Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LEARNING JOURNAL
A. Pokok Pikiran
Korupsi adalah hasil dari monopoli (kekuasaan) ditambah
dengan kewenangan tanpa adanya akuntabilitas di dalam diri
seseorang. Korupsi terjadi tidak hanya disebabkan oleh adanya niat,
tetapi juga didorong oleh kesempatan dan tekanan, baik teknan
internal maupun eksternal. Donald R Cressey menyebutkan bahwa
kesempatan merupakan salah satu faktor terpenting untuk mendorong
seseorang melakukan perilaku korupsi.
Terdapat dua istilah dalam korupsi, yaitu perilaku korupsi dan
tindak pidana korupsi. Korupsi berarti kerusakan atau perbuatan yang
curang, dapat disuap, serta melanggar norma agama, material, mental,
dan umum. Sedangkan Tindak Pidana berarti perbuatan yang diancam
oleh undang-undang. Istilah ini berarti bahwa seetiap perilaku korupsi
belum tentu merupakan tindak pidana korupsi. Menurut UU
No.31/1999 jo UU No.20/2001, terdapat 7 kelompok tindak pidana
korupsi, diantaranya: (1) kerugian keuangan negara, (2) suap-
menyuap, (3) pemerasan, (4) perbuatan curang, (5) penggelapan dalam
jabatan, (6) benturan kepentingan dalam pengadaan, (7) gratifikasi.
Korupsi hingga kini diklasrifikasikan kepada jenis extraordinary
crime. Klaim ini disebabkan tindak korupsi menyebabkan dampak yang
luar biasa, baik jenis korupsi yang besar maupun kecil, keduanya tetap
menyebabkan kerugian baik bagi negara, prbadi, maupun hak-hak
sosial dan ekonomi masyarakat luas. Dampak perilaku korupsi bagi
negara diantaranya bertambahnya hutang negara, meningkatkan
ketimpangan pendapatan dan kemiskinan, serta menurunkan
investasi. Indonesia dipandang sebagai negara yang korup, sehingga
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
PUSAT PENGEMBANGAN KADER APARATUR SIPIL NEGARA
B. Penerapan
Sebagai ASN, kita harus menegakkan gerakan Anti Korupsi
dengan didukung dengan kesadaran diri baik pikiran, emosi, ucapan,
dan tindakan. Empat aspek tersebut disebut dengan integritas.
Instegritas harus dibangun di multi sektor, baik di tingkat personal
hingga tingkat organisasi/komunitas. Dengan membangun integritas
yang masif, maka akan melahirkan gerakan Anti Korupsi yang memiliki
nilai-nilai dasar diantaranya: (1) jujur, (2) peduli, (3) mandiri, (4)
disiplin, (5) tanggung jawab, (6) kerja keras, (7) sederhana, (8) berani,
(9) adil. Jika sembilan nilai ini diimplementasikan hingga tingkat
stakeholder, maka akan terwujud Indonesia bebas korupsi.
Penulis menyadari bahwa korupsi merupakan pelanggaran yang
sangat mudah ditemui (read; dilakukan) di instansi tempat bekerja.
Untuk menghindari perilaku korupsi, penulis dapat mencegahnya
dengan cara meningkatkan spiritual accountability, sebab ketaqwaan
merupakan kunci utama sebagai manusia yang beragama dalam
menjalankan hidup di dunia. Hal ini merupakan benteng utama bagi
seseorang dalam melakukan tindak kejahatan (termasuk korupsi).
Sebagai dosen (penulis), untuk menghindari perilaku korupsi,
dapat meningkatkan disiplin pada proses belajar mengajar dalam hal
menghindari adanya korupsi waktu, tetap berpedoman dengan RPS
dan jadwal perkuliahan (kontrak kuliah). Dalam hal poin tridharma
perguruan tinggi selanjutnya (penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat), penulis harus mengimplementasikan nilai akuntabilitas
dalam kegiatan tersebut, seperti membuat RAB dan mempertanggung
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
PUSAT PENGEMBANGAN KADER APARATUR SIPIL NEGARA