Disusun Oleh:
ZIO DAHYATUL PRATAMA
1710003421009
Disetujui oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
diketahui oleh:
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan seluruh karunia dan
Rahmat-Nya bagi seluruh alam semesta dan kesehatan serta kesempatan yang telah
diberikan Allah SWT sehingga penulisan Laporan Skripsi dengan judul “ANALISA
PENGARUH BEBAN HARIAN TERHADAP EFESIENSI MOTOR ID FAN 3
FASA, 6 KV DI PLTU OMBILIN” selesai tepat pada waktunya. Salawat beriring
salam dilantunkan kepada Rasulullah kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabat beliau hingga akhir zaman.
Selama penyusunan tugas akhir ini penulis mendapat dukungan dan saran serta bantuan
dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan tulus, ikhlas dan kerendahan hati penulis
mengucapkan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT Yang Maha Pengasih , Maha Penyanyang dan Maha Pemberi Ilmu.
2. Kedua orangtua beserta keluarga yang banyak memberikan bantuan baik moral,
kasih sayang, maupun materi.
3. Kepada Bapak Drs.Risal Abu,ST.M.Eng. selaku Ketua program Studi Teknik
Elektro Universitas Ekasakti Padang.
4. Ibu Rosnita Rauf, S.T, M.T selaku Ketua Jurusan Program Studi Teknik Elektro
Universitas Ekasakti Padang, selaku Dosen Pembimbing II dalam pembuatan
laporan skripsi dan sebagai dosen Pembimbing akademik.
5. Bapak Aidil Danas, ST, MT selaku Dosen Pembimbing I dalam pembuatan
laporan skripsi ini.
6. Seluruh staf dan dosen pengajar Program Studi Teknik Elektro Universitas
Ekasakti Padang yang telah memberikan masukan-masukan yang sangat
bermanfaat bagi penulis.
7. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Teknik Elektro Universitas Ekasakti
Padang khususnya teman-teman Non Reguler.
8. Semua pihak yang terlibat dalam membantu menyelesaikan laporan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu.
ii
Laporan Skripsi ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan ilmu yang
dimiliki. Oleh karena itu diperlukan kritik dan saran yang bersifat positif yang
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Laporan Skripsi ini. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya mahasiswa/i Teknik
Elektro.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
2.9 EFISIENSI MOTOR INDUKSI ............................................................................ 39
2.9.1 Perhitungan Efisiensi ................................................................................ 39
2.9.2 Rugi Rugi Motor Induksi .......................................................................... 41
2.9.3 Faktor daya ............................................................................................... 47
2.9.4 Faktor-Faktor Efisiensi Motor Induksi ..................................................... 48
2.10 SISTEM UDARA DAN GAS BUANG PADA PLTU ............................................. 48
2.10.1 Boiler..................................................................................................... 49
2.10.2 Draft System ......................................................................................... 50
2.10.3 Air Preheater ......................................................................................... 51
2.10.4 Electrostatic Precipitator ....................................................................... 51
2.10.5 Stack/Chimney ...................................................................................... 52
2.11 INDUCED DRAFT FAN .................................................................................... 53
2.11 DAMPER ........................................................................................................ 54
2.12 PRESURE CONTROL VALVE ........................................................................... 55
BAB III ....................................................................................................................... 57
METODOLOGI PENELITIAN .................................................................................. 57
3.1 JENIS PENELITIAN .......................................................................................... 57
3.2 LOKASI KAJIAN ............................................................................................. 57
3.3 DATA YANG DIBUTUHKAN ........................................................................... 58
3.4 METODE PENGUMPULAN DATA..................................................................... 59
3.5 DIAGRAM ALIR PENELITIAN .......................................................................... 60
3.6 PENJELASAN DIAGRAM ALIR PENLITIAN ....................................................... 61
3.7 DASAR PERHITUNGAN PENGARUH BEBAN HARIAN....................................... 61
3.8 HIPOTESA ...................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 66
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
maka pembukaan damper juga akan kecil, hal tersebut dikarenakan jika beban
tinggi maka otomatis pembakaran di boiler semakin besar dan gas buangnya akan
semakin besar juga, maka dari itu kemampuan penghisapan gas buang diatur oleh
damper yang terpasang pada line flue gas sebelum IDF.
Pembukaan damper pada line sistem ID Fan juga sangat mempengaruhi
kinerja motor ID Fan tersebut. Perhitungan kinerja motor perlu dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar nilai daya masukan, daya keluaran, daya reaktif, torsi,
dan efisiensi suatu motor. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari tahu
spesifikasi motor dari name plate dan beban yang dihasilkan oleh motor,
selanjutnya dapat dihitung besar daya input 𝑃𝑖𝑛 dan daya output motor 𝑃𝑜𝑢𝑡 yang
berupa daya mekanik atau 𝑃𝑚 dari data-data hasil pengukuran dan data-data pada
name plate motor.
Rugi-rugi daya pada motor penggerak akan selalu ada akibat gesekan dan
angin. Besar daya keluaran akan lebih kecil dari daya masukan sehingga disebut
dengan rugi daya total, yang merupakan selisih dari daya input 𝑃𝑖𝑛 dan daya
output 𝑃𝑜𝑢𝑡 motor. Sedangkan perbandingan antara daya output dan daya input
motor adalah yang disebut dengan efisiensi motor.
Setelah diketahui besar efisiensi motor tersebut, kita dapat menentukan
apakah motor perlu diganti dengan motor yang baru agar tidak menghambat
proses di sistem ID Fan , atau masih bisa dipakai dengan nilai efisiensinya masih
cukup tinggi.
Berdasarkan hal diatas maka penulis berkeinginan untuk mengkaji hal tersebut
dalam Skripsi berjudul “ Analisa Pengaruh Beban Harian terhadap Kinerja
Motor ID Fan 3 Fasa, 6 kV di PLTU Ombilin ”
Dari penelitian yang akan dilakukan pada Motor ID Fan Unit I dan Unit II di
PLTU ombilin ada harapan yang ingin penulis sampaikan yaitu semoga hasil yang
didapat dari penelitian ini sangat memuaskan, tidak ada kendala dalam
pengambilan data, dan mendapatkan nilai-nilai kinerja yang baik pada Motor ID
Fan di PLTU Ombilin.
2
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang maka akan didapatkan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Berapakah hasil perhitungan yang didapat dari kinerja Motor ID Fan di PLTU
Ombilin pada saat beban harian.
2. Bagaimana perbadingan kinerja Motor ID Fan pada beban harian dan beban
puncak di PLTU Ombilin.
3. Bagaimana torsi Motor ID Fan terhadap perubahan beban harian.
4. Apakah ada perbandingan nilai efisiensi pada motor ID Fan Unit 1 dan Unit 2
di PLTU Ombilin.
3
6. Analisa difokuskan untuk melihat daya masukan, daya keluaran, daya reaktif,
torsi motor dan efisiensi motor berdasarkan Motor ID FAN di PLTU Ombilin
4
digunakan berupa perumusan Analisa Pengaruh Beban Harian
terhadap Kinerja Motor ID FAN 3 Fasa, 6 kV di PLTU Ombilin
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Meliputi pengolahan data tentang Analisa Pengaruh Beban Harian
terhadap Kinerja Motor ID FAN 3 Fasa, 6 kV di PLTU Ombilin dan
konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang terkandung dalam proses
yang diteliti.
BAB V PENUTUP
Berisikan tentang kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisa
data dari hasil pengamatan dan pembahasan skripsi serta saran-saran
yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Winarso, Dian nova kusuma hardani Program studi S1 Teknik Elektro, Universitas
Muhammdiyah Purwokerto dalam penelitian 2018 yang berjudul Analisis Torsi dan
Efisiensi pada motor induksi 3 fasa Rotor Sangkar , Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis besarnya torsi dan efisiensi motor induksi yang sedang dioperasikan.
Motor induksi yang sedang digunakan harus dianalisis apakah masih efisien atau tidak,
tetapi tidak mungkin melepas motor tersebut Karena sedang aktif melayani beban.
Dengan mengkurur parameter motor induksi tanpa harus melepas motor dari beban
maka dapat diketahui torsi dan efisiensi motor tersebut. Pada pengujian motor induksi
dalam keadaan berbeban dengan tegangan kerja 375 volt didapatkan daya input 2565
watt dengan kerugian pada kumpran stator dan rotor sebesar 743 watt, daya mekanik
yang dikeluarkancoleh motor induksi adalah sebesar 1823 watt, torsi yang dihasilakn
rotor sebesar 14 Nm dan efisiensi motor sebesar 71.07%.
6
Samuel Sudibyo. P, M. Khairul amri. Rosa, Afriyastuti Herawati, Program Studi
teknik elektro Fakultas Teknik UNIB dalam penelitian tugas akhir 2016 yang berjudul
Analisis Efisiensi motor induksi pada kondisi tegangan non rating dengan Metode
SEGREGATED LOSS. Motor induksi merupakan motor yang paling banyak
digunakan di industri, tetapi masalah ketidakstabilan tegangan dari PLN bahwa motor
bekerja di luar ratingnya (non rating), membuat performanya buruk motor induksi salah
satunya adalah penurunan efisiensi. Kondisi motor non rating tegangan (undervoltage
dan overvoltage) akan menurunkan kualitas motor induksi. Ini penting untuk
mengevaluasi motor untuk mengetahui kondisinya. Salah satu metode terbaik untuk itu
adalah kerugian terpisah metode berdasarkan standar IEEE-112. Dengan metode ini
dapat dievaluasi kondisi induksi motor tanpa menghentikan motor. Metode ini
menggunakan parameter motor induksi seperti motor arus, daya input dan slip untuk
menganalisis kehilangan daya motor. Hasil evaluasi induksi motor dengan metode
segregated loss memiliki efisiensi tertinggi pada pembebanan 0.86 N.m sebesar
52.979% untuk tegangan nominal, 46,6% untuk tegangan kurang dan 51,94 untuk
tegangan lebih. Efisiensi pada 0,97 N.m pembebanan adalah 52,258% untuk tegangan
nominal, 48,68% untuk tegangan kurang dan 51,94% untuk tegangan berlebih.
Efisiensi pada pembebanan 1,2 N.m adalah 52,979% untuk tegangan nominal, 51,24%
untuk tegangan rendah dan 53,24% untuk tegangan lebih.
Rizal Angga Ghzali , program studi teknik elektro, Universitas Indonesia. Dalam
penelitian tugas akhir 2011 yang berjudul Metode Perhitungan Efisiensi Motor Induksi Yang
Sedang Beroperasi Dengan naiknya harga energi sangat penting untuk mengganti motor
yang tidak efisien dengan motor yang efisien. Lebih-lebih, motor listrik mengkonsumsi
lebih dari 60 % energi listrik yang digunakan di sektor industri. Untuk mencapai tujuan
ini harus diestimasi efisiensi motor yang ada. Akan tetapi, tidak mungkin untuk
melepas suatu motor induksi dari penggeraknya dan mengukur efisiensinya karena hal
ini sangat mengganggu proses operasi. Skripsi ini membahas “metode torsi induksi”
untuk mengukur efisiensi motor induksi yang sedang bekerja. Metode ini menawarkan
sebuah cara untuk mengukur efisiensi motor tanpa harus melepas motor dan tanpa
harus mengukur daya keluaran atau torsi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa metode
7
ini mempunyai tingkat akurasi lebih dari 97%. Metode ini selanjutnya dapat dijadikan
sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi manajemen energi sehingga dapat
dihemat sejumlah uang dengan mengganti motor yang tidak efisien.
PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga terrnal yang banyak digunakan,
karena efisiensinya tinggi sehingga menghasilkan energy listrik yang ekonomis. PLTU
merupakan mesin konversi energi yang mengubah energy kimia dalam bahan bakar
menjadi energy listrik.
PLTU mengikuti sebuah proses siklus (proses keliling) yang disebut siklus
Rankine. Siklus flank/øc adalah siklus air — uap, yang merupakan dasar dari sistem
pembangkit tenaga uap. Diagram sederhana dan siklus PLTU adalah seperti berikut ini.
8
dengan condensate pump menuju dearator untuk dilakukan proses
pemurnian air kondensat dengan kimia dari zat-zat yang dapat
menimbulkan korosi, reaksi kimia lainnya.
• Setelah mengalami pemurnian, lalu menuju gland steam condensor. Disini
air kondensat mengalami proses pemanasan awal didalam gland steam
condensor dengan menggunakan uap perapat turbin (apabila sedang
operasi).
• Selanjutnya air kondensat akan melalui low pressure heater 6, low pressure
heater 5, low pressure heater 4 dan dimana air kondesat akan dipanaskan
menggunakan uap ekstraksi yang berasal dari high pressure turbine dan
low pre,ssure turbine. Setelah itu di deaerator air kondensat akan
mengalami proses dearasi. Feedwater juga kembali dipanaskan untuk
meningkatkan suhunya, panas yang digunakan diambil dari high pressure
turbine
• Feed water dipompa dengan menggunakan motor listrik (Motor Drive
Feed Pump/MDFP ) menuju steam drum.
• Feed water lalu masuk kedalam Pemanas awal yang terdiri dari dna tingkat
yaitu HPH 2 dan 1. Tujuan dari pemanasan feedwater tersebut adalah guna
meningkatkan efisiensi siklus PLTU dan mempercepat proses
terbentuknya uap pada boiler. Panas yang digunakan HPH ini diekstraksi
dari turbin tingkat high presssure untuk HPH 1 dan 2.
• Air pengisi akan ditampung di steam drum dan dialirkan melalui pipa
downcomer menuju header.
• Dari header, air pengisi akan menuju kembali ke team drum melalui pipa
ris’er dan menerima radiasi panas akibat pembakaran yang terjadi pada
furnace sehingga air mengalami penguapan menjadi uap jenuh.
• Uap jenuh akan ditampung di steam drum dan didalam steam drum, air dan
uap akan terpisah dengan kondisi uap berada diatas air. Uap ini akan
mengalir secara alami menuju superheater guna merubah uap jenuh
menjadi uap panas lanjut {superheated steam ). Superheater dibagi menjadi
9
beberapa tingkatan diantaranya low temperature superheater, panel
superheater dan tingkat terakhir yaitu high temperature superheater
sebelum akhirnya superheated steam memutar high pressure turbine (HP
Turbine).
• Exhaust steam dari HP Turbine akan dialirkan kembali ke low pressure
turbine (LP Turbine) dipakai untuk memutar sudu-sudu dari low pressure
turbine (LP Turbine).
• Exhaust steam LP Turbin akan didinginkan di kondensor untuk dapat
dihasilkan air untuk dipakai kembali sebagai air pengisi boiler. Dan
seterusnya, siklus air dan uap terjadi secara tertutup.
• Air yang digunakan dalam siklus pltu ini disebut air demin
(demineralized), yakni air yang mempunyai kadar conductivity
(kemampuan untuk menghantarkan listrik) sebesar 0.2 is (mikro siemen).
Sebagai perbandingan air mineral yang kita minum sehari-hari mempunyai
kadar conductivfty sekitar 100 — 200 is. Untuk mendapatkan air demin ini,
setiap unit pltu biasanya dilengkapi dengan Desalination plant dan
Demineralisation plant yang berfungsi untuk memproduksi air demin ini.
2.3 Siklus Rangkine
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) menggunakan siklus rangkine
10
Berikut ini adalah penjelasan tentang siklus Rankine diatas :
• Proses 1 -1 : Penaikan tekanan pada air menggunakan condensate pump.
• Proses 1’-2 : Pemanasan air pada low pressure heater.
• Proses 2-2’ : Penaikan tekanan air menggunakan boiler feed pump.
• Proses 2’-3 : Pemanasan air pada Pemanas awal dan pada economizer.
• Proses 3-4 : Pemanasan air menjadi uap air pada wall tube dan
downcomer di dalam boiler.
• Proses 4-5 : Pemanasan uap air menjadi uap panas lanjut (superheated
steam ) pada superheater.
• Proses 5-6 : Ekspansi uap di dalam high pressure turbine
• Proses 6-7 : Pemanasan kembali uap yang keluar dari high pressure
turbine yang terjadi dalam reheater.
• Proses 7-7’ : Ekspansi uap yang keluar dari reheater di dalam
intermediate pressure turbine.
• Proses 7’-8 : Ekspansi uap di dalam low pressure turbine tanpa
mengalami pemanasan ulang.
• Proses 8-1 : Pendinginan uap menjadi air di dalam kondensor.
2.4 Generator Sinkron
Konversi energi elektromagnetik yaitu perubahan energi dari bentuk mekanik ke
bentuk listrik dan bentuk listrik ke bentuk mekanik. Generator sinkron (altenator)
merupakan jenis mesin listrik yang berfungsi untuk menghasilkan tegangan bolak-
balik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi mekanis
diperoleh dari putaran rotor yang digerakkan oleh penggerak mula (prime mover),
sedangkan energi listrik diperoleh dari proses dari proses induksi elektromagnetik
yang te adi pada kumparan stator dan rotornya.
Generator sinkron dengan defenisi sinkronnya, mempunyai makna bahwa
frekuensi listrik yang dihasilkannya sinkron dengan putaran mekanis generator
tersebut. Rotor generator sinkron yang terdiri dari belitari medan dengan suplai arus
searah akan menghasilkan medan magnet yang diputar dengan kecepatan yang sama
dengan kecepatan putar rotor.
11
Generator arus bolak — balik dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Generator arus bolak - balik 1 fasa
b. Generator aius bolak - balik 3 fasa
Sebelum membahas tentang generator sinkron, terlebih dahulu kita mengetahui
tentang generator listrik. Generator listrik adalah suatu mesin listrik dimana dalam
proses kerjanya melakukan pengkonversian energi dari energi mekanik ke energi
listrik. Generator listrik dan motor listrik mempunyai kesamaan, yaitu sama-sama
memanfaatkan induksi listrik yang terjadi di dalam kedua perangkat/sistem. Akan
tetapi fungsi dari kedua sistem tersebut berbeda, dimana motor listrik melakukan
konversi energi listrik menjadi mekanik.
2.5 Perubahan Beban pada Generator
Bertambahnya beban yang dilayani generator identik dengan bertambahnya daya
nyata atau daya reaktif yang mengalir dari generator. Maka pertambahan beban akan
menambah arus saluran yang mengalir dari generator, pertambahan arus saluran ini
akan mempengaruhi nilai tegangan terminal Vt. hal yang berpengaruh terutama oleh
faktor daya beban, seperti pada Gambar di bawah ini , diperlihatkan diagram fasor
untuk penambahan beban dengan faktor daya tertinggal, faktor daya satu, dan faktor
daya terdahulu, dimana Vt' adalah tegangan terminal setelah beban dengan faktor daya
yang sama ditambahkan, dan Vt menyatakan tegangan terminal pada saat awal.
a. Beban Induktif
12
b. Beban Resistif
c. Beban Kapasitif
Gambar 2. 3 Perubahan fasor untuk berbagai beban yang berubah
Terlihat bahwa untuk beban induktif, pertambahan beban akan mengurangi
tegangan terminal akan mengecil. Begitu juga jika beban resistif ditambahkan maka
tegangan terminal juga akan mengecil. Jika beban kapasitif ditambahkan, maka
tegangan terminal cenderung membesar.
Pada kondisi normal, untuk menjaga tegangan terminal agar tetap konstan
meskipun beban berubah maka dapat dilakukan dengan mengatur nilai Ea, karena
Ea=K. Qm, maka Ea dapat dijaga konstan dengan mengatur nilai fiuksi. Nilai fluksi
tentu dipengaruhi oleh arus medan If. bertambahnya If akan menambah fluksi, begitu
juga sebaliknya. Beban yang dilayani generator selalu berubah- ubah. Selain besarnya
juga faktor dayanya, ini menuntut penentuan arus eksitasi yang sesuai dengan faktor
dayanya untuk menghasilkan tegangan terminal generator yang stabil. Gambar 2.4
menunjukkan contoh hubungan antara Arus Jangkar dan Arus Medan untuk tiga jenis
faktor daya, dalam hal ini contoh generator yang dipakai memiliki tegangan kerja 11,3
kV dan daya 100 MW. Terlihat untuk arus beban yang sama, maka arus medan yang
harus diberikan berbeda-beda tergantung pada faktor daya beban.
13
Gambar 2. 4 Kurva arus jangkar VS Arus medan untuk tiga faktor daya
Dapat disimpulkan untuk generator yang bekerja sendiri:
1. Daya yang disuplai generator sesuai kebutuhan beban.
2. Pengaturan governor pada generator akan mempengaruhi frekuensi
daya yang dihasilkan.
3. Pengaturan Arus Medan akan mempengaruhi nilai tegangan terminal.
2.6 Pendahuluan motor induksi
2.6.1 Umum
Nama motor induksi berasal dari keadaan bahwa arus yang timbul pada
rotor disebabkan oleh tegangan yang diinduksikan fluks medan magnet stator ke
rotor. Dinamakan juga motor tak serempak karena kecepatan putar rotornya tidak
sama dengan kecepatan putar medan magnet statornya. Motor induksi dan
generator induksi merupakan satu jenis mesin induksi yang sama yang
menggunakan prinsip induksi elektromagnetik. Namun bila dioperasikan sebagai
generator, mesin ini memiliki banyak kekurangan dan diperlukan suatu metode
pengaturan agar motor itu berfungsi sebagai generator sehingga umumnya mesin
induksi dioperasikan sebagai motor.
Pada aplikasi industri dan pertambangan, motor induksi 3 fasa adalah
penggerak utama bagi sebagian besar mesin. Di negara-negara industri modern,
lebih dari setengah total energi listrik yang digunakan diubah ke energi mekanik
14
melalui motor induksi AC 3 fasa. Motor ini diaplikasikan hampir di semua bagian
proses dan produksi. Aplikasi motor induksi juga diperluas ke lingkungan
domestik dan bangunan komersil. Motor digunakan sebagai penggerak pompa,
kipas, kompresor, mixer, conveyor, crane, dan lain-lain. Motor induksi
merupakan motor yang paling umum digunakan pada berbagai peralatan industry
karena rancangannya yang sederhana, murah, kokoh, mudah didapat, dan dapat
langsung dihubungkan ke sumber daya AC.
2.6.2 Klasifikasi Motor Induksi
Motor induksi dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama
yaitu motor induksi satu fasa dan motor induksi tiga fasa atau polyphase seperti
yang terlihat pada gambar 2.5.
Motor induksi satu fasa hanya memiliki satu gulungan stator, beroperasi
dengan pasokan daya satu fase, memiliki sebuah rotor sangkar
tupai,danmemerlukan sebuah alat untuk mengoperasikan motornya. Sejauh ini
motor ini merupakan jenis motor yang paling umum digunakan di dalam
peralatan rumah tangga, seperti kipas angin, mesin cuci dan pengering pakaian,
dengan ukurannya antara 3 sampai 4 Hp.
Motor induksi tiga fasa mempunyai medan magnet putar yang
dihasilkan oleh pasokan tiga fase yang seimbang. Motor tersebut memiliki
kemampuan daya yang tinggi, rotornya berbentuk sangkar tupai atau wound rotor
(walaupun 90% memiliki rotor sangkar tupai), dan memiliki penyalaan sendiri.
Diperkirakan bahwa sekitar 70% motor di industri menggunakan motor jenis ini,
sebagai pompa, kompresor, belt conveyor, jaringan listrik , dan grinder. Motor ini
tersedia dalam ukuran 1/3 Hp hingga ratusanHp.
15
Gambar 2. 5 Klasifikasi Motor Induksi
16
A. Stator
17
Gambar 2. 7 Kontruksi Lilitan 3 fasa pada stator
B. Rotor
Rotor merupakan bagian mesin yang bergerak. Rotor terdiri dari satu set
laminasi baj yang dipres bersama didalam jalur magnetic silinder dan rangkaian
listrik. Motor induksi menggunakan 2 jenis rotor yaitu :
1. Rotor sangkar tupai yang terdiri dari satu set batang penghantar tembaga
atau alumunium yang dilekatkan dalam alur slot paralel. Batang-batang
tersebut dihubung pendek pada kedua ujungnya dengan cincin hubungan
pendek. Dengan konstruksinya yang menyerupai sangkar tupai, rotor ini
disebut rotor sangkar tupai. Rotor sangkar tupai ini merupakan jenis rotor
yang paling banyak digunakan. Gambar 2.11 menunjukkan rotor sangkar
tupai motorinduksi
18
Gambar 2. 8 Rotor Sangkar Tupai Motor Induksi
19
Gambar 2. 9 Bentuk Rotor Belitan
Motor induksi terdiri dari stator dan rotor. Stator terdiri dari tiga fasa
lilitan yang mempunyai hambatan yang sangat kecil dan disusun secara
seimbang dengan beda fasa 1200. Pada mulanya tegangan 3 fasa diberikan pada
stator dengan bentuk gelombang seperti terlihat pada gambar 2.11 di bawah ini
20
Gambar 2. 11 Gelombang Sinusoidal Arus Bolak-Balik 3 Fasa Pada Stator
Pada gambar 2.12 di atas terlihat bagaimana medan magnet putar stator
dapat dihasilkan. Medan magnet ini akan berotasi di dalam stator. Kecepatan
rotasi medan magnet ini sinkron dengan frekuensi daya listrik sehingga disebut
kecepatan sinkron dan besar kecepatannya
120 𝑓 (2.1)
𝑛𝑠 =
𝑝
21
Dimana :
𝑓 = frekuensi sistem ( Hz )
𝑝 = Jumlah kutub
Kemudian rotasi flux medan magnet yang dihasilkan di stator ini akan
melewati celah udara di antara stator dan rotor dan akan menembus batang
rotor sehingga menginduksi tegangan emf pada batang rotor. Tegangan imbas
pada stator adalah :
𝐸1 = 4.44 𝑓 𝑁1 𝐾𝑤1 𝜙𝑚 (2.2)
Dimana :
Jika belitan rotor terbuka dan rotor tidak berputar, maka tegangan imbas
pada belitan rotor adalah :
Dimana :
22
𝑝(𝑛𝑠 − 𝑛𝑟 ) 𝑝 𝑠 𝑛𝑠 (2.4)
𝑓2 = = =𝑠𝑓
120 120
Dimana :
𝑓2 = Frekuensi rotor ( Hz )
𝑠 = slip
𝑓 = Frekuensi sistem ( Hz )
𝑝 = Jumlah kutub
Dimana :
𝑠 = Slip
Jika rotor tak berputar (belitan rotor terbuka), maka dari (2.5) dan (2.6) kita
peroleh
𝐸1 𝑁1 𝐾𝑤1 (2.6)
= =𝑎
𝐸2 𝑁2 𝐾𝑤2
Dimana :
23
Situasi ini mirip dengan transformator tanpa beban.
Dimana :
𝑠 = slip
Jika rotor motor dikunci sehingga rotor tidak dapat berputar, maka rotor
akan mempunyai frekuensi yang sama dengan stator. Namun sebaliknya, jika
rotor berputar pada kecepatan sinkronnya, frekuensi rotor akan sama dengan
nol. Dari hubungan tersebut dapat didapat nilai frekuensi rotor, dengan
persamaan (2.4)
𝑃 (2.8)
𝑓2 = 𝑠 𝑓 = (𝑛 − 𝑛𝑟 )
120 𝑠
24
2.7.3 Rangkaian Ekivalen
Rangkaian ekivalen yang akan kita bahas adalah rangkaian ekivalen per fasa.
Dimana :
𝑉1 = Tegangan masuk
𝐼1 = Arus masuk
𝑅1 = Resistansi stator
25
Gambar 2. 13 Rangkaian ekivalen stator
Selain itu reaktansi bocor 𝑋1 pada motor jauh lebih besar karena adanya celah
udara dan belitan stator terdistribusi pada permukaan dalam stator sedangkan
pada transformator belitan terpusat pada intinya. Tegangan 𝐸1 pada terminal
AB pada rangkaian ekivalen ini haruslah merefleksikan peristiwa yang terjadi
di rotor.
𝐸22 (2.10)
𝐼22 =
(𝑅22 + 𝑗𝑋22 )
26
Dimana :
Perhatikanlah bahwa fasor-fasor tegangan dan arus serta nilai reaktansi pada
persamaan (2.10) ini adalah pada frekuensi rotor 𝜔𝑠 = 2𝜋𝑓2 berbeda dengan
persamaan fasor (2.9). Kita gambarkan rangkaian untuk persamaan (2.10) ini
seperti pada Gambar 2.14.a.
Menurut (2.5) 𝐸22 = 𝑠𝐸2 dimana 𝐸2 adalah tegangan rotor dengan frekuensi
sinkron 𝜔𝑠 . Reaktansi rotor 𝑋22 dapat pula dinyatakan dengan frekuensi
sinkron; jika 𝐿2 merupakan induktansi belitan rotor (yang adalah besaran
konstan karena ditentukan oleh konstruksinya) maka kita mempunyai
hubungan.
𝜔2 = Frekuensi rotor
𝑠 = Slip
27
𝑠𝐸2 (2.12)
𝐼2 =
𝑅2 + 𝑗𝑠𝑋2
Dimana :
𝐼2 = Arus rotor
𝑅2 = Resistansi rotor
𝑠 = Slip
Persamaan fasor tegangan dan arus rotor sekarang ini adalah pada frekuensi
sinkron dan persamaan ini adalah dari rangkaian yang terlihat pada Gambar
2.14.b. Tegangan pada terminal rotor A´B´ adalah tegangan karena ada slip
yang besarnya adalah 𝑠𝐸2 . Dari rangkaian ini kita dapat menghitung besarnya
daya nyata yang diserap rotor per fasa, yaitu :
𝐼2 = Arus rotor
𝑅2 = Resistansi rotor
Jika pembilang dan penyebut pada persamaan (2.12) kita bagi dengan s kita
akan mendapatkan :
𝐸2 (2.14)
𝐼2 =
𝑅2
𝑠 + 𝑗𝑋2
Dimana :
𝐼2 = Arus rotor
28
𝑅2 = Resistansi rotor
𝑠 = Slip
Langkah matematis ini tidak akan mengubah nilai I2 dan rangkaian dari
persamaan ini adalah seperti pada Gambar 2.14.c. Walaupun demikian ada
perbedaan penafsiran secara fisik. Tegangan pada terminal rotor A´B´ sekarang
adalah tegangan imbas pada belitan rotor dalam keadaan rotor tidak berputar
dengan nilai seperti diberikan oleh (2.15) dan bukan tegangan karena ada slip.
Jika pada Gambar 2.14.b. kita mempunyai rangkaian riil rotor dengan resistansi
konstan R dan tegangan terminal rotor yang tergantung dari slip, maka pada
Gambar 2.14.c. kita mempunyai rangkaian ekivalen rotor dengan tegangan
terminal rotor tertentu dan resistansi yang tergantung dari slip. Tegangan
terminal rotor pada keadaan terakhir ini kita sebut tegangan celah udara pada
terminal rotor dan daya yang diserap rotor kita sebut daya celah udara, yaitu :
𝑅2 (2.15)
𝑃g = 𝐼22
𝑠
Dimana :
𝐼2 = Arus rotor
𝑅2 = Resistansi rotor
𝑠 = Slip
Daya ini jauh lebih besar dari 𝑃𝑐𝑟 pada (2.13). Pada mesin besar nilai s adalah
sekitar 0,02 sehingga 𝑃g sekitar 50 kali 𝑃𝑐𝑟 . Perbedaan antara (2.15) dan (2.13)
terjadi karena kita beralih dari teganganrotor riil yang berupa tegangan slip ke
29
tegangan rotor dengan frekuensi sinkron. Daya nyata 𝑃g tidak hanya mencakup
daya hilang pada resistansi belitan saja tetapi mencakup daya mekanis dari
motor. Daya mekanis dari rotor ini sendiri mencakup daya keluaran dari poros
motor untuk memutar beban ditambah daya untuk mengatasi rugi-rugi rotasi
yaitu rugi-rugi akibat adanya gesekan dan angin. Oleh karena itu daya 𝑃g kita
sebut daya celah udara artinya daya yang dialihkan dari stator ke rotor melalui
celah udara yang meliputi daya hilang pada belitan rotor (rugi tembaga rotor)
dan daya mekanis rotor. Dua komponen daya ini dapat kita pisahkan jika kita
menuliskan :
𝑅2 1−𝑠 (2.16)
= 𝑅2 + 𝑅2 ( )
𝑠 𝑠
Suku pertama (2.16) akan memberikan daya hilang di belitan rotor (per fasa)
𝑃𝑐𝑟 = 𝐼22 𝑅2 dan suku kedua memberikan daya keluaran mekanik ekivalen :
1−𝑠 (2.17)
𝑃𝑚 = 𝐼22 𝑅2 ( )
𝑠
Dimana :
𝑃m = Daya mekanik
𝐼2 = Arus rotor
𝑅2 = Resistansi rotor
𝑠 = Slip
Dengan cara ini kita akan mempunyai rangkaian ekivalen rotor seperti pada
Gambar 2.14.d.
30
tegangan rotor 𝐸2 dari sisi stator yang memberikan 𝐸1 = 𝑎𝐸2 . Jika 𝐸2 pada
Gambar.2.14.d. kita ganti dengan 𝐸1 = 𝑎𝐸2 , yaitu tegangan rotor dilihat dari
sisi stator, maka arus rotor dan semua parameter rotor harus pula dilihat dari
sisi stator menjadi, 𝐼2 , 𝑅2 dan 𝑋2 . Dengan demikian kita dapat
menghubungkan terminal rotor A´B´ ke terminal AB dari rangkaian stator pada
Gambar 2.13. dan mendapatkan rangkaian ekivalen lengkap seperti terlihat
pada Gambar 2.15.
Aliran Daya. Aliran daya per fasa dalam motor asinkron dapat kita baca dari
rangkaian ekivalen sebagai berikut. Daya (riil) yang masuk ke stator motor
melalui tegangan 𝑉1 dan arus 𝐼1 digunakan untuk :
31
Jadi urutan aliran daya secara singkat :
32
Untuk memperoleh harga 𝑅1 dilakukan dengan DC yaitu dengan
menghubungkan sumber teganagn DC 𝑉𝑑𝑐 pada dua terminal input arus DC 𝐼𝑑𝑐
lalu diukur. Disini tidak mengalir arus rotor karena tidak ada tegangan yang
terinduksi.
𝑉𝑑𝑐 (2.18)
𝑅1𝑑𝑐 =
2 × 𝐼𝑑𝑐
Dimana :
𝑉𝑑𝑐 = Tegangan dc
𝐼𝑑𝑐 = Arus dc
Nilai 𝑅1 ini dinaikan dengan faktor pengali 1.1 – 1.5 untuk operasi arus
bolak balik (AC), karena pada operasi arus bolak-balik resitansi konduktor
meningkat karena distribusi arus yang tidak merata akibat efek kulit dan medan
33
magnet yang melintasi alur.
𝑅1 = 𝑘 × 𝑅𝑑𝑐 (2.19)
𝑃0 (2.20)
𝜃0 =
√3𝑉0 𝐼0
Dimana :
𝑉0 = tegangan masukan
Uji Rotor Diam. Uji ini analog dengan uji hubungan singkat pada
transformator. Dalam uji ini belitan rotor di hubung singkat tetapi rotor ditahan
untuk tidak berputar. Karena slip s = 1, maka daya mekanis keluaran adalah
nol. Tegangan masuk pada stator dibuat cukup rendah untuk membatasi arus
34
rotor pada nilai yang tidak melebihi nilai nominal. Selain itu, tegangan stator
yang rendah (antara 10 – 20 % nominal) membuat arus magnetisasi sangat kecil
sehingga dapat diabaikan. Rangkaian ekivalen dalam uji ini adalah seperti pada
Gambar 2.18. Perhatikan bahwa kita mengambil tegangan fasa-netral dalam
rangkaian ekivalen ini.
Jika 𝑃𝑑 adalah daya tiga fasa yang terukur dalam uji rotor diam, 𝐼𝑑 adalah arus
saluran dan 𝑉𝑑 adalah tegangan fasa-fasa yang terukur dalam uji ini, maka
𝑃𝑑 (2.21)
𝑅𝑒 = 𝑋1 + 𝑗𝑋2 =
3 × (𝐼𝑑 )2
𝑉𝑑 (2.22)
𝑍𝑒 =
√3 × 𝐼𝑑
(2.23)
𝑋𝑒 = √𝑍𝑒 2 − 𝑅𝑒 2 = 𝑋1 + 𝑋2
Dimana :
𝑅𝑒 = Resistansi motor
35
𝑅2 = Resintansi rotor
𝑍𝑒 = Impedansi motor
𝑋𝑒 = Reaktansi motor
36
Gambar 2. 19 Grafik Torsi Kecepatan Motor Induksi
Pada motor induksi terjadi alih daya dari daya elektrik di stator menjadi
daya mekanik dirotor. Sebelum dikurangi rugi tembaga rotor, alih daya tersebut
adalah sebesar daya celah udara dan ini memberikan torsi yang kita sebut torsi
elektromagnetik dengan perputaran sinkron. Jadi jika T adalah torsi maka :
𝑃𝑜𝑢𝑡 (2.24)
𝑇𝑚 =
2 𝜋 𝑛𝑟⁄
60
Dimana :
𝑇𝑚 = Torsi Motor
𝑛𝑟 = Kecepatan rotor/motor
37
2.8 Diagram Aliran Daya
Pada motor induksi, tidak ada sumber listrik yang langsung terhubung ke rotor,
sehingga daya yang melewati celah udara sama dengan daya yang diinputkan ke rotor.
Daya total yang dimasukkan pada kumparan stator Pin dirumuskan dengan :
𝑃𝑖𝑛 = √3 × 𝑉 × 𝐼 × cos 𝜃 (2.25)
Dimana :
𝑉 = Tegangan
𝐼 = Arus
cos 𝜃 = Faktor daya
Sebelum daya ditransfer melalui celah udara, motor induksi mengalami rugi-rugi
berupa rugi-rugi tembaga stator (PSCL) dan rugi-rugi inti stator (PC). Daya yang
ditransfer melalui celah udara (PAG) sama dengan penjumlahan rugirugi tembaga rotor
(PRCL) dan daya yang dikonversi (Pconv). Daya yang melalui celah udara ini sering
juga disebut sebagai daya input rotor.
Diagram aliran daya motor induksi dapat dilihat pada Gambar 2.20 di bawah ini.
Daya masukan motor induksi berasal dari tegangan dan arus tiga fasa. Pada
dasarnya motor induksi sama seperti transformator. Pada transformator, daya
masukannya berasal dari arus dan tegangan tiga fasa, dan daya keluaran listrik
38
transformator digunakan pada lilitan sekunder. Pada motor induksi, lilitan sekundernya
dihubungkan pada kedua ujungnya, sehingga daya keluaran listriknya tidak ada, namun
daya keluarannya berbentuk energi mekanik.
Rugi-rugi yang pertama kali timbul yaitu rugi-rugi pada lilitan stator 𝐼 2 𝑅𝑠 dan
biasa disebut stator copper loss 𝑃𝑆𝐶𝐿 . Kemudian rugi-rugi yang timbul berikutnya
berasal dari inti besi 𝑃𝑐𝑜𝑟𝑒 yaitu rugi-rugi hysteresis dan arus eddy. Daya yang tersisa
kemudian akan ditransfer ke rotor melalui celah udara di antara stator dan rotor.
Dengan adanya celah udara ini, maka daya yang ditransfer dari stator ke rotor tidak
100%, rugi-rugi inilah yang disebut air-gap power 𝑃𝐴𝐺 Sama halnya pada stator, pada
rotor juga terdapat rugi-rugi tembaga 𝑃𝑅𝐶𝐿 sebesar 𝐼 2 𝑅𝑟 . Setelah daya ditransfer ke
rotor dan dikurangi dengan rugi-rugi tembaga, maka sisanya akan diubah dari listrik
menjadi mekanik ( 𝑃𝐶𝑂𝑁𝑉 ). Akhirnya, rugi- rugi gesekan dan angin serta rugi-rugi
lainnya mengurangi daya mekanik. Sisa daya kemudian menjadi keluaran motor 𝑃𝑜𝑢𝑡 .
2.9 Efisiensi Motor Induksi
39
dua dari tiga variabel (keluaran, masukan, atau rugi-rugi) telah didapatkan
nilainya, nilai efisiensi dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
Dimana :
𝜂 = Efisiensi
No Metode
Keterangan
40
langsung pada rugi- rugi stray
Pengukuran daya listrik saat ada beban dengan tiap rugi-rugi yang
4 E
ada dan pengukuran langsung rugi-rugi stray
Pengukuran daya listrik saat ada beban dengan tiap rugi-rugi yang
5 E1
ada dan asumsi nilai rugi stray
41
Karena rugi-rugi konstan tidak bergantung terhadap beban, sedangkan
rugi- rugi stator dan rotor bergantung dengan kuadrat arus beban, maka efisiensi
motor induksi akan turun secara signifikan saat level beban rendah seperti
gambar 2.22 di bawah ini.
𝑅 = ℎ𝑎𝑚𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛(𝑂ℎ𝑚)
𝐼 = 𝑎𝑟𝑢𝑠(𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒)
Nilai resistansi juga dipengaruhi oleh perubahan suhu konduktor yang sesuai
42
dengan koefisien suhu seperti persamaan 2.27 dibawah ini :
(2.27)
∆𝑅
𝑎=
𝑅1 . ∆𝑇
Dimana :
𝑅1 = ℎ𝑎𝑚𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙(𝑂ℎ𝑚)
43
Gambar 2. 23 Kurva Hysterisis
Tipe rugi-rugi lain yang timbul pada inti yang disebabkan oleh perubahan
medan magnet pada inti yaitu rugi-rugi arus eddy. Rugi-rugi magnetik ini
disebabkan oleh arus yang berputar-putar pada inti besi. Rugi-rugi ini
sebanding dengan kuadrat tegangan pada stator. Baik rugi hysterisis maupun
rugi arus eddy akan menyebabkan panas di material inti. Karena kedua rugi-
rugi ini terjadi pada inti besi. Kedua rugi ini dijadikan satu dan biasa disebut
rugi-rugi inti.
2.9.2.3 Rugi-Rugi Mekanik
Rugi rugi ini tidak dapat diklasifikasikan dengan rugi-rugi yang telah
disebutkan sebelumnya. Rugi-rugi ini sulit untuk diukur dan bahkan sampai
hari ini merupakan tantangan bagi para peneliti untuk mengukurnya. Namun
IEEE telah menetapkan standar besarnya rugi-rugi stray seperti pada tabel 2.2
44
Rating Mesin Persentase Rugi
Stray Terhadap Total
Rugi
45
Dari semua penjelasan tentang rugi-rugi motor induksi yang telah
diberikan sebelumnya dapat dibuat ringkasannya seperti pada tabel 2.3 di
bawah ini.
Jenis Persentas
No Rugi- e Rugi Penyebab Nilainya Peningkatan
Rugi Total Efesisensi
Menggunakan lebih banyak
tembaga dan konduktor yang
Panas karena arus yang
lebih besar untuk
1 Stator 25 – 40 % mengalir di kumparan Berubah-
meningkatkan luas
stator ubah
penampang konduktor
Memperbesar slot stator
Menggunakan isolator yang
lebih tipis
Menggunakan batang
konduktor dan cincin rotor
Panas akibat arus Berubah-
2 Rotor 15 – 25 % yang lebih besar untuk
pada rotor ubah
memperbesar luas
penampang
Memperbesar permeabilitas
baja Memperpanjang inti
untuk mengurangi rugi-rugi
Energi yang
karena massa jenis flux
3 Besi 15 – 20 % Dibutuhkan untuk Tetap
operasi yang lebih rendah
magnetisasi inti
Menggunakan laminasi yang
lebih tipis pada inti untuk
mengurangi arus eddy
Menggunakan rancangan fan
Akibat gesekan dengan kehilangan yang
bearing dan hambatan rendah Mendisain aliran udara
4 Gesekan 5 – 15 % Tetap
udara yang Menggunakan bearing yang
disebabkan oleh kipas gesekannya kecil
46
Menggunakan rancangan
Fluks bocor akibat yang sudah dioptimalkan dan
induksi arus beban dan Berubah- prosedur pengendalian
5 Stray 10 – 20 %
macam-macam rugi ubah kualitas yang ketat.
kecil lainnya
Saat starting motor, faktor daya berada di nilai 10% - 25%, dan naik
saat kecepatan rotor bertambah seperti gambar 2.27 di bawah ini.
47
dibebani komponen resistif yang direfleksikan dari rotor ke stator bertambah
menyebabkan faktor daya juga bertambah.
4. Jenis. Motor sangkar tupai biasanya lebih efisien dari pada motor cincin-
geser.
5. Suhu. Motor yang diinginkan oleh fan dan tertutup total (TEFC) lebih
efisien dari pada motor screen protected drip-proof (SPDP)
Sistem udara dan gas buang merupakan sistem yang yang mendukung terjadinya
proses pembakaran di dalam boiler, hal ini dilakukan agar proses pembakaran dapat
dikontrol secara optimal sehingga terjadi proses pembakaran yang sempurna dan
efisien. Sistem udara dan gas buang merupakan siklus tertutup yang pada dasarnya
berbeda meskipun terjadi dalam media, waktu dan proses yang sama. Sistem udara
secara umum adalah sistem yang berfungsi sebagai media transportasi batubara menuju
boiler (udara primer) sekaligus menambahkan oksigen untuk proses pembakaran dan
48
membuat turbulensi (udara sekunder). Sedangkan sistem gas buang merupakan output
dari proses pembakaran yang digunakan untuk mentransfer flue gas dari sisa hasil
proses pembakaran di boiler menuju ke pipa pipa air dan uap serta komponen pemanas
udara. Pada dasarnya hubungan dari proses kerja antara sistem udara dan gas buang
adalah seperti pada skema berikut.
Sistem udara dan gas buang terdiri dari beberapa sub sistem sebagai berikut:
2.10.1 Boiler
1. Coal Burner
1) Oil Gun berfungsi untuk mensuplai HSD pada proses startup dan
shutdown awal boiler. Pada oil gun terdapat dua saluran utama yakni
saluran fuel oil dan saluran atomizing air. Atomizing air berfungsi untuk
membentuk kabut bahan bakar HSD agar lebih mudah terbakar,
49
sedangkan oil gun berfungsi sebagai pemantik api untuk menyalakan
bahan bakar tersebut.
2) Air Damper berfungsi untuk mengatur suplai udara pembakaran yang
masuk ke boiler
3) Coal Nozzle adalah bagian ujung masuknya pulverized coal ke dalam
furnace boiler.
4) Flame Scanner merupakan perangkat sensor api yang berfungsi untuk
membaca apakah telah terjadi proses pembakaran pada burner ataukah
tidak.
2. Burner Tilting
Perangkat yang berfungsi untuk mengatur proses pembakaran agar lebih efsien
dan mengendalikan temperature uap sehingga dapat meminimalisir
terbentuknya Nox.
2.10.2 Draft System
Draft system adalah sistem udara yang terdiri dari 3 jenis peralatan utama
yaitu Primary Air Fan (PAF), Forced Draft Fan (FDF) serta Induced Draft Fan
(IDF) dan masing-masing mempunyai peranan sebagai berikut :
50
3. Induced Draft Fan (IDF)
51
Gambar 2. 27 Electrostatic Precipitator (ESP)
2.10.5 Stack/Chimney
52
2.11 Induced Draft Fan
Induced Draft Fan (ID Fan) adalah kipas (fan) yang menghisap udara dari dalam
boiler keluar menuju cerobong. ID Fan dipasang di dekat stack/chimney (cerobong
pembuangan gas hasil pembakaran batubara) dan electrostatic precipitator(penangkap
abu batubara jenis fly ash yang beterbangan sehingga dapat mengurangi polusi udara
yang akan dikeluarkan melalui stack/chimney). ID Fan berfungsi untuk
mempertahankan pressure pada furnace boiler dan bekerja pada tekanan atmosfir
rendah karena digunakan untuk menghisap gas dan abu sisa pembakaran (flue fas) pada
boiler untuk selanjutnya dibuang melalui stack/chimney.
Sebelum gas dan abu sisa pembakaran dibuang, terlebih dahulu dilewatkan pada
electrostatic precipitator agar bisa mengurangi persentase polusi udara yang dihasilkan
dari sisa pembakaran tersebut.
Besarnya volume flue gas yang dihisap oleh ID Fan diatur oleh besarnya persentase
bukaan (sudut buka) damper yang dipasang di posisi sebelum ID Fan (inlet), semakin
besar sudut bukanya maka volume flue gas yang dihisap IDF semakin besar. Besarnya
sudut buka damper diatur oleh Presure Control Valve (PCV), Sedangkan besarnya
kecepatan putaran blade pitch ID Fan diatur oleh Variable Fluid Coupling. Hal – hal
yang harus diperhatikan terhadap ID Fan sama dengan FD Fan, tetapi yang
membedakan adalah kinerja ID Fan di suhu yang tinggi karena ID Fan mensirkulasikan
gas hasil pembakaran dan FD Fan hanya bekerja di suhu atmosfer biasa, sehingga ID
Fan mempunyai sistem pendinginan dengan udara SAR (compresor) untuk mencegah
overheating.
53
Gambar 2. 29 Induced Draft Fan (IDF)
2.11 Damper
Damper adalah salah satu alat instrumentasi yang membuat damper akan terbuka
atau menutup secara otomatis tanpa harus membuka atau menutup dengan cara manual.
Fungsi dari damper yaitu damper yang mengunakan system control plc, pada damper
ini terdapat system mekanikal dan kontrol, cara kerja dari damper ini yaitu damper
akan membuka dan menutup secara otomatis sesuai settingan.
54
Gambar 2. 31 Air Damper tampak luar
55
ditingkatkan dengan menambahkan penguat volume pneumatik untuk membuat
positioner mengatasi jeda waktu Positioner juga memiliki kemampuan untuk
mengatasi kelambatan transmisi sinyal kontrol dan meningkatkan kecepatan respons
katup dan Meningkatkan karakteristik aliran katup control.
56
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
57
3.3 Data Yang Dibutuhkan
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui observasi langsung
terhadap objek yang diteliti dengan mengamati nilai-nilai yang dibutuhkan untuk
melakukan penelitian. Untuk mendapatkan nilai-nilai tersebut penulis melakukan
pengukuran langsung pada panel utama Motor ID Fan. Data yang diambil dari panel
utama ini adalah Daya masukan,Arus masukan,tegangan,Frekuensi,mengukur factor
daya dan daya reaktif yang dilihat dari alat ukur Power analyser.
Data hasil pengukuran diatas dapat digunakan untuk menghitung nilai kinerja
pada Motor ID Fan, Hasil yang didapat untuk menentukan apakah pada Motor ID Fan
Efisiensinya bagus atau tidak. Motor ID Fan yang digunakan di PLTU Ombilin adalah
Motor Induksi 3 fasa 6 kV.
TYPE : CENTRIFUGAL
58
Jumlah : 2 buah / unit
Frekuensi : 50 Hz
TEGANGAN : 6 kV
59
3.5 Diagram Alir Penelitian
Jalannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
Mulai
Perhitungan :
1. Daya masukan
2. Daya keluaran
3. Daya Reaktif
4. Torsi Motor
5. Efisiensi Motor
Kesimpulan
dan Saran
Selesai
60
3.6 Penjelasan Diagram Alir Penlitian
Perubahan pembukaan damper flue gas ini disebabkan terjadinya perubahan
tekanan di ruang bakar yang mana terjadi kenaikan flow udara untuk pembakaran
diboiler, proses ini biasanya berlangsung pada saat perubahan pembebanan unit
(Generator), udara gas buang ini dihisap paksa oleh ID FAN menuju cerobong asap (
stack ) menghasilkan tekanan negatif pada boiler, menjaga sirkulasi udara pembakaran
dalam boiler tetap normal yakni dari secondary air FD FAN sebagai pemasok udara
pembakaran dan ID FAN sebagai hisap paksa gas buang pembakaran. ID FAN ini
dikopel dengan motor induksi 3 fasa 6 kv yang dimana dalam penelitian ini kita akan
mencari kinerja dari motor tersebut pada saat perubahaan pembukaan damper dan
membandingkan dipembukaan damper / dibeban berapakah motor induksi 3 fasa ini
lebih efesiensi.
Setelah itu untuk mencari perhitungan Daya keluaran motor yang berbeda beda
kita harus mencari seberapa besar beban motor yang dipengaruhi oleh perubahan beban
unit PLTU Ombilin. Dari hasil perhitungan daya keluaran motor kita bisa menghitung
seberapa besar Torsi dan Efisiensi Motor ID Fan 3 fasa, 6 Kv pada beban harian di
PLTU Ombilin.
Adapun langkah dan prosedur penyusunan skripsi ini dilakukan dengan metode
penyusunan yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
61
2. Melakukan pengambilan data di PLTU Ombilin untuk mendapatkan
spesifikasi Motor yang digunakan.
3. Analisa data, dalam hal ini dilakukan analisa berdasarkan data-data spesifikasi
yang diperoleh, meliputi:
• Data teknis motor (Name plate motor)
• Dengan memonitor secara langsung perubahan Damper dan
perubahaan beban di Control Room.
• Data rpm motor langsung diambil menggunakan Tachometer
4. Pembahasan dan evaluasi perbandingan, dalam tahap ini akan dilakukan
pembahasan serta evaluasi perbandingan terhadap hasil-hasil yang didapat.
5. Kesimpulan dan rekomendasi yang didapat setelah melakukan analisa dan
evaluasi perhitungan.
1. Pada tahapan ini dilakukan Dasar perhitungan Daya masukan Motor ID Fan 3 fasa,
6 kV dapat dihitung dengan berdasarkan name plate pada unit 1 dan unit 2 di PLTU
Ombilin :
(3.1)
𝑃𝑖𝑛 = √3 × 𝑉𝐿−𝐿 × 𝐼 × 𝐶𝑜𝑠 𝜑
Dimana :
𝐼 = Arus motor ( A )
2. Daya merupakan jumlah usaha yang dilakukan tiap satu satuan waktu. Dalam fisika,
daya adalah kecepatan melakukan kerja. Daya sama dengan jumlah energi yang
dihabiskan per satuan waktu. Dalam sistem SI, satuan daya adalah joule per detik
62
(J/s), atau watt. Dasar perhitungan Daya keluaran (𝑃𝑜𝑢𝑡 ) Motor induksi 3 fasa, 6 Kv
ID Fan pada unit 1 dan unit 2 di PLTU Ombilin :
(3.2)
𝑃𝑜𝑢𝑡 = √3. 𝑉𝐿−𝐿 . 𝐼𝑏 . 𝐶𝑜𝑠 𝜑
Dimana :
𝑃𝑜𝑢𝑡 = Daya output ( Watt )
𝑉𝐿−𝐿 = Tegangan line to line ( Volt )
𝐼𝑏 = Arus beban ( A )
𝐶𝑜𝑠 𝜑 = Faktor daya
3. Daya reaktif adalah daya yang dibutuhkan untuk pembentukan medan magnet atau
daya yang ditimbulkan oleh beban yang bersifat induktif. Satuan daya reaktif adalah
VAR (Volt.Amper Reaktif). Dasar perhitungan Daya reaktif (𝑄𝑜𝑢𝑡 ) Motor induksi 3
fasa, 6 Kv ID Fan pada unit 1 dan unit 2 PLTU Ombilin :
Dimana :
𝑄𝑜𝑢𝑡 = Daya reaktif ( var )
𝑉𝐿−𝐿 = Tegangan line to line ( Volt )
𝐼𝑏 = Arus beban ( A )
4. Secara umum torsi (torque) merupakan gaya yang digunakan untuk menggerakan
sesuatu dengan jarak dan arah tertentu. Pada penelitian penulis menggunakan dasar
perhitungan Torsi motor induksi 3 fasa, 6 kv ID Fan pada unit 1 dan unit 2 PLTU
Ombilin :
𝑃𝑜𝑢𝑡 (3.4)
𝑇𝑚 =
2 𝜋 𝑛𝑟⁄
60
Dimana :
63
𝑃𝑜𝑢𝑡 = Daya keluaran Motor ( Watt )
5. Usaha dalam fisika diartikan sebagai sesuatu yang dilakukan oleh gaya terhadap
benda sehingga benda tersebut bergerak atau mengalami perpindahan. daya
merupakan banyaknya usaha atau energi tiap satuan waktu. efisiensi atau daya guna
merupakan perbandingan antara energi keluaran dan energi masukan. Jadi pada
penelitian penulis menggunakan Dasar perhitungan Daya guna ( efisiensi ) Motor
induksi 3 fasa, 6 kv ID Fan pada unit 1 dan unit 2 PLTU Ombilin :
𝑃𝑜𝑢𝑡 (3.5)
𝜂= × 100 %
𝑃𝑖𝑛
Dimana :
3.8 Hipotesa
64
harian unit dan uji beban puncak, didapatkan nilai beban motor dan putaran motor.
Pada pengujian motor induksi dalam keadaan berbeban dengan tegangan kerja 6
kV akan dapatkan daya input motor, daya output, daya reaktif, torsi motor dan
efisiensi motor tersebut.
65
DAFTAR PUSTAKA
66
Outline
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 PERUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.4 BATASAN MASALAH
1.5 MANFAAT PENELITIAN
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 STUDI LITERATUR
2.2 PRINSIP KERJA PLTU
2.3 SIKLUS RANGKINE
2.4 GENERATOR SINKRON
2.5 PERUBAHAN BEBAN PADA GENERATOR
2.6 PENDAHULUAN MOTOR INDUKSI
2.6.1 UmumError! Bookmark not defined.
2.6.2 Klasifikasi Motor Induksi
2.6.3 Kontruksi Motor Induksi
2.7 DASAR-DASAR MOTOR INDUKSI
2.7.1 Cara kerja Motor Induksi
2.7.2 Slip Motor Induksi
2.7.3 Rangkaian Ekivalen
2.7.4 Penentuan Parameter Rangkaian
2.7.5 Karateristik torsi kecepatan
2.8 DIAGRAM ALIRAN DAYA
2.9 EFISIENSI MOTOR INDUKSI
2.9.1 Perhitungan Efisiensi
2.9.2 Rugi Rugi Motor Induksi
67
2.9.3 Faktor dayaError! Bookmark not defined.
2.9.4 Faktor-Faktor Efisiensi Motor Induksi
2.10 SISTEM UDARA DAN GAS BUANG PADA PLTU
2.10.1 Boiler
2.10.2 Draft System
2.10.3 Air Preheater
2.10.4 Electrostatic Precipitator
2.10.5 Stack/Chimney
2.11 INDUCED DRAFT FAN
2.11 DAMPER
2.12 PRESURE CONTROL VALVE
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 JENIS PENELITIAN
3.2 LOKASI KAJIAN
3.3 DATA YANG DIBUTUHKAN
3.4 METODE PENGUMPULAN DATA
3.5 DIAGRAM ALIR PENELITIAN
3.6 PENJELASAN DIAGRAM ALIR PENLITIAN
3.7 DASAR PERHITUNGAN PENGARUH BEBAN HARIAN
3.8 HIPOTESA
BAB IV
ANALISA DAN HASIL PERHITUNGAN
4.1 PT PLN (PERSERO) SEKTOR PEMBANGKITAN OMBILIN
4.2 IDENTIFIKASI LOKASI
4.3 DATA AWAL NAME PLATE MOTOR
4.4 PERHITUNGAN KINERJA MOTOR INDUKSI 3 FASA, 6 KV
4.4.1 Perhitungan daya masukan motor
4.4.2 Perhitungan daya keluaran motor
4.4.3 Perhitungan daya reaktif motor
4.4.4 Perhitungan torsi motor
4.4.5 Perhitungan efisiensi motor
4.5 ANALISA HASIL PERHITUNGAN
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
68
5.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
69
JADWAL KEGIATAN PERSIAPAN PEMBUATAN SKRIPSI
Jadwal penelitian
NO. Kegiatan Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul
2 Pembuatan Proposal
3 Asistensi Proposal
4 Seminar Proposal
5 Penelitian
6 Analisa Data
7 Pembuatan Laporan Hasil Penelitian
8 Seminar Hasil Penelitian
9 Sidang Kompre
70