Anda di halaman 1dari 31

KEARSIPAN

( Kajian Pendalaman Materi Diklat Tata Usaha Madrasah Ibtidaiyah)


Oleh:
Muhellis, M.H.
(Widyaiswara Muda pada Balai Diklat Keagamaan Surabaya)

ABSTRAK

Mempelajari kearsipan tidak dapat kita lepaskan dengan mempelajari dan


mendalami ilmu administrasi dimana kearsipan itu sendiri melekat dan terkandung di
dalamnya. Dalam abad modern ini tidak ada satu hal yamg lebih penting dari pada
administrasi, demikian pula administrasi tanpa records management akan sia-sia dan
kearsipan tanpa manajemen yang baik akan statis. Dalam proses administrasi, kearsipan
bukan merupakan fenomena masyarakat yang baru, karena arsip itu sendiri diciptakan
oleh masyarakat untuk masyarakat sehingga tujuan kearsipan tidak terlepas dari tujuan
masyarakat.

Untuk memanfaatkan kreatifitas masyarakat dalam pembangunan dengan


sendirinya memerlukan penanganan dan pengendalian potensi dengan baik. Arti praktis
penanganan tersebut di atas telah dikemukakan oleh Bapak Presiden dalam amanatnya
pada pengumuman dan penjelasan pembentukan Kabinet Pembangunan VI tanggal 17
Maret 1993, bahwa dalam pelaksanaan pembangunan hendaknya diterapkan manajemen
modern. Ada tiga fungsi pokok yang dikemukakan dalam manajemen modern. Pertama
perencanaan yang matang, kedua pelaksanaan yang tepat dan ketiga pengawasan yang
ketat.

Kata Kunci : Arsip

BAB I

PENDAHULUAN

1. Pengertian Arsip

Secara etimologis istilah arsip dalam bahasa Belanda yaitu "archief", dan dalam
bahasa Ingris disebut "arcihive", berasal dari kata "arche" bahasa Yunani yang berarti
permulaan. Kemudian dari kata “arche" berkembang menjadi kata "ta archia" yang berarti
catatan. Selanjutnya kata "ta archia" berubah lagi menjadi kata "archeon" yang berarti
"gedung pemerintahan". Gedung yang dimaksud tersebut, juga berfungsi sebagai tempat
penyimpanan secara teratur bahan-bahan arsip seperti: catatan-catatan, bahan-bahan
tertulis, piagam-piagam, surat-surat, keputusan-keputusan, akte-akte, dokumen-dokumen,
peta-peta, dsb. Ada juga istilah lain yang sering digunakan untuk menyatakan arsip, yaitu
record dan warkat. Records adalah setiap lembaran (catatan, bahan tertulis, daftar,

1
rekaman, dsb.), dalam bentuk atau dalam wujud apa pun yang berisi informasi atau
keterangan untuk disimpan sebagai bahan pembuktian atau pertangungjawaban atas suatu
peristiwa/kejadian. Sedangkan warkat berasal dari bahasa Arab yang berarti surat, akan
tetapi dalam perkembangan lebih lanjut diartikan lebih luas, yaitu berupa setiap lembaran
yang berisi keterangan yang mempunyai arti dan kegunaan. Dalam pemahaman sederhana
dapat dinyatakan bahwa arsip adalah merupakan salah satu produk kantor (office work).

Artinya, kearsipan merupakan salah satu jenis pekerjaan kantor atau pekerjaan
tatausaha, yang banyak dilakukan oleh badan-badan pemerintah, maupun badan swasta.
Kearsipan menyangkut pekerjaan yang berhubungan dengan penyimpanan warkat atau
surat-surat, dan dokumen-dokumen kantor lainnya. Kegiatan yang berhubungan dengan
penyirnpanan surat-surat dan dokumen inilah yang selanjutnya disebut kearsipan.
Kearsipan memegang peranan penting bagi kelancaran jalannya organisasi, yaitu sebagai
sumber dan pusat rekaman informasi bagi suatu organisasi. Undang-undang Nomor 7
Tahun 1971 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan, memberikan rumusan arsip
sebagai berikut:

(a) Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh Lembaga-lembaga Negara dan Badan-
badan Pemerintah dalam bentuk corak apa pun, baik dalam keadaan tunggal maupun
kelompok, dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan

(b) Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh Badan-badan Swasta dan atau

perorangan, dalam bentuk corak apa pun, baik dalam rangka pelaksanaan kehidupan
kebangsaan.

Selanjutnya, UU No.7 Tahun 1971 memberikan penjelasan bahwa yang dimaksud


dengan naskah-naskah dalam corak bagaimanapun dari suatu arsip, adalah meliputi baik
yang tertulis, maupun yang tidak tertulis, hasil rekaman, film dan sebagainya. Sedangkan
yang dimaksud dengan berkelompok ialah naskah-naskah yang berisikan hal-hal yang
berhubungan satu dengan yang lain yang dihimpun dalam satu berkas tersendiri mengenai
masalah yang sama. Menurut Undang-undang tersebut, tujuan kearsipan ialah untuk
menjamin keselamatan bahan pertanggunjawaban nasional tentang perencanaan,
pelaksanaan, dan penyelenggaraan kehidupan kebangsaan serta untuk menyediakan bahan
pertanggungjawaban tersebut bagi kegiatan Pemerintah (Pasal 3 UU No. 7 Tahun 1971).

2
2. Arsiparis

Arsiparis adalah orang yang bertugas untuk mengelola arsip.

Kriteria yang harus dimiliki oleh arsiparis:

 harus cakap dan cerdas

 harus memahami dan mengerti tentang manajemen perkantoran

 harus teliti dan ulet

 harus sabar

 harus memilki kepribadian dan sopan

 harus memiliki pendidikan minimal sekolah menengah

3. Jenis-Jenis Arsip

Arsip dapat digolongkan atas berbagai jenis atau macam, antara lain:

1.3.1 Berdasarkan Fungsi.

Menurut fungsi dan kegunaanya, arsip dapat dibedakan menjadi:

(a) Arsip dinamis, yakni arsip yang masih dipergunakan secara langsung dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan atau penyelenggaraan administrasi perkantoran.

(b) Arsip statis, yaitu arsip yang tidak dipergunakan lagi secara langsung dalam
perencanaan, pelaksanaan, atau penyelenggaraan administrasi perkantoran, atau
sudah tidak dipakai lagi dalam kegiatan perkantoran sehari-hari.

1.3.2 Berdasarkan Nilai Guna

Ditinjau dari segi kepentingan pengguna, arsip dapat dibedakan atas:

3
(a) Nilai guna primer, yaitu nilai arsip yang didasarkan pada kegunaan untuk
kepentingan lembaga/instansi pencipta atau yang menghasilkan arsip. Nilai guna
primer meliputi:

 Nilai guna administrasi, yaitu nilai guna arsip yang didasarkan pada kegunaan
untuk pelaksanaan tugas dan fungsi lembaga/instansi pencipta arsip.

 Nilai guna hukum yaitu arsip yang berisikan bukti-bukti yang mempunyai
kekuatan hukum atas hak dan kewajiban warga negara dan pemerintah.

 Nilai guna keuangan yaitu arsip yang berisikan segala hal yang menyangkut
transaksi dan pertanggungjawaban keuangan.

 Nilai guna ilmiah dan teknologi yaitu arsip yang mengandung data ilmiah dan
teknologi sebagai akibat/hasil penelitian murni atau penelitian terapan.

(b) Nilai guna sekunder, yaitu nilai arsip yang didasarkan pada kegunaan arsip sebagai
kepentingan lembaga/instansi lain, dan atau kepentingan umum di luar instansi
pencipta arsip, serta kegunaannya sebagai bahan bukti pertanggungjawaban
kepada masyarakat/pertanggungjawaban nasional. Nilai guna sekunder, juga
meliputi:

 Nilai guna pembuktian, yaitu arsip yang mengandung fakta dan keterangan yang
dapat digunakan untuk menjelaskan tentang bagaimana lembaga/isntansi
tersebut diciptakan, dikembangkan, diatur fungsinya, dan apa kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan, serta apa hasil/akibat dari kegiatan itu.

 Nilai guna informasi, yaitu arsip yang mengandung informasi bagi kegunaan
berbagai kepentingan penelitian dan sejarah, tanpa dikaitakan dengan
lembaga/instansi penciptanya.

(c) Berdasarkan sifat Berdasarkan sifatnya, arsip dapat dibedakan atas :

 Arsip tertutup, yaitu arsip yang dalam pengelolaan dan perlakuannya


berlakuketentuan tentang kerahasian surat-surat.

 Arsip terbuka yakni pada dasarnya boleh diketahui oleh semua pihak/umum

4
(d) Berdasarkan tingkat penyimpanan dan pemeliharaannya, Menurut tingkat
penyimpanan dan pemeliharaannya, arsip dibagi atas :

 Arsip sentral, yaitu arsip yang disimpan pada suatu pusat arsip (depo arsip),atau
arsip yang dipusatkan penyimpan dan pemeliharaannya pada suatu tempat
tertentu.

 Arsip pemerintah yang mengandung nilai khusus ada yang disimpan secara
nasional di Jakarta yaitu pada Lembaga Arsip Nasional Pusat yang disebut
dengan nama ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia). Sedangkan lembaga
pemerintah yang menyimpan dan memelihara arsip pemerintah di daerah yaitu
Perpustakaan dan Arsip Daerah. Arsip sentral disebut juga Arsip makro atau
arsip umum, karena merupakan gabungan ataupun kumpulan dari berbagai
arsip unit.

 Arsip unit, yaitu arsip yang disimpan di setiap bagian atau setiap unit dalam
suatu organisasi. Arsip unit disebut juga arsip mikro atau arsip khusus, karena
khusus hanya menyimpan arsip yang ada di unit yang bersangkutan.

(e) Berdasarkan keasliannya, Menurut keasliannya, arsip dibedakan atas: arsip asli,
arsip tembusan, arsip salinan, dan arsip petikan.

(f) Berdasarkan subyeknya, Berdasarkan subyek atau isinya, arsip dapat dibedakan
atas berbagai macam, misalnya: Arsip keuangan, Arsip Kepegawaian, Arsip
Pendidikan, Arsip Pemasaran, Arsip Penjualan, dan sebagainya.

(g) Berdasarkan Bentuk dan Wujudnya., Menurut bentuk atau wujudnya, arsip terdiri
dari berbagai macam, misalnya surat (arsip korespondensi) yang dalam hal ini
diartikan sebagai setiap lembaran kertas yang berisi informasi atau keterangan
yang berguna bagi penyelenggaraan kehidupan organisasi, seperti: naskah
perjanjian/kontrak, akte, kartu pegawai, tabel, gambar, grafik atau bagan. Selain
surat, bentuk atau wujud arsip dapat juga berupa pita rekam, piringan hitam,
mikrofilm, CD, dsb.

(h) Berdasarkan Sifat Kepentingannya., Menurut sifat kepentingannya, arsip dapat


dibedakan atas

5
 Arsip non-esensial, yaitu arsip yang tidak memerlukan pengolahan, dan tidak
mempunyai hubungan dengan hal-hal yang penting sehingga tidak perlu
disimpan dalam waktu yang terlalu lama.

 Arsip penting yaitu arsip yang mempunyai nilai hukum, pendidikan, keuangan,
dokumentasi, sejarah, dan sebagainya. Arsip yang demikian masih
dipergunakan atau masih diperlukan dalam membantu kelancaran pekerjaan.
Arsip ini masih perlu disimpan untuk waktu yang lama, akan tetapi tidak
mutlak permanen. Arsip vital, yaitu arsip yang bersifat permanen, disimpan
untuk selama-lamanya, misalnya akte, ijazah, buku induk mahasiswa, dsb.

4. Ciri-Ciri Arsip Dinamis

Berdasarkan uraian terdahulu, bahwa arsip dinamis adalah arsip yang masih
dipergunakan secara langsung dalam kegiatan perkantoran sehari-hari. Dengan demikian,
arsip dinamis memiiki ciri-ciri sebagai berikut:

 Arsip yang masih aktual dan berlaku secara langsung diperlukan dan
dipergunakan dalam penyelenggaraan administrasi sehari-hari.

 Arsip yang senantiasa masih berubah nilai dan artinya menurut fungsinya.

 Pada dasarnya arsip dinamis bersitat tertutup, oleh karena itu pengelolaan dan
perlakuannya harus mengikuti ketentuan tentang kerahasiaan suratsurat.
Sesuai dengan ciri di atas, maka menurut fungsi dan kegunaannya, arsip
dinamis dapat dibedakan atas:

 Arsip aktif, yaitu arsip yang masih sering dipergunakan bagi kelangsungan
pekerjaan di kantor

 Arsip semi aktif, yaitu arsip yang frekuensi penggunaannya sudah mulai
menurun

 Arsip inaktif, yaitu arsip yang sudah jarang sekali dipergunakan dalam proses
pekerjaan sehari-hari.

4.1 Siklus Arsip Dinamis

6
Arsip dinamis biasanya memiliki empat tahap siklus hidup (life sicle). Tahap
pertama, adalah merupakan tahap penciptaan. Proses ini terjadi tatkala tulisan dituangkan
ke dalam bentuk kertas, atau data dihasilkan dari komputer, informasi diterima pada film,
tape atau media lainnya. Pada tahap ini, arsip dapat berupa surat/naskah yang dibuat oleh
instansi/kantor kita, atau yang dibuat oleh instansi lain, yang diterima oleh kantor kita.

Tahap kedua merupakan tahap penggunaan aktif dengan jangkauan waktu beberapa
hari dan mungkin sampai tahunan. Pada tahap ini pemakai sering menggunakan arsip
dinamis serta memerlukan akses cepat ke berkas dinamis. Arsip dinamis disimpan di
kantor pada tempat-tempat penyimpanan seperti filing cabinet atau almari arsip karena
tingkat penggunaannya yang sering, serta butuh akses yang cepat.

Tahap ketiga adalah tahap inaktif. Tahap ketiga ini terjadi tatkala arsip dinamis
sudah jarang atau mungkin tidak dipakai lagi sehingga menjadi inaktif. Oleh karena itu,
arsip itu disimpan dalam tempat penyimpanan seperti unit kearsipan atau pusat arsip
dinamis (record center). Selama masa inaktif ini, arsip dinamis disimpan karena alasan
hukum atau karena kebutuhan rujukan, dan sebagainya.

Tahap keempat ialah tahap penyusutan dan Jadwal retensi Arsip (JRA). Penyusutan
adalah suatu tindakan yang diambil berkenaan dengan habisnya "masa simpan" arsip yang
telah ditentukan oleh perundang-undangan, peraturan atau prosedur administratif.
Tindakan ini harus dilakukan untuk mengatasi menggunungnya arsip, sehingga sulit
ditemukan kembali (retrieval) dan sulit memeliharanya, sebab karakteristik arsip ialah
mengumpul secara alami (accumulating naturally). Dengan demikian penyusutan arsip
diperlukan untuk menghemat ruangan/tempat, memudahkan penemuan kernbali arsip
manakala diperlukan. Sedangkan JRA adalah pedoman yang digunakan untuk
menyusutkan arsip.

Penyusutan arsip menyangkut pekerjaan pemusnahan arsip yang sudah tidak


memiliki nilai guna primer (hukum, fiskal, administratif, keilmuan), maupun nilai guna
sekunder. Permusnahan dilakukan dengan mengikuti kententuan retensi (masa simpan)
atas dasar nilai kegunaannya dan dituangkan dalam bentuk Jadwal Retensi Arsip (IRA)
yang berupa daftar yang berisi jenis/seri arsip, beserta jangka waktu penyimpanannya,
dimana JRA dipakai sebagai pedoman untuk penyusutan arsip.

7
Penyusutan arsip dapat juga dilakukan dengan cara menyerahkan arsip yang bernilai
guna sekunder (tidak bernilai primer lagi) ke badan yang berwenang yaitu Arsip Nasional
Rl (ANRI) (lihat PP.No. 34 tahun 1979 tentang penyusutan arsip). Menurut PP 34 tahun
1979, penyusutan arsip instansi/badan pemerintah mencakup tiga kegiatan yaitu
pemindahan, pemusnahan dan penyerahan. Pemindahan arsip maksudnya adalah
memindahkan arsip dari unit pengolah ke unit kearsipan (reccord center) berdasarkan
jadwal retensi arsip secara teratur dan tetap, yang pelaksanaannya diatur oleh masing-
masing lembaga atau instansi yang bersangkutan. Misalnya, USU memiliki unit kearsipan
(record center) tersendiri, sehingga masing-masing Fakultas, Lembaga, UPT, dsb., akan
menyerahkan arsip inaktif yang dimiliki ke unit kearsipan tersebut sesuai jadwal retensi
yang ditentukan.

Penyusutan arsip perusahaan atau lembaga swasta, yayasan, dsb. Disusutkan


berdasarkan UU. No.8 tahun 1997 tentang dokumen perusahaan. Inti dari penyusutan
dokumen perusahaan adalah sama dengan penyusutan arsip instansi/badan pemerintah.

Arsip inaktif yang diserahkan ke Depo Arsip seperti, Perpustakaan dan Depo Arsip
kota, Perpustakaan dan Depo Arsip provinsi, atau ANRI, statusnya akan berubah menjadi
arsip statis (archives) dan disimpan secara permanen untuk perlindungan, karena arsip
tersebut memiliki nilai informasi, historis, ilmiah, dan

pembuktian (hukum, fakta sejarah, dsb.) Pelaksanaan pemusnahan dan ataupun


penyerahan arsip harus dilakukan dengan menggunakan berita acara.

5. Penyimpanan Arsip

Pengelolaan arsip sebenarnya telah dimulai sejak suatu surat (naskah, warkat) dibuat
atau diterima oleh suatu kantor atau organisasi sampai kemudian ditetapkan untuk
disimpan, selanjutnya disusutkan (retensi) dan atau dimusnahkan. Oleh karena itu, di
dalam kearsipan terkandung unsur-unsur kegiatan penerimaan, penyimpanan, temu balik,
dan penyusutan arsip.

Arsip disimpan karena mempunyai nilai atau kegunaan tertentu (lihat uraian di
atas). Oleh karena itu, hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini ialah bagaimana
prosedurnya, bagaimana cara penyimpanan yang baik, cepat, dan tepat, sehingga mudah

8
atau ditemukan kembali sewaktu-waktu diperlukan, serta langkah- langkah apa yang perlu
diikuti/dipedomani dalam penyimpanan arsip tersebut.

Untuk menyelenggarakan penyimpanan arsip secara aman, awet, efisien dan luwes
(fleksibel) perlu ditetapkan asas penyimpanan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi masing-masing kantor/instansi yang bersangkutan. Dalam penyelenggaraan
penyimpanan arsip dikenal 3 (tiga) macam asas yaitu asas sentralisasi, asas disentralisasi,
dan asas campuran atau kombinasi. Penyimpanan arsip dengan menganut asas sentralisasi
adalah penyimpanan Arsip yang dipusatkan (central filing) pada unit tertentu. Dengan
demikian,

penyimpanan arsip dari seluruh unit yang acta dalam satu instansi/kantor dipusatkan
pada satu tempat/unit tertentu. Sebaliknya, penyelenggaran penyimpanan arsip dengan
asas desentralisasi adalah dengan memberikan kewenangan penyimpanan arsip secara
mandiri. Dalam hal yang demikian, masing-masing unit satuan kerja bertugas
menyelenggarakan penyimpanan arsipnya. Sedangkan asas campuran, merupakan
kombinasi antara desentralisasi dengan sentralisasi. Dalam asas campuran tiap-tiap unit
satuan kerja dimungkinkan menyelenggarakan penyimpanan arsip untuk spesifikasi
tersendiri, sedangkan penyimpanan arsip dengan spesifikasi tertentu disentralisasikan.

Penyimpan arsip yang diartikan dalam uraian ini adalah suatu kegiatan pemberkasan
dan penataan arsip dinamis, yang penempatannya secara actual menerapkan suatu sistem
tertentu, yang biasa disebut sistem penempatan arsip secara aktual. Kegiatan pemberkasan
dan penataan arsip dinamis tersebut popular dengan sebutan “filingSystem". Para ahli
kearsipan kelihatannya sepakat untuk menyatakan bahwa filling system yang digunakan
atau dipakai untuk kegiatan penyimpanan arsip terdiri dari:

(a) Sistem Abjad,

(b) Sistem angka/nomor (numerik),

(c) Sistem Wilayah,

(d) Sistem subyek, dan

(e) Sistem Urutan Waktu (kronologis).

9
Disamping kelima sistem di atas, banyak arganisasi atau instansi yang menerapkan
sistem kombinasi.

6. Peralatan Kearsipan

Peralatan yang dipergunakan dalam bidang kearsipan pada dasarnya sebahagian


besar sama dengan alat-alat yang dipergunakan dalam bidang ketatausahaan pada
umumnya, Peralatan yang dipergunakan terutama untuk penyimpanan arsip, minimal
terdiri dari:

(a) Map, yaitu berupa lipatan kertas atau karton manila yang dipergunakan untuk
menyimpan arsip. Jenisnya terdiri dari map biasa yang sering disebut stopmap
folio, Stopmap bertali (portapel), map jepitan (snelhechter), map tebal yang lebih
dikenal dengan sebutan ordner atau brieforner. Penyimpanan ordner lebih baik
dirak atau lemari, bukan di dalam filing cabinet dan posisi penempatannya bias
tegak. Sedangkan Stopmap folio dan snelhechter penyimpanannya dalam posisi
mendatar, atau tergantung (bila yang dipakai snelhechter gantung) di dalam filing
cabinet, sedangkan portapel sebaiknya disimpan dalam almari karena dapat
memuat banyak lembaran arsip.

(b) Folder, merupakan lipatan kertas tebal/karton manila berbentuk segi empat
panjang yang gunanya untuk menyimpan atau menempatkan arsip, atau satu
kelompok arsip di dalam filing cabinet. Bentuk folder mirip seperti stopmap folio,
tetapi tidak dilengkapi daun penutup, atau mirip seperti snelhechter tetapi tidak
dilengkapii dengan jepitan. Biasanya folder dilengkapi dengan tab, yaitu bagian
yang menonjoll dari folder yang berfungsi untuk menempatkan kode-kode, atau
indeks yang menunjukkan isi folder yang bersangkutan.

(c) Guide, adalah lembaran kertas tebal tau karton manila yang dipergunakan sebagai
penunjuk dan atau sekat/pemisah dalam penyimpanan arsip. Guide terdiri dari dua
bagian, yaitu tab guide yang berguna untuk mencantumkan kodekode, tanda-tanda
atau indeks klasifikasi (pengelompokan) dan badan guide itu sendiri.Jumlah guide
yang diperlukan dalam sistem filing adalah sebanyak pembagian pengelompokan
arsip menurut subyeknya. Misalnya guide pertama untuk menempatkan tajuk

10
(heading) subyek utama (main subyek), guide kedua untuk menempatkan sub-
subyek, guide ketiga untuk yang lebih khusus lagi, demikian seterusnya.

(d) Filing Cabinet (file cabinet), adalah perabot kantor berbentuk persegi empat
panjang yang diletakkan secara vertikal (berdiri) dipergunakan untuk menyimpan
berkas-berkas atau arsip. Filing cabinet mempunyai sejumlah laci yang memiiki
gawang untuk tempat rnenyangkutkan folder gantung (bila arsip ditampung dalam
folder gantung). Filing cabinet terdiri berbagai jenis, ada yang berlaci tunggal,
berlacii ganda, horizontal plan file cabinet, drawer type filing cabinet, lateral
filing cabinet, dsb.

(e) Almari Arsip, adalah almari yang khusus digunakan untuk menyimpan arsip.
Bentuk dan jenisnya bervasi, namun berkas atau arsip yang disimpan dalam almari
arsip sebaiknya disusun/ditata secara vertical lateral (vertikal berderet kesamping),
sehingga susunan arsip di dalam almari arsip sama dengan susunan arsip yang
disusun ditata di dalam rak arsip.

(f) Berkas Kotak (Box file), adalah kotak yang dipergunakan untuk menyimpan
berbagai arsip (warkat). Setiap berkas kotak sebaiknya dipergunakan untuk
menyimpan arsip yang sejenis, atau yang berisi hal-hal yang sama. Selanjutnya
berkas kotak ini akan ditempatkan pada rak arsip, disusun secara vertikal (vertikal
berderet ke samping).

(g) Rak Arsip, adalah sejenis almari tak berpintu, yang merupakan tempat untuk
menyimpan berkas-berkas atau arsip. Arsip ditempatkan dirak susun secara
vertikal lateral yang dimulai selalu dari posisi kiri paling atas menuju kekanan,
dan seterusnya kebawah.

(h) Rotary Filling, adalah peralatan yang dapat berputar, dipergunakan untuk
menyimpan arsip-arsip (terutama berupa kartu).

(i) Cardex (Card Index) Cardex adalah alat yang dipergunakan untuk menyimpan arsip
yang berupa kartu dengan mempergunakan laci-laci yang dapat ditarik keluar
memanjang. Kartukartu yang akan disipan disebelah atas kartu diberi kode agar
lebih mudah dilihat.

11
(j) File yang dapat dilihat (Visible reference record file) Visible reference record file
adalah alat yang dipergunakan untuk menyimpan arsip-arsip yang bentuknya
berupa leflet, brosur, dan sebagainya.

7. Penemuan Kembali Arsip.

Keberhasilan pelaksanaan manajemen arsip dinamis atau arsip aktif, akan nampak
dengan jelas, bilamana semua bahan yang dibutuhkan mudah ditemukan kembali, dan
mudah pula dikembalikan ke tempat semula. Karena, penemuan atau pencarian dokumen
merupakan salah satu kegiatan dalam bidang kearsipan, yang bertujuan untuk menemukan
kembali arsip, karena akan dipergunakan dalam proses penyelengaraan administrasi.
Menemukan kembali, juga berarti memastikan dimana suatu arsip yang akan
dipergunakan itu disimpan, dalam kelompok berkas apa arsip itu berada, disusun menurut
sistem apa, dan bagaimana cara mengambilnya. Menemukan kembali arsip, tidak hanya
sekedar menemukan kembali arsip dalam bentuk fisiknya, akan tetapi juga menemukan
informasi yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, penemuan kembali ini sangat
berhubungan dengan keakuratan sistem pemberkasan atau penyimpanannya. Kegiatan
penemuan kembali merupakan barometer efisiensinya penyajian informasi kearsipan.
Siklus penemuan kembali arsip yang dibetuhkan (retrieval/finding cyclus), dan siklus
penempatan kembali (filing cyclus) merupakan prosedur yang memerlukan penanganan
tersendiri.

Salah satu hal penting yang sering diabaikan dalam penemuan kembali arsip ialah,
tidak melakukan pencatatan dalam transaksi peminjaman. Kita sering mengambil arsip
tanpa melatui bukti tertulis, atau hanya meminjam lisan saja, bahkan mungkin
menggunakannya tanpa seijin petugas, karena merasa sesame teman kantor. Akibatnya,
bila kita lupa mengembalikannya, maka arsip itu bias hilang atau tercecer disembarang
tempat. Oleh karena itu, bila kita meminjam arsip sebaiknya mempergunakan surat
pinjam atau kartu permintaan pinjam melalui petugas yang menanganinya. Untuk
menghindari hal itu, maka perlu dibuat lembar/ kartu pinjam arsip.

Setelah peminjam mengisi lembar peminjaman, maka perlu dipertanyakan apakah


peminjam boleh langsung melakukan akses ke laci filling cabinet atau ke

almari arsip?.

12
Sebelum menjawab pertanyaan itu, perlu disampaikan bahwa ada 2 (dua) sistem
layanan yaitu:

(a) layanan terbuka (opened access) yaitu pengguna diperbolehkan langsung


mengambil dokumen yang diingininya dari tempatnya (rak, laci, folder, dsb.),

(b) layanan tertutup (closed access), yaitu pengguna tidak diperbolehkan mengambil
sendiri dokumen yang diinginkannya dari tempatnya melainkan harus melalui
petugas. Biasanya untuk arsip, sistem yang dipakai ialah sistem layanan tertutup.

8. Pemeliharaan Arsip

Dalam penjelasan umum UU No.7 Tahun 1971 tentang Ketentuan-ketentuan


Pokok Kearsipan dinyatakan bahwa untuk kepentingan pertanggungjawaban nasional
kepada generasi yang akan datang, perlu diselamatkan bahan-bahan bukti yang nyata
benar, serta lengkap mengenai kehidupan dan penyelenggaraan pemerintahan negara baik
masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. Penyelamatan bahan-bahan
bukti tersebut merupakan masalah yang menjadi bidang kearsipan dalam arti yang luas.

Pemeliharaan arsip mencakup usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga

arsip-arsip dari segala kerusakan dan kemusnahan. Kerusakan atau kemusnahan

arsip bisa datang dari arsip itu sendiri, maupun disebahkan oleh serangan-serangan dari
luar arsip. Sedangkan, pengamanan arsip adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk
meniaga arsip-arsip dari kehilangan maupun dari kerusakan akibat penggunaan. Usaha
pemeliharaan arsip berupa melindungi, mengatasi, mencegah, dan mengambil. langkah-
langkah, tindakan-tindakan yang bertujuan untuk menyelamatkan arsip-arsip beserta
informasinya (isinya).

Pengamanan arsip dari segi fisiknya dapat dilakukan dengan cara restorasi dan
laminasi. Restorasi arsip adalah memperbaiki arsip-arsip yang sudah rusak, atau yang sulit
digunakan, agar dapat dipergunakan clan dapat disimpan kembali. Sedangkan, laminasi
adalah menutup kertas arsip diantara 2 (dua) lemari plastik, sehingga arsip terlindung dan
aman dari bahaya kena air, udara lembab dan serangan serangga. Dengan cara itu, arsip
akan tahan lebih lama untuk disimpan. Sedangkan pengamanan atau upaya

13
menyelamatkan informasi yang terkandung dalam arsip (isi) dapat dilakukan dengan
mengalih mediakan ke dalam bentuk media lain, seperti pada micro film, fich, dan ke
media digital.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Prinsip – Prinsip Dasar Arsip

Prinsip dasar kearsipan meliputi antara lain :

 Prinsip dasar pertama yaitu bahwa arsip diciptakan oleh masyarakat dan untuk
masyarakat sehingga tujuan kearsipan tidak terlepas dari tujuan masyarakat.

 Prinsip dasar yang kedua adalah perlindungan dan penyelamatan arsip, yaitu
mengatur tatalaksana penyelamatan dan perlindungan arsip, di Indonesia aturan
ini dirumuskan dalam Bab IV pasal 9 dan pasal 10 Undang-undang Nomor 7
Tahun 1971 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kearsipan. Dalam pasal-pasal

14
tersebut dirumuskan bahwa pengumpulan, pemeliharaan dan penyelamatan arsip
adalah merupakan kewajiban setiap lembaga dan badan pemerintahan.

 Prinsip dasar yang ketiga adalah kearsipan dan arsip itu sendiri sebagai catatan-
catatan/naskah-naskah.. Arsip sebagai pusat ingatan memberikan dorongan untuk
menciptakan gagasan-gagasan rencana-rencana baru baik mengenai kegiatan-
kegiatan spiritual maupun kegiatan-kegiatan duniawi.

 Prinsip dasar yang keempat adalah arsip sebagai lembaga tempat penyimpanan
naskah-naskah pemerintahan dan naskah-naskah bersejarah.

 Prinsip dasar yang kelima; Arsip sebagai fungsi organik : Kearsipan sebagai fungsi
organik, atau dengan kata lain arsip merupakan kegiatan organik, hal ini
merupakan fakta sejarah kearsipan yang menunjukan keberadaan arsip dlam
pengertian arsip konvensional, identik dengan keberadaan tulisan sebagai
rekaman informasi pelaksanaan administrasi.

 Prinsip dasar yang keenam adalah arsip sebagai perwujudan ide dan gagasan
manusia. Ide, gagasan, pikiran, naluri, penalaran atau dengan kata lain cipta, rasa,
karsa, dan karya merupakan media yang dapat menghasilkan budaya sebagai
karya manusia. Namun dari semua itu terdapat titik persamaan yaitu bahwa
kebudayan merupakan karya manusia (Manmande), hasil produk kehidupan
manusia dan alat penciptanya dalah manusia.

 Prinsip dasar yang ketujuh adalah arsip lebih sekedar informasi baik dalam bentuk
fakta maupun detail, arsip sebagai informasi yang merupakan susunan konsep
dalam bentuk fakta dan citra yang dapat diterima oleh seseorang atau banyak
orang untuk dimanfaatkan sebagai bahan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian suatu kegiatan.

 Prinsip dasar yang kedelapan adalah arsip sebagai cermin kehidupan, seandainya
terjadi kasus baik kasus yang dilakukan oleh orang lain maupun kasus yang
dilakukan oleh diri kita sendiri, dimana kasus tersebut patut disesali, maka secara
spontan terlontarlah kata-kata ”supaya dijadikan cermin” atau ”cukup menjadi
cermin bagi saya” dan sebagainya.

15
 Prinsip dasar yang kesembilan adalah arsip sebagai suatu kesatuan yang utuh dan
mandiri, media apapun yang dipergunakn untuk merekam informasi tidak
menjadi masalah dan tidak akan dan/atau merubah isi/materi informasi itu
sendiri. Dengan demikian media apapun yang dipergunakan, baik media cetak
maupun media elektronik, arsip harus:

 Tetap lengkap dan dapat dipercaya.

 Tetap menyeluruh dan tidak dapat dibagi-bagi.

 Bagian-bagian yang berada dalam arsip senantiasa saling


menjelaskan.

 Bagian-bagian dalam setiap arsip merupakan hubungan yang


rasional dan merupakan suatu kesatuan yang utuh.

 Prinsip dasar yang kesepuluh adalah arsip mewakili ingatan manusia. memori
yang terkandung dalam arsip nilainya lebih tinggi atau lebih kuat dari ingatan
seseorang atau sekelompok orang.

 Prinsip dasar yang kesebelas adalah arsip senantiasa tetap dan dapat dipercaya :
arsip akan selalu larut dan mengikuti kontinuitas pertumbuhan Badan dan
Lembaga Pemerintahan (public sector), Badan dan Lembaga Swasta (private
sector).

 Prinsip dasar yang keduabelas adalah arsip merupakan kebudayaan dan peradatan.
dalam segala dimensi arsip adalah sebagai akar budaya dan peradaban manusia,
karena ia lahir dari segala aktivitas segala kegiatan.

 Prinsip dasar ketiga belas adalah arsip sebagai bukti apa yang menjadi gagasan dan
apa yang diputuskan. segala apa yang dipikirkan, segala angan-angan, segala
yang dikerjakan dan didiskusikan serta ditetapkan kenyataannya berbukti dalam
wujud arsip.

16
 Prinsip dasar keempat belas adalah arsip sebagai ekspresi pengetahuan dan
pengalaman : arsip mengandung informasi tentang pikiran-pikiran, benda-benda
dan ide-ide serta gagasan dalam jumlah yang tidak terbatas.

 Prinsip kelima belas adalah arsip sebagai suatu bahan dan arsip sebagai suatu
lembaga yang spesifik. arsip sebagai suatu bahan yang spesifik adalah karena
terbentuk dalam suatu proses kegiatan atau sutau transaksi yang hasilnya
diperuntukan untuk ”rujukan” dan sebagai sumber asli untuk bukti
pertanggungjawaban dan sumber asli untuk kepentingan atau keperluan
penelitian.

 Prinsip dasar keenam belas adalah arsip disajikan untuk setiap pemakai jasa arsip
tertentu. tidak seperti halnya perpustakaan bahwa bahan pustaka terbuka bagi
siapa saja sesuai dengan jenis perpustakaan itu sendiri, tetapi arsip hanya
diperuntukan bagi pemakai jasa informasi arsip yang dianggap berhak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Pengelolaan Arsip

Pengelolaan arsip ada dua, antara lain :

 Arsip dinamis

 Arsip statis

a. Arsip Dinamis

Arsip Dinamis adalah arsip yang dianggap masih memiliki guna penujang dalam
pelaksanaan proses administrasi sehari-hari pada lembaga-lembaga dan badan-badan
pemerintahan dimana arsip diciptakan dan diterima dalam proses kearsipan, di tiap
lembaga dan badan pemerintah kita mengenal unit pengolah dan unit kearsipan. Unit
pengolah adalah unit kerja atau staf yang bertugas melakukan pengolahan/memproses
penciptaan arsip. Unit kearsipan adalah unit kerja baik struktural maupun fungsional
melaksanakan penyimpanan, pengendalian dan pemeliharaan arsip sesuai dengan sistem
organisasi penyimpanan yang diterapkan di lembaga dan badan serta instansinya yang
bersangkutan.

17
Arsip dinamis pada prinsipnya terbentuk secara organis, sehingga mengandung
kerahasiaan yang bersifat tertutup dan oleh karenanya tidak boleh diketahui oleh siapa
pun termasuk kode, nomor, perihal dan isi serta disposisinya selain/kecuali ”untuk
kepentingan dinas”.

Arsip dinamis terdiri dari dua, yaitu :

 Arsip dinamis aktif

 Arsip dinamis inaktif

A). Arsip dinamis aktif

Arsip ini berada dan berfungsi di unit pengolah yang pada umumnya memiliki
nilai simpan satu sampai dengan dua tahun atau sesuai dengan jadwal retensi yang
berlaku.

B).Arsip dinamis inaktif

Arsip ini berada pada fase ketiga yang oleh unit pengolah dirasakan atau dinilai
sudah kurang atau jarang/tidak diperlukan lagi dalam menunjang proses administrasi
sehari-hari, walaupun mungkin masih diperlukan tetapi frekuaensinya sangat rendah.

b. Arsip Statis

Arsip Statis adalah arsip yang dianggap sudah tidak berguna lagi dalam
menunjang proses administrasi sehari-hari pada lembaga negara dan badan-badan
pemerintah, sehingga dilihat dari segi kehidupan kebangsaan sangat bernilai.

3. Proses Kegiatan Kearsipan

Klasifikasi

Pengklasifikasian pada kearsipan berdasarkan atas dua parameter, yaitu:

a. Secara umum

18
Suatu cara yang sistematis untuk menggolongkan arsip-arsip/ bahan
berdasarkan subjek/bentuknya.

b. Secara detail

Merupakan pengelompokan / penggolongan atas persamaan-persamaan atau


atas dasar perbedaan-perbedaan yang ada atau bisa pula dikelompokan
berdasarkan kronologis kegiatan.

Setelah diklasifikasikan, arsip disimpan disuatu tempat arsip yang baik


disimpan dalam bentuk yang asli.

Dua hal penting yang harus diperhatikan dalam mengklasifikasikan :

a. Memfile dengan baik, meliputi proses menyusun, mengatur, dan


mengelompokkan.

b. Mengklasir dengan benar, yaitu harus logis, rasional, dan aktual.

Cara/macam mengklasifikasikan arsip

Ada beberapa macam cara yang dapat digunakan dalam pengklasifikasian, yaitu:

a. DDC : Decimal Dewers Clasification

b. UDC : Universal Decimal Clasification

a. 0 = umum

b. 1 = agama/religi

c. 2 = filsafat

d. 3 = pengrtahuan sosial

e. 4 = bahasa

f. 5 = ilmu murni

19
g. 6 = ilmu praktis/teknik

h. 7 = seni/kerajinan

i. 8 = kesusastraan

j. 9 = ilmu bumi

c. LC : Library Clasification

Selain mrnggunakan abjad digunakan dengan decimal.

d. Regional Clasification

e. Caubach : A-Z (system kartu), A-K, L-Z (surat-surat yang lain)

a) A = Umum

b) B = Personalia

c) C = Keuangan

d) D = Devisa

e) E = MPR/DPR

f) F = Surat-surat menteri

g) G = Surat rahasia

h) H = Surat perniagaan

i) I = Surat tata usaha

j) J = Surat pendidikan

k) K = Surat dokumentasi

4. Pengertian Coding

20
Coding merupakan suatu proses memberikan kode yang dilakukan seorang juru
indeks (indekser) dengan maksud untuk mempercepat pemsortiran dan file arsip dengan
cara memberikan kode.

Contoh : - kepegawaian → B

- keuangan → C

Macam-macam kode

a. Berupa huruf

 tunggal : A-Z

 gabungan : AB, AC, AD

 singkatan : Litbang, kesra

b. Berupa angka

 nomor urut : 1-100

 kelemahan : - sulit diingat

 sulit ditemukan

 bisa terjadi data kembar

 satuan angka : akan menentukan subjek

 contoh : 001, 010, 1000

 desimal : 10,1 , 100,1 , 200,2

c. Gabungan huruf dengan angka

 huruf → menunjukan heading

 desimal → menunjukan man subjek/subsubjek

21
Syarat membuat kode

 Singkat dan jelas

 Mudah dipahami

 Sederhana

 Mudah dibaca dan ditulis

 Satuan angkanya harus bulat

5. Pengertian indeks

Setelah bahan-bahan arsip (dokumen) diklasifikasikan maka untuk menentukan


lokasi penyimpanan dan memudahkan penemuan kembali file yang bersangkutan perlu
diberikan tanda-tanda pengenal atau ciri-ciri tertentu. Maksudnya diwujudkan dengan
kode tertentu berupa huruf, angka, atau gabungan huruf dan angka.

Pekerjaan menentukan tanda pengenal bagi bahan-bahan arsip (dokumen) ini


dikenal dengan memberikan indeks (indexing). Drs. The Liang Gie menyatakan
mengindeks adalah:

”Suatu daftar perincian yang disusun menurut urutan abjad untuk menjadi kunci
petunjuk terhadap serangkaian nama-nama orang, nama-nama organisasi, nama-nama
tempat ataupun judul-judul pokok yang didaftar untuk keperluan penyimpanan warkat-
warkat atau untuk menunjukan bagian-bagian dalam suatu buku pelajaran dimana hal-hal
tersebut diuraikan. 13)”.

Drs. Sabarman dalam ceramahnya tanggal 7 desember ’77 yang diselenggarakan


Perum Telekomunikasi, menyatakan sebagai berikut :

a. Alat untuk menunjuk, menentukan keterangan isi masalah, perihal suatu


dokumen atau sekelompok dokumen.

22
b. Sebagai kegiatan, ialah membuat, membentuk petunjuk-petunjuk keterangan isi
masalah perihal di dalam satu atau sekelompok dokumen serta menyusunnya
secara sistematis.” 14)

Jadi indexing (mengindeks) ialah cara untuk menentukan atau menentukan ciri
atau tanda-tanda bagi sesutu dokumen. Tanda petunjuk dan tanda pengenal (caption)
untuk memudahkan mengetahui susunan dokumen tertentu yang harus dimasukkan dalam
file. Tanda untuk memudahkan mengetahui suatu dokumen dapat diketemukan bila
diperlukan didalam file.

6. Peraturan indexing (indexing rule).

Indexing adalah membuat daftar rincian dengan membuat tanda pengenal bagi
bahan-bahan arsip atau dokumen yang hendak diarsipkan. Inti mengindekxing adalah
”mencari caption” (kata petunjuk).

Ketentuan mengindeks antara lain :

a. Nama orang terdiri dari satu kata, di indeks seperti aslinya :

Yugi - Yugi

b. Nama yang terdiri lebih dari satu kata, diindeks dengan nama belakang dahulu:

Yugi Mansyur - Mansyur, Yugi

c. Nama yang menggunakan kata sandang (prefix) pada nama keluarga (nama
akhir), penulisan aslinya dapat bermacam-macam cara :

Yugi Mansyur Syah - Mansyur Syah, Yugi

d. Nama Wanita :

Wanita yang belum menikah :

Elin Hawa Melinda - Melinda, Elin Hawa

Wanita yang telah menikah ditulis dengan nama suaminya.

23
Rinrin Rinawati - Rinawati, Rinrin (Baim)

nama suaminya Baim

e. Gelar Bangsawan

R.A Kartini - Kartini, R.A

f. Gelar Kesarjanaan

Ditulis di belakang nama dan di dalam kurung, apabila gelarnya lebih dari
satu, penulisannya di dalam kurung disusun secara abjad :

Dr. Hj. Rinrin Rinawati, S.H - Rinawati, Hj. Rinrin (Dr. S.H.)

g. Lembaga/Organisasi

- Departemen tenaga kerja dan transmigrasi

- Tenaga kerja, dan transmigrasi, departemen

h. Nama tempat :

Terminal Guntur - Guntur Terminal

7. Pengertian Filling System

Berasal dari kata file (Inggris)/Filum (Yunani) yang berarti ikatan. Menurut
Prayudi file bukan hanya berupa tempat/ikatan, tetapi juga bisa berupa kabinet dan
tempat-tempat yang bisa dipergunakan untuk menyimpan dokumen.

Macam-macam Filling System

a. Alphabetic System (berdasarkan abjad)

Dikenal dengan nama “dictionary system/system kamus”.

- Kelebihan : Tidak pernah merubah system

24
- Kelemahan :

 Arsip yang menyangkut subjek yang sama tetapi terletak pada tempat yang
berbeda

 Tulisan sering diucapkan berbeda

 Huruf kembar akan sulit dibedakan dalam pengucapan, ex: F dan V

 Angka harus di eja sesuai ucapannya

b. Numerical System

Sistem pendapatan arsip berdasarkan nomor urut.

- Kelebihan :

 Tingkat ketelitian lebih tinggi

 Tanpa batas, sesuai dengan kebutuhan

 Mudah dikerjakan/disusun

 Kesalahan akan mudah di lihat

 Dapat dipergunakan di semua bidang

 Hubungan antara folder yang satu dengan yang lainnya akan terlihat jelas
secara logis

 Bersifat permanen, walaupun ada perubahan tempat, nama, dan lain-lain

 Biasa digunakan untuk mengatakan waktu

 Berlaku universal

 Paling tepat untuk menyatakan waktu

25
- Kekurangan :

 Tidak bisa di temukan langsung dalam file

 Memerlukan indeks yang terpisah

 Bila dideretkan, angka yang panjang akan mempermudah terjadinya


kekeliruan

 Memerlukan tanda-tanda yang lain

 Perbedaan hubungan subordinasinya terlihat jelas

c. Geographycal System

Arsip di pilih berdasarkan wilayahnya masing-masing, contoh : pajak.

Susunan pembagian wilayah harus disertai abjad.

- Kelebihan :

 Berbagi data arsip akan terkumpul di suatu tempat

 Mulai di mengerti

 Filling sistem sederhana, karena terpusat pada suatu tempat

- kekurangan :

 Cenderung terdapat nama yang sama

 Dalam hal mengindeks, harus hafal betul tempat, nama, tingkatan, wilayah
yang berbeda

 Sangat memakan waktu dan tenaga

d. Chronological System

26
Sistem memfile berdasarkan waktu kejadian.
Waktu memegang peranan penting, sangat berkaitan dengan perbankan (utang
piutang). Di distribusikan barang dan lain-lain.

- kelebihan :

 Memberikan keterangan yang rill untuk penyelesaian masalah

 Tidak memerlukan banyak indeks / cross reference

 Pencarian arsip akan lebih terarah

 Arsip atau data suatu kegiatan tidak terpisah-pisah

- kelemahan :

 Tidak bisa memisahkan hubungan antara subjek umum dan khusus

 Harus membuat file umum dan khusus yang berhubungan dengan


penyelesaian masalah

 Harus memiliki aturan khusus dalam menatanya

 Memerlukan indeks gabungan

e. Combine System

Untuk menentukan mana dan apa subjek / tempatnya. Sistem ini harus
memiliki sub-masalah, sub-sub masalah sistem ini merupakan gabungan dari
sistem-sistem terdahulu. Sub-sub masalah terdiri dari :

- Title primer ( berisi subjek-subjek masalah )

- Title sekunder ( berisi sub-masalah)

- Title tertier ( terperinci, waktu dan tempat )

8. Tujuan Penyusutan dan Penghapusan

27
Tujuan penyusutan dan penghapusan arsip karena jumlah atau volume dan potensi
arsip dari hari ke hari bertahan agar arsip tidak terlalu menumpuk. Cara menyusutkan
dengan cara melihat masa aktif dari arsip tersebut.

Rentang kehidupan arsip (life spain of reward).

a. Fase penciptaan, disajikan kepada orang dalam bentuk konsep-konsep atau


bagian-bagian.

b. Fase pengurusan, arsip atau dokumen diarahkan untuk diproses lebih lanjut

c. Fase referensi, arsip-arsip atau dokumen diklasir, diindeks, diatur cara pencarian
arsipnya agar mudah ditemukan.

d. Fase weeding, arsip dicari untuk di pilah kembali dari arsip-arsip yang banyak.
Mana arsip yang aktif, in aktif dan statis.

e. Fase statis, arsip yang sudah di weeding di seleksi kembali kelayakannya di


pakai atau tidak.

f. Fase terakhir atau fase nasional atau daerah, terjadi transfer arsip, arsip di pilih-
pilih, mana arsip yang mempunyai nilai sejarah dan masukkan untuk arsip
daerah atau nasional.

Cara pemusnahan arsip

a. Dibakar

b. Dicerca atau dirobek

Sebelum memusnahkan arsip harus di buat berita acara pemusnahannya oleh


petugas pemusnah dan harus ada saksi dari pemusnahan arsip tersebut.

Alasan penting arsip di susun dan di musnahkan

- Agar file yang aktif bisa digunakan dengan baik agar tidak di kacaukan oleh arsip
yang statis.

28
- Agar pengontrolan arsip atau file yang sedang berjalan supaya efisien dalam hal
feeling system dan menemukan arsip kembali.

- Supaya tempat file aktif longgar, agar tidak mudah rusak.

- Menentukan arsip itu sendiri apakah di awetkan atau di musnahkan.

Kegunaan dari penyusutan dan penghapusan

a. Untuk memilih dan memilah supaya tidak tercampurnya arsip-arsip yang


dinamis, aktif dan in aktif dan statis.

b. Untuk memudahkan kembali arsip yang diperlukan. Untuk efisiensi baik dalam
pegawaian, biaya, waktu, tempat dll.

c. Untuk memantapkan jangka waktu arsip.

d. Supaya adanya pemeliharaan bagi arsip yang sudah statis yang masih
mempunyai nilai guna, yaitu di transfer menjadi arsip nasional atau daerah.

Transfer arsip

Adalah pemilahan arsip yang tidak aktif lagi tapi mempunyai nilai guna menjadi
bentuk lain. Macam-macam transfer arsip, yaitu :

a. Transfer berkala

a) One periode transfer, sistem pemindahan arsip secara keseluruhan dimana


telah di tentukan waktunya.

b) Two periode transfer, system pemindahan arsip dengan cara dua kali
pemindahan yang biasanya.

c) Maximum dan minimum suatu arsip itu jangka waktunya.

b. Transfer tak berkala

Pemindahan dari file aktif ke file aktif secara dalam jangka waktu tidak tetap.

29
Potensi arsip adalah kegunaan arsip apakah punya nilai vital berguna atau tidak
berguna.

Potensi arsip dibagi 4 :

a. Arsip vital

Kelangsungan hidupnya harus selalu ada atau selalu dilenturkan

b. Arsip penting

Fungsinya membantu kelancaran pekerjaan

c. Arsip berguna

Memiliki nilai kegunaan sementara

d. Arsip tidak berguna

Sudah tidak digunakan

Pemeliharaan dan Perlindungan

Cara menjaga arsip :

a. menjaga kebersihan

b. menggunakan obat-obatan atau pemeliharaan arsip

c. pemeliharaan yang berulang

d. harus ada larangan bagi para arsiparis

Pemeriksaan arsip yang berkala

a. Menata arsip secara sistematis dan efektif

e. Menemukan dan mengembangan

30
BAB III

PENUTUP

Pelaksanaan rnanajemen arsip aktif atau arsip dinarnis meliputi tahapan - tahapan
yang satu sama lain saling terkait dan saling mendukung serta saling menjelaskan,
sehingga mernbutuhkan penanganan secara baik, terencana, konsepsional dan secara
profesional. Pengelolaan arsip merupakan bagian dari pada wawasan dan ruang lingkup
sistem informasi manajemen. Keberhasilan pelaksanaan manajemen arsip akan mencapai
hasil yang baik bilamana ditunjang dengan ketersediaan fasiJita:; dan teknologi informasi
kearsipan yang handal.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.search.ask.com/web?l=dis&q penyimpanan+arsip

ANRI. 2000. Keputusan Kepala ANRI Nomor 12 Tahun 2000 tentang Standar
Penyimpanan Fisik Arsip. Jakarta.

Dirjen Dikti, ANRI. 2002. Bahan Ajar Diklat Manajemen Arsip Dinamis. Manajemen
Arsip Dinamis. Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 37 Tahun 2006 tentang Tata Kearsipan di
Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Kementrian Pendidikan Nasional. 2006. Instruksi Menteri Pendidikan Nasional Nomor 1


Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Penyerahan Arsip Statis di
Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Martono, Boedi. 1994. Penataan Berkas dalam manajemen Kearsipan. Pustaka Sinar
Harapan. Jakarta.

Republik Indonesia. 1979. Peraturan Pemerintah RI Nomor 34 Tahun 1979 tentang


Penyusutan Arsip. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 2004. Keputusan Presiden RI Nomor 105 Tahun 2004 tentang
Pengelolaan Arsip Statis. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta.

31

Anda mungkin juga menyukai