Anda di halaman 1dari 85

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

DI APOTEK SURYA MEDIKA

JL. RAYA PURWAKARTA NO. 531

CIKALONGWETAN

Disusun oleh:

DHEA NOVIA SILVIANI

NIS. 171810081

SMK BANDUNG BARAT

KOMPETENSI KEAHLIAN FARMASI

JL.RAYA CIMAREME NO. 531 / 193A NGAMPRAH

KABUPATEN BANDUNG BARAT

TAHUN 2019
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

DI APOTEK SURYA MEDIKA

JL. RAYA PURWAKARTA NO. 531

CIKALONGWETAN

APRIL 2019

DHEA NOVIA SILVIANI

NIS. 171810081

Disahkan dan Disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Inne F.L ,S.Si.,Apt Al Nur Nurdianyash S.,Si.Apt

Lulus Diuji Tanggal 20 April 2019

Penguji I Penguji II

Inne F.L ,S.Si.,Apt Al Nur Nurdianyash S.,Si.Apt

Mengetahui,

Kepala SMK Bandung Barat

H. Ade R Hendaya,S.Sos
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas segala rahmat

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan

“DI JL. RAYA PURWAKARTA NO. 531 CIKALONGWETAN.”

Praktek Kerja Lapangan ini diselenggarakan dalam rangka memberikan bekal

pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman dalam pengolahan apotek kepada siswa

serta meningkatkan kemampuan dalam mengabdikan profesinya kepada masyarakat.

Atas selesainya Praktek Kerja Lapangan ini, kami mengucapkan banyak

terimakasih kepada orang tua kami atas segala dukungan dan moral serta materi dan

teman-teman yang telah turut membantu kami baik dalam material maupun dukungan

yang diberikan.

Pada pembuatan laporan ini banyak pihak yang telah memberikan dukungan dan

bantuan bagi pennulis, maka dari itu penulis, mengucapkan terimakasih kepada:

1. H. Ade R Hendaya, S.SoS, selaku Kepala Sekolah SMK Bandung Barat.

2. Bapak Eep Sohibah S.Pdl, selaku Wakil Kepala Sekolah SMK Bandung

Barat.

3. Ibu Lia S.Si,Apt dan Ibu Inne FL, S.Si,Apt, sebagai pembimbing.
4. Staf pengajar dan karyawan SMK Bandung Barat.

5. Keluarga dan teman-teman yang telah memberikan bantuan.

6. Pihak lain yang terkait.

Di dalam penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini, penulis menyadari

terdapat banyak kekurangan. Penulis sangat mengharapkan kritikan, masukan dan

saran yang sifatnya membangun untuk kemajuan pemikiran dan keefektifan dalam

bekerja bagi penilis selanjutnya. Dan semoga Laporan Praktek Kerja yang penulis

susun ini dapat bermanfaat bagi pembacanya dan semua pihak yang membutuhkan

dalam peningkatan wawasan keterampilan dalam pengolahan apotek.

Untuk itu penulis ucapkan terima kasih.

Bandung Barat, April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................................4
1.2 Maksud dan Tujuan..................................................................................................5
1.3 Manfaat....................................................................................................................6
1.4 Waktu dan Tempat...................................................................................................7
BAB II GAMBARAN UMNUM INSTANSI..........................................................................8
2.1 Tinjauan Instansi......................................................................................................8
2.2 Sejarah Instansi......................................................................................................13
2.3 Visi dan Misi Intansi..............................................................................................13
2.4 Struktur Intansi.......................................................................................................14
BAB III LAPORAN KEGIATAN.........................................................................................15
3.1 Pelaksanaan Kegiatan.............................................................................................15
3.2 Hasil Kegiatan........................................................................................................18
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................................45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................75
5.1 Kesimpulan..................................................................................................................75
5.2 Saran............................................................................................................................76
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................77
LAMPIRAN...........................................................................................................................78
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Besarnya peranan apotek sebagai salah satu penunjang kesehatan masyarakat, menyebabkan

apotek perlu dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang mempunyai

kemampuan profesional tidak saja dalam bidang teknis Farmasi tetapi juga dalam non teknis

Farmasi.

Untuk menunjang kegiatan dan tugas Apoteker, seorang Apoteker membutuhkan Asisten

Apoteker untuk membantu memberikan pelayanan dan informasi mengenai kefarmasian. Oleh

karena itu dengan adanya Praktik Kerja Lapangan (PKL) dapat membantu melatih Asisten

Apoteker agar lebih profesional dalam melakukan pelayanan kefarmasian.

Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan program khusus yang harus dilaksanakan oleh

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sesuai dengan kurikulum SMK. Program ini dilaksanakan

di luar sekolah dalam bentuk praktek kerja di dunia usaha/ industri (Instansi) dengan

mempertimbangkan struktur program kurikulum, kalender pendidikan, dan kesediaan dunia

usaha/ industri (Instansi) untuk dapat menerima PKL ini.


Praktek Kerja Lapangan dimaksudkan untuk mendekatkan siswa kepada tuntutan kerja/

industri, yang sekaligus diharapkan mampu memberikan umpan balik kepada pihak dunia usaha/

industri, maupun sekolah sebagai lembaga pelaksana pendidikan formal, sehingga diperoleh

gambaran yang lebih jelas tentang standar kualifikasi lulusan SMK yang sesuai kebutuhan pasar

kerja di dunia usaha/ industri serta masukan-masukan yang berarti bagi pengembangan mutu

pendidikan khususnya di SMK Bandung Barat.

I.2 Maksud dan Tujuan

Ada pun maksud dan tujuan diselenggarakannya Praktek Kerja Lapangan antara lain:

I. Untuk mengetahui dan memahami ruang lingkup kerja dan tanggung jawab Tenaga

Kefarmasian di apotek.

II. Untuk meningkatkan dan menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan tentang

pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan,

dan penyerahan obat atau bahan obat serta perbekalan farmasi lainnya.

III. Meningkatkan kedisiplinan kerja siswa-siswi.

IV. Mengembangkan sikap mandiri dan percaya diri.

V. Mengenal kegiatan – kegiatan penyelenggara program kesehatan masyarakat secara

menyeluruh baik ditinjau dari aspek administrasi teknis maupun sosial budaya.
VI. Menumbuh kembangkan dan memanfaatkan sikap profesionalisme yang diperlukan

siswa-siswi untuk memasuki lapangan kerja sesuai dengan bidangnya.

VII. Memberikan kesempatan kepada siswa-siswi untuk menyesuaikan diri pada suasana

lingkungan kerja yang sebenarnya.

VIII. Siswa-siswi mendapatkan pengalaman kerja sebelum memasuki dunia kerja nanti.

I.3 Manfaat

I. Bagi Siswa

i. Mengetahui karakteristik pelayanan resep di apotek.

ii. Mengetahui spesialit atau pengelompokan jenis-jenis obat di apotek.

iii. Menambah ilmu pengetahuan dalam hal mengelola obat, perbekalan farmasi

dan pemasarannya.

iv. Dapat mengetahui bentuk-bentuk sediaan farmasi yang belum pernah ada di

laboratorium sekolah.

II. Bagi Sekolah

i. Adanya kerja sama yang baik antar sekolah dan intansi.

ii. Menjadikan lulusan yang siap bekerja kompeten di bidang kefarmasian.


III. Bagi Instansi

i. Dapat membagi ilmunya kepada peserta Praktek Kerja Lapangan (PKL).

ii. Terciptanya kerjasama dalam melakukan pekerjaan.

1.4 Waktu dan Tempat

Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan selama 2 (dua) bulan dimulai dari tanggal 22

Desember 2018 sampai 20 Februari 2019, di Apotek Surya Medika JL.Raya Purwakarta No. 531

Cikalongwetan. Praktik dijadwalkan setiap hari Senin sampai Minggu dimulai dari shift pagi

(7.00-12.00 WIB), shift siang (11.00-16.00 WIB) sampai shift malam (16.00-21.00 WIB).
BAB II

GAMBARAN UMUM INTANSI

2.1 Tinjauan Instansi

2.1.1 Definisi Apotek

Menurut Keputusan Menkes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 Apotek merupakan suatu

tempat tertentu untuk melakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi

kepada masyarakat.

Sedangkan definisi apotek menurut PP No. 51 Tahun 2009. Apotek merupakan suatu

tempat atau terminal distribusi obat perbekalan farmasi yang dikelola oleh apoteker sesuai

standar dan etika kefarmasian.

Yang dimaksud dengan pekerjaan kefarmasian di sini adalah pembuatan termasuk

pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, distribusi obat,

pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat dan pengembangan

obat, bahan obat dan obat tradisional. Sedangkan yang dumaksud perbekalan farmasi menurut

udang-undang kesehatan yaitu meliputi obat, obat tradisional dan bahan baku obat tradisional,
alat kesehatan dan kosmetika. Pekerjaan kefarmasian terutama dalam meracik obat-obatan

dikerjakan di apotek di bawah pengawasan apoteker.

Obat pada dasarnya dalah ‘RACUN’ yang jika tidak digunakan dengan tepat dapat

membahayakan penggunanya, maka dari itu dalam penyaluran obat kepada masyarakat ataupun

pasien harus disertai dengan memberikan informasi seperti mengenai nama obat, efek samping,

waktu minum sampai dengan bagaimana cara menggunakan obat tersebut. Informasi tersebut

diharapkan selalu disampaikan kepada pasien agar obat yag diminum oleh paien dapat digunakan

dengan sebagaimana mestinya, aman dan benar, serta obat dapat memberikan efek positif

semaksimal mungkin dibandingkan dengan efek negatifnya.

Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker

dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak, dievalusi dengan krtis dan

dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien

atau masyarakat. Informasi mengenai obat termasuk obat resep, obat bebas dan obat herbal.

Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoa pemberian,

farmakokinetuk, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu

hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau

kimia dari obat dan lain-lain.


2.1.2 Fungsi dan Tugas Apotek

Berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah:

I. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan

sumpah jabatan Apoteker.

II. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian

III. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi

antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika.

IV. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan,

pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat,

pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

Sedangkan secara umum fugsi apotek dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:

I. Fungsi secara sosial merupakan sarana pelayanan dan penyaluran distribusi

obat dan alat kesehatan kepada masyarakat dengan cara membantu

masyarakat untuk memperoleh obat-obatan dan memperoleh informasi.

II. Fungsi secara ekonomi merupakan salah satu sarana menghasilkan laba dan

menjaga kelangsungan usahanya serta membayar oprasional apotek.


2.1.3 Persyaratan Apotek

Menurut PERMENKES RI No. 9 Tahun 2017 tahapan pembuatan apotek adalah

sebagai berikut:

I. Penentuan Modal

Penentuan modal menurut PERMENKES RI No. 9 Tahun 2017, Bab II,

Pasal 3 adalah sebagai berikut:

i. Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan modal sendiri dan/atau modal

dari pemilik modal baik perorangan maupun perusahaan.

ii. Dalam hal Apoteker yang mendirikan Apotek bekerjasama dengan pemilik

modal maka pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh

Apoteker yang bersangkutan.

II. Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi menurut PERMENKES RI No. 9 Tahun 2017, Bab II,

Pasal 5 adalah sebagai berikut:

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran Apotek di

wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan

kefarmasian

III. Pendirian Bangunan

Pendirian bangunan menurut PERMENKES RI No. 9 Tahun 2017, Bab II,

Pasal 6 adalah sebagai berikut:


i. Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan

kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta perlindungan

dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anakanak,

dan orang lanjut usia.

ii. Bangunan Apotek harus bersifat permanen.

iii. Bangunan bersifat permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat

merupakan bagian dan/atau terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen,

rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis.

Syarat pendirian apotik menurut PP No. 51 Tahun 2010, sebagai berikut:

I. Salinan / fotokopi SIK atau SP.

II. Salinan /fotokopi KTP dan surat peryataan tempat tinggal secara nyata.

III. Salinan / fotokopi denah bagunan surat yang menyatakan status bangunan

dalam bentuk akte hak milik /sewa/ kontrak.

IV. Daftar AA mencantumkan nama, alamat, tahun lulus dan SIK.

V. Asli dan salinan / fotokopi daftar terperinci alat perlengkapan apotik.

VI. Surat pernyataan APA tidak bekerja pada perusahaan farmasi dan tidak

menjadi APA di apotik lain.

VII. Asli dan salinan /fotokopi Surat Izin atas bagi PNS, Anggota ABRI dan

pegawai instansi pemerintah lainnya.

VIII. Akte perjanjian kerjsama APA dan PSA.

IX. Surat peryataan PSA tidak terlibat pelanggaran Per UU farmasi.

X. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)

XI. Rekomendasi ISFI.


Menurut KepMenKes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002, disebutkan bahwa

persyaratan-persyaratan apotek adalah sebagai berikut:

I. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerjasama

II. Dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan

tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi

yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.

III. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan

IV. Komoditi yang lain di luar sediaan farmasi.

V. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain di luar

sediaan farmasi.

VI. Lokasi dan Tempat, Jarak antara apotek tidak lagi dipersyaratkan, namun

sebaiknya tetap mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan

pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, dan kemampuan daya beli

penduduk di sekitar lokasi apotek, kesehatan lingkungan, keamanan dan

mudah dijangkau masyarakat dengan kendaraan.

VII. Bangunan dan Kelengkapan, Bangunan apotek harus mempunyai luas dan

memenuhi persyaratan yang cukup, serta memenuhi persyaratan teknis

sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek

serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi. Bangunan

apotek sekurang-kurangnya terdiri dari : ruang tunggu, ruang administrasi

dan ruang kerja apoteker, ruang penyimpanan obat, ruang peracikan dan

penyerahan obat, tempat pencucian obat, kamar mandi dan toilet. Bangunan

apotek juga harus dilengkapi dengan : Sumber air yang memenuhi syarat
kesehatan, penerangan yang baik, Alat pemadam kebakaran yang befungsi

baik, Ventilasi dan sistem sanitasi yang baik dan memenuhi syarat higienis,

Papan nama yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA, alamat

apotek, nomor telepon apotek. Perlengkapan Apotek, Apotek harus

memiliki perlengkapan, antara lain: Alat pembuangan, pengolahan dan

peracikan seperti timbangan, mortir, gelas ukur dll.

VIII. Perlengkapan dan alat penyimpanan, dan perbekalan farmasi, seperti lemari

obat dan lemari pendingin. Wadah pengemas dan pembungkus, etiket dan

plastik pengemas. Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika dan

bahan beracun. Buku standar Farmakope Indonesia, ISO, MIMS, DPHO,

serta kumpulan peraturan per-UU yang berhubungan dengan apotek. Alat

administrasi, seperti blanko pesanan obat, faktur, kwitansi, salinan resep dan

lain-lain.

2.1.4 Manajemen Apotek

Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002

tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek pasal 1 ayat (a), disebutkan bahwa

apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Di dalam apotek

terdapat suatu struktur organisasi yang terdiri dari pemilik sarana apotek (PSA), apoteker

pendamping apotek (APA), asisten apoteker (AA), dan tenaga-tenaga lainnya.


Dalam pendirian sebuah apotek, diperlukan perencanaan yang matang dan

penyiapan persyaratan – persyaratan yang diperlukan secara teliti. Seringkali PSA tidak

memahami sepenuhnya bagaimana alur perijinan pendirian apotek, persyaratan yang harus

dipenuhi, bagaimana perhitungan neraca awal apotek yang merupakan langkah awal penting

dalam pendirian apotek. Walaupun apotek didirikan dengan tujuan utama pelayanan kesehatan,

harus tetap diingat juga bahwa apotek juga merupakan suatu badan usaha yang perlu

mendapatkan keuntungan, sehingga dalam pendiriannya diperlukan perencanaan dan perhitungan

yang tepat. Berdasarkan PP 51 tahun 2009 Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk

pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi

atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

Tujuan manajemen apotek berdasarkan PP 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan

Kefarmasian:

I. Memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam

memperoleh dan/atau menetapkan sediaan farmasi dan jasa kefarmasian

II. Mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan Pekerjaan

Kefarmasian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

serta peraturan perundangan-undangan

2.1 Sejarah Instansi


Apotek Surya Medika berdiri pada bulan Mei tahun 2005. Apotek ini didirikan bersama

dengan Klinik Surya Medika, namun klinik tersebut tidak bertahan lama karena tidak adanya

dokter yang praktik. Pendiri Apotek Surya Medika yaitu Bapak Al Nur Nurdiansyah.,S.Si,.Apt.

2.2 Visi dan Misi Intansi

Visi dan Misi Apotek Surya Medika:

I. VISI

i. Menjadi pusat pelayanan kesehatan yang mampu melaksanakan kefaramasian di

apotek secara profesional yang ditunjang oleh daya manusia yang profesional.

ii. Memberikan pelayanan obat-obatan pada masyarakat dengan penyediaan obat

yang lengkap dan murah.

II. MISI

i. Melatih seluruh Sumber Daya Manusia untuk memahami peran, fungsi dan

tanggung jawab di apotek.

ii. Memberikan pelayanan kefarmasian terbaik kepada masyarakat untuk

meningkatkan kualitas hidup

ii.4 Struktur Intansi


Struktur organisasi “Apotek Surya Medika”

PEMILIK
Bapak Tono

PENANGGUNG JAWAB
Al Nur Nurdiansyah S.,Si.Apt

ASISTEN APOTEKER I ADMINISTRASI


Intan Krisyanti Lestari Beni Siswanto, Amd

ASISTEN APOTEKER II KEUANGAN


Rika Rahayu Dede Abdul Rojak

PENDAMPING I PENDAMPING II PENDAMPING III


Nia Mariah N. Rini Agustini Lilis Suyani
BAB III

LAPORAN KEGIATAN

I.1 Pelaksanaan Kegiatan

3.1.1 Kegiatan Harian

Kegiatan dilakukan selama 2 (dua) bulan di Apotek Surya Medika, setiap harinya dapat

melaksanakan kegiatan dibeberapa bagian diantaranya di bagian administrasi pembukuan,

pelayanan serta bagian gudang (bagian stock barang). Kegiatan yang dilakukan pun dengan

jadwal kerja shift pagi dari pukul 07.00-12.00, shift siang dari pukul 11.00-16.00 dan shift sore

dari pukul 16.00-21.00.

I. Kegiatan yang dilakukan minggu pertama:

Pengarahan tentang obat-obatan dari asisten apoteker, mencatat nama-nama obat

beserta zat kandungan dan khasiatnya, memahami nama-nama obat beserta zat kandungannya,

merapihkan obat-obatan, pengrahan tentang melayani pasien, pengarahan tentang obat Analgetik

AINS, melayani pasien dan memberikan informasi obat dan pengarahan dari asisten apoteker.
II. Kegiatan yang dilakukan minggu ke-dua:

Menerima barang datang dari PBF, menerima faktur serta mengecek barang,

melayani pasien dan memberi informasi obat, melakukan stock opname, pengarahan tentang alat

kesehatan, pengarahan obat Asam urat dan Reumatik, mengetahui alur penyimpanan resep,

menulis obat kosong di buku defekta, mengetahui cara pemberian harga obat dan pengarahan

dari asisten apoteker.

III. Kegiatan yang dilakukan minggu ke-tiga:

Melakukan stock opname, melayani pasien dan memberi informasi obat, belajar

mengecek tekanan darah (Tensi), memberi harga pada obat yang baru datang, mengecek faktur

yang baru datang dari PBF, pengarahan tentang penyakit Asma, pengarahan dari asisten

apoteker, merapikan etalase-etalase obat di depan, mengecek stock obat dan memeriksa obat

yang baru datang.

IV. Kegiatan yang dilakukan minggu ke-empat:

Merapihkan obat, melayani pasien dan memberi informasi obat, memberi harga pada

obat yang baru datang, melakukan stock opnamae, melayani resep dan menyiapkan obat untuk

resep, melakukan skrining resep pertama, pengarahan dari asisten apoteker, mengecek barang

yang baru datang dari PBF, menulis barang kosong di buku defektadan merapikan etalase-etalse

obat di depan.
V. Kegiatan yang dilakukan mingu ke-lima:

Melakukan stock opanme, merapikan obat, melayani pasien dan memberi informasi

obat, memberi harga pada obat yang baru datang, mengecek tekanan darah (tensi), mengecek

faktur yang baru datang dari PBF, melayani resep dan menyiapkan obat untuk resep, mengetahui

berbagai macam salep alergi, memeriksa obat yang baru datangdanmelakukan skrining resep ke-

dua.

VI. Kegiatan yang dilakukan minggu ke-enam:

Merapihkan obat, mengecek stok obat, memeriksa obatyang baru datang, melayani

pasien dan memberi informasi obat, memberi harga pada obat yang baru datang, belajar test

kolestrol, asam urat dan gula, merapikan etalase-etalase alkes di depan, bengarahan dari asisten

apoteker dan melayani resep.

VII. Kegiatan yang dilakukan minggu ke-tujuh:

Mengecek barang yang baru datang dari PBF, merapihkan obat, mengecek stok obat,

melakukan test kolestrol, asam urat dan gula, memberi harga pada obat yang baru datang,

pengarahan dari asisten apoteker, pelayanan resep dan memeriksa obat yang baru datang.
VIII. Kegiatan yang dilakukan minggu ke-delapan:

Mengecek barang datang, merapihkan obat, memberi harga pada obat yang baru

datang, melakukan stock opname, melakukan test asam urat, kolestrol dan gula, mengecek

tekanan darah (Tensi), ulangan pengeahuan dari Pak Al Nur, dan pengarahan tentang obat

Analgetik; antipiretik untuk penderita maag.

I.2Hasil Kegiatan

3.2.1 Tugas Mingguan

I. TUGAS I

Menggolongkan obat bebas, bebas terbatas, obat keras, obat tradisional dan alat

kesehatan.

i. Obat Bebas / OTC (Over The Counter)

Tabel 1.1 Obat Bebas

No. Nama Obat Komposisi Indikasi

1 OBH Nusantara, sirop Licorice, Ammonium chloride, Ekspektoran


Alcohol

2 Tropi Gesik, sirop Paracetamol Analgetik;


Antipiretika

3 Gastrucid, sirop Aluminium hydroxide, Antasida


Magnesium Hydroxide,
Simethicone

4 Samconal, sirop Paracetamol Analgetik;


Antipiretika

5 Fasidol forte, sirop Paracetamol Analgetik;


Antipiretika

6 Guanistrep, suspensi Kaolin, pectin Antidiare non


spesifik

7 Biogastron, tablet Aluminium hydroxide, Antasida


Magnesium Hydroxide,
Simethicone

8 Aspilet, tablet Asam mefenamat Analgetik AINS

9 Dapyrin, tablet Paracetamol Analgetik;


Antipiretik

10 Daneuron, tablet Vitamin B1, vitamin B6, vitamin Multivitamin


B12

11 Hufaneuron, tablet Thiamine Hcl (vit. B1), Multivitamin


pyridoxine Hcl (vit. B6),
cyanocobalamin (vit. B12)

12 Molagit, tablet Attapulgit, Pectin Antidiare non


spesifik

13 Mirasic, tablet Paracetamol Analgetik;


Antipiretika

14 Neurosanbe, tablet Vitamin B1, vitamin B6, vitamine Multivitamin


B12

15 Kaotin, sirop Kaolin, pectin Antidiare

16 Dumin, siroo Paracetamol Analgetik;


Antipiretika
17 Termorex, sirop Paracetamol Analgetik;
Antipiretika

18 Atmacid, tablet Aluminium hydroxide, Antasida


Magnesium Hydroxide,
Dimeticon

19 Dexanta, tablet Aluminium hydroxide, Antasida


Magnesium Hydroxide,
Simethicone

20 Almacon, tablet Aluminium hydroxide, Antasida


Magnesium Hydroxide,
Dimeticon

21 Hufamag plus, tablet Aluminium hydroxide, Antasida


Magnesium Hydroxide,
Simethicone

22 Itramol, tablet Paracetamol Analgetik;


Antipiretika

23 Lanamol, tablet Paracetamol Analgetik;


Antipiretika

24 Lambucid, tablet Aluminium hydroxide, Antasida


Magnesium Hydroxide,
Simethicone

25 Lexacrol, tablet Aluminium hydroxide, Antasida


Magnesium Hydroxide,
Simethicone

26 Triocid, sirop Aluminium hydroxide, Antasida


Magnesium Hydroxide,
Simethicone

27 Runacid, tablet Aluminium hydroxide, Antasida


Magnesium Hydroxide,
Simethicone

28 Trifamol, tablet Paracetamol Analgetik;


Antipiretika

29 Maagel Kalsium karbonat, Magnesium Antasida


trisilikat, Simeticon

30 Kamolas, sirop Paracetamol Analgetik;


Antipiretika

ii. Obat Bebas Terbatas

Tabel 1.2 Obat Bebas Terbatas

No. Nama Obat Komposisi Indikasi

1 Coparcetin, tablet Paracetamol, Guaifenisin, Analgetik; Antipiretik,


Efedrin Hcl, Chlorpeniramin antihistamin, antitusif,
maleat ekspektoran

2 Calortusin, tablet Paracetamol, Dextromethorpaan Analgetik; Antipiretik,


Hbr, Penilpropanolamin Hcl, antihistamin, antitusif,
Chlorpeniramin maleat ekspektoran

3 Corsagrip, tablet Paracetamol, Dextromethorpan Analgetik; Antipiretik,


Hbr, Penilpropanolamin Hcl, antihistamin, antitusif,
Chlorpeniramin maleat ekspektoran

4 Dexteem, tablet Dexchlorpheniramine maleat Antialergi

5 Flucadex, tablet Paracetamol, Guaifenisin, Analgetik; Antipiretik,


Penilpropanolmain Hcl, antihistamin, antitusif,
Chlorpeniramin maleat ekspektoran dan
meringankan gejala
influenza

6 Molexflu, tablet Paracetamol, Penilpropanolamin Analgetik; Antipiretik,


Hcl, Chlorpeniramin maleat antihistamin, antitusif,
ekspektoran, dan
meringankan gejala
influenza
7 Tifalsic, tablet Ibuprofen, Paracetamol Analgetik; Antipiretik;
Analgetik AINS

8 Tera-F, tablet Paracetamol, Guaifenisin, Analgetik; Antipiretik,


Penilpropanolamin Hcl, antihistamin, antitusif,
Chlorpeniramin maleat ekspektoran dan
meringankan gejala
influenza

9 Alpara, tablet Paracetamol, Penilpropanolamin Analgetik; Antipiretik,


Hcl, Chlorpeniramin maleat, antihistamin, antitusif,
Dextromethorpan Hbr ekspektoran dan
mengatasi gejala
influenza

10 Superhoid, suppositoria Benzocaine, Zinc oxid, Al- Mengatasi penyakit


hydroxide wasir

11 Triolax, suppositoria Glycerine 10%, Na dodecyl Kontipasi


sulfate 10% in hydrophyl mass.

12 Tusselix, elixir Succus Liquiritiae, Efedrin Hcl, Mengatasi batuk, pilek


Chlorpeniramin maleat, dan sesak
Ammonium chloride, Oleum
anisi

13 Arbupon, sirop Ibuprofen Analgetik; Antipiretik;


Analgetik AINS

14 Flutamol, sirop Paracetamol, Guaifenisin, Analgetik; Antipiretik,


Penilprofanolamin Hcl, antihistamin, antitusif,
Chlorpeniramin maleat ekspektoran dan
mengatasi gejala
influenza

15 Fenpro, sirop Ibuprofen Analgetik; Antipiretik;


Analgetik AINS

16 Pacdin, sirop Paracetamol, Guaifenisin, Analgetik; Antipiretik,


Chlorpeniramin maleat, Etanol antihistamin, antitusif,
ekspektoran dan
mengatasi gejala
influenza

17 New Chlorkol, sirop Paracetamol, Guaifenisin, Analgetik; Antipiretik,


Chlorpeniramin maleat antihistamin, antitusif,
ekspektoran dan
mengatasi gejala
influenza

18 Pimacolin plus, sirop Paracetamol, Guaifenisin, Analgetik; Antipiretik,


Ammonium Chloride, Efedrin antihistamin, antitusif,
Hcl, Chlorpeniramin maleat ekspektoran dan
mengatasi gejala
influenza

19 Bufagant expectorant, Prometazine Hcl, Efedrin Hcl, Mengatasi batuk;


sirop Ammonium chloride batuk alergi, pilek dan
sesak

20 Tiafen, sirop Ibuprofen Analgetik; Antipiretik;


Analgetik AINS

21 Remco cough, sirop Paracetamol, Dextromethorpan Analgetik; Antipiretik,


Hbr, Guaifenisin, antihistamin, antitusif,
Chlorpeniramin maleat ekspektoran dan
mengatasi gejala
influenza

22 Coredryl, sirop Diphenhidramin Hcl, Ekspektoran


Chlorpeniramin mlaeat

23 Omecough, sirop Paracetamol, Dextromethorpan Analgetik; Antipiretik,


Hbr, Guaifenisin, antihistamin, antitusif,
Chlorpeniramin maleat ekspektoran dan
mengatasi gejala
influenza

24 Decadryl, sirop Diphenhydramine Hcl, Antitusif, ekspektoran


Ammonium Chloride, Na-sitrat, dan mengatasi gejala
mentol, Alkohol influenza

25 Termorex plus, sirop Paracetamol, Pseudoefedrin, Analgetik; Antipiretik,


Guaifenisin, Chlorpeniramin antihistamin, antitusif,
maleat ekspektoran dan
mengatasi gejala
influenza
iii. Obat Keras

Tabel 1.3 Obat Keras

No Nama Obat Komposisi Indikasi


.

1 Alvita, tablet Metamizole sodium, Thiamini Untuk meringankan


Hcl (Vit. B1), Pyridoxini Hcl rasa sakit yang berat
(Vit. B6), Cynocobalaminum yang disebabkan oleh
(Vit. B12) neuritis dan neuralgia.

2 Altran, tablet Asam mefenamat Analgetik; Antipiretika

3 Bufacaryl, tablet Dexamethasne, Antialergi;


Dexchlorpeniramine maleat kortikosteroid

4 Carbidu, tablet Dexamethasone Kotrikosteroid

5 Cargesic, tablet Asam mefenamat Analgetik; Antipiretika

6 Danasone, tablet Dexamethasone Kortikosteroid

7 Dexteem plus, tablet Dexamethasone, Antialergi;


Dexchlorpeniramiine maleat Kortikosteroid

8 Emeran, tablet Metokloperamid Hcl Antiemetika

9 Ersolon, tablet Methylprednisolone Kortikosteroid

10 Farsorbid, tablet Isosorbide dinitrate Antiangina

11 Hufadextamini, tablet Dexamethasone, Antialergi;


dexchlorpeniramine maleat Kortikosteroid

12 Histigo, tablet Betahistine mesilate Untuk meringankan


rasa sakit atau pusing
yang disebabkan oleh
penyakit vertigo

13 Kalmetason, tablet Dexamethasone Kortikosteroid


14 Lerzine, tablet Cetirizine Hcl Antihistamin

15 Linogra, tablet Allopurinol Untuk terapi penyakit


gout; reumatik; asam
urat

16 Lokev, tablet Omeprazole Antasida

17 Opistan, tablet Asam mefenamat Analgetik; Antipiretika

18 Omemox, tablet Amoxicillin trihidrat Antibiotika

19 Prostanac, tablet Natrium diklofenak Analgetik AINS

20 Omeric, tablet Allopurinol Untuk terapi penyakit


gout; reumatik; asam
urat

21 Nufadex-m, tablet Dexamethasone Kortikosteroid

22 Mycoral, tablet Ketokonazole Antifungi

23 Zultrop forte, tablet Sulfametoksazol, Trimetoprin Antibiotika

24 Spasminal, tablet Metampiron, Papaverin Hcl, Antispasma/kejang


Belladonna extr.

25 Selvim, tablet Simvastatin Antikolestrol

26 Rosidon, tablet Domperidon Antiemetika

27 Renabetic, tablet Glibenclamide Antidiabetes

28 Tasma, tablet Salbtamol sulfat Antiasma

29 Scopma plus, tablet Hyoscine butylbromidin, Antispasme; analgetik


Paracetamol pada lambung/usus

30 Faktu, suppositoria Policresulen, Cinchocaine Hcl Obat


wasir/antihemoroid

iv. Obat Tradisional

Tabel 1.4 Obat Tradisional


No Nama Obat Komposisi Khasiat Logo
.

1 Ambeven® Graptopyllum pictum Obat wasir/


– folia 30%, Sophora Antihemoroid
japonica – flos 15%,
Rubia cordifolia –
radix 15%, Coleus
artropurpureus – folia
10%, Sanguisorba
officinalis – radix
10%, Kaempferia
angustifolia –
rhizoma 10%,
Curcuma heyneana –
rhizoma 10%

2 Henocap® Graptophyli folium Obat wasir/


extract, Sophorae Antihemoroid
japonicae flos extract,
Cardifoliae radix
extract, Coleus
atropurpureus fol
extract, Sanguisorbae
officinalis radix ext,
Kaempferiae
angustifolia extract

3 Merit® Camellia Sinensis Membantu


Extract, Chromium melangsingkan
Picolinate, Guazumae tubuh, melarutkan
Folium Extract, Rhei lemak tubuh,
Radix Extract, mempermudah
Granati Fructus buang air besar dan
Cortex Extract mungurangi kadar
kolesterol dan
trigliserida

4 Firalum® Lumbricus Ruebellus Meringankan penyakit


(Cacing), Curcuma Typus dan Maag
Domestica Rhizoma
5 New Hau Fung Glycyrrhizae radix Obat ini dapat
San® 20%, Sophorae Radix mengobati berbagai
20%, Indigo penyakit pada
Pulverate 7%, tenggorokan dan mulut
Calcitum 8%, bahan- antara lain: tenggorokan
bahan lain sampai gatal, sariawan, gusi
100% bengkak, sakit gigi

6 Lancar ASI® Ekstrak Sauropi Melancarkan ASI dan


Folium menurunkan demam

7 Clofen® Extract Sophora Obat wasir/


Japonica, Extract Antihemoroid
Graptophylum
Pictum, Extract
Papaya

8 Laxing® Sennae fructus, Aloe, Membantu melancarkan


Foeniculi semen, buang air besar tanpa
Aleuritidis endosperm menyebabkan rasa
mulas dan mencret.
Membantu melunakkan
tinjeksia

9 Lelap® Valerianae Radix, Membantu


Myristicae Semen, meningkatkan kualitas
Eleuthroginseng tidur dan membuat tidur
Radix, Polygalae lebih pulas
Radix (Hipnotikum)

10 OB Herbal® Zingiberis Rhizoma,  Menghangatkan dan


Kaempferiae melegakan
Rhizoma, Citrus tenggorokan.
AurantifoliI Fructus,
Thymi Herba,  Membantu
Menthae Folia, meredakan batuk
Myristicae Semen, yang disebabkan
Licorice, Mel (Madu) karena masuk
angin.
11 Keling® Orthosiphonis Membantu meluruhkan
Folium, Sonchi batu oksalat di ginjal
Folium, Sericocalycis dan saluran kemih.
Folium, Phyllanthi Membantu melancarkan
Herba, Imperatai buang air kecil.
Radix, Cubebae Memebantu meredakan
Fructus, Caricae sakit otot pinggang
Folium

12 Lamandel® Temulawak, Daun Membantu mengatasi


Pegagan, Daun Pecut gangguan amandel dan
Kuda. tenggorokan, dapat
meningkatkan daya
tahan tubuh,
merangsang dan
meningkatkan nafsu
makan anak, meredakan
batuk, radang
tenggorokan dan sakit
tenggorokan akibat dari
peradangan. Mencegah
kembalinya penyakit
amandel. Membantu
menurunkan demam
dan panas akibat
pembengkakan amandel
pada tenggorokan

13 Stimuno® sirop Phyllanthus niruri Membantu merangsang


tubuh memproduksi
lebih banyak antibodi
dan mengaktifkan
sistem kekebalan tubuh
agar daya tahan tubuh
bekerja optimal.

14 Egoji® Lycium barbarum Membantu memelihara


extract (ekstrak buah daya tahan tubuh
goji), Echinacea
purpurea extract
(ekstrak echinacea),
Phyllantus niruri
extract (ekstrak
meniran), Sambucus
nigra extract (ekstrak
black elderberry)

15 G-Bumin® Ekstrak Ikan Gabus Suplemen makanan

16 Vermint® Ekstrak Lumbricus Membantu meredakan


Rubellus demam

17 Garcia® Ekstrak Kulit Manggis Untuk menjaga dan


memelihara kesehatan
tubuh.

18 Curcuma C Vitamin A, Vitamin Untuk membantu


plus® B1, Vitamin B2, memenuhi kebutuhan
Vitamin B6, Vitamin vitamin pada anak-
B12, Vitamin anak. Dan juga
B5/Dekspantenol, merupakan supplemen
Vitamin D, Kalsium untuk membantu
Hipofosfit, Minyak merangsang nafsu
Ikan Kod, Ekstrak makan pada anak-anak
Curcuma
xanthorrhiza

19 Subur® Zingiberis rhizoma, Memelihara kesehatan


Curcumae domesticae rahim
rhizoma, Curcumae
rhizoma, Blumeac
folium, Boesen
bergiae rhizoma

20 Rose® Curcumae Rhizoma, Membantu mengurangi


Elettariae speciosae bau badan
Flos, Ocimi
Basillicolium,
Plucheae Folium,
Santali Lignum,
Symploci Lignum,
Centellae Herba,
Curcumae
Domesticae Rhizoma,
Zingiberis Aromaticae
Rhizoma

21 Ideal® Guazumae Folium, Membantu menurunkan


Curcumae Rhizoma, berat badan dan
Murrayae Folium, memelihara kesehatan
Sappan, Lignum, tubuh
Parameriae Cortex,
Terminallae
arboreae, Curcumae
domesticae Rhizoma

22 Hirokids® Curcumae Menjaga daya tahan


Xanthorizae, tubuh dan merangsang
Phyllanthi Niruri nafsu makan
Herba

23 Gemuk Sehat® Curcuma rhizoma, sebagai Obat Herbal


Zingiberis aromaticae Penambah Nafsu makan
rhizoma, Retrofracti
fructus

24 Diyet® Murrayae folium, Mengurangi lemak


Guazumae folium,
Mimossae herba,
Gallae

25 Stimuno® tablet Phyllanthus niruri Membantu merangsang


tubuh memproduksi
lebih banyak antibodi
dan mengaktifkan
sistem kekebalan tubuh
agar daya tahan tubuh
bekerja optimal.
26 Kiranti® Curcume domesticoe Membantu mengatasi
rhizoma (kunyit), keluhan saat haid
Tamarindi pulpa seperti: nyeri haid dan
(asam jawa), bau tak sedap serta
Koempferice rhizoma membantu
(kencur), Arengue memperlancar haid
pinnata fructose (gula sehingga tubuh terasa
jawa), Zingberis segar dan sehat.
rhizoma (jahe),
Paulinia cupana
(paulinia), Cinnamoni
cartex (kayu manis)

27 Diapet® Ekstrak psidii folium, Untuk membantu


ekstrak curcumae mengobati mencret dan
domesticae rhizoma, memadatkan kembali
ekstrak coix lacrima faeces yang cair,
jobi semen, ekstrak mengatasi rasa mulas.
phellodendri radix ,
ekstrak coptidis
rhizoma

28 Nodiar® Attapulgite, Psidii Antidiare dan Antasida


Folium Extract,
Curcuma domestica
Rhizoma Extract

v. Alat Kesehatan

Tabel 1.5 Alat Kesehatan

No. Gambar Alat Kesehatan Fungsi


1 Termometer digital Alat pengukur suhu
tubuh

2 Tensimeter/ digital Alat pengukur


tekanan darah

3 Alat suntik (spet) Untuk memasukan


cairan obat ke
pembuluh darah

4 Infus set Memasukan cairan


obat atau vitamin
dan juga elektrolit
ke dalam tubuh
pasien melalui
pembuluh darah.

5 Alat bantu jalan Alat bantu jalan


(kruk) untuk pasien
dengan gangguan
tertentu.

6 Kapas dan kasa Pembalut luka


pembalut
7 Pembalut elastis Untuk menompang
dan menekan
bagian tubuh pada
penderita gangguan
tulang dan sendi

8 Masker Agar tidak


terkontaminasi
udara kotor
maupun penularan
penyakit lewat
udara

9 Plester Merekatkan
penutup luka
seperti kapas dan
perban

10 Sarung tangan Agar tidak mudah


terkontaminasi
penyakit atau
penularan penyakit

11 Urine bag Penampung urine


pasien dengan
gangguan tertentu

12 Urinal male/female Untuk


(pispot) memudahkan
pasien buang air
kecil
13 Kotak P3K Menampung alat-
alat kesehatan
dasar

14 Alkohol swab Untuk mengusap


bagian tubuh yang
akan disuntik
dengan tujuan
mensterilkan area
kulit

15 Alat cek darah Untuk test gula,


portable kolestrol dan asam
urat

16 Tes kehamilan Alat pendeteksi


kehamilan

17 Dosposable syringe Menyalurkan obat


melalui pembuluh
darah

18 Foley catheter Untuk melewatkan


cairan pada saluran
kemih
19 Alat kontrasepsi Pencegah
terjadinya
kehamilan

20 Pispot sodok Untuk membantu


pasien dengan
gangguan tertentu
buang air besar

21 Rivanol Digunakan untuk


membersihkan
luka, kompres luka
yang membengkak,
menghambat
perkembangan dan
pertumbuhan
kuman, membunuh
kuman yang berada
di luar tubuh,
membantu
menyembuhkan
dan mengeringkan
luka,
membersihkan dan
menyembuhkan
bisul.

22 Arm sling Untuk menompang


lengan pasien patah
tulang
23 Timbangan Digunakan untuk
badan/digital/manual mengukur berat
badan.

24 Wing needle Digunakan untuk


kebutuhan
pemberian atau
pengambilan darah
dan cairan dari atau
ke tubuh pasien
melalui pembuluh
darah

25 Termometer air Alat penguukur


raksa suuhu tubuh

26 Blood lancet Untuk


mengeluarkan
darah pada jemari
untuk mengambil
sampel darah.
Biasanya alat ini
digunakan ketika
melakukan tes
darah
menggunakan alat
cek darah portable.
27 Lancing device Digunakan untuk
memasang jarum
kemudian
memberikan
tusukan pada jari
saat pengambilan
sampel darah
dengan alat cek
portable yaitu
lancing device.
Bentuk alat ini
menyerupai
ballpoint. Blood
lancet dipasang
pada bagian ujung
depan.

28 Celana khitan Fungsi celana ini


adalah untuk
melindungi luka
khitan agar tidak
terkena kain celana
saat beraktifitas

29 Ice bag Ketika ada kontak


fisik yang
menyebabkan
memar pada bagian
tertentu maka
digunakan alat ini
untuk
mengompressnya.

30 Strip test Alat test darah


potbale untuk bisa
melakukan tes, alat
tersebut
membutuhkan strip
test yang terdiri
dari tiga macam
parameter

II. TUGAS II

Menggolongkan Obat Berdasarkan Kelas Terapi

i. Obat Antiasma

Tabel 2.1 Obat Antiasma

No. Nama Generik Nama Paten Indikasi Logo

1 Salbutamol Lasal® Antiasma

2 Theofilin Bronsolvan® Antiasma

3 Aminofilin Phaminov® Antiasma

4 Salbutamol, Teosal® Antiasma


Theofilin

5 Salbutamol Tasma® Antiasma


6 Salbutamol Ventolin Inhaler® Antiasma

7 Salbutamol Ventolin Nebules® Antiasma

8 Salbutamol Grafalin® Antiasma

9 Fenoterol Brotec® Antiasma

10 Salbutamol Salbuven® Antiasma

11 Terbutalin Astherin® Antiasma

12 Terbutalin Bricasma® Asntiasma

13 Theofilin Euphyllin® Antiasma

III. TUGAS III

Cara pemberian harga obat pada obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, alkes
dan kosmetika.

HJA = HNA + PPN 10% + Margin


HNA (Harga Netto Apotek) adalah harga (modal) awal apotek dalam membeli
obat dari distrinutor (PBF/PBF cabang).

HJA (Harga Jual Apotek) adalah harga yang ditawarkan kepada konsumen setelah
perhitungan HNA, PPN dan Margin.

PPN 10% (1,1) adalah pajak pertambahan yang dikenakan setiap pertambahan
nilai dari proses transaksi dari produsen sampai ke konsumen.

Sedangakan Margin adalah persen keuntungan yang ingin di dapat.

i. Pemberian Harga Pada Obat Bebas

Apotek Surya Medika menetapkan Margin sebesar 9% - 15% untuk setiap obat
bebas yang tersedia. Contoh perhitungan HJA pada Praxion Syrup®:

PPN = 10%

Margin = 15%

Diskon = 12%

HNA = 23.800 - 12% = 20.100

HJA = 20.100 + 10% + 15% = 25.500

Jadi harga yang ditawarkan kepada konsumen untuk produk Praxion® Syrup
adalah Rp. 25.500/botolnya.

ii. Pemberian Harga Pada Obat Bebas Terbatas

Apotek Surya Medika menetapkan Margin sebesar 9% - 15% unuk obat bebas
yang tersedia. Contoh perhitungan HJA pada Paratusin® tablet 200:

PPN = 10%

Margin = 9%

Diskon = ---

HJA = 201.206
HNA = 201.206 + 10% + 9% = 241. 000

Jadi harga yang ditawarkan kepada konsumen untuk produk Paratusin® tablet 200
adalah Rp. 241.000/Dos dan Rp. 12.000/Strip.

iii. Pemberian Harga Pada Obat Keras

Apotek Surya Medika menetapkan Margin sebesar 15% - 30% untuk setiap obat
keras yang tersedia. Contoh perhitungan HJA pada Nytex® Syrup:

PPN = 10%

Margin = 30%

Diskon = ---

HNA = 27.000

HJA = 27.000 + 10% + 30% = 38.500

Jadi harga yang ditawarkan kepada konsumen untuk produk Nytex® Syrup adalah
Rp. 38.500/botolnya.

iv. Pemberian Harga Pada Alkes

Apotek Surya Medika menetapkan Margin sebesar 15% tanpa untuk setiap alkes
yang tersedia. Contoh perhitungan HJA pada Kotak P3K kecil:

PPN = 10%

Margin = 15%

Diskon = ---

HNA = 25.000

HJA = 25.000 + 10% + 15% = 32.500

Jadi harga yang ditawarkan kepada konsumen untuk produk Kotak P3K kecil
adalah Rp. 32.500.
v. Pemberian Harga Pada Kosmetika

Apotek Surya Medika Menetapkan Margin sebesar 15% - 30% untuk setiap
kosmetik yang tersedia. Contoh perhitungan HJA pada I-face Vitamin Serum C:

PPN = 10%

Margin = 30%

Diskon = ---

HNA = 75.000

HJA = 75.000 + 10% + 15% = 95.000

Jadi harga yang ditawarkan kepada konsumen untuk produk I-face Vitamin Serum
C adalah Rp. 95.000.

IV. TUGAS IV

Mengetahui alur penyimpanan resep.

i. Memeriksa nama, umur, alamat, jumlah obat, nama obat dan signa yang

tertera pada resep.

ii. Menyiapkan lalu membawakan obat pesanan.

iii. Resep asli disimpan diapotek dan ditulis diarsip beserta keterangan Nama,

Umur, Alamat, Nomor ponsel pasien, Harga obat, dan nama obat yang

dikeluarkan.
TUGAS V

Melakukan skrining resep.

1. Resep I

2. Resep II
3. Resep III
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Penggolongan Obat dan Alat Kesehatan

4.1.1 Obat Bebas

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.02396/A/SK/VIII/1986, Obat Bebas

adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa resep dokter, dan tidak termasuk dalam

daftar narkotika, psikotropika, obat keras, obat bebas terbatas, dan terdaftar di Departemen

Kesehatan RI.

Obat bebas atau dapat disebut juga obat OTC (Over The Counter) merupakan obat yang

dapat dijual secara bebas baik di toko-toko obat atau apotek dan dapat dibeli tanpa harus

menggunakan resep dokter. Zat aktif yang terkandung didalamnya cenderung relative aman dan

memiliki efek samping yang rendah. Selama dikonsumsi sesuai dengan petunjuk dan dosis yang

tertera pada kemasan, tidak memerlukan pengawasan dokter untuk mengonsumsinya.

Di Indonesia penandaan Obat Bebas diatur berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI

No.2380/A/SK/VI/1983, tanda khusus untuk Obat Bebas, yaitu “Lingkaran bulat berwarna hijau

dengan garis tepi warna hitam”.


Logo Obat Bebas

4.1.2 Obat Bebas Terbatas

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Obat Bebas Terbatas “W”

(waarchuwing) adalah obat yang dapat diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter, tetapi

dalam penyerahannya harus memenuhi persyaratan berikut :

I. Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkus asli dari pabrik atau pembuatnya.

II. Pada penyerahannya, oleh pembuat atau penjual harus mencantumkan tanda peringatan

yang tercetak sesuai contoh. Tanda peringatan berwarna tersebut berwarna hitam

berukuran panjang 5 cm, dan lebar 2 cm dan memuat pemberitahuan sebagai berikut :
Penandaan Obat Bebas Terbatas diatur berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan

RI No. 2380/A/SK/1983 tanda khusus untuk Obat Bebas Terbatas berupa ”Lingkaran biru

dengan garis tepi berwarna hitam”.

Logo Obat Bebas Terbatas

4.1.3 Obat Keras

Obat Keras atau obat daftar G menurut bahasa Belanda “G” singkatan dari “Gevaarlijk”

artinya berbahaya, maksudnya obat yang penyerahannya harus dengan resep dokter.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Obat Keras adalah:

Semua obat yang pada bungkus sedemikian rupa yang nyata – nyata untuk dipergunakan secara

parenteral, baik dengan cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek

rangkaian asli dari jaringan.

Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah dinyatakan secara tertulis

bahwa obat baru itu tidak membahayakan kesehatan manusia.

Semua obat yang tercantum daftar obat keras.

Obat-obatan yang termasuk kedalam golongan obat ini adalah antibiotik (amoxicilli,

tetrasiklin, penisilin, ciprofloxacin, dan sebagainya), serta obat-obatan yang mengandung

hormon (obat kencing manis, obat diabetes, obat jantung atau menyebabkan kematian, penenang

dan sebagainya). Obat ini berkhasiat keras dan apabila dipakai sembarangan bisa berbahaya

bahkan meracuni tubuh, memperparah penyakit atau menyebabkan kematian. Obat ini sama

dengan narkoba dan dapat menimbulkan ketagihan. Karena itu, obat ini mulai dari pembuatannya

hingga pemakaiannya diawasi dengan ketat oleh pemerintah dan hanya boleh diserahkan

berdasarkan resep dari dokter. Tiap bulan apotek wajib melaporkan pembelian dan

pemakaiannya pada pemerintah.

Penandaan Obat Keras diatur berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI

No.02396/A/SK/VIII/1986 tanda khusus obat keras daftar G adalah “ Lingkaran bulat berwarna

merah garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi”.
Logo Obat Keras

4.1.4 Obat Tradisional

Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan

hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara

turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Anonim, 1992).

Obat tadisional dibagi menjadi 3 (tiga) jenis sebagai, berikut:

I. Jamu
Logo Jamu

Jamu adalah obat bahan alam yang sediaannya masih berupa simplisia

sederhana. Khasiat dan keamanannya baru terbukti secara empiris berdasarkan pengalaman turun

temurun (Trubus, Vol.8).

Sebuah ramuan disebut jamu jika telah digunakan masyarakat melewati 3

generasi. Artinya bila umur satu generasi rata-rata 60 tahun, sebuah ramuan disebut jamu jika

bertahan minimal 180 tahun.

Jamu harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu:

i. Aman.

ii. Klaim khasiat berdasarkan data empiris (pengalaman).

iii. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.

II. Obat Herbal Terstandar

Logo Obat Herbal Tersetandar


Herbal Terstandar adalah suatu sediaan yang sudah berbentuk ekstrak

dengan bahan dan proses pembuatan yang terstandarisasi. Herbal terstandar juga harus melewati

uji praklinis seperti uji toksisitas, kisaran dosis, farmakologi, dan teratogenik (Trubus, Vol.8).

Inilah beberapa kriteria OHT, yang dibaca sekilas hampir mirip fitofarmaka. yaitu:

i. Aman.

ii. Klaim khasiat secara ilmiah, melalui uji pra-klinik.

iii. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.

iv. Telah dilakukan standardisasi terhadap bahanbakuyang digunakan

dalam produk jadi.

Di Indonesia sendiri, telah beredar 17 produk OHT, seperti : Lelap®,

Kiranti®, dll. Sebuah herbal terstandar dapat dinaikkan kelasnya menjadi fitofarmaka setelah

melalui uji klinis pada manusia.

III. Fitofarmaka

Logo Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah sediaan herbal standar yang telah mengalami uji klinis

pada manusia telah terbukti keamanannya dan didukung oleh bukti-bukti ilmiah dan khasiatnya

jelas sesuai kaidah kedokteran modern (Trubus, Vol.8).

Karena fitofarmaka perlu proses penelitia yang panjang serta uji klinis

yang detail, sehingga fitofarmaka termasuk dalam jenis golongan obat herbal yang telah

memiliki kesetaraan dengan obat, karena telah memiliki clinical evidence.

Beberapa kriteria fitofarmaka, yaitu:

i. Aman.

ii. Klaim khasiat secara ilmiah, melalui uji pra-klinik dan klinik.

iii. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.

iv. Telah dilakukan standardisasi bahanbakuyang digunakan dalam produk

jadi.

Kemasan produk fitofarmaka berupa jari-jari daun yang membentuk

bintang dalam lingkaran. Saat ini di Indonesia baru terdapat 5 fitofarmaka, contoh produk

fitofarmaka yang sudah beredar adalah: Nodiar (PT Kimia Farma), Stimuno (PT Dexa Medica),

Rheumaneer PT. Nyonya Meneer), Tensigard dan X-Gra (PT Phapros).

Setelah lolos uji fitofarmaka, produsen dapat mengklaim produknya

sebagai obat. Namun demikian, klaim tidak boleh menyimpang dari materi uji klinis

sebelumnya. Misalnya, ketika uji klinis hanya sebagai antikanker, produsen dilarang mengklaim

produknya sebagai antikanker dan antidiabetes.


Berikut kesimpulannya:

4.1.5 Obat Narkotik dan Psikotropik

I. Narkotika

Menurut UU No.22 tahun 1997, narkotika adalah zat atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.


Narkotika digolongkan menjadi 3 golongan :

Golongan I

i). Hanya digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan

ii). Tidak digunakan dalam terapi

iii). Potensi ketergantungan sangat tinggi

Contoh : Heroin (putauw), kokain, ganja

Golongan II

i). Untuk pengobatan pilihan terakhir

ii). Untuk pengembangan ilmu pengetahuan

iii). Potensi ketergantungan sangat tinggi

Contoh : Fentanil, petidin, morfin

Golongan III

i). Digunakan dalam terapi

ii). Potensi ketergantungan ringan

Contoh : Kodein, difenoksilat


II. Psikotropika

Menurut UU No.5 Tahun 1997, psikotropika adalah zat atau obat baik

alamiah atau sintesis bukan narkotika yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada

susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan aktivitas mental dan perilaku.

Psikotropika digolongkan menjadi 4 golongan :

Golongan I

i). Hanya untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan

ii). Tidak digunakan dalam terapi

iii). Potensi sindrom ketergantungan amat kuat

Contoh : LSD, MDMA/ekstasi

Golongan II

i). Untuk pengobatan

ii). Untuk pengembangan ilmu pengetahuan

iii). Potensi sindrom ketergantungan kuat

Contoh : metamfetamin (shabu), sekobarbital


Golongan III

i). Untuk pengobatan atau terapi

ii). Untuk pengembangan ilmu pengetahuan

iii). Potensi sindrom ketergantungan sedang

Contoh : Amobarbital, pentazosine

Golongan IV

i). Untuk pengobatan atau terapi

ii). Untuk pengembangan ilmu pengetahuan

iii). Potensi sindrom ketergantungan ringan

Contoh : Diazepam, halozepam, triazolam, klordiazepoksida

4.1.6 Alat Kesehatan

Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak

mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan

meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau
membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh (Undang – undang Kesehatan No.36 Tahun

2009 Tentang Kesehatan.

Berdasarkan fungsinya alat kesehatan dapat digolongkan menjadi beberapa

penggolongan antara lain fungsinya, sifat pemakaiannya, Kegunaannva, umur peralatan, macam

& bentuknya, kepraktisan penyimpanan.

I. Berdasarkan Fungsi

i. Peralatan medis: Peralatan medis ini dibagi menjadi dua yatu perlengkapan

dan utesilen atau alat bantu.

ii. Peralatan non medis: Peralatan non medis ini berupa dapur, laundry, generator

dan lain-lain.

II. Berdasarkan sifat pemakaian

i. Peralatan habis pakai

ii. Peralatan tidak habis pakai atau dapat digunakan terus-meneru

III. Berdasarkan kegunaan

i. Peralatan bedah

ii. Peralatan gigi

iii. Peralatan radiologi

iv. Peralatan THT, dan lain-lain.


IV. Berdasarkan macam dan bentuk

i. Alat kecil dan umum

ii. Alat laboratorium

iii. Alat radiologi

iv. Alat perlengkapan rumah sakit

V. Berdasarkan catalog pabrik

i. Pemberian kode dengan huruf

ii. Pemberian kode dengan angka

iii. Pemberian kode dengan kombinasi huruf dan angka

iv. Pemberian kode khusus

VI. Berdasarkan kepraktisan menyimpan

i. Alat kedokteran umum

ii. Alat perawatan

iii. Alat laboratorium gelas

iv. Alat X-ray dan perlengkapannya

v. Alat bedah

vi. Alat penyelidikan

vii. Alat elektromedis

viii. Alat kedokteran hewan


ix. Perabot rumah sakit dan perlengkapannya

VII. Berdasakan Kemenkes RI

i. Alat pemeliharaan dan perawatan kesehatan

ii. Alat pestisida dan insektisida binatang pengganggu

iii. Alat perawatan dalam salon kecantikan

iv. Alat atau wadah dari plastic dan karet

v. Alat anastesi

vi. Alat kedokteran gigi

vii. Alat kimia

viii. Alat obstetric dan gynokologi

ix. Alat dan perlengkapan THT

x. Alat dan Perlengkapan mata

xi. Alat radiolog

xii. Alat kardiologi

xiii. Alat orthopedic

xiv. Alat toksikologi

xv. Alat bedah umum dan bedah plastic

xvi. Alat neurologi

xvii. Alat mokrobiologi, dan lain-lain


4.2 Menggolongkan Obat Berdasarkan Kelas Terapi

4.2.1 Obat Antiasma

I. Pengertian Asma

Asma adalah keadaan saluran nafas yang mengalami penyempitan karena

hiperaktivitas terhadap ransangan tertuntu yang menyebabkan peradangaa, penyempitan ini

bersifat sementara.

Asma (dalam bahasa Yunani ἅσθμα, ásthma, "terengah") merupakan peradangan

kronis yang umum terjadi pada saluran napas yang ditandai dengan gejala yang bervariasi dan

berulang, penyumbatan saluran napas yang bersifat reversibel, dan spasme bronkus. Gejala

umum meliputi mengi, batuk, dada terasa berat, ekspirasi memanjang, dan sesak napas. Asma

diperkirakan disebabkan oleh kombinasi faktor genetika dan lingkungan.

II. Sejarah Asma

Asma dikenal di Mesir Kuno. Penyakit ini secara resmi disebut sebagai maasalah

pernafasan oleh Hippokrates sekitar 450 tahun SM.

Pada tahun 200 SM penyakit ini dipercaya setidaknya sebagian berkaitan dengan

emosi. Pada tahun 1873, salah satu makalah pertama pengobatan modern dalam subjek ini

mencoba menjelaskan potofisiologi dari penyakit asma. Sementara satu makalah lain pada tahun

1972 menyimpulkan bahwa asma bisa disembuhkan dengan cara menggosok dada dengan obat

gosok kloroform. Perawatan medis pada 1880, termasuk penggunaan intervena dari obat yang
disebut pilokarpin. Pada tahun 1886, F.H. Bosworth berteori bahwa ada hubungan antara asma

dan rinitis alergi. Epinefrin pertama kali digunakan dalam pengobatan asma pada tahun 1905

Kortikosteroid oral mulai digunakan untuk kondisi ini pada tahun 1950-an.

Sementara kortikosteroid hirup dan agonis beta aksi pendek pilihan mulai banyak pada tahun

1960-an.

Selama tahun 1930 sampai 1950-an asma dikenal sebagai salah satu dari ‘tujuh

besar’ penyakit psikosomatik. Penyebabnya dianggap sebagai psikologis dengan pengobatan

sering berdasarkan psikoanalisa dan penyembuhan dengan cara lain.

III. Penyebab Asma

Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan merupakan respon terhadap

rangsangan yang paru-paru normal tidak akan memengaruhi saluran pernafasan. Penyempitan ini

dapat dipicu oleh berbagai rasangan seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin,

dan olahraga. Sel-sel tertentu di dalam saluran udara, terutama mastosit diduga bertanggung

jawab terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini, mastosit di sepanjang bronki melepaskan

bahan seperti histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya: kontraksi otot polos —›

peningkatan pembuatan lendir —› perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki. Mastosit

mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka kenal dengan benda

asingn (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam rumah atau bulu

binatang.
Tapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi yang

sama terjadi jika orang tersebut melakukan olahraga atau berada dalam cuaca dinngin. Stres dan

kecemasan juga bisa memicu dilepaskannya histamin dan leukotrin. Asma juga dapat disebabkan

oleh tingginya rasio plasma bilirubin sebagai akibat dari stres oksidatif yang dipicu oleh oksidan.

Faktor genetika juga menjadai salah satu penyebab asma pada seseorang.

IV. Gejala Asma

Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher. Batuk

kering dimalam hari atau krtika melakukan olahraga juga bisa menjadi salah satu gejala. Pada

serangan yang sangat berat penderita menjadi sulit untuk berbicara karena sesaknya sanagt hebat.

Menangis atau tertwa keras juga bisa menyebabkan timbulnya gejala dan juga sering batuk

berkepanjanga terutama di waktu malam hari atau cuaca dingin.

V. Jenis- jenis Asma

Asma sering dicirikan sebagai alergi, idiopatik/nonalergi, serta gabungan dan ada

6 (enam) jenis asma, sebagai berikut:

i. Asma alergi (Allergic Asthma) adalah jenis asma yang disebabkan oleh

allergen (zat pemicu alergi), seperti bulu binatang, jenis makanan tertentu,

debu, jamur, serbuk sari, dan zat-zat alergen lainnya.


ii. Asma non-alergi (Non-Allergic Asthma/Intrinsic Asthma), asma tipe ini

terpicu oleh suatu zat mengganggu yang terdapat di udara, namun tidak

termasuk sebagai allergen. Zat-zat seperti parfum, debu dalam rumah, asap

rokok, dan polusi udara dapat menimbulkan gejala susah bernapas bagi

penderita asma tipe ini.

iii. Asma pekerjaan (Occupational Asthma) asma tipe ini adalah asma yang

berhubungan dengan pekerjaan. Banyak penderita asma yang mengalami

gejala atau serangan asma saat berada di tempatnya bekerja, ini

disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan yang dapat memicu asma,

misalnya kondisi udara, debu, asap rokok, atau bahkan situasi stres yang

sering muncul di lokasi pekerjaan.

iv. Asma olahraga (Exercise-induced asthma) adalah tipe asma yang dipicu

akibat gerak badan atau aktifitas fisik yang berat, setelah aktifitas tersebut

mencapai titik tertentu, serangan asma akan terjadi dan menyebabkan

mengi (berbunyi saat bernapas), dada terasa sesak dan batuk.

v. Asma malam hari (Nocturnal asthma) ini adalah tipe asma yang biasanya

sangat parah di malam hari, gejala asma itu sendiri bisa muncul kapan

saja, akan tetapi pada malam hari, atau bahkan saat tidur, serangan asma

akan semakin parah.

vi. Asma batuk (Cough-variant asthma) tipe penyakit asma ini didominasi

oleh batuk kering yang sangat parah, dan biasanya tidak memiliki gejala-

gejala asma lainnya (sesak napas, mengi, dan lain-lain). Itu menyebabkan
tipe asma ini terlambat dideteksi dan ditangani, karena serangan asma

yang terjadi hanya berupa batuk. Pemicunya bisa karena kondisi udara

yang buruk atau akibat aktifitas fisik yang berat.

VI. Diagnosa Asma

Diagnosis ditegakan berddasarkan gejalanya yang khas. Untuk memperkuat diagnosis

bisa dilakukan pemeriksaaan spirometri berulang (tes untuk mengetahui adanya gangguan pada

fungsi pernapasan). Spirometri juga digunakan untuk menilai beratnya saluran udara dan untuk

memantau pengobatan. Menentukan faktor pemicu asma seringkali tidak mudah. Tes kulit alergi

bisa membantu menentukan alergen yang memicu timbulnya gejala asma. Jika diagnosanya

masih meragukan atau jika dirasa sangat penting untuk mengetahui faktor pemicu terjadinya

asma maka bisa dilakukan bronchial challenge test (tes medis digunakan untuk membantu dalam

mendiagnosis asma).

VII. Pengobatan Asma

Agnosis reseptor beta-adrenergik merupakan obat terbaik untuk mengurangi serangan

asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang mungkin dipicu oleh

olahraga. Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor beta-adrenergik.

Sebagian bronkodilator bekerja dalam beberapa menit tetapi efeknya hanya berlangsung selama

4 - 6 jam. Bronkodilator yang lebih baru memiliki efek yang lebih panjang tetapi karena mula
kerjanya lebih lambat maka obat ini lebih banyak digunakan untuk mencegah terjadinya

serangan.

Jenis bronkodilator lainnya adalah theophylline. Teofilin biasanya diberikan peroral (ditelan);

tersedia dalam berbagai macam bentuk mulai dari tablet dan sirup short-acting sampai kapsul

dan tablet long-acting. Pada serangan yang berat bisa diberikan secara intervena (melalui

pembuluh darah). Jenis bronkodilator trsedia dalam bentuk tablet, suntikan atau inhaleh (obat

hirup) dan sangat efektif. Berikut beberapa obat asma yang bekerja dengan cara melebarkan

saluran nafas (bronkodilator):

Salbutamol Asma Solon®

Theofiline Teosal®

Aminofilin Salbuven®

Ketotifen Ventolin Inhaler®

Quibron® Bricasma®

Grafalin® Terbutaline®

Tasma® Berotec®

Euphyllin® Ventolin Nebules®


VIII. Pencegahan Asma

Serangan asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari.

Serangan yang dipicu oleh olahraga dihindari dengan cara meminum obat sebelum melakukan

olahraga. Selain itu langkah tepat yang bisa dilakukan untuk menghindari serangan asma adalah

menjauhi faktor-faktor penyebab yang memicu timbulnya serangan asma itu sendiri. Penyebab

yang mungkin saja seperti bantal, kasur, pakaian jenis tertentu, jamur dan serbuk sari. Jika

serangan berkaitan dengan musim maka serbuk sari dapat menjadi dugaan kuat. Upaya harus

dibuat untuk menghindari agen penyebab kapan saja memungkinkan. Setiap penderita umumnya

memiliki ciri khas tersendiri terhadap hal-hal yang menjadi pemicu serangan asma. Setelah

terjadinya serangan asma apabila penderita sudah merasa dapat bernafas lega akan tetapi

disarankan untuk meneruskan pengobatannya sesuai obat dengan dosis yang diberikan oleh

dokter.

4.3 Pemberian Harga Pada Obat

Berdasarkan SK Menkes No. 280 tahun 1981 pasal 24 bahwa pemberian harga obat dan

perbekalan farmasi lainnya serta jasa apotek harus ditekan serendah mungkin berdasarkan usul

panitia yang terdiri dari wakil-wakil Balai Besar POM, pabrik obat dan apotek. Struktur harga

obat yang ditetapkan oleh gabungan perusahaan farmasi (GPF) dan di setujui oleh pemerintah

yaitu harga eceran tertinggi (HET) kepada konsumen dan tidak boleh dilampaui oleh pedagang

eceran.
IV.4 Alur Penerimaan Resep

Apoteker Pengelola Apotek mengatur resep yang telah dikerjakan menurut urutan tanggal

dan nomer urut penerimaan resep. Resep harus disimpan sekurang-kurangnya selama 3 tahun.

Resep yang mengandung narkotika harus di pisahkan dari resep yang lainnya. Resep yang

disimpan melebihi jangka 3 tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep dapat dilakukan

dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang memadai oleh Apoteker Pengelola Apotik

bersama-sama dengan sekurang-kurangnya seorang petugas apotik. Pada pemusnahan resep

harus dibuat berita acara pemusnahan sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan, rangkap 4 dan

ditanda tangani oleh APA bersama dengan sekurang-kurangnya seorang petugas apotik.

Obat ialah semua bahan tunggal/campuran yang digunakan oleh semua mahluk untuk

bagian dalam maupun maupun luar, guna mencegah meringankan ataupun menyembuhkan

penyakit. Menurut undang-undang yang dimaksud obat ialah suatu bahan atau bahan-bahan yang

dimaksudkan untuk dipergunakan dalam menerapkan diagnose, mencegah, mengurangi,

menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau

rohaniah pada manusia atau hewan, untuk memperelok badan atau bagian badan manusia.

IV.5 Skirining Resep

Skrining resep adalah salah satu bagian pelayanan yang berasal dari kefarmasian di

apotek atau rumah sakit yang berfungsi untuk mengurangi kesalahan saat memberikan obat
kepada pasien. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan pengobatan rasional kepada penderita

penyakit. Anda harus tahu bahwa resep yang diberikan oleh dokter terhadap pasien harus

diperiksa terlebih dahulu. Apalagi saat ini ada banyak jenis obat yang bisa diberikan kepada

pasien. Skrining seperti ini dilakukan oleh Apoteker setelah pasien menerima hasil diagnosa dari

dokter. Prosedur yang diterapkan pada saat melakukan skrining juga harus maksimal.

4.5.1 Resep I

I. Prednisone

i. Dosis: 5 mg

ii. Jumlah Obat: 110 tablet

iii. Indikasi: Kortikosteroid

iv. Aturan Pakai: Sehari 1 x 8 tablet selama minggu pertama

v. Sehari 1 x 7 tablet untuk minggu kedua

vi. Dosis Umum: Dewasa: ≤10 mg per hari (Dosis prednison untuk rematik artritis),

1-2 mg/kg per hari (Dosis prednison untuk idiopatik trombositopenia purpura),

40-60 mg per hari dalam satu dosis atau terbagi dalam 2 dosis selama 3-10 hari

(Dosis prednison untuk asma akut).

vii. Anak-anak: 0-11 tahun: 1-2 mg/kg per hari selama 3-10 hari. Dosis maksimal:

60 mg per hari (Dosis prednison untuk asma akut).

viii. Kontra Indikasi: Hipersensitivitas terhadap obat ini, atau komponennya, infeksi

Jamur sistemik, wanita hamil trimester pertama, dan seseorang yang memiliki

gangguan imunitas, dan sedang dalam keadaan sakit, misalnya orang dewasa,
atau anak yang non-imun dan terserang penyakit infeksi, seperti varicella,

campak.

ix. Efek Samping: Sakit perut atau gangguan pencernaan, mual, infeksi jamur,

bingung, susah tidur, berat badan bertambah, merasa letih atau lemah, luka

tidak cepat sembuh, menstruasi tidak teratur.

II. Ranitidine

i. Dosis: 150 mg

ii. Jumlah Obat: 25 tablet

iii. Indikasi: Antasida

iv. Aturan Pakai: Sehari 2 x 1 tablet

v. Dosis Umum: Dewasa: 150 mg diberikan 2 jam sebelum pemberian anestesi

general. Dapat pula diberikan pada malam hari sebelumnya. Pada wanita yang

akan melahirkan, dapat diberikan 150 mg sebagai dosis awal dan kemudian

diulangi tiap 6 jam.

vi. Kontra Indikasi: Riwayat alergi terhadap ranitidin, Ibu yang sedang menyusui,

dan pemberian ranitidin juga perlu diawasi pada kondisi gagal ginjal.

vii. Efek Samping: Diare, muntah-muntah, sakit kepala, insomnia, vertigo, ruam,

konstipasi, sakit perut, sulit menelan, urine tampak keruh, bingung dan

berhalusinasi.
III. Asam Mefenamat

i. Dosis: 500 mg

ii. Jumlah Obat: 25 tablet

iii. Indikasi: Analgetik; Antipiretik

iv. Aturan Pakai: Sehari 3 x 1 tablet

v. Dosis Umum: Dewasa: asam mefenamat 500 mg dilanjutkan dengan 250 mg

setiap 6 jam sesuai kebutuhan, tidak lebih dari 7 hari (Dosis asam mefenamat

untuk mengatasi rasa sakit), 500 mg dilanjutkan dengan 250 mg setiap 6 jam

sejak dimulainya haid (Dosis asam mefenamat untuk nyeri haid). Anak-anak:

500 mg dilanjutkan dengan 250 mg setiap 6 jam sesuai kebutuhan, tidak lebih

dari 7 hari (Dosis asam mefenamat untuk anak 14 – 18 tahun).

vi. Kontra Indikasi: Hipersensitif terhadap asam mefenamat, pengobatan nyeri peri

operatif pada operasi CABG dan peradangan usus besar.

vii. Efek Samping: Mual, mulas atau sakit perut, diare, sembelit, kembung, pusing,

sakit kepala, gugup, kulit terasa gatal atau terdapat ruam, mulut kering,

berkeringat, ingusan, pandangan kabur dan dengung di telinga.

4.5.2 Resep II

I. Ciprofloxacin

i. Dosis: 500 mg

ii. Jumlah Obat: 10 tablet


iii. Aturan Pakai: Sehari 2 x 1 tablet habiskan

iv. Indikasi: Antibiotik

v. Dosis Umum: Dewasa: Gunakan sebanyak 400 mg IV setiap 12 jam (melalui

infus). Gunakan 500 mg dengan mulut setiap 12 jam (melalui mulut). Anak-

anak: Melalui infus, gunakan 10 mg/kg IV setiap 12 jam (dosis maksimal: 400

mg/dosis). Melalui mulut atau diminum sebanyak 15 mg/kg setiap 12 jam (dosis

maksimum: 500 mg/dosis).

vi. Kontra Indikasi: Hiversensitif terhadap ciprofloxacin, hati-hati penggunaan obat

untuk penderita gangguan fungsi liver,

vii. Efek Samping: Mual, muntah, pusing atau mengantuk, penglihatan buram,

merasa gugup, cemas, atau mudah marah dan gangguan tidur (insomnia atau

bermimpi buruk).

IV. Sucralfate

i. Dosis: 500 mg/5 ml

ii. Jumlah Obat: 01

iii. Indikasi: Antasida

iv. Aturan Pakai: Sehari 3 x 1 sendok sebelum makan

v. Dosis Umum: Dewasa: Sehari 1 x 30 mg selama 8 minggu.

vi. Kontra Indikasi: Penggunaan sukralfat dikontraindikasikan pada pasien yang

diketahui memiliki riwayat reaksi hipersensitivitas terhadap kandungan yang ada

di dalam sukralfat
vii. Efek Samping: Sakit kepala, konstipasi, vertigo. pusing, diare, insomnia, perut

kembung, mual dan muntah.

V. Uropass tablet

i. Nama Generik: Tamsulosin Hydrochloride

ii. Dosis: 4 mg

iii. Jumlah Obat: 6 tablet

iv. Indikasi: Mengobati gejala pembesaran prostat

v. Aturan Pakai: Sehari 2 x 1 tablet

vi. Dosis Umum: Dewasa: 0.4 mg secara oral sekali sehari (Dosis awal) dan 0.8 mg

secara oral sekali sehari (Dosis maksimal).

vii. Kontra Indikasi: Hipersensitivitas pada Tamsulosin Hydrochloride.

viii. Efek Samping: Pusing ringan, lemas, mengantuk, sakit kepala, mual, diare, nyeri

punggung, penglihatan kabur, masalah gigi, gangguan tidur (insomnia), ejakulasi

tidak normal, hilang nafsu birahi, pilek, sakit tenggorokan dan batuk.

4.5.3 Resep III

I. Clopidogrel

i. Dosis: 75 mg

ii. Jumlah Obat: 23 tablet


iii. Indikasi:

iv. Aturan Pakai: Sehari 1 x 1 tablet di pagi hari

v. Dosis Umum: Untuk gangguan tromboemboli pada orang dewasa, dosis

clopidogrel adalah 75 mg oral sekali sehari sebelum atau sesudah makan. Terapi

aspirin harus dimulai dan dilanjutkan bersama dengan clopidogrel. Untuk

sindrom koroner akut pada orang dewasa, dosis clopidogrel adalah 300 mg,

dilanjutkan 75 mg oral sekali sehari sebelum atau sesudah makan. Terapi aspirin

harus dimulai dan dilanjutkan bersama dengan clopidogrel.

vi. Kontra Indikasi: Alergi terhadap clopidogrel.

vii. Efek Samping: Mimisan atau pendarahan lain tanpa henti, feses berdarah atau

ada darah di dalam urin, batuk darah atau muntah cairan berwarna gelap seperti

kopi, sesak napas, nyeri yang menyebar sampai lengan atau bahu disertai dengan

mual dan berkeringat, mati rasa atau lemas mendadak, terutama di salah satu sisi

tubuh, mendadak sakit kepala, bingung, penglihatan buram, sulit bicara, atau

keseimbangan terganggu, kulit pucat, lemah lesu, demam, atau kulit atau mata

menguning atau mudah memar, pendarahan tidak wajar (di hidung, mulut,

vagina, atau rektum) dan bintik-bintik ungu atau merah di bawah kulit.

II. Atrovastatin

i. Dosis: 20 mg

ii. Jumlah Obat: 23 tablet

iii. Indikasi: Antikolestrol

iv. Aturan Pakai: Sehari 1 x 1 tablet di malam hari


v. Dosis Umum: Dewasa: 10-80 mg oral sekali sehari. Anak-anak (10-17 tahun):

10 mg per hari (dosis maksimal 20 mg per hari).

vi. Kontra Indikasi: Alergi terhadap atrovastatin.

vii. Efek Samping: Nyeri otot ringan dan diare atau mual ringan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Surya Medika ini dapat ditarik

kesimpulan yaitu:

1. Praktek Kerja Lapangan sangat bermanfaat bagi siswa Farmasi, karena dapat menambah

keterampilan, pengetahuan dan wawasan untuk calon Asisten Apoteker di bidang

kesehatan khususnya obat-obatan.

2. Sistem penyimpanan barang dagangan adalah berdasarkan persediaan atau alfabet dengan

prinsip FIFO.

3. Pengelolaan perbekalan farmasi di Apotek Surya Medika meliputi perencanaan,

pengadaan, pemesanan, penerimaan, penyimpanan, pelayanan, stock opname, pencatatan

dan pelaporan.
5.2 Saran

Untuk mengantisipasi agar jumlah konsumen di Apotek Surya Medika tidak menurun,

perlu ditingkatkan pelayanan dalam beberapa hal yaitu:

i. Meningkatkan pelayanan terhadap pemberian informasi obat dan konseling kepada

pasien.

ii. Meningkatkan ketersediaan perbekalan farmasi.


DAFTAR PUSTAKA

http://duniapharmacy.blogspot.com/2011/12/definisi-apotek.html

https://www.guesehat.com/sistem-penggolongan-obat-di-indonesia-yang-perlu-kamu-ketahui

https://hellosehat.com/penyakit/asma/

https://ummukautsar.wordpress.com/2009/11/16/pencegahan-dan-pengobatan-penyakit-asma/

https://sentralalkes.com/blog/50-alat-medis-dan-fungsinya/

https://id.scribd.com/doc/91136520/Petunjuk-Penyusunan-Laporan-PKL

Farmakope Indonesia edisi III  dan IV


LAMPIRAN

Contoh Surat Pesanan Contoh Salinan Resep

Contoh Resep
Foto Bersama dengan para pegawai Apotek Surya Medika

Suasana Apotek Surya Medika

Anda mungkin juga menyukai