CIKALONGWETAN
Disusun oleh:
NIS. 171810081
TAHUN 2019
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
CIKALONGWETAN
APRIL 2019
NIS. 171810081
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji I Penguji II
Mengetahui,
H. Ade R Hendaya,S.Sos
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas segala rahmat
terimakasih kepada orang tua kami atas segala dukungan dan moral serta materi dan
teman-teman yang telah turut membantu kami baik dalam material maupun dukungan
yang diberikan.
Pada pembuatan laporan ini banyak pihak yang telah memberikan dukungan dan
bantuan bagi pennulis, maka dari itu penulis, mengucapkan terimakasih kepada:
2. Bapak Eep Sohibah S.Pdl, selaku Wakil Kepala Sekolah SMK Bandung
Barat.
3. Ibu Lia S.Si,Apt dan Ibu Inne FL, S.Si,Apt, sebagai pembimbing.
4. Staf pengajar dan karyawan SMK Bandung Barat.
saran yang sifatnya membangun untuk kemajuan pemikiran dan keefektifan dalam
bekerja bagi penilis selanjutnya. Dan semoga Laporan Praktek Kerja yang penulis
susun ini dapat bermanfaat bagi pembacanya dan semua pihak yang membutuhkan
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................................4
1.2 Maksud dan Tujuan..................................................................................................5
1.3 Manfaat....................................................................................................................6
1.4 Waktu dan Tempat...................................................................................................7
BAB II GAMBARAN UMNUM INSTANSI..........................................................................8
2.1 Tinjauan Instansi......................................................................................................8
2.2 Sejarah Instansi......................................................................................................13
2.3 Visi dan Misi Intansi..............................................................................................13
2.4 Struktur Intansi.......................................................................................................14
BAB III LAPORAN KEGIATAN.........................................................................................15
3.1 Pelaksanaan Kegiatan.............................................................................................15
3.2 Hasil Kegiatan........................................................................................................18
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................................45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................75
5.1 Kesimpulan..................................................................................................................75
5.2 Saran............................................................................................................................76
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................77
LAMPIRAN...........................................................................................................................78
BAB I
PENDAHULUAN
Besarnya peranan apotek sebagai salah satu penunjang kesehatan masyarakat, menyebabkan
apotek perlu dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang mempunyai
kemampuan profesional tidak saja dalam bidang teknis Farmasi tetapi juga dalam non teknis
Farmasi.
Untuk menunjang kegiatan dan tugas Apoteker, seorang Apoteker membutuhkan Asisten
Apoteker untuk membantu memberikan pelayanan dan informasi mengenai kefarmasian. Oleh
karena itu dengan adanya Praktik Kerja Lapangan (PKL) dapat membantu melatih Asisten
Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan program khusus yang harus dilaksanakan oleh
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sesuai dengan kurikulum SMK. Program ini dilaksanakan
di luar sekolah dalam bentuk praktek kerja di dunia usaha/ industri (Instansi) dengan
industri, yang sekaligus diharapkan mampu memberikan umpan balik kepada pihak dunia usaha/
industri, maupun sekolah sebagai lembaga pelaksana pendidikan formal, sehingga diperoleh
gambaran yang lebih jelas tentang standar kualifikasi lulusan SMK yang sesuai kebutuhan pasar
kerja di dunia usaha/ industri serta masukan-masukan yang berarti bagi pengembangan mutu
Ada pun maksud dan tujuan diselenggarakannya Praktek Kerja Lapangan antara lain:
I. Untuk mengetahui dan memahami ruang lingkup kerja dan tanggung jawab Tenaga
Kefarmasian di apotek.
II. Untuk meningkatkan dan menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan tentang
dan penyerahan obat atau bahan obat serta perbekalan farmasi lainnya.
menyeluruh baik ditinjau dari aspek administrasi teknis maupun sosial budaya.
VI. Menumbuh kembangkan dan memanfaatkan sikap profesionalisme yang diperlukan
VII. Memberikan kesempatan kepada siswa-siswi untuk menyesuaikan diri pada suasana
VIII. Siswa-siswi mendapatkan pengalaman kerja sebelum memasuki dunia kerja nanti.
I.3 Manfaat
I. Bagi Siswa
iii. Menambah ilmu pengetahuan dalam hal mengelola obat, perbekalan farmasi
dan pemasarannya.
iv. Dapat mengetahui bentuk-bentuk sediaan farmasi yang belum pernah ada di
laboratorium sekolah.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan selama 2 (dua) bulan dimulai dari tanggal 22
Desember 2018 sampai 20 Februari 2019, di Apotek Surya Medika JL.Raya Purwakarta No. 531
Cikalongwetan. Praktik dijadwalkan setiap hari Senin sampai Minggu dimulai dari shift pagi
(7.00-12.00 WIB), shift siang (11.00-16.00 WIB) sampai shift malam (16.00-21.00 WIB).
BAB II
tempat tertentu untuk melakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi
kepada masyarakat.
Sedangkan definisi apotek menurut PP No. 51 Tahun 2009. Apotek merupakan suatu
tempat atau terminal distribusi obat perbekalan farmasi yang dikelola oleh apoteker sesuai
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat dan pengembangan
obat, bahan obat dan obat tradisional. Sedangkan yang dumaksud perbekalan farmasi menurut
udang-undang kesehatan yaitu meliputi obat, obat tradisional dan bahan baku obat tradisional,
alat kesehatan dan kosmetika. Pekerjaan kefarmasian terutama dalam meracik obat-obatan
Obat pada dasarnya dalah ‘RACUN’ yang jika tidak digunakan dengan tepat dapat
membahayakan penggunanya, maka dari itu dalam penyaluran obat kepada masyarakat ataupun
pasien harus disertai dengan memberikan informasi seperti mengenai nama obat, efek samping,
waktu minum sampai dengan bagaimana cara menggunakan obat tersebut. Informasi tersebut
diharapkan selalu disampaikan kepada pasien agar obat yag diminum oleh paien dapat digunakan
dengan sebagaimana mestinya, aman dan benar, serta obat dapat memberikan efek positif
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker
dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak, dievalusi dengan krtis dan
dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien
atau masyarakat. Informasi mengenai obat termasuk obat resep, obat bebas dan obat herbal.
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoa pemberian,
farmakokinetuk, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu
hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau
III. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi
antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika.
II. Fungsi secara ekonomi merupakan salah satu sarana menghasilkan laba dan
sebagai berikut:
I. Penentuan Modal
ii. Dalam hal Apoteker yang mendirikan Apotek bekerjasama dengan pemilik
kefarmasian
iii. Bangunan bersifat permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis.
II. Salinan /fotokopi KTP dan surat peryataan tempat tinggal secara nyata.
III. Salinan / fotokopi denah bagunan surat yang menyatakan status bangunan
VI. Surat pernyataan APA tidak bekerja pada perusahaan farmasi dan tidak
VII. Asli dan salinan /fotokopi Surat Izin atas bagi PNS, Anggota ABRI dan
II. Dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan
yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
III. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan
sediaan farmasi.
VI. Lokasi dan Tempat, Jarak antara apotek tidak lagi dipersyaratkan, namun
VII. Bangunan dan Kelengkapan, Bangunan apotek harus mempunyai luas dan
dan ruang kerja apoteker, ruang penyimpanan obat, ruang peracikan dan
penyerahan obat, tempat pencucian obat, kamar mandi dan toilet. Bangunan
apotek juga harus dilengkapi dengan : Sumber air yang memenuhi syarat
kesehatan, penerangan yang baik, Alat pemadam kebakaran yang befungsi
baik, Ventilasi dan sistem sanitasi yang baik dan memenuhi syarat higienis,
Papan nama yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA, alamat
VIII. Perlengkapan dan alat penyimpanan, dan perbekalan farmasi, seperti lemari
obat dan lemari pendingin. Wadah pengemas dan pembungkus, etiket dan
administrasi, seperti blanko pesanan obat, faktur, kwitansi, salinan resep dan
lain-lain.
tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek pasal 1 ayat (a), disebutkan bahwa
apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
terdapat suatu struktur organisasi yang terdiri dari pemilik sarana apotek (PSA), apoteker
penyiapan persyaratan – persyaratan yang diperlukan secara teliti. Seringkali PSA tidak
memahami sepenuhnya bagaimana alur perijinan pendirian apotek, persyaratan yang harus
dipenuhi, bagaimana perhitungan neraca awal apotek yang merupakan langkah awal penting
dalam pendirian apotek. Walaupun apotek didirikan dengan tujuan utama pelayanan kesehatan,
harus tetap diingat juga bahwa apotek juga merupakan suatu badan usaha yang perlu
yang tepat. Berdasarkan PP 51 tahun 2009 Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk
atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
Kefarmasian:
dengan Klinik Surya Medika, namun klinik tersebut tidak bertahan lama karena tidak adanya
dokter yang praktik. Pendiri Apotek Surya Medika yaitu Bapak Al Nur Nurdiansyah.,S.Si,.Apt.
I. VISI
apotek secara profesional yang ditunjang oleh daya manusia yang profesional.
II. MISI
i. Melatih seluruh Sumber Daya Manusia untuk memahami peran, fungsi dan
PEMILIK
Bapak Tono
PENANGGUNG JAWAB
Al Nur Nurdiansyah S.,Si.Apt
LAPORAN KEGIATAN
Kegiatan dilakukan selama 2 (dua) bulan di Apotek Surya Medika, setiap harinya dapat
pelayanan serta bagian gudang (bagian stock barang). Kegiatan yang dilakukan pun dengan
jadwal kerja shift pagi dari pukul 07.00-12.00, shift siang dari pukul 11.00-16.00 dan shift sore
beserta zat kandungan dan khasiatnya, memahami nama-nama obat beserta zat kandungannya,
merapihkan obat-obatan, pengrahan tentang melayani pasien, pengarahan tentang obat Analgetik
AINS, melayani pasien dan memberikan informasi obat dan pengarahan dari asisten apoteker.
II. Kegiatan yang dilakukan minggu ke-dua:
Menerima barang datang dari PBF, menerima faktur serta mengecek barang,
melayani pasien dan memberi informasi obat, melakukan stock opname, pengarahan tentang alat
kesehatan, pengarahan obat Asam urat dan Reumatik, mengetahui alur penyimpanan resep,
menulis obat kosong di buku defekta, mengetahui cara pemberian harga obat dan pengarahan
Melakukan stock opname, melayani pasien dan memberi informasi obat, belajar
mengecek tekanan darah (Tensi), memberi harga pada obat yang baru datang, mengecek faktur
yang baru datang dari PBF, pengarahan tentang penyakit Asma, pengarahan dari asisten
apoteker, merapikan etalase-etalase obat di depan, mengecek stock obat dan memeriksa obat
Merapihkan obat, melayani pasien dan memberi informasi obat, memberi harga pada
obat yang baru datang, melakukan stock opnamae, melayani resep dan menyiapkan obat untuk
resep, melakukan skrining resep pertama, pengarahan dari asisten apoteker, mengecek barang
yang baru datang dari PBF, menulis barang kosong di buku defektadan merapikan etalase-etalse
obat di depan.
V. Kegiatan yang dilakukan mingu ke-lima:
Melakukan stock opanme, merapikan obat, melayani pasien dan memberi informasi
obat, memberi harga pada obat yang baru datang, mengecek tekanan darah (tensi), mengecek
faktur yang baru datang dari PBF, melayani resep dan menyiapkan obat untuk resep, mengetahui
berbagai macam salep alergi, memeriksa obat yang baru datangdanmelakukan skrining resep ke-
dua.
Merapihkan obat, mengecek stok obat, memeriksa obatyang baru datang, melayani
pasien dan memberi informasi obat, memberi harga pada obat yang baru datang, belajar test
kolestrol, asam urat dan gula, merapikan etalase-etalase alkes di depan, bengarahan dari asisten
Mengecek barang yang baru datang dari PBF, merapihkan obat, mengecek stok obat,
melakukan test kolestrol, asam urat dan gula, memberi harga pada obat yang baru datang,
pengarahan dari asisten apoteker, pelayanan resep dan memeriksa obat yang baru datang.
VIII. Kegiatan yang dilakukan minggu ke-delapan:
Mengecek barang datang, merapihkan obat, memberi harga pada obat yang baru
datang, melakukan stock opname, melakukan test asam urat, kolestrol dan gula, mengecek
tekanan darah (Tensi), ulangan pengeahuan dari Pak Al Nur, dan pengarahan tentang obat
I.2Hasil Kegiatan
I. TUGAS I
Menggolongkan obat bebas, bebas terbatas, obat keras, obat tradisional dan alat
kesehatan.
v. Alat Kesehatan
9 Plester Merekatkan
penutup luka
seperti kapas dan
perban
II. TUGAS II
i. Obat Antiasma
Cara pemberian harga obat pada obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, alkes
dan kosmetika.
HJA (Harga Jual Apotek) adalah harga yang ditawarkan kepada konsumen setelah
perhitungan HNA, PPN dan Margin.
PPN 10% (1,1) adalah pajak pertambahan yang dikenakan setiap pertambahan
nilai dari proses transaksi dari produsen sampai ke konsumen.
Apotek Surya Medika menetapkan Margin sebesar 9% - 15% untuk setiap obat
bebas yang tersedia. Contoh perhitungan HJA pada Praxion Syrup®:
PPN = 10%
Margin = 15%
Diskon = 12%
Jadi harga yang ditawarkan kepada konsumen untuk produk Praxion® Syrup
adalah Rp. 25.500/botolnya.
Apotek Surya Medika menetapkan Margin sebesar 9% - 15% unuk obat bebas
yang tersedia. Contoh perhitungan HJA pada Paratusin® tablet 200:
PPN = 10%
Margin = 9%
Diskon = ---
HJA = 201.206
HNA = 201.206 + 10% + 9% = 241. 000
Jadi harga yang ditawarkan kepada konsumen untuk produk Paratusin® tablet 200
adalah Rp. 241.000/Dos dan Rp. 12.000/Strip.
Apotek Surya Medika menetapkan Margin sebesar 15% - 30% untuk setiap obat
keras yang tersedia. Contoh perhitungan HJA pada Nytex® Syrup:
PPN = 10%
Margin = 30%
Diskon = ---
HNA = 27.000
Jadi harga yang ditawarkan kepada konsumen untuk produk Nytex® Syrup adalah
Rp. 38.500/botolnya.
Apotek Surya Medika menetapkan Margin sebesar 15% tanpa untuk setiap alkes
yang tersedia. Contoh perhitungan HJA pada Kotak P3K kecil:
PPN = 10%
Margin = 15%
Diskon = ---
HNA = 25.000
Jadi harga yang ditawarkan kepada konsumen untuk produk Kotak P3K kecil
adalah Rp. 32.500.
v. Pemberian Harga Pada Kosmetika
Apotek Surya Medika Menetapkan Margin sebesar 15% - 30% untuk setiap
kosmetik yang tersedia. Contoh perhitungan HJA pada I-face Vitamin Serum C:
PPN = 10%
Margin = 30%
Diskon = ---
HNA = 75.000
Jadi harga yang ditawarkan kepada konsumen untuk produk I-face Vitamin Serum
C adalah Rp. 95.000.
IV. TUGAS IV
i. Memeriksa nama, umur, alamat, jumlah obat, nama obat dan signa yang
iii. Resep asli disimpan diapotek dan ditulis diarsip beserta keterangan Nama,
Umur, Alamat, Nomor ponsel pasien, Harga obat, dan nama obat yang
dikeluarkan.
TUGAS V
1. Resep I
2. Resep II
3. Resep III
BAB IV
PEMBAHASAN
adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa resep dokter, dan tidak termasuk dalam
daftar narkotika, psikotropika, obat keras, obat bebas terbatas, dan terdaftar di Departemen
Kesehatan RI.
Obat bebas atau dapat disebut juga obat OTC (Over The Counter) merupakan obat yang
dapat dijual secara bebas baik di toko-toko obat atau apotek dan dapat dibeli tanpa harus
menggunakan resep dokter. Zat aktif yang terkandung didalamnya cenderung relative aman dan
memiliki efek samping yang rendah. Selama dikonsumsi sesuai dengan petunjuk dan dosis yang
No.2380/A/SK/VI/1983, tanda khusus untuk Obat Bebas, yaitu “Lingkaran bulat berwarna hijau
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Obat Bebas Terbatas “W”
(waarchuwing) adalah obat yang dapat diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter, tetapi
I. Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkus asli dari pabrik atau pembuatnya.
II. Pada penyerahannya, oleh pembuat atau penjual harus mencantumkan tanda peringatan
yang tercetak sesuai contoh. Tanda peringatan berwarna tersebut berwarna hitam
berukuran panjang 5 cm, dan lebar 2 cm dan memuat pemberitahuan sebagai berikut :
Penandaan Obat Bebas Terbatas diatur berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
RI No. 2380/A/SK/1983 tanda khusus untuk Obat Bebas Terbatas berupa ”Lingkaran biru
Obat Keras atau obat daftar G menurut bahasa Belanda “G” singkatan dari “Gevaarlijk”
artinya berbahaya, maksudnya obat yang penyerahannya harus dengan resep dokter.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Obat Keras adalah:
Semua obat yang pada bungkus sedemikian rupa yang nyata – nyata untuk dipergunakan secara
parenteral, baik dengan cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek
Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah dinyatakan secara tertulis
Obat-obatan yang termasuk kedalam golongan obat ini adalah antibiotik (amoxicilli,
hormon (obat kencing manis, obat diabetes, obat jantung atau menyebabkan kematian, penenang
dan sebagainya). Obat ini berkhasiat keras dan apabila dipakai sembarangan bisa berbahaya
bahkan meracuni tubuh, memperparah penyakit atau menyebabkan kematian. Obat ini sama
dengan narkoba dan dapat menimbulkan ketagihan. Karena itu, obat ini mulai dari pembuatannya
hingga pemakaiannya diawasi dengan ketat oleh pemerintah dan hanya boleh diserahkan
berdasarkan resep dari dokter. Tiap bulan apotek wajib melaporkan pembelian dan
No.02396/A/SK/VIII/1986 tanda khusus obat keras daftar G adalah “ Lingkaran bulat berwarna
merah garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi”.
Logo Obat Keras
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara
turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Anonim, 1992).
I. Jamu
Logo Jamu
Jamu adalah obat bahan alam yang sediaannya masih berupa simplisia
sederhana. Khasiat dan keamanannya baru terbukti secara empiris berdasarkan pengalaman turun
generasi. Artinya bila umur satu generasi rata-rata 60 tahun, sebuah ramuan disebut jamu jika
i. Aman.
dengan bahan dan proses pembuatan yang terstandarisasi. Herbal terstandar juga harus melewati
uji praklinis seperti uji toksisitas, kisaran dosis, farmakologi, dan teratogenik (Trubus, Vol.8).
Inilah beberapa kriteria OHT, yang dibaca sekilas hampir mirip fitofarmaka. yaitu:
i. Aman.
Kiranti®, dll. Sebuah herbal terstandar dapat dinaikkan kelasnya menjadi fitofarmaka setelah
III. Fitofarmaka
Logo Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah sediaan herbal standar yang telah mengalami uji klinis
pada manusia telah terbukti keamanannya dan didukung oleh bukti-bukti ilmiah dan khasiatnya
Karena fitofarmaka perlu proses penelitia yang panjang serta uji klinis
yang detail, sehingga fitofarmaka termasuk dalam jenis golongan obat herbal yang telah
i. Aman.
ii. Klaim khasiat secara ilmiah, melalui uji pra-klinik dan klinik.
jadi.
bintang dalam lingkaran. Saat ini di Indonesia baru terdapat 5 fitofarmaka, contoh produk
fitofarmaka yang sudah beredar adalah: Nodiar (PT Kimia Farma), Stimuno (PT Dexa Medica),
sebagai obat. Namun demikian, klaim tidak boleh menyimpang dari materi uji klinis
sebelumnya. Misalnya, ketika uji klinis hanya sebagai antikanker, produsen dilarang mengklaim
I. Narkotika
Menurut UU No.22 tahun 1997, narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat
Golongan I
Golongan II
Golongan III
Menurut UU No.5 Tahun 1997, psikotropika adalah zat atau obat baik
alamiah atau sintesis bukan narkotika yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan aktivitas mental dan perilaku.
Golongan I
Golongan II
Golongan IV
Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak
meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau
membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh (Undang – undang Kesehatan No.36 Tahun
penggolongan antara lain fungsinya, sifat pemakaiannya, Kegunaannva, umur peralatan, macam
I. Berdasarkan Fungsi
i. Peralatan medis: Peralatan medis ini dibagi menjadi dua yatu perlengkapan
ii. Peralatan non medis: Peralatan non medis ini berupa dapur, laundry, generator
dan lain-lain.
i. Peralatan bedah
v. Alat bedah
v. Alat anastesi
I. Pengertian Asma
bersifat sementara.
kronis yang umum terjadi pada saluran napas yang ditandai dengan gejala yang bervariasi dan
berulang, penyumbatan saluran napas yang bersifat reversibel, dan spasme bronkus. Gejala
umum meliputi mengi, batuk, dada terasa berat, ekspirasi memanjang, dan sesak napas. Asma
Asma dikenal di Mesir Kuno. Penyakit ini secara resmi disebut sebagai maasalah
Pada tahun 200 SM penyakit ini dipercaya setidaknya sebagian berkaitan dengan
emosi. Pada tahun 1873, salah satu makalah pertama pengobatan modern dalam subjek ini
mencoba menjelaskan potofisiologi dari penyakit asma. Sementara satu makalah lain pada tahun
1972 menyimpulkan bahwa asma bisa disembuhkan dengan cara menggosok dada dengan obat
gosok kloroform. Perawatan medis pada 1880, termasuk penggunaan intervena dari obat yang
disebut pilokarpin. Pada tahun 1886, F.H. Bosworth berteori bahwa ada hubungan antara asma
dan rinitis alergi. Epinefrin pertama kali digunakan dalam pengobatan asma pada tahun 1905
Kortikosteroid oral mulai digunakan untuk kondisi ini pada tahun 1950-an.
Sementara kortikosteroid hirup dan agonis beta aksi pendek pilihan mulai banyak pada tahun
1960-an.
Selama tahun 1930 sampai 1950-an asma dikenal sebagai salah satu dari ‘tujuh
rangsangan yang paru-paru normal tidak akan memengaruhi saluran pernafasan. Penyempitan ini
dapat dipicu oleh berbagai rasangan seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin,
dan olahraga. Sel-sel tertentu di dalam saluran udara, terutama mastosit diduga bertanggung
jawab terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini, mastosit di sepanjang bronki melepaskan
bahan seperti histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya: kontraksi otot polos —›
peningkatan pembuatan lendir —› perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki. Mastosit
mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka kenal dengan benda
asingn (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam rumah atau bulu
binatang.
Tapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi yang
sama terjadi jika orang tersebut melakukan olahraga atau berada dalam cuaca dinngin. Stres dan
kecemasan juga bisa memicu dilepaskannya histamin dan leukotrin. Asma juga dapat disebabkan
oleh tingginya rasio plasma bilirubin sebagai akibat dari stres oksidatif yang dipicu oleh oksidan.
Faktor genetika juga menjadai salah satu penyebab asma pada seseorang.
Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher. Batuk
kering dimalam hari atau krtika melakukan olahraga juga bisa menjadi salah satu gejala. Pada
serangan yang sangat berat penderita menjadi sulit untuk berbicara karena sesaknya sanagt hebat.
Menangis atau tertwa keras juga bisa menyebabkan timbulnya gejala dan juga sering batuk
Asma sering dicirikan sebagai alergi, idiopatik/nonalergi, serta gabungan dan ada
i. Asma alergi (Allergic Asthma) adalah jenis asma yang disebabkan oleh
allergen (zat pemicu alergi), seperti bulu binatang, jenis makanan tertentu,
terpicu oleh suatu zat mengganggu yang terdapat di udara, namun tidak
termasuk sebagai allergen. Zat-zat seperti parfum, debu dalam rumah, asap
rokok, dan polusi udara dapat menimbulkan gejala susah bernapas bagi
iii. Asma pekerjaan (Occupational Asthma) asma tipe ini adalah asma yang
misalnya kondisi udara, debu, asap rokok, atau bahkan situasi stres yang
iv. Asma olahraga (Exercise-induced asthma) adalah tipe asma yang dipicu
akibat gerak badan atau aktifitas fisik yang berat, setelah aktifitas tersebut
v. Asma malam hari (Nocturnal asthma) ini adalah tipe asma yang biasanya
sangat parah di malam hari, gejala asma itu sendiri bisa muncul kapan
saja, akan tetapi pada malam hari, atau bahkan saat tidur, serangan asma
vi. Asma batuk (Cough-variant asthma) tipe penyakit asma ini didominasi
oleh batuk kering yang sangat parah, dan biasanya tidak memiliki gejala-
gejala asma lainnya (sesak napas, mengi, dan lain-lain). Itu menyebabkan
tipe asma ini terlambat dideteksi dan ditangani, karena serangan asma
yang terjadi hanya berupa batuk. Pemicunya bisa karena kondisi udara
bisa dilakukan pemeriksaaan spirometri berulang (tes untuk mengetahui adanya gangguan pada
fungsi pernapasan). Spirometri juga digunakan untuk menilai beratnya saluran udara dan untuk
memantau pengobatan. Menentukan faktor pemicu asma seringkali tidak mudah. Tes kulit alergi
bisa membantu menentukan alergen yang memicu timbulnya gejala asma. Jika diagnosanya
masih meragukan atau jika dirasa sangat penting untuk mengetahui faktor pemicu terjadinya
asma maka bisa dilakukan bronchial challenge test (tes medis digunakan untuk membantu dalam
mendiagnosis asma).
asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang mungkin dipicu oleh
olahraga. Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor beta-adrenergik.
Sebagian bronkodilator bekerja dalam beberapa menit tetapi efeknya hanya berlangsung selama
4 - 6 jam. Bronkodilator yang lebih baru memiliki efek yang lebih panjang tetapi karena mula
kerjanya lebih lambat maka obat ini lebih banyak digunakan untuk mencegah terjadinya
serangan.
Jenis bronkodilator lainnya adalah theophylline. Teofilin biasanya diberikan peroral (ditelan);
tersedia dalam berbagai macam bentuk mulai dari tablet dan sirup short-acting sampai kapsul
dan tablet long-acting. Pada serangan yang berat bisa diberikan secara intervena (melalui
pembuluh darah). Jenis bronkodilator trsedia dalam bentuk tablet, suntikan atau inhaleh (obat
hirup) dan sangat efektif. Berikut beberapa obat asma yang bekerja dengan cara melebarkan
Theofiline Teosal®
Aminofilin Salbuven®
Quibron® Bricasma®
Grafalin® Terbutaline®
Tasma® Berotec®
Serangan asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari.
Serangan yang dipicu oleh olahraga dihindari dengan cara meminum obat sebelum melakukan
olahraga. Selain itu langkah tepat yang bisa dilakukan untuk menghindari serangan asma adalah
menjauhi faktor-faktor penyebab yang memicu timbulnya serangan asma itu sendiri. Penyebab
yang mungkin saja seperti bantal, kasur, pakaian jenis tertentu, jamur dan serbuk sari. Jika
serangan berkaitan dengan musim maka serbuk sari dapat menjadi dugaan kuat. Upaya harus
dibuat untuk menghindari agen penyebab kapan saja memungkinkan. Setiap penderita umumnya
memiliki ciri khas tersendiri terhadap hal-hal yang menjadi pemicu serangan asma. Setelah
terjadinya serangan asma apabila penderita sudah merasa dapat bernafas lega akan tetapi
disarankan untuk meneruskan pengobatannya sesuai obat dengan dosis yang diberikan oleh
dokter.
Berdasarkan SK Menkes No. 280 tahun 1981 pasal 24 bahwa pemberian harga obat dan
perbekalan farmasi lainnya serta jasa apotek harus ditekan serendah mungkin berdasarkan usul
panitia yang terdiri dari wakil-wakil Balai Besar POM, pabrik obat dan apotek. Struktur harga
obat yang ditetapkan oleh gabungan perusahaan farmasi (GPF) dan di setujui oleh pemerintah
yaitu harga eceran tertinggi (HET) kepada konsumen dan tidak boleh dilampaui oleh pedagang
eceran.
IV.4 Alur Penerimaan Resep
Apoteker Pengelola Apotek mengatur resep yang telah dikerjakan menurut urutan tanggal
dan nomer urut penerimaan resep. Resep harus disimpan sekurang-kurangnya selama 3 tahun.
Resep yang mengandung narkotika harus di pisahkan dari resep yang lainnya. Resep yang
disimpan melebihi jangka 3 tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep dapat dilakukan
dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang memadai oleh Apoteker Pengelola Apotik
harus dibuat berita acara pemusnahan sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan, rangkap 4 dan
ditanda tangani oleh APA bersama dengan sekurang-kurangnya seorang petugas apotik.
Obat ialah semua bahan tunggal/campuran yang digunakan oleh semua mahluk untuk
bagian dalam maupun maupun luar, guna mencegah meringankan ataupun menyembuhkan
penyakit. Menurut undang-undang yang dimaksud obat ialah suatu bahan atau bahan-bahan yang
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau
rohaniah pada manusia atau hewan, untuk memperelok badan atau bagian badan manusia.
Skrining resep adalah salah satu bagian pelayanan yang berasal dari kefarmasian di
apotek atau rumah sakit yang berfungsi untuk mengurangi kesalahan saat memberikan obat
kepada pasien. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan pengobatan rasional kepada penderita
penyakit. Anda harus tahu bahwa resep yang diberikan oleh dokter terhadap pasien harus
diperiksa terlebih dahulu. Apalagi saat ini ada banyak jenis obat yang bisa diberikan kepada
pasien. Skrining seperti ini dilakukan oleh Apoteker setelah pasien menerima hasil diagnosa dari
dokter. Prosedur yang diterapkan pada saat melakukan skrining juga harus maksimal.
4.5.1 Resep I
I. Prednisone
i. Dosis: 5 mg
vi. Dosis Umum: Dewasa: ≤10 mg per hari (Dosis prednison untuk rematik artritis),
1-2 mg/kg per hari (Dosis prednison untuk idiopatik trombositopenia purpura),
40-60 mg per hari dalam satu dosis atau terbagi dalam 2 dosis selama 3-10 hari
vii. Anak-anak: 0-11 tahun: 1-2 mg/kg per hari selama 3-10 hari. Dosis maksimal:
viii. Kontra Indikasi: Hipersensitivitas terhadap obat ini, atau komponennya, infeksi
Jamur sistemik, wanita hamil trimester pertama, dan seseorang yang memiliki
gangguan imunitas, dan sedang dalam keadaan sakit, misalnya orang dewasa,
atau anak yang non-imun dan terserang penyakit infeksi, seperti varicella,
campak.
ix. Efek Samping: Sakit perut atau gangguan pencernaan, mual, infeksi jamur,
bingung, susah tidur, berat badan bertambah, merasa letih atau lemah, luka
II. Ranitidine
i. Dosis: 150 mg
general. Dapat pula diberikan pada malam hari sebelumnya. Pada wanita yang
akan melahirkan, dapat diberikan 150 mg sebagai dosis awal dan kemudian
vi. Kontra Indikasi: Riwayat alergi terhadap ranitidin, Ibu yang sedang menyusui,
dan pemberian ranitidin juga perlu diawasi pada kondisi gagal ginjal.
vii. Efek Samping: Diare, muntah-muntah, sakit kepala, insomnia, vertigo, ruam,
konstipasi, sakit perut, sulit menelan, urine tampak keruh, bingung dan
berhalusinasi.
III. Asam Mefenamat
i. Dosis: 500 mg
setiap 6 jam sesuai kebutuhan, tidak lebih dari 7 hari (Dosis asam mefenamat
untuk mengatasi rasa sakit), 500 mg dilanjutkan dengan 250 mg setiap 6 jam
sejak dimulainya haid (Dosis asam mefenamat untuk nyeri haid). Anak-anak:
500 mg dilanjutkan dengan 250 mg setiap 6 jam sesuai kebutuhan, tidak lebih
vi. Kontra Indikasi: Hipersensitif terhadap asam mefenamat, pengobatan nyeri peri
vii. Efek Samping: Mual, mulas atau sakit perut, diare, sembelit, kembung, pusing,
sakit kepala, gugup, kulit terasa gatal atau terdapat ruam, mulut kering,
4.5.2 Resep II
I. Ciprofloxacin
i. Dosis: 500 mg
infus). Gunakan 500 mg dengan mulut setiap 12 jam (melalui mulut). Anak-
anak: Melalui infus, gunakan 10 mg/kg IV setiap 12 jam (dosis maksimal: 400
mg/dosis). Melalui mulut atau diminum sebanyak 15 mg/kg setiap 12 jam (dosis
vii. Efek Samping: Mual, muntah, pusing atau mengantuk, penglihatan buram,
merasa gugup, cemas, atau mudah marah dan gangguan tidur (insomnia atau
bermimpi buruk).
IV. Sucralfate
di dalam sukralfat
vii. Efek Samping: Sakit kepala, konstipasi, vertigo. pusing, diare, insomnia, perut
V. Uropass tablet
ii. Dosis: 4 mg
vi. Dosis Umum: Dewasa: 0.4 mg secara oral sekali sehari (Dosis awal) dan 0.8 mg
viii. Efek Samping: Pusing ringan, lemas, mengantuk, sakit kepala, mual, diare, nyeri
tidak normal, hilang nafsu birahi, pilek, sakit tenggorokan dan batuk.
I. Clopidogrel
i. Dosis: 75 mg
clopidogrel adalah 75 mg oral sekali sehari sebelum atau sesudah makan. Terapi
sindrom koroner akut pada orang dewasa, dosis clopidogrel adalah 300 mg,
dilanjutkan 75 mg oral sekali sehari sebelum atau sesudah makan. Terapi aspirin
vii. Efek Samping: Mimisan atau pendarahan lain tanpa henti, feses berdarah atau
ada darah di dalam urin, batuk darah atau muntah cairan berwarna gelap seperti
kopi, sesak napas, nyeri yang menyebar sampai lengan atau bahu disertai dengan
mual dan berkeringat, mati rasa atau lemas mendadak, terutama di salah satu sisi
tubuh, mendadak sakit kepala, bingung, penglihatan buram, sulit bicara, atau
keseimbangan terganggu, kulit pucat, lemah lesu, demam, atau kulit atau mata
menguning atau mudah memar, pendarahan tidak wajar (di hidung, mulut,
vagina, atau rektum) dan bintik-bintik ungu atau merah di bawah kulit.
II. Atrovastatin
i. Dosis: 20 mg
vii. Efek Samping: Nyeri otot ringan dan diare atau mual ringan.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Surya Medika ini dapat ditarik
kesimpulan yaitu:
1. Praktek Kerja Lapangan sangat bermanfaat bagi siswa Farmasi, karena dapat menambah
2. Sistem penyimpanan barang dagangan adalah berdasarkan persediaan atau alfabet dengan
prinsip FIFO.
dan pelaporan.
5.2 Saran
Untuk mengantisipasi agar jumlah konsumen di Apotek Surya Medika tidak menurun,
pasien.
http://duniapharmacy.blogspot.com/2011/12/definisi-apotek.html
https://www.guesehat.com/sistem-penggolongan-obat-di-indonesia-yang-perlu-kamu-ketahui
https://hellosehat.com/penyakit/asma/
https://ummukautsar.wordpress.com/2009/11/16/pencegahan-dan-pengobatan-penyakit-asma/
https://sentralalkes.com/blog/50-alat-medis-dan-fungsinya/
https://id.scribd.com/doc/91136520/Petunjuk-Penyusunan-Laporan-PKL
Contoh Resep
Foto Bersama dengan para pegawai Apotek Surya Medika