PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan, penilaian merupakan bagian yang
takterpisahkan dari proses belajar mengajar. Sistem penilaian yang baik akan
mendorong guru menggunakan strategi mengajar yang lebih baik dan
memotivasi anak untuk belajar lebih giat. Penilaian biasanya dimulai dengan
kegiatan pengukuran. Pengukuran (measurement) merupakan cabang ilmu
statistika terapan yang bertujuan untuk membangun dasar-dasar pengembangan
tes yang lebih baik sehingga menghasilkan tes yang berfungsi secara optimal,
valid, dan reliabel (Fathimah & Fathiyah, 2019).
Instrumen merupakan suatu alat untuk mengukur suatu obyek penelitian,
oleh karena itu instrumen tersebut harus memenuhi kriteria yang baik.
Persyaratan instrumen yang baik setidaknya memenuhi syarat valid dan
reliabel. Disamping memenuhi syarat valid dan reliabel juga harus
memperhatikan karakteristik butir yaitu tingkat kesukaran, daya beda, dan
keberfungsian pengecoh. Penulis mendeskripsikan tentang daya pembeda dan
indeks kesukaran soal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan daya pembeda ?
2. Apa yang dimaksud dengan indeks kesukaran ?
3. Apa yang dimaksud dengan Distraktor ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang daya pembeda.
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang indeks kesukaran.
3. Untuk mengetahui dan memahami tentang deskraktor ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan
kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada dalam
kelompok itu (Bagiyono, 2017). Daya pembeda juga disebut sebagai proses
yang menunjukkan kemampuan suatu item membedakan kemampuan tester.
Indeks daya pembeda diperoleh dari selisih skor benar tester kelompok atas
dan tester kelompok bawah. Semakin besar skor benar tester kelompok atas,
semakin besar indeks daya pembeda (Zein et al., 2013). Butir-butir instrumen
tes dapat dikatakan baik apabila butir-butir tes tersebut memiliki daya beda
paling kecil adalah 0,2(Angriani & Batari, 2018). Hal ini menunjukkan bahwa
butir-butir soal memiliki daya beda minimal cukup. Daya pembeda item
instrumen tes yang dikembangkan diperoleh dari data hasil pekerjaan siswa
pada uji coba lapangan (field test).
Daya Pembeda dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya indeks
diskriminasi soal.(Rahayu & Djazari., 2016) Rumus yang digunakan untuk
menentukan indeks diskriminasi soal objektif yaitu:
BA BB
D= − =P A−P B
J A JB
Keterangan:
J = Jumlah peserta tes
JA = Banyak peserta kelompok atas
JB = Banyak peserta kelompok bawah
BA= Banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB= Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal denga benar
PA= Proporsi peserta kelompok ata menjawab soal benar
PB= Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar (Rahayu,
2016).
Kriteria penentuan Daya Pembeda dapat menggunkan klasifikasi sebagai
berikut:
D = 0,00- 0,20 = jelek ( poor)
D = 0,21 – 0,40 = cukup (satisfactory)
D = 0,41 – 0, 70 = baik (good)
D = 0, 71 – 1, 00 = baik sekali (exellent)
D = negatif, semua tidak baik. Jadi sebaiknya dibuang.
B. Indeks Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah proporsi antara banyaknya peserta tes yang
menjawab butir soal dengan benar dengan banyaknya peserta tes (Hanifah,
2014). Soal yang dikatankan mudah apabila lebih dari 70% peserta tes yang
dapat menjawab dengan benar soal tersebut dengan indeks kesukaran 0,71 -
1,00. Terdapat dua pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah soal
kategori mudah, sedang, dan sukar yaitu keseimbangan dan kurva normal.
Keseimbangan yang dimaksud dalam hal ini berarti jumlah soal sama untuk
ketiga kategori soal yaitu mudah, sedang, dan sukar. Sedangkan kurva normal
artinya sebagian besar soal berada dalam kategori sedang, sebagian lagi
termasuk dalam kategori mudah, dan sukar dengan proporsi yang seimbang.
Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi
usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sulit akan menyebabkan
siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi
karena di luar jangkauannya (Dewi et al., 2019). Penentuan indeks tingkat
kesukaran dan daya pembeda sangat dipengaruhi oleh kondisi siswa saat
melakukan tes. Jika soal diujikan pada dua kelomok siswa yang memiliki
kemampuan yang berbeda, maka dapat menunjukkan indeks yang berbeda
pula. Akan teapi, tidak demikian halnya pada validitas butir dan reliabilitas.
Kondisi siswa tidak berpengaruh terhadap nilai koefisien yang dihasilkan pada
suatu tes.
Secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat kesukaran merupakan
tingkat mudah atau tidaknya suatu soal yang diberikan pada sekelompok siswa
( Dewi et.al., 2019). Tingkat kesukaran dapat dihitung dengan rumus:
∑B
TK =
∑P
Keterangan:
TK = Tingkt kesukaran
∑B = Jumlah siswa yang menjawab benar
∑P = Jumlah seluruh peserta tes
Tabel.1 Kriteria Indeks Kesukaran
Rentang Tingkat Kesukaran Kategori Tingkat Kesukaran
0,00 – 0,32 Sukar
0,33 – 0, 66 Sedang
0, 67 – 1, 00 Mudah
P
IP = x 100 %
( N −B ) :(n−1)
Keterangan:
IP = indeks pengecoh
P = Jumlah peserta didik yang memilih soal pengecih
N = Jumlah peserta didik yang ikut tes
B = Jumlah peserta didik yang menjawab benar pada setiap soal
n = Jumlah alternativ jawaban (opsi)
1 = bilangan tetap
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpukan sebagai berikut:
1. Daya pembeda adalah adalah kemampuan suatu butir soal untuk
membedakan kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan
yang ada dalam kelompok itu.
2. Indeks kesuakaran
Indeks kesukaran adalah proporsi antara banyaknya peserta tes yang
menjawab butir soal dengan benar dengan banyaknya peserta tes.
3. Distraktor terdiri dari:
a. Kunci jawaban
b. Pengecoh
B. Saran
Penulis sangat mengharap kritikan dan saran penulis untuk perbaikan
makalah ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA