Anda di halaman 1dari 8

Tugas M12 V-Class

Teknik Konservasi Tanah dan Air

Nama : Aldy Riansyah


NPM : 10318474
Kelas : 2TA05

Soal
Berdasarkan Modul Metode Pengendalian Banjir yang dikeluarkan oleh Pusat Pendidikan dan
Pelatihan SDA dan Konstruksi Kementrian PUPR, secara teknis penanganan pengendalian banjir
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu?jelaskan!
Jawaban
Secara teknis penanganan pengendalian banjir dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
 Pengendalian banjir secara teknis (metode struktur).
 Pengendalian banjir secara non teknis (metode non-struktur)

Pengendalian banjir secara teknis (metode struktur)


1. Bangunan Pengendali Banjir
1) Bendungan/waduk
a. Bendungan
Bendungan adalah bangunan yang berupa urugan tanah, urugan batu, beton, dan/atau
pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air, dapat pula
dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambang (tailing), atau menampung
lumpur sehingga terbentuk waduk (PP No 37 Tahun 2010).
Secara teknis perencanaan untuk dam pengendalian banjir adalah sebagai berikut:
1) Metode pengaturan banjir
Debit banjir akan diatur secara alamiah oleh pelimpah dari dam yang tanpa
menggunakan pintu pengatur, dengan tujuan memudahkan operasi, untuk menekan
biaya operasi dan pemeliharaan dimasa mendatang. Sedangkan untuk mendapatkan
pengaruh pengaturan terhadap pengendalian banjir yang lebih besar, dapat digunakan
waduk yang dilengkapi pintu pengendali banjir.
2) Ratio penurunan debit banjir pada dam pengendali banjir
Pada dam pengendali banjir terdapat alokasi volume untuk pengendalian banjir dan
volume untuk memenuhi kebutuhan air. Alokasi volume waduk untuk pengendalian
banjir, akan menentukan pola hidrograf banjir yang dilepas waduk ke hilir dan ratio
penurunan debit banjir.
3) Alokasi kapasitas untuk pengendalian banjir
 Bila kapasitas untuk pengendalian banjir dan biaya konstruksi dam naik, maka debit
rencana dan biaya perbaikan sungai akan menurun.
 Kapasitas pengendalian banjir ditentukan oleh biaya total minimum dari perbaikan
sungai dan biaya konstruksi dam.

b. Waduk
Waduk adalah wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan (PP No
37 Tahun 2010). Waduk pada umumnya dibangun untuk pengembangan sumber daya air
sungai, dengan menampung air pada waktu musim hujan untuk memperbaiki kondisi aliran
sungai terutama pada musim kemarau. Hal ini untuk mengantisipasi kebutuhan air yang
meningkat terutama pada musim kemarau. Di samping itu waduk biasanya dibangun untuk
beberapa manfaat yang disebut multi guna atau multi purpose dam, misalnya untuk irigasi,
penyediaan air baku (air minum), pembangkit listrik tenaga air, dsb.Pengendalian banjir
dengan waduk hanya dapat dilakukan pada bagian hulu dan biasanya dikaitkan dengan
pengembangan sumber daya air. Yang perlu diperhatikan dalam pengendalian banjir dengan
waduk adalah perlambatan waktu tiba banjir, penurunan debit banjir yang dilepas ke hilir
dan rasio alokasi volume waduk untuk pengendalian banjir terhadap volume untuk
pengembangan dan pengelolaan sumber daya air.

2) Kolam retensi/penampungan (retention basin)


Kolam penampungan (retention basin) berfungsi untuk menyimpan sementara debit sungai
sehingga puncak banjir dapat dikurangi, retention berarti penyimpanan. Tingkat
pengurangan banjir tergantung pada karakteristik hidrograf banjir, volume kolam dan
dinamika beberapa bangunan outlet. Wilayah yang digunakan untuk kolam penampungan
biasanya di daerah dataran rendah atau rawa. Dengan perencanaan dan pelaksanaan tataguna
lahan yang baik, kolam penampungan dapat digunakan untuk pertanian. Untuk strategi
pengendalian yang andal diperlukan:
 Pengontrolan yang memadai untuk menjamin ketepatan peramalan banjir.
 Peramalan banjir yang andal dan tepat waktu untuk perlindungan atau evakuasi.
 Sistem drainase yang baik untuk mengosongkan air dari daerah tampungan secepatnya
setelah banjir reda.
Selain retention basin ada juga detention basin dan retarding basin. Perbedaannya adalah
sebagai berikut:
 Retention basin berarti menyimpan air di suatu cekungan dan dibiarkan sampai airnya
habis karena infiltrasi atau penguapan sering disebut wet pond.
 Detention basin adalah menyimpan air di suatu cekungan saat banjir lalu setelah hujan
reda air dialirkan ke sungai atau saluran untuk membantu keberadaan air di sungai sering
disebut dry pond.
Retarding basin adalah menyimpan air saat banjir dan lebih dominan penundaan (delay) air
masuk ke sungai. Sehingga pada waktu hujan banjir sungai bisa berkurang karena dibantu
dengan retarding basin.

3) Pembuatan check dam (penangkap sedimen)


Check dam adalah bangunan kecil temporer atau tetap yang dibangun melintang
saluran/sungai untuk memperkecil kemiringan dasar memanjang sungai sehingga bisa
mereduksi kecepatan air, erosi dan membuat sedimen bisa tinggal di bagian hulu bangunan.
Sehingga bangunan ini bisa menstabilkan saluran atau sungai.

4) Bangunan pengurang kemiringan sungai


Bangunan ini bisa berupa drop structure atau groundsill. Manfaatnya adalah bisa
mengurangi kecepatan air, dan untuk groundsill juga dapat mencegah scouring pada hilir
bendung atau pilar jembatan.

5) Retarding basin
Retarding basin adalah suatu kawasan (cekungan) yang didesain dan dioperasikan untuk
tampungan (storage) sementara sehingga bisa mengurangi puncak banjir dari suatu sungai.
Dapat dikatakan pula suatu tampungan (reservoir) yang mengurangi puncak banjir melalui
simpanan sementara Langkah-langkah atau pertimbangan teknis yang harus diperhatikan
adalah:
 Pola hidrograf inflow dan outflow banjir dengan adanya retarding basin.
 Daerah cekungan/depresi yang akan dipakai kolam penampungan banjir sementara.
 Tanggul kolam penampungan banjir sementara.
 Bangunan pintu banjir sementara.
6) Pembuatan polder
Polder adalah sebidang tanah yang rendah, dikelilingi oleh embankment baik bisa berupa
tanah urugan/timbunan atau tanggul pasangan beton atau batu kali yang membentuk
semacam kesatuan hidrologis buatan, yang berarti tidak ada kontak dengan air dari daerah
luar polder selain yang dialirkan melalui saluran buatan manusia bisa berupa saluran terbuka
atau pipa . Polder berfungsi sementara untuk menampung aliran banjir ketika sungai atau
saluran tak bisa mengalir ke hilir secara gravitasi karena di sungai tersebut terjadi banjir dan
ada air pasang di laut untuk daerah pantai. Bila mana polder penuh maka dipakai pompa
untuk mengeluarkan air di dalam polder tersebut sehingga daerah yang dilindungi tidak
kebanjiran.

2. Sistem Perbaikan dan Pengaturan Sungai


Metode struktur pengendalian banjir untuk sistem jaringan sungai diantaranya adalah:
River improvement (perbaikan/peningkatan sungai),
Tanggul,
Sudetan (by pass/short-cut),
 Floodway,
Sistem Drainase Khusus.
1) River Improvement
River improvement dilakukan terutama berkaitan erat dengan pengendalian banjir, yang
merupakan usaha untuk memperbesar kapasitas pengaliran sungai. Hal ini dimaksudkan
untuk menampung debit banjir yang terjadi untuk dialirkan ke hilir atau laut, sehingga
tidak terjadi limpasan.

2) Tanggul
Tanggul adalah penghalang yang didesain untuk menahan air banjir di palung sungai
untuk melindungi daerah di sekitarnya. Tanggul juga berfungsi untuk melokalisir banjir
di sungai, sehingga tidak melimpas ke kanan dan ke kiri sungai yang merupakan daerah
peruntukan.

3) Sudetan (by pass/short cut)


Sudetan (by pass) adalah saluran yang digunakan untuk mengalihkan sebagian atau
seluruh aliran air banjir dalam rangka mengurangi debit banjir pada daerah yang
dilindungi.
4) Floodway
Pembuatan floodway dimaksudkan untuk mengurangi debit banjir pada alur sungai
lama, dan mengalirkan sebagian debit tersebut banjir melalui floodway. Hal ini dapat
dilakukan apabila kondisi setempat sangat mendukung untuk membuat floodway.
Apabila kondisi lapangan tidak menguntungkan, misalnya sungai untuk jalur floodway
tidak ada, maka pembuatan floodway kurang layak untuk dilaksanakan.
Floodway berfungsi untuk mengalirkan sebagian debit banjir pada waktu banjir,
sehingga debit banjir pada alur sungai lama akan berkurang dan akan menurunkan
tingkat resiko banjir. Kondisi pada umumnya, bahwa alur lama melewati kota, sehingga
menjadi rawan banjir. Sedangkan lahan pada kawasan pemukiman di kota sangat mahal
dan sulit untuk pembebasan lahan, sehingga perbaikan alur sungai untuk memenuhi
debit mengalami kesulitan.

5) Sistem drainase khusus


Sistem drainase khusus sering diperlukan untuk memindahkan air dari daerah rawan
banjir karena drainase yang buruk secara alami atau karena ulah manusia. Sistem khusus
tipe gravitasi dapat terdiri dari saluran-saluran alami. Alternatif dengan pemompaan
mungkin diperlukan untuk daerah buangan dengan elevasi air di bagian hilir yang terlalu
tinggi. Sistem drainase khusus biasanya digunakan untuk situasi berikut:
 Daerah perkotaan dimana drainase alami tidak memadai.
 Digunakan untuk melindungi daerah pantai dari pengaruh gelombang.
 Daerah genangan/bantaran banjir dengan bangunan flood wall/dinding penahan
banjir.

Pengendalian banjir secara non teknis (metode non-struktur)


Analisis pengendalian banjir dengan tidak menggunakan bangunan pengendali akan memberikan
pengaruh cukup baik terhadap regim sungai. Contoh aktifitas penanganan tanpa bangunan adalah
sebagai berikut:
 Pengelolaan DAS.
 Pengaturan tata guna lahan.
 Pengendalian erosi.
 Pengembangan dan pengaturan daerah banjir.
 Penanganan kondisi darurat.
 Peramalan dan sistem peringatan banjir.
 Asuransi.
1) Pengelolaan DAS
Pengelolaan DAS berhubungan erat dengan peraturan, pelaksanaan dan pelatihan. Kegiatan
penggunaan lahan dimaksudkan untuk menghemat dan menyimpan atau menahan air dan
konservasi tanah. Pengelolaan DAS mencakup aktivitas-aktivitas berikut ini:
 Pemeliharaan vegetasi di bagian hulu DAS.
 Penanaman vegetasi untuk mengendalikan atau mengurangi kecepatan aliran permukaan
dan erosi tanah.
 Pemeliharaan vegetasi alam, atau penanaman vegetasi tahan air yang tepat, sepanjang
tanggul drainase, saluran-saluran dan daerah lain untuk pengendalian aliran yang
berlebihan atau erosi tanah.
 Mengatur secara khusus bangunan-bangunan pengendali banjir (misal check dam)
sepanjang dasar aliran yang mudah tererosi.
 Pengelolaan khusus untuk mengatisipasi aliran sedimen yang dihasilkan dari kegiatan
gunung berapi yang dikenal dengan nama debris flow.

2) Pengaturan Tata Guna Lahan


Pengaturan tata guna lahan di DAS dimaksudkan untuk mengatur penggunaan lahan, sesuai
dengan rencana pola tata ruang yang ada. Hal ini untuk menghindari penggunaan lahan yang
tidak terkendali, sehingga mengakibatkan kerusakan DAS yang merupakan daerah tadah
hujan. Pada dasarnya pengaturan penggunaan lahan di DAS dimaksudkan untuk:
 Untuk memperbaiki kondisi hidrologis DAS, sehingga tidak menimbulkan banjir pada
musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau.
 Untuk menekan laju erosi daerah aliran sungai yang berlebihan, sehingga dapat menekan
laju sedimentasi pada alur sungai di bagian hilir.

3) Pengendalian Erosi
Pengendalian erosi pada prinsipnya merupakan tindakan-tindakan untuk mencegah dan
mengendalikan erosi baik di DAS maupun di tebing sungai.

4) Pengembangan dan Pengaturan Daerah Banjir/Genangan


Kegiatan di atas yang berhubungan dengan pemanfaatan daerah genangan sering
mengurangi kapasitas alur sungai dan daerah genangan. Kelancaran aliran akan berkurang
karena bangunan rumah, gedung-gedung, jalan-jalan, jembatan dan pengusahaan tanaman
yang memiliki daya tahan besar merupakan penghambat aliran. Pengendalian pemanfaatan
daerah genangan termasuk peraturan-peraturan penetapan wilayah penggunaan lahan, dan
bangunan-
bangunan. Maksud dari pengendalian daerah genangan adalah untuk membatasi atau
menentukan tipe pengembangan dengan mempertimbangkan resiko dan kerusakan yang
ditimbulkan oleh banjir.
Dua tahapan yang perlu dilaksanakan, kaitannya dengan program pengendalian banjir adalah
sebagai berikut ini:
 Tahap I: Melarang adanya pemanfaatan di daerah bantaran banjir, seperti pendirian
gedung, rumah ataupun pengusahaan tanaman.
 Tahap II: Pengaturan pengendalian penggunaan lahan untuk mengurangi kerusakan-
kerusakan yang disebabkan banjir.

5) Penanganan Kondisi Darurat


Penanggulangan banjir perlu dilakukan untuk menangani penanggulangan banjir dalam
keadaan darurat, terutama untuk bangunan pengendalian banjir yang rusak dan kritis. Hal ini
terutama untuk menangani banjir tahunan yang perlu penanganan tahunan pada waktu
musim hujan atau banjir.
Perencanaan penanggulangan banjir perlu dibuat sebelumnya, berdasarkan pengalaman yang
telah lalu. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan penanggulangan banjir:
 Identifikasi masalah.
 Kebutuhan bahan dan peralatan penanggulangan.
 Kebutuhan tenaga penanggulangan.

6) Peramalan (Forcasting) dan Sistem Peringatan Banjir (Flood Warning System)


Peramalan banjir adalah merupakan bagian dari sistim pengendalian banjir suatu sistem
sungai. Maka dalam penyusunan sistem peramalan dan peringatan dini banjir DAS perlu
memperhatikan:
 Bangunan pengendalian banjir.
 Operasional bangunan sistim pengendalian banjir.
 Hidrologi.
 Karakteristik DAS.
 Karakteristik daerah rawan banjir.
 Kemungkinan kerugian akibat banjir.
 Waktu perambatan banjir.
Pada suatu sungai perlu adanya flood warning system, terutama untuk sungai yang melewati
daerah yang padat penduduk dan mempunyai sifat banjir yang membahayakan. Hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi kerugian akibat banjir yang lebih besar. Pada tingkat awal
untuk flood warning system adalah peramalan akan datangnya banjir. Untuk mengetahui
terhadap datangnya banjir, dapat diketahui dengan cara yang sederhana melalui gejala alam
yang terjadi. Misalnya, banyak serangga yang keluar dari persembunyian/dalam tanah, suara
katak yang riuh bersahutan, dsb.

7) Law Enforcement
Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya
norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau
hubungan- hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara (Asshiddiqie,
2011).

8) Penyuluhan Pada Mayarakat


Permasalahan banjir adalah merupakan permasalahan umum, terutama di daerah bawah,
maka sudah saatnya masyarakat yang berada pada daerah tersebut peduli akan pencegahan
terhadap bahaya banjir. Disamping itu pihak yang berwenang termasuk instansi yang terkait,
harus betul-betul melaksanakan pembinaan, pengawasan, pengendalian dan penanggulangan
terhadap banjir secara intensif dan terkoordinasi.
 Penyuluhan oleh pihak yang berwenang, bagaimana cara menghindari bahaya banjir,
supaya kerugian yang timbul tidak terlalu besar.
 Meningkatkan kesadaran masyarakat, bahwa kerusakan daerah aliran sungai yang
diakibatkan oleh umat manusia, dapat mengakibatkan banjir yang lebih parah.
 Mengembangkan sikap masyarakat bahwa membuang sampah dan lain-lain di sungai
adalah tidak baik dan akan menimbulkan permasalahan banjir.
 Meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa aktivitas di daerah alur sungai, misalnya
tinggal di bantaran sungai adalah mengganggu dan dapat menimbulkan permasalahan
banjir.
 Meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa tinggal di daerah bawah atau daerah
dataran banjir, perlu mentaati peraturan-peraturan dan mematuhi larangan yang ada,
untuk menghindari permasalahan banjir dan menghindari kerugian banjir yang lebih
besar.

9) Asuransi
Asuransi bencana banjir merupakan asuransi spesifik yang menanggung penggantian
kerugian akibat bencana banjir (http://en.wikipedia.org/wiki/ Flood_insurance). Umumnya
untuk menganalisis besar atau nilai asuransi dasar perhitungannya ada dua, yaitu: debit banjir
yang terjadi dan daerah genangan banjir akibat debit tersebut. Untuk debit banjir rencana
analisisnya berdasarkan periode ulang banjir yang terjadi. Daerah genangan banjir dikaji
berdasarkan peta topografi dan peta tata guna lahan.

Anda mungkin juga menyukai