I. TUJUAN UMUM
Tujuan umum dari modul ini adalah untuk mempelajari tentang enzim.
2. Karakteristik enzim
Enzim mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Enzim memperlihatkan semua sifat-sifat protein
Semua enzim murni yang telah diamati sampai saat ini adalah protein, dan aktivitas
katalitiknya bergantung kepada integritas strukturnya sebagai protein. Sebagai contoh, jika suatu
enzim didihkan dengan asam kuat atau diinkubasi dengan tripsin, yaitu perlakuan yang
memotong rantai polipeptida, aktivitas katalitiknya biasanya akan hancur, hal ini memperlihatkan
bahwa struktur kerangka primer protein enzim dibutuhkan untuk aktivitas. Selanjutnya, jika kita
mengubah berlipatnya rantai protein yang khas dari suatu protein enzim utuh oleh panas, oleh
perlakuan Ph yang jauh menyimpang dari keadaan normal, atau oleh perlakuan dengan senyawa
perusak lainnya, aktivitas katalitik enzim juga akan lenyap. Jadi, struktur primer, sekunder dan
tertier protein enzim penting bagi aktivitas katalitiknya. Enzim, seperti protein lain, mempunyai
berat molekul yang berkisar dari kira-kira 12000 sampai lebih dari 1juta. Oleh karena itu, enzim
berukuran amat besar dibandingkan dengan substrat atau gugus fungsional targetnya.
Beberapa enzim hanya terdiri dari polipeptida dan tidak mngeandung gugus kimiawi selain
residu asam amino: contohnya adalah ribonuklease pankreas. Akan tetapi, enzim lain,
memerlukan tambahan komponen kimia bagi aktivitasnya, komponen ini disebut kofaktor.
Kofaktor mungkin suatu molekul anorganik seperti ion Fe2+ , Mn2+ atau Zn2+ , atau mungkin juga
suatu molekul organik kompleks yang disebut koenzim. Beberapa enzim membutuhkan baik
koenzim maupun satu atau lebih ion logam bagi aktivitasnya. Pada beberapa enzim, koenzim atau
ion logam hanya terikat secara lemah atau dalam waktu sementara pada protein, tetapi pada
enzim lain, senyawa ini terikat kuat, atau terikat secara permanen yang dalam hal ini disebut
gugus prostetik. Enzim yang strukturnya sempurna dan aktif mengkatalisis, bersama-sama
dengan koenzim atau gugus logamnya disebut holoenzim. Koenzim dan ion logam bersifat stabil
sewaktu pemanasan, sedangkan bagian protein enzim, yang disebut apoenzim, terdenaturasi oleh
pemanasan.
Gambar. Katalisator menurunkan batas energi aktivasi reaksi kimia. Pada puncak pembatas
energi aktivasi, terjadi keadaan transisi.
1. Amilase, yaitu enzim yang menguraikan amilum (suatu polisakarida) menjadi maltosa 9
suatu disakarida).
3. Sukrase, yaitu enzim yang mengubah sukrosa (gula tebu) menjadi glukosa dan fruktosa.
4. Laktase, yaitu enzim yang mengubah laktase menjadi glukosa dan galaktosa.
5. Selulase, emzim yang menguraikan selulosa (suatu) menjadi selobiosa (suatu
disakarida).
6. Pektinase, yaitu enzim yang menguraikan pektin menjadi asam-pektin.
c) Proteinase atau Protease, yaitu enzim enzim yang menguraikan golongan protein.
Contoh-contohnya:
1. Peptidase, yaitu enzim yang menguraikan peptida menjadi asam amino.
2. Gelatinase, yaitu enzim yang menguraikan gelatin.
3. Renin, yaitu enzim yang menguraikan kasein dari susu.
4. Liase
Golongan enzim ini hanya mempunyai tiga sub golongan yaitu yang mengkatalis reaksi
adisi terhadap ikata : C=C, C=O, dan C=N.
Yang termasuk enzim ini:
a. Dekarboksilase :
b. Aldolase
c. Sintase
d. hidrase atau dehidratase
e. Deaminase
f. nukleotida siklase
5. Isomerase
Enzim golongan isomerase ini mengkatalis semua reaksi isomerasi termasuk reaksi
rasemasi.
Yang termasuk enzim ini:
a. Epimerase
b. Rasemase
c. Mutase
d. Isomerase
6. Ligase
Enzim ligase merupakan sekelompok enzim pembentuk ikatan dengan bentuan energi
yang berasal dari pemecahan ATP. Oleh karena itu golongan enzim ini juga disebut sebagai
sintetase.
Yang termasuk enzim ini:
a. Sintetase
b. karboksilase
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi enzim
Faktor-faktor yang mempengaruhi enzim adalah
1. Suhu (temperature)
2. Derajat keasaman (pH)
3. Konsentrasi enzim
4. Konsentrasi substrat
5. Aktifator dan inhibitor
6. Waktu
7. Konsentrasi ion Hidrogen
8. Ion logam
a. Faktor Lingkungan
1. Suhu
Suatu enzim mempunyai kondisi tertentu dimana enzim tersebut dapat bekerja secara
optimal karena lingkungan tersebut mendukung konformasi yang paling aktif bagi molekul enzim
tersebut. Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan penting dalam aktivitas suatu enzim.
Sampai pada suatu titik ,kecepatan suatu reaksi enzimatik menigkat sejalan dengan menigkatnya
suhu, sebagian disebabkan karena struktur substrat akan bertubrukan dengan tempat aktif lebih
sering ketika molekul itu bergerak lebih cepat. Namun demikian, diluar suhu itu kecepatan reaksi
enzimatik akan menurun drastis . agitasi termal pada molekul enzim itu akan menggangu ikatan
hidrogen,ikatan ionik dan interaksi lemah lainnya, sehingga molekul protein itu akan mengalami
denaturasi. Sehingga enzim memiliki suatu suhu optimal dimana laju reaksinya berjalan paling
cepat. Suhu ini memungkinkan terjadinya tubrukan molekuler paling banyak tanpa
mendenaturasikan enzim itu.sebagian besar enzim manusia memiliki suhu optimal sekitar 35 – 40
derajat celsius (mendekati suhu tubuh manusia ).bakteri yang hidup dalam sumber air panas
mengandung enzim dengan suhu optimal 70 dderajat celsius atau lebih.
Selain setiap enzim memiliki suhu optimal, enzim juga memiliki nilai pH optimal untuk
bekerja paling aktif (gambar 6.13b). Nilai pH optimal untuk sebagian besar enzim adalah sekitar
6 sampai 8 akan tetapi terdapat beberapa perkecualian . Misalnya pepsin , enzim pencernaan
dalam lambung bekerja paling baik pada pH 2. Lingkungan asam seperti itu mendenaturasi
sebagian besar enzim akan tetapi konformasi aktif pepsin diadaptasikan dengan lingkungan asam
lambung tersebut . sebaliknya tripsin, enzim pencernaan yang tinggal dalam lingkungan usus
yang bersifat basa memiliki pH optimal 8.
b. Faktor Kimia
1. Konsentrasi enzim
Konsentrasi enzim yang tinggi akan mempengaruhi kecepatan reaksi secara linear
(kecepatan bertambah secara konstan). Dapat dikatakan bahwa hubungan antara konsentrasi
enzim dengan kecepatan reaksi enzimatis berbanding lurus. Kecepatan reaksi suatu enzim
satu dengan yang lain berbeda-beda meskipun mempunyai konsentrasi enzim yang sama.
Konsentrasi enzim yang sangat tinggi dalam suatu sistem yang kompleks akan berpengaruh
terhadap kecepatan reaksi.
Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi enzim, makin besar konsentrasi enzim
makin tinggi pula kecepatan reaksi, dengan kata lain konsentrasi enzim berbanding lurus dengan
kecepatan reaksi.
2. Konsentrasi substrat
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi enzim yang tetap, maka
pertambahan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi.Untuk dapat terjadi kompleks
enzim substrat, diperlukan adanya kontak antara enzim dengan substrat. Kontak ini terjadi pada
suatu tempat atau bagian enzim yang disebut bagian aktif. Pada konsentrasi substrat yang rendah,
kenaikan substrat akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimatis hampir secara linear.
Jika konsentrasi substrat tinggi, maka peningkatan kecepatan reaksi enzimatis akan semakin
menurun sejalan dengan peningkatan jumlah substratnya. Kecepatan maksimum (Vmax) reaksi
enzimatis ditunjukkan dengan garis mendatar yang menggambarkan peningkatan
kecepatan reaksi yang rendah seiring penambahan konsentrasi substrat.
2) Inhibitor nonkompetitif
Inhibitor nonkompetitif adalah molekul penghambat enzim yang bekerja dengan cara
melekatkan diri pada luar sisi aktif enzim. Sehingga, bentuk enzim berubah dan sisi aktif
enzim tidak dapat berfungsi. Hal ini menyebabkan substrat tidak dapat masuk ke sisi aktif enzim.
Penghambatan inhibitor nonkompetitif bersifat tetap dan tidak dapat dipengaruhi oleh konsentrasi
substrat.
Selain inhibitor, terdapat juga aktivator yang mempengaruhi kerja enzim. Aktivator
merupakan molekul yang mempermudah enzim berikatan dengan substratnya. Contohnya, ion
klorida yang berperan dalam aktivitas amilase dalam ludah.
4. Waktu
Waktu kontak/reaksi antar enzim dan substrat menentukan efektivitas kerja enzim. Semakin
lama waktu reaksi maka kerja enzim juga akan semakin optimum
5. KINETIKA ENZIM
A. Kinetika reaksi kimia
1. Tingkat reaksi
Sebelum kita sampai pada kinetika reaksi enzim,perlu di tinjau terlebih dahulu persoalan
dalam kinetika reaksi kimia biasa.Reaksi kimia di klasifikasikan berdasarkan jumlah molekul
yang berpatisipasi dalam reaksi kimia tersebut,untuk menghasilkan produk. Jadi,kita dapat
mempunyai reaksi monomolekuler,biomolekuler,atau termolekuler.
Reaksi kimia juga dapat di klasifikasikan berdasarkan kinetika reaksinya,yaitu tingkat
reaksinya (reaction order). Dalam hal ini kita dapat mempunyai reaksi tingkat ke-nol,tingkat
pertama (first order),tingkat kedua,atau reaksi tingkat ketiga.
Pada reaksi tingkat pertama,laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi satu reaktan.
Lalu reaksi dari A P berbanding lurus dengan berkurangnya reaktan A atau dengan
terbentuknya hasil reaksi,P. Laju reaksi pada waktu tertentu adalah :
−d [ A ]
V= = k [A ]
dt
−d [ A ]
V = laju reaksi, [A] = konsentrasi reaktan A, = berkurangnya reaktan A per satuan
dt
waktu, K = konstanta laju reaksi.
Integral persamaan di atas,menghasilkan :
A0 k .t
Log =
[A] 2,303
[ A0 ] = konsentrasi semula dari reaktan, [A] = konsentrasi reaktan pada waktu t. waktu setengah
umur ,t 1/ 2,dari reaksi tingkat pertama adalah bila [A] = 1/2[ A0 ],sehingga di dapatkan t 1/ 2= 0,693/k
Grafik konsentrasi versus t dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Untuk reaksi tingkat kedua ,laju reaksi berbanding lurus dengan hasil kali konsentrasi kedua
reaktan yang berpartisipasi dalam reaksi A + B P ; dan laju reaksinya adalah :
−d [ A ] −d [ A ] d [P ]
, , atau
dt dt dt
−d [ A ] −d [B ] d [P ]
Jadi, = = = k [A] [B]
dt dt dt
K = konstanta laju reaksi tingkat kedua.
Untuk bentuk persamaan reaksi A + A P, akan di dapatkan persamaan laju reaksi sebagai
berikut :
−d [ A ]
= k [A] [A] = k [ A ]2
dt
Bentuk integral persamaan ini adalah :
1 1
- = k (t-t 0)
A0 [ A ]
Dan untuk persamaan laju reaksi sebelumnya adalah :
B0[ A ]
Log = k .t ¿¿
A 0 [B ]
Reaksi tingkat ketiga, jarang terjadi,laju reaksinya berbanding lurus dengan perkalian
ketiga konsentrasi reaktan yang berpartisipasidalam reaksi. Reaksi yang tidak berlangsung pada
konsentrasi reaktan yang di sebut reaksi tingkat ke-nol. Banyak dari reaksi yang di katalisis
merupakan reaksi tingkat ke-nol terhadap reaktannya,sehingga laju reaksinya hanya bergantung
pada koonsentrasi katalisator. Pada umumnya suatu reaksi tidak merupakan salah satu tingkat
reaksi secara ekslusif,tetapi seringkali merupakan campuran tingkat reaksi pada kondisi-kondisi
tertentu.
2. katalisis
Suatu reaksi kimia dapat berlangsung karena molekul-molekul reaktan A pada suatu
waktu tertentu mengalami keadaan aktif,yaitu apabila energy molekul tersebut dalam keadaan
energy pengaktifan. Dalam keadaan demikian ikatan kimia dalam molekul itu dapat pecah
sehingga memungkinkan terbentuknya produk , P. keadaan ketika molekul A ada dalam keadaan
aktif disebut keadaan transisi,dan energy pengaktifan diartikan sebagai jumlah energy,dalam
kalori yang di butuhkan eleh satu mol zat pada temperaturr tertentu,untuk membawa semua
molekul (dari satu mol zat) ke-keadaan aktifnya.
Keterangan gambar:
Ea1 ≡ energi aktivasi reaksi tanpa katalis
(complex atau intermediates yang mempunyai energi potensial yang tinggi
mengakibatkan kecepatan reaksi yang rendah)
Ea2 ≡ energi aktivasi reaksi dengan katalis
(barrier energy yang lebih rendah dibandingkan dengan reaksi tanpa katalis
mengakibatkan kecepatan reaksi yang makin tinggi)
ΔHr ≡ panas reaksi = H reaktan – H produk reaksi
Dengan menaikkan temperatur ,jumlah molekul yang dapat masuk ke keadaan transisi
bertambah.Dalam banyak reaksi kimia,pertambahan suhu 10◦C menyebabkan berlipat gandanya
laju reaksi.
Fungsi katalisator adalah mempercepat reaksi kimia dengan cara menurunkan energi bebas
pengaktifan. Dalam hal ini, katalisator bergabung dengan reaktan, sedemikian rupa sehingga
dihasilkan keadaan transisi yang mempunyai energi bebas lebih rendah daripada keadaan transisi
reaksi tanpa katalisator. Setelah hasil reaksi terbentuk (produk),katalisator di bebaskan kembali
ke keadaan semula.
E + S ↔ ES ↔ E + P ……………………………………………………(3.1)
k2 k3
E = enzim; S= substrat; ES = keadaan transisi daipada kompleks E dengan S;P = hasil reaksi
(produk).
Analisis kuantitatif kinetika reaksi enzim dapat di lakukan dengan dua asas pendekatan :(1) asas
keseimbangan menurut Michaelis-Menten, dan (2) asas teori keadaan tunak (steady state theory)
menurut Briggs-Haldane.
KM =
([E ]¿¿ 0 – [P])[ P]
¿ atau KM =
[ E ¿¿¿ 0 – [ ES ] ) [S ]
[P] [ ES]
………………………………..(3.4)
[ES] = ¿ ¿
Laju reaksi, V = k3 [ES],sehingga bila persamaan (3.5)di masukkan kedalamnya,di
peroleh :
v = k3 ¿ ¿ atau v = k 3 ¿ ¿ ………………………………..(3.6)
Bila konsentrasi substrat cukup besar sehingga semua enzim terikat kepadanya,yaitu
dalam bentuk kompleks ES, maka akan di dapat laju reaksi yang maksimum, V maks.
V maks = k3 [ E]0 …………………………(3.7)
v
= k 3¿¿¿
V maks
V maks [S ]
Di peroleh harga v = …………………………… (3.8)
K M +[ S ]
Persamaan ini adalah persamaan Michaelis-Menten, yaitu hubungan kuantitatif antara laju
reaksi enzim dan konsentrasi substrat, bila V maks ,atau K M di ketahui .
Keadaan luar biasa ialah apabila v = ½ V maks,sehingga
1 V maks [S ]
V maks =
2 K M +[ S ]
Dan di dapat (gambar 3.3), K M = [S] …………………………(3.9)
Harga K M akan sama dengan konsentrasi substrat pada waktu laju reaksi sama dengan
superdua dari laju reaksi maksimum. Satuan K M adalah mol per liter.
Persamaan (3.16) ini merupakan persamaan kebalikan berganda yang linier dari Michaelis-
Menten, dan di sebut persamaan lineweaver-Burk, yang grafiknya di tunjunkan pada gambar 3.4
Persamaan ini dapat memberikan informasi mengenai reksi enzim yang diinhibisi.
1 1 Km
Gambar 3.4 Grafik Lineweaver-Burk dari versus deengan merupakan sudut
V [S ] V maks
1 1 1
tangennya (kemiringan ); adalah perpotongan dengan sumbu san - perpotongan
V maks V KM
dengan sumbu absis.
Transformasi cara lain dilakukan dengan mengalikan kedua bagian persamaan 3.16 dengan V maks
[v],sehingga diperoleh :
V maks
H V maks = v +
[S]
Persamaan (3.7) ini di sebut persamaan Eadie-Hofstee. Persamaan ini tidak saja menghasilkan
V maks dan K m secara sederhana, tetapi juga memperbesar sifat kelinieran yang mungkin terlihat
kurang jelas dalam jarak Lineweaver-Burk.
5. Daerah temperature saat enzim mantap dan mempunyai aktivitas yang tinggi. Pada suhu
yang terlalu rendah kemantapan enzim tinggi,tetapi aktivitasnya rendah,sedangkan pada
suhu yang terlalu tinggi aktivitasnya tinggi,tettapi kemantapan rendah. Daerah temperatur
saat kemantapan dan aktivitas enzim cukup besar di sebut temperatur optimum nuntuk
enzim tersebut.
6. Berbagai cara analisis yang sederhana untuk penentuan berkurangnya substrata tau
bertambahnya hasil reaksi.
Penentuan aktivitas enzim tersebut biasanya dilakukan pada pH optimum dan dengan
konsentrasi substrat dank ko-faktor yang berlebih ,sehingga laju reaksi yang terjadi merupakan
reaksi tingkat ke-nol (zero order reaction) terhadap substrat. Dalam hal ini laju reaksi permulaan
berbanding lurus dengan konsentrasi enzim,sehingga faktor pembatas laju reaksi (rate-limting
faktor)yang sebenarnya adalah konsentrasi enzim. Pengamatan reaksi biasanya di tentukan
dengan penentuan terbentuknya hasil reaksi dengan berbagai cara kimia atau spectrofotometri.
Cara yang terahir ini lebih baik,karena dapat dilakukan secara kontinu danm dapat dicatat dalam
suatu bagan.
Menurut perjanjian internasional,satu unit aktivitas enzim adalah jumlah enzim yang
menyebabkan transformasi satu micromole (10-6 mole) substrat per menit pada suhu 25◦C dalam
keadaan optimum sisterm tersebut. Aktivitas spesifik (specific activity) adalah jumlah unit
aktivitas enzim per milligram protein. Angka pergantian (turnover number) adalah angka yang
menunjukkan jumlah molekul substrat yang ditransformasi per satuan waktu oleh satu molekul
enzim,bbila enzim tersebut merupakan faktor pembatas laju reaksi (daftar 3.3)
Dengan menggunakan berbagai cara penentuan kuantitatif aktivitas enzim ini,cara isolasi
dan pemurnian suatu enzim dapat di lakukan dengan lebih baik.
Tabel 3.3 angka pergantian beberapa enzim,dalam satuan per menit pada daerah suhu 20-
38◦ C.
K3
[ E ] [I ]
I = E ↔ EI , KI = ………………………………..(3.19)
[EI ]
K4
K5
ES E + P, v = K5 [ES] ………………………………….(3.29)
[I] = konsentrasi inhibitor, [EI] = konsentrasi enzim yang terikat oleh inhibitor (enzim tak
aktif ), tanda lainnya sama dengan yang sebelumnya.
Bila konsentrasi enzim semula [[ E]0 maka :
{ [ E ] o – [ ES ] −[ EI ] } [ S]
KS =
[ES ]
Dan jika hanya (E) di masukkan kedalam persamaan 3.19 ,maka
{ [ E ] o−[ ES ] } [ I ]
KI =
KI +[ I ]
Atau
{ [ E ] o−[ ES ] } [ I ]
[EI] =
KI +[ I ]
Dengan memasukkan [EI] dari persamaan 3.22 ke dalam persamaan 3.21, kemudian
mengevaluasi [ES] dari persamaan yang baru ini, dan selanjutkan memasukkan [Es] ke
dalam persamaan 3.20 maka di peroleh
K 5 [ E ] 0 [S]
V= [I ]
[ S ] + Ks( 1+ )
K1
Karena telah di buktikan sebelumnya bahwa K5 [E]0 = V maks. Maka
V maks[ S]
¿
V= [ I]
[ S ] + Ks {1+
KI ¿
Atau
V maks
V= Ks [I] …………………………(3.23)
1+ {1+
[S] KI
Persamaan 3.23 ini adalah persamaan Michaeslis – Menten unruk reaksi inhibisi enzim
yang bersaing, yaitu merupakan hubungan kuantitatif antara laju reaksi (v) dengan
konsentrasi substrat [S] dan inhibitor [I]. persamaan ini juga dapat diturunkan dengan
menggunakan cara cara pendekatan menurut prinsip Briggs- Haldane yang telah
diuraikan di atas. Juga persamaan perbandingan terbalik ganda dari lineweaver- Burk
dapat di turunkan dengan cara perhitungan yang sama seperti di atas, sehingga diperoleh
persamaan :
1 1 Ks [I] 1
V
= [S ] { V maks ( 1+ KI )} + V maks ………………………(3.24)
Ks [I] 1 1
I V maks (1+ KI ) adalah sudut tangent atau kemiringan daripada gravik v versus [ S ]
1
dan adalah titik potong grafik dengan sumbu ordinat ( gambar 3.5)
V maks
Karena Ks, V maks dan KI tetap, maka kemiringan grafik merupakan fungsi [I] saja.
Makin besar [I] , kemiringan bertambah besar.
Dari gambar 3.5 terlihat bahwa untuk konsentrasi inhibitor ([I] ) yang berubah , Ks akan
berubah pula (Ks di dapat dari titik potong grafik dengan sumbu absis0, sedangkan V
maks tetap.
1 1
Gambar 3.5 grafik versus untuk reaksi inhibisi enzim yang bersaing. Makin besar [I] ,[i]3
v [S ]
> [I]2 > [I]1 >[i]0), makin besar kemiringan grafik
[ E ] [S]
E + S ↔ ES, Ks =
[ ES]
[ E ] [I ]
E + I ↔ EI, KI =
[EI ]
[ EI ] [I ]
EI + S ↔ EIS, KI =
[ EIS]
[ ES ] [I ]
ES + I ↔ EIS, KS =
[EIS ]
ES [E] + P, v = [ES]
Dengan menggunakan prinsip perhitungan yang sama seperti pada reaksi enzim yang bersaing ini
dapat di turunkan sebagai berikut :
1 1 Ks [I] 1 [I]
G = { ( 1+ }+ (1+ )
v [S ] V maks KI V maks KI
Ks [I] 1 1
(1 + ) adalah kemiringan grafik versus , dan titik potong dengan sumbu
V maks KI V [S ]
1
ordinat
V
1 [I]
Adalah ( 1+ ). Ternyata baik kemiringan maupun V maks akan berubah bila [I]
V maks KI
berubah (gambar 3.6). sedangkan Ks tetap.
1 1
Gambar 3.6 grafik versus untuk reaksi inhibisi enzim yang tak bersaing. Makin besar [I],
V [S ]
[I]3 > [I]2 > [I]1 > [I]0. Makin besar kemiringannya dan perpotongannya dengan sumbu ordinat.
3.3.6. Pengaruh Temperatur terhadap K
∆G = ∆H - T∆S
Dan persamaan
∆G = - RT ln K
∆H - T∆S = - RT ln K
−∆ H ∆S
Ln K = +
RT R
Persamaan ini di sebut persamaan Van’t Hoff. Selanjutkan untuk temperature T1 dan T2
,konstanta keseimbangannya adalah T1 dan T2, sedangkan ∆S tetap. Maka
∆H ∆S ∆H ∆S
ln K2 – ln K1 = (- + ) – (- + )
RT 2 R RT 1 R
K2 ∆ H 1 1
ln = ( - )
K1 R T1 T2
K2 ∆H T 2−T 1
ln K 1 = R ( T 1.T 2 ) …………………………..
(3.25)
Persamaan 3.25 adalah turunan persamaan Van’t Hoff, yang meupakan hubungan temperature
dengan konstanta keseimbangan , K. persamaan ini biasanya di pakai untukmencari entalpi, ∆H,
suaru reaksi keseimbangan, yaitu dengan mengukur (menghitung) harga k pada berbagai
temperatur tertentu.
III.2 Soal Latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan enzim!
2. Sebutkan karakteristik dari enzim!
3. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi dari enzim!
4. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi enzim!
5. Bagaimana cara kerja enzim ?
2. Karakteristik enzim:
a. Enzim memperlihatkan semua sifat-sifat protein
b. Enzim Sebagai Katalisator.
c. Enzim bersifat Khusus
d. Enzim ada yang bisa bekerja bolak-balik
3. Atas dasar jenis reaksinya maka enzim dibagi menjadi 6 golongan yaitu
a. Oksidereduktase
Golongan enzim oksidereduktase dibagi menjadi 5 sub golongan mengkatalisis
substrat yang bergugus fungsional CHOH, C=O, C=CH, CH-NH2 dan CH-NH.
b. Transferase
Pada golongan enzim transfarase ini dijumpai 8 subgolongan. Beberapa di
antaranya adalah enzim yang memindahkan gugus, berkarbon satu, aldehid atau ketonik,
asil, phosphat dan gugus yang mengandung S.
c. Hidrolase
Enzim yang bekerjanya menghidrolisis substrat masih dibagi lagi menjadi enzim
yang menghidrolisis senyawa yang berikatan, ester, glikosidik, peptida, ikatan C-N dan
anhidrida.
d. Liase
Golongan enzim ini hanya mempunyai tiga sub golongan yaitu yang mengkatalis
reaksi adisi terhadap ikata : c=c, c=o, dan C=N.
e. Isomerase
Enzim golongan isomerase ini mengkatalis semua reaksi isomerasi termasuk
reaksi rasemasi.
f.Ligase
Enzim ligase merupakan sekelompok enzim pembentuk ikatan dengan bentuan
energi yang berasal dari pemecahan ATP. Oleh karena itu golongan enzim ini juga
disebut sebagai sintetase.
1. Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup, dan
mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia yang secara kolektif
membentuk metabolisme perantara dari sel.
2. Enzim berperan untuk mempercepat reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk
hidup, tetapi enzim itu sendiri tidak ikut bereaksi.
3. Enzim mempunyai karakteristik, yaitu : enzim memperlihatkan semua sifat-sifat protein,
enzim Sebagai Katalisator, enzim bersifat Khusus dan enzim ada yang bisa bekerja bolak-
balik.
4. Atas dasar jenis reaksinya maka enzim dibagi menjadi 6 golongan, yaitu : oksidereduktase,
transferase, hidrolase, liase, isomerase dan ligase.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi enzim, yaitu : suhu (temperature), derajat keasaman
(pH), konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, aktifator dan inhibitor, waktu, konsentrasi
ion hidrogen dan ion logam.
6. Kinetika enzim adalah studi reaksi kimia yang dikatalisis oleh enzim. Pada kinetika enzim,
laju reaksi diukur dan dampak dari berbagai kondisi reaksi. Mempelajari kinetika enzim
dalam hal ini dapat mengungkapkan mekanisme katalitik enzim, perannya dalam
metabolisme, bagaimana aktivitasnya dikendalikan, dan bagaimana suatu obat atau agonis
dapat menghambat sebuah enzim.
7. Enzim adalah molekul protein yang biasanya memanipulasi molekul lain - substrat
enzim. Ini target molekul mengikat ke situs aktif enzim dan diubah menjadi produk melalui
serangkaian langkah yang dikenal sebagai mekanisme enzimatik.Mekanisme ini dapat
dibagi ke dalam mekanisme tunggal-substrat dan multiple-substrat.
8. Hubungan Antara Kinetika Enzim dengan persamaan Michaelis-Menten Salah satu
kontribusi utama pada kinetika enzim adalah memandang reaksi enzim sebagai dua
tahapan. Pada tahap pertama, subtrat terikat ke enzim secara reversible, membentuk
kompleks enzim-substrat. Kompleks ini kadang-kadang disebut sebagai kompleks
Michaelis. Enzim kemudian mengatalisasi reaksi kimia dan melepaskan produk.
9. Inhibitor Merupakan zat yang dapat menghambat kerja enzim. Bersifat reversible dan
irreversible. Inhibitor reversible dibedakan menjadi inhibitor kompetitif dan nonkompetitif .
10. Persamaan Michaeslis – Menten unruk reaksi inhibisi enzim yang bersaing, yaitu
merupakan hubungan kuantitatif antara laju reaksi (v) dengan konsentrasi substrat [S] dan
inhibitor [I]. persamaan ini juga dapat diturunkan dengan menggunakan cara cara
pendekatan menurut prinsip Briggs- Haldane yang telah diuraikan di atas. Juga persamaan
perbandingan terbalik ganda dari lineweaver- Burk dapat di turunkan dengan cara
perhitungan yang sama seperti di atas, sehingga diperoleh persamaan :
1 1 Ks [I] 1
V
= {
[S ] V maks
( 1+ )} + V maks
KI
Ks [I] 1 1
I V maks (1+ KI ) adalah sudut tangent atau kemiringan daripada gravik v versus [ S ] dan
1
adalah titik potong grafik dengan sumbu ordinat.
V maks
4.5 Soal Tes Formatif
Pilihan Ganda
1. Apa yang dimaksud dengan enzim?
A. Senyawa organik atau katalis karbohidrat yang dihasilkan sel dalam suatu reaksi
B. Senyawa kompleks yang dihasilkan sel dalam suatu reaksi
C. Senyawa organik atau katalis protein yang dihasilkan sel dalam suatu reaksi
D. Senyawa kompleks yang menghasilkan protein
E. Senyawa kompleks yang menghasilkan glukosa
Essay :
Pilihan Ganda
1. C. Senyawa organik atau katalis protein yang dihasilkan sel dalam suatu reaksi
2. C. Banyak dihasilkan organel mitokondria
3. D. Sitokrom
4. C. Konsentrasi pelarut
5. E. Karbohidrase
6. D. Enzim dapat bekerja bolak-balik
7. B. Dalam ragi
8. C. 7
9. A. Karena enzim urease bersifat katalisator yang dapat menurunkan energi aktivasi
Soal Essay
1. Inhibitor kompetitif merupakan suatu protein yang menempel pada sisi aktif dari enzim
sehingga substrak tidak dapat memasuki sisi aktif dari enzim dan gagal terjadi reaksi,
sedangkan inhibittor non kompetitif memasuki bagian lain dari enzim yang menyebabkan
bentuk enzim dan sisi aktifnya berubah dan substrak pun tidak bisa menempel sisi aktif dari
enzim.
2. ∆G = ∆H - T∆S
= - (2808 x 103 + 310 x 182,4) J mol-1
= -2865 kJ mol-1
karena itu, pencenaan 1 mol (180,2 g) glukosa pada suhu 310 K memberikan tenaga untuk
hewan sebesar 2865 KJ
IV. DAFTAR PUSTAKA