Anda di halaman 1dari 6

Nama : VERA SYAHRINISYA

S1 keperawatan VA

Resume SPRAIN & STRAIN, KANKER TULANG , dan AMPUTASI

SPRAIN & STRAIN


 adalah sebuah kondisi yang dapat dipicu oleh aktivitas fisik yang berlebih, cedera baik akibat
berolahraga, terjatuh ataupun akibat gangguan pada persendian. Persendian sendiri terdiri dari
beberapa komponen seperti ligamen, otot, dan juga tulang. Sprain sendiri adalah cedera pada ligamen
dimana ligamen teregang hingga dapat menimbulkan robekan pada ligamen sedangkan strain adalah
regangan atau robekan dari otot atau tendon.
Gejala dari sprain sendiri sangat mirip dengan strain dimana sama sama menimbulkan rasa nyeri pada
sendi, menimbulkan pembengkakan, gerakan sendi yang menjadi terbatas dan menimbulkan kesulitan
gerak pada sendi tetapi strain dapat menimbulkna otot menjadi tegang (spasme) sedangkan sprain
membuat adanya memar disekitar sendi.
 Sprain adalah cedera yang terjadi karena regangan berlebihan atau terjadi robekan
pada ligamen dan kapsul sendi.
 Strain (atau pulled muscle) adalah cedera yang terjadi karena regangan berlebihan atau terjadi
robekan pada otot maupun tendon.
 Sprain dan strain adalah 2 tipe kerusakan atau cedera jaringan lunak. Jaringan lunak terbuat
dari kumpulan serat. Otot dan tendon mengandung sel-sel yang memonitor tingkat kontraksi
dan peregangan. Dengan aktivitas sehari-hari, otot dan tendon menggunakan kontraksi ringan
untuk melawan peregangan yang berlebihan. Namun gerakan mendadak dengan intensitas
kuat dapat memberikan tekanan terlalu kuat pada jaringan, membuat serat meregang melebihi
kapasitasnya dan robek. Perdarahan dari pembuluh darah akibat perobekan inilah yang
menyebabkan adanya bengkak.[2] Sprain bisa disebabkan oleh jatuh, terpelintir, atau tekanan
pada tubuh yang menyebabkan sendi bergeser sehingga terjadi cedera ligamen. Strain bisa
disebabkan otot/tendon terpelintir atau mengalami tarikan, overstressing, dan mengangkat
benda berat.
Gejala sprain:
 nyeri
 memar
 bengkak
 sulit menggerakkan sendi

Gejala strain:
 nyeri
 spasme otot
 kelemahan otot
 bengkak
 kram
 sulit menggerakkan otot

Sprain dan strain level akut dapat dikategorikan menurut tingkat keparahannya:


 Tingkat I – sejumlah serat robek dan anggota tubuh yang terkena cedera terasa sedikit sakit
dan bengkak, tapi fungsi dan kekuatan dari anggota tubuh tersebut tidak berkurang.
 Tingkat II – serat yang robek lebih banyak dan area cedera terasa lebih sakit dan bengkak,
dengan pengurangan fungsi dan kekuatan.
 Tingkat III – jaringan lunak robek seluruhnya, dengan pengurangan fungsi dan kekuatan
secara signifikan. Tingkat III sering kali membutuhkan tindakan operasi.

Penanganan bisa dilakukan dengan prinsip RICE:

 R (rest): istirahatkan selama 48 jam


 I (ice): letakan es pada area yang cedera selama 15 menit setiap dua jam. Gunakan handuk di
antara kulit dengan es.
 C (compression): kompresi atau perban secara ketat area cidera dengan arah balutan dari
daerah yang paling jauh dari jantung ke arah jantung (dari bawah ke atas)
 E (elevation): bagian yang cedera diposisikan lebih tinggi dari jantung

Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat antinyeri seperti piroksikam, meloksikam,


atau ibuprofen.
Hal-hal yang tidak boleh dilakukan: olahraga, konsumsi alkohol, dan pijat pada area cedera dalam 72
jam setelah cedera karena dapat memperburuk pembengkakan.

KANKER TULANG

Kanker tulang adalah jenis kanker yang menyerang tulang. Kondisi ini dapat dialami oleh anak-anak
hingga orang dewasa. Kanker tulang dapat menyerang tulang mana pun di dalam tubuh, namun
umumnya terjadi di tungkai, lengan, dan panggul.

tanda dan gejala utama penyakit kanker tulang, yakni:

 Nyeri. Penderita kanker tulang akan merasakan nyeri pada area tulang yang terkena.
Awalnya, nyeri hanya terasa sesekali, namun akan menjadi makin sering seiring pertumbuhan
kanker. Nyeri akan makin terasa saat bergerak, dan biasanya memburuk di malam hari.
 Pembengkakan. Pembengkakan dan peradangan muncul di area sekitar tulang yang terkena
kanker. Apabila pembengkakan terjadi di tulang dekat persendian, penderita akan sulit
menggerakkan sendi.
 Tulang rapuh. Kanker tulang menyebabkan tulang menjadi rapuh. Bila semakin parah, cedera
ringan saja dapat menyebabkan patah tulang.

Penyebab pasti kanker tulang belum diketahui. Akan tetapi, kondisi ini diduga dipicu oleh perubahan
atau mutasi pada gen pengendali pertumbuhan sel. Mutasi tersebut menjadikan sel tumbuh secara
tidak terkendali, dan membentuk tumor di tulang.

Kanker yang terbentuk di tulang dapat menyebar ke bagian tubuh lain melalui aliran darah atau aliran
getah bening.

Terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker tulang, yaitu:

 Menderita kelainan genetik yang disebut sindrom Li-Fraumeni.


 Pernah menjalani pengobatan dengan radioterapi.
 Pernah menderita kanker mata yang disebut retinoblastoma, sewaktu kecil.
 Pernah menderita hernia umbilikalis, sewaktu
 Menderita penyakit Paget, yaitu suatu kondisi di mana tulang menjadi lemah.
Jenis Kanker Tulang

Berikut ini adalah jenis-jenis kanker tulang:

 Osteosarcoma. Osterosarcoma merupakan jenis kanker tulang paling umum, yang


berkembang di sel tulang lengan, tungkai, dan panggul. Osteosarcoma lebih sering terjadi
pada usia 10-30 tahun, dan lebih banyak dialami oleh pria dibandingkan wanita.
 Chondrosarcoma. Jenis kanker tulang ini berkembang di sel tulang rawan pada area lengan
atas, bahu, rusuk, panggul, dan paha. Chondrosarcoma lebih sering terjadi pada wanita
berusia di atas 40 tahun.
 Sarkoma Ewing. Jenis kanker tulang ini umumnya berkembang di tulang panggul, tulang
paha, dan tulang kering. Sarkoma Ewing lebih sering terjadi pada usia 10-20 tahun. Hanya 10
persen dari kasus sarkoma Ewing yang dialami oleh orang dewasa berusia 20 tahun ke atas.
 Chordoma. Jenis kanker tulang ini umumnya muncul di dasar tulang tengkorak atau di tulang
belakang, serta cenderung tumbuh perlahan. Chordoma paling sering menyerang pria berusia
30 tahun ke atas.
 Tumor sel raksasa pada tulang. Meskipun sebagian besar tumor jenis ini bersifat jinak,
beberapa di antaranya dapat bersifat ganas. Jenis kanker tulang ini umumnya menyerang
tulang lengan dan tulang tungkai dekat lutut. Tumor ini jarang menyebar ke bagian tubuh lain
yang jauh, namun sering muncul kembali meskipun telah diangkat.

Diagnosis Kanker Tulang

Dokter dapat menduga pasien menderita kanker tulang, bila terdapat sejumlah gejala yang telah
dijelaskan sebelumnya. Namun untuk memastikannya, dokter dapat melakukan pemeriksaan lanjutan,
seperti:

 Foto Rontgen. Pemeriksaan foto Rontgendilakukan untuk mengetahui kerusakan tulang yang


terjadi akibat kanker, serta ada tidaknya pertumbuhan tulang yang baru. Pemeriksaan foto
Rontgen juga dapat memperlihatkan kepada dokter apakah gejala yang dialami pasien
disebabkan oleh kanker tulang atau kondisi lain, seperti patah tulang.
 Computerised tomography (CT) scan. CT scan adalah pemeriksaan sinar X dengan bantuan
komputer untuk menghasilkan gambar bagian tubuh dalam bentuk tiga dimensi. CT scan
biasanya dilakukan untuk melihat apakah kanker telah menyebar ke organ lain.
 Magnetic resonance imaging (MRI). MRI digunakan untuk melihat dengan lebih jelas ukuran
kanker, dan tingkat penyebarannya di dalam atau di area sekitar tulang.
 Pemeriksaan nuklir. Jika diperlukan, dokter akan menggabungkan pemeriksaan sinar X
dengan penyuntikkan bahan radioaktif ke dalam pembuluh darah. Bahan radioaktif akan
diserap lebih cepat oleh tulang yang terkena kanker, dan membantu dokter melihat area yang
terkena secara lebih jelas.
 Biopsi. Biopsi adalah pengambilan sampel jaringan tulang yang terkena kanker untuk
diperiksa dengan mikroskop. Ini merupakan metode paling akurat dalam mendiagnosis kanker
tulang. Selain dapat menentukan jenis kanker tulang yang diderita pasien, biopsi juga dapat
mendeteksi stadium dan penyebaran kanker. Biopsi dapat dilakukan dengan operasi lubang
kunci atau dengan bedah terbuka.

Pemeriksaan di atas juga digunakan untuk menentukan stadium atau tingkat keparahan kanker. Ada
empat stadium dalam kasus kanker tulang, yaitu:

 Stadium 1. Pada tahap ini, kanker masih di satu area tulang.


 Stadium 2. Pada tahap ini, sel kanker sudah mulai membesar.
 Stadium 3. Pada tahap ini, kanker sudah menyebar ke lebih dari satu area pada tulang yang
sama.
 Stadium 4. Pada tahap ini, kanker telah menyebar ke organ lain di dalam tubuh, seperti paru-
paru, hati, atau otak.

Pengobatan Kanker Tulang

Pilihan pengobatan kanker tulang tergantung kepada tingkat keparahan, lokasi, dan jenis kanker.
Penanganan kanker tulang dapat dilakukan dengan operasi, kemoterapi, atau radioterapi.

AMPUTASI

Amputasi adalah hilang atau putusnya bagian tubuh, seperti jari, lengan, atau tungkai. Amputasi bisa
terjadi akibat kecelakaan atau prosedur pemotongan bagian tubuh tertentu untuk mengatasi suatu
kondisi atau penyakit.

Penyebab Amputasi

Amputasi dapat terjadi akibat cedera parah yang tidak disengaja, atau bisa juga direncanakan oleh
dokter untuk menangani sejumlah penyakit. Berikut ini adalah penjelasannya:

Amputasi akibat cedera

Cedera ini bisa terjadi akibat sejumlah kondisi seperti berikut:

 Bencana alam, misalnya tertimpa reruntuhan gedung saat gempa


 Serangan binatang buas
 Kecelakaan kendaraan bermotor
 Kecelakaan akibat pekerjaan yang melibatkan mesin atau alat berat
 Luka tembak atau ledakan akibat perang atau serangan teroris
 Luka bakar parah

Amputasi akibat penyakit

Banyak penyakit yang dapat membuat seseorang harus menjalani prosedur amputasi, antara lain:

 Penebalan pada jaringan saraf (neuroma)


 Frostbite, atau cedera akibat paparan suhu dingin yang ekstrem
 Infeksi yang tidak bisa diobati lagi, misalnya pada kasus osteomielitis atau necrotising
fasciitis yang parah
 Kanker yang sudah menyebar ke tulang, otot, saraf atau pembuluh darah
 Kematian jaringan (gangren), misalnya akibat penyakit arteri perifer atau neuropati diabetik

Gejala Amputasi

Gejala amputasi yang dapat dialami, terutama pada amputasi akibat cedera, antara lain:

 Rasa sakit, yang tingkat rasa sakitnya tidak selalu sebanding dengan tingkat keparahan cedera
atau perdarahan
 Perdarahan, yang tingkat keparahannya tergantung pada lokasi dan jenis cedera yang dialami
 Jaringan tubuh rusak atau remuk, tetapi sebagian jaringan masih terhubung dengan otot,
tulang, sendi, atau kulit

Penanganan Amputasi 

Pada beberapa kasus, bagian tubuh yang terpotong dapat disatukan lagi dengan prosedur replantasi.
Namun sebelumnya, dokter akan terlebih dahulu menentukan tingkat keparahan cedera dan kondisi
psikologis pasien.

Replantasi dilakukan bila bagian tubuh yang akan disambungkan kembali tidak rusak parah dan
diperkirakan dapat berfungsi dengan baik setelah replantasi dilakukan. Tetapi jika dua faktor tersebut
tidak terpenuhi, maka replantasi tidak akan dilakukan.

Bagi pasien yang tidak bisa menjalani replantasi, pasien akan disarankan untuk menggunakan
prostesis atau organ palsu. Di beberapa kasus, prostesis bisa menggantikan fungsi bagian tubuh yang
hilang dengan baik.

Pemulihan setelah amputasi

Kehilangan anggota tubuh secara permanen akibat amputasi dapat mengurangi rasa percaya diri dan
tentunya kemampuan pasien dalam beraktivitas. Untuk menangani masalah tersebut, dokter akan
menganjurkan pasien menjalani rehabilitasi fisik secara rutin.

Rehabilitasi yang dilakukan meliputi:

 Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot


 Latihan untuk meningkatkan keterampilan motorik, agar pasien bisa menjalani aktivitas
secara mandiri
 Pengobatan dan perawatan untuk menunjang pemulihan dan meredakan rasa nyeri yang
muncul pada area amputasi
 Terapi psikologi untuk mengatasi gangguan emosional yang mungkin dialami oleh pasien
akibat kehilangan organ tubuh
 Penggunaan alat bantu, seperti kursi roda dan kruk

Komplikasi Amputasi

Ada beberapa komplikasi yang mungkin terjadi setelah amputasi, yaitu:

 Nyeri
 Perdarahan
 Infeksi
 Sulit menggerakkan sendi di dekat organ tubuh yang hilang
 Phantom limb, yaitu sensasi nyeri yang muncul di organ tubuh yang hilang
 Gangguan mental, seperti post-traumatic stress disorder (PTSD), mudah marah, depresi, dan
ingin bunuh diri
 Deep vein thrombosis (DVT)

Pencegahan Amputasi
Amputasi akibat cedera biasanya terjadi secara tiba-tiba tanpa terduga, sehingga sulit untuk dicegah.
Sedangkan cara mencegah amputasi akibat penyakit adalah dengan mencegah terjadinya penyakit
tersebut.

Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari amputasi adalah:

 Cegah borok di kaki bila Anda menderita diabetes, karena borok dapat meningkatkan risiko
amputasi.
 Gunakan alat pelindung diri, baik saat berkendara maupun bekerja, terutama bila pekerjaan
Anda melibatkan penggunaan alat-alat berat.

Anda mungkin juga menyukai