Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PENYAKIT GONORE

DI SUSUN OLEH :

MARSUJI UTAMI

201601022

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES WIDYA NUSANTARA PALU

2018
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Gonore (bahasa Inggris; gonorrhea atau gonorrhoea) atau kencing nanah adalah
penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi
lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata
(konjungtiva).
Gonorhea adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhea
yang penularannya melalui hubungan kelamin baik melalui genito-genital, oro-genital,
ano-genital. Penyakit ini menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum,
tenggorokan, dan konjungtiva.

B. Penyebaran dan Cara Penularan


Gonore dapat ditularkan melalui hubungan seksual dan dapat menyebar melalui
aliran darah ke bagian tubuh lain terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa
menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga
menyebabkan nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.

C. Etiologi
Penyebab pasti penyakit gonore adalah bakteri Neisseria gonorrhea yang bersifat
patogen. Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel
kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang pada wanita yang belum pubertas.
N. gonorrhoeae adalah bakteri yang tidak dapat bergerak, tidak memiliki spora, jenis
diplokokkus gram negatif dengan ukuran 0,8 – 1,6 mikro. Bakteri gonokokkus tidak
tahan terhadap kelembaban, yang cenderung mempengaruhi transmisi seksual. 7. Bakteri
ini bersifat tahan terhadap oksigen tetapi biasanya memerlukan 2 – 10% CO2 dalam
pertumbuhannya di atmosfer. Bakteri ini membutuhkan zat besi untuk tumbuh dan
mendapatkannya melalui transferin, laktoferin dan hemoglobin. Organisme ini tidak
dapat hidup pada daerah kering dan suhu rendah, tumbuh optimal pada suhu 35 –
37derajat Celcius dan pH 7,2 – 7,6 untuk pertumbuhan yang optimal. Gonokokkus terdiri
dari 4 morfologi, type 1 dan 2 bersifat patogenik dan type 3 dan 4 tidak bersifat
patogenik. Tipe 1 dan 2 memiliki pili yang bersifat virulen dan terdapat pada
permukaannya, sedang tipe 3 dan 4 tidak memiliki pili dan bersifat non-virulen. Pili akan
melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang.
D. Patofisiologi
Bakteri secara langsung menginfeksi uretra, endoserviks, saluran anus, konjungtiva
dan farings. Infeksi dapat meluas dan melibatkan prostate, vas deferens, vesikula
seminalis, epididimis dan testis pada pria dan kelenjar skene, bartholini, endometrium,
tuba fallopi dan ovarium pada wanita.
Setelah melekat, gonokokus berpenetrasi ke dalam sel epitel dan melalui jaringan
sub epitel di mana gonokokus ini terpajan ke system imun (serum, komplemen,
immunoglobulin A(IgA), dan lain-lain), dan difagositosis oleh neutrofil. Virulensi
bergantung pada apakah gonokokus mudah melekat dan berpenetrasi ke dalam sel
penjamu, begitu pula resistensi terhadap serum, fagositosis, dan pemusnahan intraseluler
oleh polimorfonukleosit. Faktor yang mendukung virulensi ini adalah pili, protein,
membrane bagian luar, lipopolisakarida, dan protease IgA.
Meskipun telah banyak peningkatan dalam pengetahuan tentang patogenesis dari
mikroorganisme, mekanisme molekular yang tepat tentang invasi gonokokkus ke dalam
sel host tetap belum diketahui. Ada beberapa faktor virulen yang terlibat dalam
mekanisme perlekatan, inflamasi dan invasi mukosa. Pili memainkan peranan penting
dalam patogenesis gonore. Pili meningkatkan adhesi ke sel host, yang mungkin
merupakan alasan mengapa gonokokkus yang tidak memiliki pili kurang mampu
menginfeksi manusia. Antibodi antipili memblok adhesi epithelial dan meningkatkan
kemampuan dari sel fagosit. Juga diketahui bahwa ekspresi reseptor transferin
mempunyai peranan penting dan ekspresi full-length lipo-oligosaccharide (LOS)
tampaknya perlu untuk infeksi maksimal.
Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah epitel kolumnar dari uretra dan
endoserviks, kelenjar dan duktus parauretra pada pria dan wanita, kelenjar Bartolini,
konjungtiva mata dan rectum. Infeksi primer yang terjadi pada wanita yang belum
pubertas terjadi di daerah epitel skuamosa dari vagina.

E. Faktor Resiko
Sering berganti-ganti pasangan, atau memiliki mitra seksual yang terinfeksi

F. Manifestasi Klinis
1. Pada pria:
a. Gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi.
b. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra kemudian diikuti nyeri
ketika berkemih.
c. Disuria yang timbul mendadak, rasa buang air kecil disertai dengan keluarnya
lendir mukoid dari uretra.
d. Retensi urin akibat inflamasi prostat
e. Keluarnya nanah dari penis.
2. Pada wanita:
a. Gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi.
b. Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan
(asimtomatis).
c. Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Namun, beberapa penderita
menunjukkan gejala yang berat seperti desakan untuk berkemih.
d. Nyeri ketika berkemih.
e. Keluarnya cairan dari vagina.
f. Demam.
g. Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, indung telur, uretra, dan rektum
serta menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual.
h. Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubunga seks melalui anus,
dapat menderita gonore di rektumnya. Penderita akan merasa tidak nyaman
disekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah disekitar anus
tampak merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan nanah.

G. Pemeriksaan Diagnostic
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan
pembantu yang terdiri atas 15 tahap, yaitu:
1. Sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram negatif,
intraseluler dan ekstraseluler, leukosit polimorfonuklear.
2. Kultur untuk identifikasi perlu atau tidaknya dilakukan pembiakan kultur.
Menggunakan media transport dan media pertumbuhan.
3. Tes definitif, tes oksidasi (semua golongan Neisseria akan bereaksi positif), tes
fermentasi (kuman gonokokus hanya meragikan glukosa)
4. Tes beta laktamase, hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna kuning
menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase.
5. Tes Thomson dengan menampung urin pagi dalam dua gelas. Tes ini digunakan
untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.

H. Komplikasi
1. Komplikasi pada pria:
a. Prostatitis
b. Cowperitis
c. Vesikulitis seminalis
d. Epididimitis
e. Cystitis dan infeksi traktus urinarius superior.
f. Infertilitas
2. Komplikasi pada wanita:
a. Komplikasi uretra
b. Bartholinitus
c. Endometritis dan metritis
d. Salphingitis.
e. Infertilitas
3. Komplikasi pada bayi
a. Adanya kemungkinan lahir prematur, infeksi neonatal dan keguguran akibat
infeksi gonokokkus pada wanita hamil.
b. Adanya parutan pada kornea dan kebutaan permanen akibat infeksi gonokokkus
pada mata
c. Adanya sepsis pada bayi baru lahir karena gonore pada ibu.

I. Pencegahan
1. Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang yang
terinfeksi.
2. Pemakaian Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali
risiko penularan penyakit ini
3. Hindari hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik selesai.
4. Sarankan juga pasangan seksual kita untuk diperiksa guna mencegah infeksi lebih
jauh dan mencegah penularan
5. wanita tuna susila agar selalu memeriksakan dirinya secara teratur, sehingga jika
terkena infeksi dapat segera diobati dengan benar
6. Pengendalian penyakit menular seksual ini adalah dengan meningkatkan keamanan
kontak seks dengan menggunakan upaya pencegahan

J. Pengobatan
1. Medikamentosa
a. Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangansensitif terhadap penicilin,
banyak ‘strain’ yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan
tetrasiklin masih tetap merupakan pengobatan pilihan.
b. Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr
probonesid per- oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan
yang memadai.
c. Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita
yang peka terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.
d. Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis
gonokokus.
2. Non-medikamentosa
Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang:
a. Bahaya penyakit menular seksual
b. Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
c. Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
d. Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak
dapat dihindari.
e. Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Nama, Umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, status
perkawinan, alamt, tanggal masuk Rumah Sakit.
2. Keluhan Utama
Biasanya nyeri saat kencing
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan penyebab terjadinya infeksi, bagaimana gambaran rasa nyeri, daerah mana
yang sakit, apakah menjalar atau tidak, ukur skala nyeri dan kapan keluhan
dirasakan.
4. Riwayat Penyakit Dulu
Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit parah sebelumnya, (sinovitis,
atritis)
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan apakah dikeluarga klien ada yang menderita penyakit yang sama dengan
klien.
6. Kaji tahap perkembangan klien dalam hal seksualitas
7. Lakukan pengkajian fisik pada area urogenitalia
8. Tentukan masalah seksual klien
9. Kaji adanya perilaku berisiko tinggi, menggunakan praktik seks yang aman dan
kontrasepsi
10. Kaji kondisi medis dan obat-obatan yang dapat mempengaruhi fungsi seksual
11. Kaji riwayat kesehatan seksual
12. Kaji keadaan luka
13. Kaji faktor pencetus
14. Kaji adanya nyeri, fatigue, dan demam
15. Kaji riwayat keluarga, awitan penyakit, sistem terkait, psikososial

Data Subyektif :
a. Nyeri ketika berkemih dan desakan untuk berkemih
b. Klien mengatakan keluarnya cairan ( nanah ) dari saluran kencing.
c. Penderita akan merasa tidak nyaman disekitar anusnya dan dari rektumnya keluar
cairan.
d. Klien mengatakan daerah disekitar anus merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh
lendir dan nanah.
e. Pasien yang datang dengan awitan gejala akut mengeluh lemah, nyeri lokal, demam
dan keluarnya nanah dari lubang saluran kencing.
f. Riwayat psikososial, pasien seringkali bertanya – tanya tentang pengobatan,
perawatan dan ramalan penyakitnya.

Data Obyektif :
a. Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan
nanah.
b. Sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram negatif,
intraseluler dan ekstraseluler, leukosit polimorfonuklear.
c. Kultur untuk identifikasi perlu atau tidaknya dilakukan pembiakan kultur.
Menggunakan media transport dan media pertumbuhan.
d. Tes definitif, tes oksidasi (semua golongan Neisseria akan bereaksi positif), tes
fermentasi (kuman gonokokus hanya meragikan glukosa)
e. Tes beta laktamase, hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna kuning
menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase
f. Tes Thomson dengan menampung urin pagi dalam dua gelas. Tes ini digunakan
untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan reaksi infalamasi
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
3. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan proses inflamasi.
4. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat tentang
program pengobatan
5. Risiko penularan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang sifat menular
dari penyakit.
6. Harga diri rendah berhubungan dengan penyakit
C. Intervensi Keperawatan
DX 1 : Nyeri berhubungan dengan reaksi infalamasi
Tujuan Keperawatan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
a. Mengenali faktor penyebab
b. Menggunakan metode pencegahan non analgetik untuk mengurangi nyeri
c. Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan
d. Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, dan onset,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi.
b. Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya
ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif.
c. Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri
d. Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
e. Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien terhadap
ketidaknyamanan (ex.: temperatur ruangan, penyinaran, dll)
f. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologik (misalnya : relaksasi, guided imagery,
terapi musik, distraksi, aplikasi panas – dingin, massage, TENS, hipnotis, terapi
aktivitas)
g. Berikan analgesik sesuai anjuran
h. Tingkatkan tidur atau istirahat yang cukup
i. Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan.

DX 2 : Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.


Tujuan Keperawatan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
a. Suhu dalam rentang normal
b. Nadi dan RR dalam rentang normal
c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi Keperawatan :
a. Monitor vital sign
b. Monitor suhu minimal 2 jam
c. Monitor warna kulit
d. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
e. Selimuti klien untuk mencegah hilangnya panas tubuh
f. Kompres klien pada lipat paha dan aksila
g. Berikan antipiretik bila perlu

DX 3: Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan proses inflamasi


Tujuan Keperawatan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
a. Urin akan menjadi kontinens
b. Eliminasi urin tidak akan terganggu: bau, jumlah, warna urin dalam rentang yang
diharapkan dan pengeluaran urin tanpa disertai nyeri
Intervensi Keperawatan :
a. Pantau eliminasi urin meliputi: frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna
dengan tepat.
b. Pantau spesimen urine pancar tengah untuk urinalisis.
c. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala inferksi saluran kemih.
d. Sarankan pasien untuk minum sebanyak 3000 cc per hari.
e. Rujuk pada ahli urologi bila penyebab akut ditemukan.

DX 4 : Kurang Pengetahuan berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat tentang


program pengobatan
Tujuan Keperawatan :
Klien memiliki tingkat pemahaman tentang program pengobatan penyakit gonorrhoe
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji pemahaman klien tentang program pengobatan penyakit gonorrhoe
b. Lakukan penilaian tingkat pengetahuan klien tentang program pengobatan penyakit
gonorrhoe.
c. Tentukan kemampuan klien untuk menerima informasi kesehatan yang akan
diberikan
d. Berikan pengajaran sesuai kebutuhan tentang program pengobatan penyakit
gonorrhoe.
e. Lakukan evaluasi terhadap progran pengajaran yang telah diberikan
DX 5 : Risiko penularan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang sifat menular
dari penyakit
Tujuan Keperawatan : Dapat meminimalkan terjadinya penularan penyakit pada orang
lain
Intervensi Keperawatan :
a. Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dengan menjelaskan tentang :
1) Bahaya penyakit menular
2) Pentingnya memetuhi pengobatan yang diberikan
3) Jelaskan cara penularan PMS dan perlunya untuk setia pada pasangan
4) Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak
dapat menghindarinya.
DX 6 : Harga diri rendah berhubungan dengan penyakit
Tujuan keperawatan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan :
a. Mengekspresikan pandangan positif untuk masa depan dan memulai kembali
tingkatan fungsi sebelumnya
b. Mengindentifikasi aspek-aspek positif diri
c. Menganalisis perilaku sendiri dan konsekuensinya
d. Mengidentifikasi cara-cara menggunakan kontrol koping.
Intervensi Keperawatan :
a. Bantu individu dalam mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan
b. Dorong klien untuk membayangkan masa depan dan hasil positif dari kehidupan
c. Perkuat kemampuan dan karakter positif (misal: hobi, keterampilan, penampilan,
pekerjaan)
d. Bantu klien menerima perasaan positif dan negatif
e. Bantu dalam mengidentifikasi tanggung jawab sendiri dan kontrol situasi

D. Implementasi
DX 1 : Nyeri berhubungan dengan reaksi infalamasi
a. Mengkaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik dan onset,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan factor-faktor presipitasi.
b. Mengbservasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidak nyamanan, khususnya
ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif.
c. Menggunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri
d. Memberikan dukungan terhadap klien dan kelurga.
e. Mengkontrol factor-faktor lingkingan yang dapat mempengaruhi respon klien
terhadap ketidaknyaman (ex: temperatur ruangan, penyinaran, dll).
f. Mengajarkan penggunaan teknik non farmakologik (misalnya: relaksasi, guided
imagery, terapi music, temperature distraksi, aplikasi panas-dingin, massage, TENS,
hipnotis, terapi aktivitas).
g. Memberikan analgesic sesuai anjuran
h. Meningkatkan tidur atau istirahat yang cukup.
i. Mengevaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan.

DX 2: Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.


a. Memonitor vital sign
b. Memonitor suhu minimal 2 jam
c. Memonitor warna kulit
d. Meningkatkan intake cairan dan nutrisi
e. Menyelimut klien untuk mencegah hilangnya panas tubuh
f. Mengkompres klien pada lipat paha dan aksila
g. Memberikan antipiretik bila perlu

DX 3: Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan proses inflamasi


a. Memantau eliminasi urin meliputi: frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna
dengan tepat.
b. Memantau spesimen urine pancar tengah untuk urinalisis.
c. Mengajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala inferksi saluran kemih.
d. Menyarankan pasien untuk minum sebanyak 3000 cc per hari.
e. Merujuk pada ahli urologi bila penyebab akut ditemukan.

DX 4: Kurang Pengetahuan berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat tentang


program pengobatan
a. Mengkaji pemahaman klien tentang program pengobatan penyakit gonorrhoe
b. Melakukan penilaian tingkat pengetahuan klien tentang program pengobatan
penyakit gonorrhoe.
c. Menentukan kemampuan klien untuk menerima informasi kesehatan yang akan
diberikan
d. Memberikan pengajaran sesuai kebutuhan tentang program pengobatan penyakit
gonorrhoe.
e. Melakukan evaluasi terhadap progran pengajaran yang telah diberikan

DX 5: Risiko penularan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang sifat menular


dari penyakit
a. Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dengan menjelaskan tentang :
1. Bahaya penyakit menular
2. Pentingnya memetuhi pengobatan yang diberikan
3. Jelaskan cara penularan PMS dan perlunya untuk setia pada pasangan
4. Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak
dapat menghindarinya.

DX 6: Harga diri rendah berhubungan dengan penyakit


a. Membantu individu dalam mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan
b. Mendorong klien untuk membayangkan masa depan dan hasil positif dari kehidupan
c. Memperkuat kemampuan dan karakter positif (misal: hobi, keterampilan,
penampilan, pekerjaan)
d. Membantu klien menerima perasaan positif dan negatif
e. Membantu dalam mengidentifikasi tanggung jawab sendiri dan kontrol situasi

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauh mana tujuan tersebut tercapai. Bila
ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang ,kemudinan disusun
rencana ,setelah itu dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalu dievaluasi ,bila
dalam evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai
tujuan tercapai.
Keefektifan tindakan, peran anggota keluarga untuk membantu terpenuhinya kebutuhan
pasien, kepatuhan pengobatan dan mengevaluasi masalah baru yang kemungkinan
muncul.
Masalah teratasi jika memenuhi kriteria:
a. Nyeri terkontrol
b. Suhu normal
c. Eliminasi dan BAK lancar
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kencing nanah atau gonorhea adalah penyakit menular seksual yang disebabkan
oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum,
tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran
darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa
menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul
nyeri pinggul dan gangguan.
Gejala pertama GO umumnya timbul setelah 2 – 10 hari setelah terpapar oleh
bakteri GO. Tetapi pada beberapa kasus, infeksi telah terjadi berbulan-bulan baru timbul
gejala. Pada pria, gejala pertama dapat berupa rasa tidak nyaman pada uretra, yaitu
saluran yang mengalirkan air kencing dari kandung kencing ke luar tubuh. Setelah itu
timbul rasa nyeri dan keluar nanah. Jika infeksi bertambah parah, nyeri akan bertambah
hebat dan nanah semakin banyak. Pada wanita, gejala biasanya bersifat ringan dan
seringkali seorang wanita tidak menyadari bahwa ia telah terinfeksi GO. Infeksi biasanya
mengenai mulut rahim, juga uretra. Jika bergejala, GO dapat menyebabkan rasa nyeri
saat kencing, kencing lebih sering dan tidak bisa ditahan, juga keluar nanah dari vagina
dan uretra.
Langkah pencegahan tertular kencing nanah antara lain:
1. Menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual.
2. Menghindari hubungan seksual dengan pasangan risiko tinggi.
3. Mengobati pasangan dari penderita yang positif terinfeksi kencing nanah, atau
minimal memeriksa pasangan tersebut apakah telah terinfeksi.

B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah
Bagi perawat yang akan memberikan asuhan keperawatan pada penderita Gonorhea
harus lebih memperhatikan dan tahu pada bagian- bagian mana saja dari asuhan
keperawatan pada klien yang perlu ditekankan.
Perawat juga memberikan pendidikan kesehatan kepada bapak dan ibu atau
keluarga dari klien tentang bahaya Gonorhea.
Untuk keluarga klien semestinya harus lebih tanggap terhadap pengkajian-
pengkajian yang dilakukan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya
dalam asuhan keperawatan, karena peningkatan penyembuhan klien,melakukan prosedur
diagnostik, pemeriksaan-pemeriksaan dan melakukan perawatan tindak lanjut sangat
penting bagi klien maupun perawat.
Hendaknya mahasiswa keperawatan dapat menerapkan dan membandingkan ilmu
yang telah didapat di kampus berupa teori dengan kasus di ruangan, yang nantinya
mahasiswa mampu mengaplikasikan tindakan keperawatan dengan sebaik-baiknya agar
menjadi perawat yang profesional.
Jangan lakukan seks bebas, dan setia pada pasangan , bila sudah mengalami tanda
dan gejala gonore yang tercantum diatas segeralah diperiksakan ke tenaga medis agar
tidak terjadi komplikasi yang lebih parah.

Anda mungkin juga menyukai