloan Management Review”, Vol. 46,
[online]. Diambil dari:
no.1, hal. 53-61.
<http://www.anderson.
Christopher, M. (2003). “Creating Resilient ucla.edu/x3258.xml> [diakses 26
Supply Chains: A Practical Guide” September 2005]
[online]. Diambil dari :
Tang, S.C. (2006). Perspectives in Supply Chain
<http://www.cranfield.ac.uk/som/scr>
Risk Management: A Review.
[diakses 9 September 2006]
“International Journal Production
Hart, B. (2006). “Risk Management AS/NZS Economics”, vol. 103, hal.451-458.
4360:2004”.

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA TEKNIK SIPIL “TORSI” / MARET 2007 / 62


LAMPIRAN

Tabel Deskripsi Strategi Mitigasi


Strategi level
Agen Risiko Penjelasan Rencana
taktik
Strategic stock Kedatangan kapal yang tidak sesuai dengan jadwal dapat
mengakibatkan terjadinya shortage/overstock barang di
gudang. Agar dapat merespon permintaan
user/pelanggan dengan cepat setelah risiko terjadi, maka
dapat dengan meningkatkan ketersediaan barang.
Strategic stock diharapkan dapat membantu mengatasi
permasalahan ketersediaan barang ini sehingga tidak
terjadi shortage barang di gudang Gresik maupun
gudang penyangga.
Flexible Dengan menggunakan multi-carrier transportation
Kedatangan kapal tidak
transportation model, maka kiriman barang dapat dipisah untuk
sesuai dengan jadwal
beberapa perusahaan forwarder yang berbeda sehingga
bila terjadi keterlambatan oleh satu forwarder maka
masih dapat di-cover oleh forwarder yang lain.
Silent product Kedatangan kapal tidak sesuai jadwal dapat
rollover mengakibatkan terjadinya keterlambatan pengiriman
pupuk ke pelanggan akibatnya dapat terjadi shortage di
gudang penyangga. Untuk mengatasi permasalahan ini
maka dapat dengan menerapkan strategi silent product
rollover sehingga pelanggan akan lebih memilih pupuk
yang tersedia.

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA TEKNIK SIPIL “TORSI” / MARET 2007 / 63


Lanjutan Tabel 4.2
Strategi level
Agen Risiko Penjelasan Rencana
taktik
Strategic Ketidaksesuaian jadwal pengiriman dapat
stock mengakibatkan terjadinya shortage/overstock barang di
gudang. Agar dapat merespon permintaan
user/pelanggan dengan cepat setelah risiko terjadi, maka
dapat dengan meningkatkan ketersediaan barang.
Strategic stock diharapkan dapat me-mitigasi risiko
shortage maupun overstock barang.
Flexible Dapat menggunakan metode multi-carrier
transportation transportation maupun multiple routes. Dengan
menggunakan multi model transportation maka dapat
Ketidaksesuain jadwal mencari alternatif jasa forwarder yang digunakan,
pengiriman sehingga bila salah satu forwarder tidak memenuhi
kesepakatan dalam kontrak maka dapat dengan segera
switch ke forwarder yang lain. Sedangkan dengan
multiple routes maka dapat dicari rute alternatif
pengiriman sehingga barang dapat terkirim sesuai
dengan jadwal.
Silent product Ketidaksesuaian jadwal pengiriman mengakibatkan
rollover terjadinya shortage di gudang penyangga. Untuk
mengatasi permasalahan ini maka dapat dengan
menerapkan strategi silent product rollover sehingga
pelanggan akan lebih memilih pupuk yang tersedia.
Strategic stock Permintaan barang yang tidak menyebutkan spesifikasi
yang jelas dapat menyebabkan terjadinya keterlambatan
dalam pengadaan barang. Dampak yang ditimbulkan dari
risiko keterlambatan pengadaan barang ini adalah
Permintaan barang
terjadinya shortage barang sehingga strategic stock
tidak menyebutkan
dapat diterapkan untuk memitigasi risiko ini.
spec. yang jelas
Coordination Agen risiko ini merupakan faktor internal dari user
sehingga perlu dilakukan koordinasi dengan user agar
melakukan permintaan dengan lebih spesifik atau
dengan membuat suatu standar spesifikasi umum
Strategic stock Permintaan yang mendadak mengakibatkan terjadinya
keterlambatan penerimaan bahan baku. Agar dapat me-
mitigasi permintaan yang mendadak yang menimbulkan
risiko keterlambatan penerimaan bahan baku maka dapat
menggunakan strategic stock.
Permintaan yang Flexible Dengan strategi flexible supply base maka dapat
mendadak supply base memitigasi agen risiko permintaan yang mendadak oleh
karena dapat dengan mudah berganti supplier yang
mampu memenuhi permintaan yang mendesak
Coordination Koordinasi dengan user agar permintaan barang sesuai
dengan rencana, tidak mendadak dan disesuaikan dengan
waktu pengadaan barang
Strategic stock Keterlambatan pengadaan barang berakibat pada
Keterlambatan terjadinya shiortage/overstock barang sehingga dapat
pengadaan barang menerapkan strategi strategic stock untuk me-mitigasi
agen risiko ini.

JURNAL TEKNOLOGI DAN REKAYASA TEKNIK SIPIL “TORSI” / MARET 2007 / 64

Anda mungkin juga menyukai