Abstrak - Sumatera Selatan tercatat sebagai Provinsi yang zero conflict. Dalam hal ini, zero conflict
mengacu pada kondisi damai yaitu belum ditemukan adanya konflik bernuansa SARA (Suku, Agama,
Ras, dan Antar golongan) di Sumatera Selatan. Sejauh ini, Sumatera Selatan belum pernah mengalami
konflik bernuansa agama. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi pemerintah Sumatera
Selatan dalam pencegahan konflik bernuansa agama. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Untuk teknik pengumpulan data, peneliti melakukan prosedur wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Adapun teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya yaitu: teori
strategi, teori damai, teori konflik, konsep pencegahan konflik, konsep Conflict early Warning and Early
Response System (CEWERS), serta konsep pertahanan negara. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa: (1) Sumatera Selatan masih berada pada level damai negatif. (2) Strategi yang digunakan
pemerintah daerah Sumatera Selatan dalam pencegahan konflik bernuansa agama yaitu melalui tiga
tahap: pertama, menjadikan zero conflict sebagai tujuan (ends); kedua, menggunakan teknologi dan
pemberdayaan sumber daya manusia sebagai sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan (means);
dan ketiga, menggunakan UU Penanganan Konflik Sosial No.7 Tahun 2012 dan Peraturan Bersama
Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama No. 9 dan No. 8 Tahun 2006 sebagai acuan untuk melakukan
sosialisasi bahaya terorisme dan radikalisme, optimalisasi peran lembaga keagamaan, meningkatkan
sinergitas antar lembaga, serta meningkatkan kesigapan dalam menghadapi konflik yang berpotensi
pada perpecahan umat sebagai cara (ways) untuk mencapai tujuan. Pada akhirnya, pemerintah
Sumatera Selatan harus mampu meningkatkan kondisi masyarakat Sumatera Selatan agar tercipta
damai positif.
Kata Kunci: Strategi, Pencegahan Konflik, Konflik SARA, Konflik Bernuansa Agama, Zero Conflict
Abstract - South Sumatra has known as a zero conflict Province. In this case, zero conflict refers to the
conditions of peace where there is no ethnic-religious-racial-and inter-group conflict in South Sumatra.
Thus far, South Abstract - Sumatra has never experienced religious-related conflict. This research aims to
explain about the strategy of the South Sumatra regional government in prevention of religious-related
conflict. Formulation of all arguments, facts, and theoretical framework on this research is guided by
1
Mahasiswa Program Studi Damai dan Resolusi Konflik, Fakultas Keamanan Nasional, Universitas Pertahanan
(Cohort 6).
2
Laksamana Muda TNI Dr. Siswo Hadi Sumantri, S.T., M.MT. adalah dosen tetap Universitas Pertahanan.
3
Kolonel Inf. Dr. Bambang Wahyudi, M.Si., M.M. adalah dosen tetap Universitas Pertahanan.
K
eamanan nasional merupakan oleh negara lain, sabotase, pemberontakan
elemen yang melekat dalam bersenjata, maupun spionase. Sekarang,
tujuan penyelenggaraan negara. ancaman yang dihadapi oleh suatu negara
Terwujudnya negara yang aman dan damai lebih berbentuk ancaman non militer dan
merupakan upaya menciptakan suatu hibrid. Urgensi keamanan sudah beralih ke
kondisi yang bebas dari bahaya serta segala isu-isu kontemporer seperti ancaman
bentuk ancaman, tantangan, hambatan, globalisasi, perdagangan dan
dan gangguan baik dari dalam negeri penyalahgunaan narkotika atau obat-
maupun luar negeri. Selain itu, terciptanya obatan terlarang, Hak Asasi Manusia (HAM),
keamanan nasional juga sangat penting kejahatan siber, maupun konflik komunal.
guna menjaga kedaulatan, keutuhan Ancaman yang mengganggu stabilitas
wilayah Negara Kesatuan Republik dan integrasi nasional pun kini lebih banyak
Indonesia dan kepentingan nasional di berasal dari dalam negeri. Indonesia
berbagai aspek baik ideologi, politik, sosial, merupakan salah satu negara yang
ekonomi, dan budaya maupun pertahanan seringkali menghadapi berbagai dilema
dan keamanan. keamanan yang berasal dari dalam negeri.
Dahulu, ancaman keamanan nasional Salah satu ancaman nyata yang dihadapi
lebih banyak bersumber dari ranah militer oleh Indonesia adalah konflik SARA (Suku,
4
Central Intelligence Agency, “The World Beragama, (Jakarta:Departemen Agama, 1982),
Factbook”, dalam hlm. 46.
8
https://www.cia.gov/library/publications/the- Bend Abidin Santosa, Peran Media Massa dalam
world-factbook/geos/id.html, diakses pada 7 Mencegah Konflik, (Jurnal Aspikom Volume 3
Agustus 2018. Nomor 2 Januari 2017), hlm. 199-214.
5 9
Ibid. Lothar Brock dalam Dewi Fortuna Anwar, Konflik
6
Ibid. Kekerasan Internal, (Jakarta: Yayasan Obor
7
Arnold J Toynbee dalam Alamsjah Ratu Indonesia, 2005), hlm. 391.
Perwiranegara, Pembinaan Kerukunan Hidup Umat
10 12
Clifford Geertz dalam Taufik Abdullah (ed.) Sejarah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan,
dan Masyarakat, Lintasan Historis Islam di Indonesia “Profil Provinsi Sumatera Selatan”, dalam
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987), hlm. 67. http://www.bpkp.go.id/sumsel/konten/1111/Profil-
11
Badan Pusat statistik Sumatera selatan, Provinsi Provinsi-Sumatera-Selatan.bpkp diakses pada 22
Sumatera Selatan dalam Angka tahun 2017, Juli 2018.
(Palembang: BPS Sumatera Selatan, 2017), hlm. 71.
13 14
Tribun News, “Wiranto puji Alex Noerdin Wujudkan Muqoyyidin, Andik Wahyun, Potret Konflik
Sumatera Selatn Zero Conflict”, dalam Bernuansa Agama di Indonesia: Signifikasi Model
http://www.tribunnews.com/nasional/2017/09/29/ Resolusi Berbasis Teologi Transformatif, (Analisis,
wiranto-puji-alex-noerdin-wujudkan-sumatera- Volume XII, Nomor 2, Desember 2012), hlm: 315.
selatan-zero-conflict diakses pada 20 November
2018.
masih senyap. Oleh karena itu, pemerintah bahwa kasus pelanggaran Kebebasan
mewaspadai dan mengawasi pergerakan Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2016
aliran-aliran sejenis yang sekiranya mampu hanya terjadi satu kali. Hal ini tentu harus
Minimnya kasus pelanggaran karena jika hal tersebut di atas tidak diatasi
kebebasan beragama di Sumatera Selatan dengan optimal, bisa saja akan merembet
tersebut juga dibuktikan dengan data yang kepada kekerasan yang lebih luas seperti
dilaporkan oleh The Wahid Institute halnya insiden yang terjadi di Ambon.
provinsi yang disurvei, Sumatera Selatan saat ini masih tergolong tinggi. Dalam survei
bersama dengan 9 provinsi lain menduduki yang dilakukan oleh Badan Litbang dan dan
Diklat Kementerian Agama RI, rata-rata
Strategi Pemerintah Daerah dalam Pencegahan Konflik … | Tanzila, Sumantri, Wahyudi | 7
kerukunan nasional umat beragama yaitu Apabila dianalisis menggunakan teori
mendapat skor 75,36. Tingkat kerukunan SAT (Struktural, Akselerator, Trigger), ada
tersebut dinilai dari tiga dimensi utama, beberapa faktor yang menyebabkan
yaitu: Toleransi, Kesetaraan, dan Kerjasama. mengapa suatu insiden (trigger) yang sama
Pada masing-masing dimensi tersebut bisa menyebabkan konflik kekerasan di
terbagi lagi menjadi sub-sub dimensi yang suatu daerah namun tidak berpengaruh di
menjadi tolak ukur penilaian Kementerian daerah lain.
Agama terhadap tingkat kerukunan di Sebagai contoh, pembakaran atau
Indonesia. Sumatera Selatan menduduki perusakan rumah ibadat di Ambon menjadi
peringkat 15 dengan skor 75,2 pada tahun salah satu trigger yang menyeret pada
2015. Adapun 14 provinsi di Indonesia yang kekerasan massal dan beruntun. Hal
mendapat skor di atas rata-rata nilai tersebut dikarenakan ada begitu banyak
nasional, diantaranya yaitu: NTT, Bali, konflik struktural yang terjadi di ambon
Maluku, Kalimantan Tengah, Sulawesi seperti ketimpangan ekonomi, kebijakan
Utara, Papua, Sulawesi Tengah, Sulawesi pemerintah yang menyebabkan polarisasi
Tenggara, Papua, Jawa Tengah, Kalimantan berdasarkan keagamaan dalam rekrutmen
Selatan, Sumatera Utara, Maluku Utara, dan jabatan-jabatan, dan diskriminasi yang
NTB. dirasakan baik oleh umat Islam maupun
Pemerintah Sumatera Selatan Kristen. Faktor struktural yang begitu kental
membutuhkan upaya yang optimal untuk dirasakan oleh masyarakat tersebut
tetap menjaga kerukunan dan bahkan membuat insiden-insiden kecil yang terjadi
meningkatkan indeks kerukunan di Provinsi di Ambon menjadi trigger dan akselerator
Sumatera Selatan. Jangan sampai apa yang terjadinya kekerasan di Ambon.
terjadi di beberapa daerah juga ikut terjadi Berbeda halnya dengan kondisi di
di Sumatera Selatan. Seperti halnya konflik Sumatera Selatan yang memang sudah
agama yang terjadi di Ambon pada tahun relatif aman dan kondusif. Karakteristik
1998 dan mengakibatkan banyak korban masyarakat sumatera Selatan yang saling
jiwa. menghormati, menjunjung tinggi
perbedaan, tradisi hidup berdampingan
15
Nefri Inge. Liputan 6, “22 Pelaku Kriminalitas di sumsel-ditembak-mati-sepanjang-2018/ diakses
Sumsel Ditembak Mati Sepanjang 2018”, dalam pada 7 Desember 2018.
http://www.liputan6.com/pelaku-kriminalitas-di-
16
M. Kurtis Bans, Strategy Development for Future
Security Environment, (Journal of Millitary and
Information Science Vol. 3 No.3, 2015), hlm 75-77.
17
Ibid., hlm. 75-77.
18
Azhar Ali, Definisi Ulama dan Perannya dalam Kontemporer, (Tesis, Palembang IAIN Raden Fatah,
Pandangan Masyarakat Palembang Era 2010), hlm. 5.
19
Detik.com, “Kronologi Perusakan Gereja di Sumsel 3926165/kronologi-perusakan-gereja-di-sumsel-
hingga Pelaku Ditangkap”, dalam hingga-pelaku-ditangkap diakses pada 5
https://news.detik.com/berita/d- Desember 2018.
Tesis/Disertasi
Website