Disusun Oleh :
FARMASI 2B
JURUSAN FARMASI
1. Mengetahui cara membuat sediaan krim pelembab yang aman dan nyaman digunakan.
Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan dengan adanya
tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan sedikit kelenjar keringat dari
kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi
tertentu faktor perlindungan alamiah(natural moisturizing factor/ NMF) tersebut tidak
mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan non alamiah yaitu dengan
cara memberikan kosmetik pelembab kulit.
Bahan utama dalam krim pelembab adalah lemak,(lanolin, lemak wool, fatty alcohol,
gliserol monostearat dan lain-lain). Campuran minyak seperti minyak tumbuhan lebih baik
daripada mineral oil karena lebih mudah bercampur dengan lemak kulit, lebih mampu
menembus sel-sel stratum corneum dan memiliki daya adhesi yang lebih kuat.
Berbagai jenis krim seperti krim malam, massage krim, dan krim dengan kandungan
minyak yang tinggi, semuanya bisa dikategorikan moisturizing dan emmolient dengan
komposisi dan karateristik basis yang digunakan berupa vanishing atau foundation cream.
Vanishing cream merupakan emulsi asam stearat yang terkesan menghilang setelah dioleskan
dipermukaan kulit.
Preparat tipe emulsi O/W merupakan yang paling cocok untuk krim pelembab. Krim
O/W kaya akan minyak dan selalu berisi humektan(gliserol, sorbitol dan lainnya). Tetapi,
krim dengan tipe W/O juga ada, contohnya krim malam yang terasa lebih hangat, lebih
lengket dan lebih kental. Karena kandungan minyak tumbuhannya tinggi preparat ini mudah
menjadi tengik, maka perlu penambahan antioksidan. Kosmetik ini juga perlu dilindungi dari
mikroorganisme dengan penambahan bahan pengawet. Parfum juga tidak lupa ditambahkan
untuk memperbaiki bau sehingga enak dicium.
III. P R A F O R M U L A S I
Pemerian : cairan minyak berwarna kuni, tidak berbau dan tidak berasa. Minyak
0
membeku pada suhu 0 C dan viskositas menjadi rendah bila
mendekati suhu 0 0C.
Asam stearat
Struktur : CH3(CH2)16COOH
Kelarutan : benzen larut,etanol larut, propilen glikol larut, air praktis tidak larut
Gliserin
Struktur : CH2 OH
CH OH
CH2 OH
Fungsi : - Antimikroba>20%
- Emolient up to 30
- Humektan up to 30
- Plasticizer
- Solvent
- Pemanis
- Agen pengion
Pemerian : larutan bening tidak berwarna, tidak berbau, kental, larutan higroskopis, rasa
manis seperti sukrosa.
Kelarutan : etanol 95% mudah larut, minyak praktis tidak larut, air mudah larut.
Kelarutan : etanol 96% tidak larut, gliserol 1:1 mudah larut, air mudah larut.
Triethanolamine (TEA)
Pemerian : cairan bening tidak berwarna sampai kuning pucat, bau amoniak lemah
Nipagin/ Methylparaben
OTT : besi, mengalami hidrolisis dengan basa lemah dan asam kuat.
Cethyl alkohol
Struktur : CH3(CH2)14CH2OH
Berat molekul : 40
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur/keping, kering, keras, rapuh serta
menunjukkan susunan hablur putih, mudah meleleh, basah, sangat
alkalis dan korosif, segera menyerap karbondioksida
IV. F O R M U L A S I
FORMULA A
FORMULA B
Alat:
Bahan:
1. Minyak kelapa
2. Asam stearat
3. Gliserin
4. Borax
5. TEA
6. Nipagin
7. Cetyl alkohol
8. NaOH
9. Parfum
10. BHT
Cara 1:
1. Fase minyak (minyak dan bahan yang bercampur atau larut dengan minyak)
dipanaskan diatas penangas air hingga suhu 700 C hingga semua bahan lebur.
2. Pada saat yang sama fase air(bahan yang bercampur atau larut dengan aquades)
dilarutkan dalam air panas yang kira-kira memiliki suhu 70 0 C hingga semua bahan
larut.
3. Fase minyak dan fase air dicampurkan didalam lumpang dan digerus hingga terbentuk
massa cream. Setelah itu baru tambahkan sedikit demi sedikit air panas ad 50 ml.
4. Pada formulasi B ditambahkan parfum setelah suhu cream turun hingga 35 0C, digerus
kembali hingga homogen, dan dibiarkan hingga dingin.
5. Evaluasi cream dilakukan setelah krim selesai dibuat (homogenitas, viskositas,
stabilitas dan penampilan cream).
6. Krim yang sudah jadi dimasukkan ke dalam wadah (pot obat) dan diberi etiket.
7. Selama satu minggu diamati kembali homogenitas, viskositas, stabilitas dan
penampilan sediaan krim tersebut.
Cara 2:
1. Fase minyak (minyak dan bahan yang bercampur atau larut dengan minyak) dan fase
air (aquades dan bahan yang bercampur atau larut dengan aquades) dicampurkan ke
dalam cawan penguap.
2. Campuran dari kedua fase dipanaskan diatas penangas air hingga suhu 70 0C ad semua
bahan lebur.
3. Campuran bahan yang telah lebur dituang ke dalam lumpang dan digerus hingga
terbentuk massa cream.
4. Pada formulasi B ditambahkan parfum setelah suhu cream turun hingga 35 0 C dan
diaduk hingga homogen, dibiarkan hingga dingin.
5. Evaluasi cream dilakukan setelah krim selesai dibuat (homogenitas, viskositas,
stabilitas dan penampilan cream).
6. Krim yang sudah jadi dimasukkan ke dalam wadah (pot obat) dan diberi etiket.
7. Selama satu minggu diamati kembali homogenitas, viskositas, stabilitas dan
penampilan sediaan krim tersebut.
- Bau - Bau
Keterangan :
Viskositas:
+ : encer
++ : sedang
+++ : kental
+ : kurang
++ : cukup
+++ : baik
- Bau
- Bau
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kosmetologi ini kami membuat sediaan krim pelembab dengan
menggunakan bahan utama Coconut oil. Kosmetik pelembab (moisturizers) merupakan
kosmetik perawatan yang bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari
berbagai pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, angin keras, umur lanjut,
berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air
sehingga kulit menjadi lebih kering. Pelembab yang kami buat merupakan sediaan dengan
basis vanishing cream, dimana dalam basis ini terdapat lebih banyak fase air daripada fase
minyak. Krim didefinisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat baik bertipe air
dalam minyak atau minyak dalam air, dan termasuk dalam sediaan setengah padat berupa
emulsi kental yang mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakain
luar. Sedangkan yang biasa disebut dengan vanishing cream pada dasarnya berupa emulsi
minyak dalam air (M/A), mengandung air dalam persentase yang besar dan asam stearat.
Setelah pemakaian krim air menguap meninggalkan sisa berupa selaput asam stearat yang
tipis. Vanishing cream lebih mudah dibersihkan dan menguapnya air dapat menyegarkan
jaringan. Vanishing cream terkesan menghilang dan nyaman dipakai setelah dioleskan
dipermukaan kulit.
Kami membuat dua formula sediaan krim pelembab dengan bahan tambahan yang
berbeda, masing-masing formula dibuat variasi konsentrasi bahan utamanya (Coconut oil),
yaitu 15%, 10%, dan 5%. Berat krim pelembab dalam satu formula yang kami buat adalah 50
gram.
Bahan tambahan yang kami gunakan dalam formula pertama (formula A) adalah asam
stearat yang berfungsi sebagai pengemulsi, gliserin sebagai emolient, borax dan nipagin yang
berfungsi sebagai pengawet atau antimikroba, TEA sebagai pengemulsi, dan terakhir ad air
50 gram. Sedangkan, formula B menggunakan bahan tambahan sebagai berikut, asam stearat
sebagai pengemulsi, cetyl alkohol dan gliserin sebagai emolient, BHT sebagai antioksidan,
TEA sebagai pengemulsi, nipagin sebagai pengawet, NaOH sebagai larutan penambah sifat
alkali sediaan, dan ditambah oleum rosae sebanyak 3 tetes sebagai pengharum untuk
memperbaiki bau sediaan.
Bahan utama pembuatan krim pelembab kami adalah coconut oil yang merupakan
minyak nabati. Minyak nabati cenderung lebih mudah bercampur dengan lemak kulit, lebih
mampu menembus sel-sel stratum korneum, dan memiliki daya adhesi yang lebih kuat
daripada minyak mineral, seperti paraffin liquid. Coconut oil termasuk ke dalam fase minyak,
selain itu fase minyak juga berisi bahan tambahan yang larut dalam minyak, seperti asam
stearat dan BHT. Sedangkan bahan yang larut dalam fase air, yaitu gliserin, boraks, TEA,
nipagin, cetyl alkohol, dan NaOH.
Pembuatan krim dapat dilakukan dengan dua metode berbeda. Metode pertama yaitu
bahan-bahan yang larut dalam minyak (fase minyak) dilebur bersama di atas penangas air
pada suhu 700C sampai semua bahan lebur, dan bahan-bahan yang larut dalam air (fase air)
dilarutkan terlebih dahulu dengan air panas juga pada suhu 70 0C sampai semua bahan larut,
kemudian baru dicampurkan, digerus kuat sampai terbentuk massa krim. Sedangkan dengan
metode kedua, semua bahan, baik fase minyak maupun fase air dicampurkan untuk dilebur di
atas penangas air sampai lebur, baru kemudian langsung digerus sampai terbentuk massa
krim. Baik metode pertama maupun metode kedua, sama-sama menghasilkan sediaan krim
yang stabil, bila proses penggerusan dilakukan dengan cepat dan kuat dalam mortar yang
panas sampai terbentuk massa krim. Tetapi dengan metode kedua, kita dapat menggunakan
peralatan yang lebih sedikit daripada metode pertama.
Formula A
- Bau
- Bau
Berdasarkan data hasil pengamatan, formula A1 dan formula A3 mengandung
masing-masing 15% dan 5% coconut oil. Viskositas kedua formula ini tidak terlalu kental
dan tidak terlalu keras (sedang), dan formula A3 cenderung lebih meresap di tangan, hal ini
dikarenakan pada formula A3 fase minyak yang digunakan jauh lebih sedikit, sehingga krim
tidak terlalu lengket saat dioleskan di permukaan kulit. Selain itu formula A3 juga lebih
lembut, ini menunjukan bahwa formula A3 lebih homogen daripada formula A1, pada
formula A3 tidak terdapat adanya butiran-butiran dari partikel yang tidak larut. Sementara
pada formula A1 dan A2 lebih terasa adanya butiran partikel dari bahan yang tidak larut,
kemungkinan hal itu disebabkan oleh kristal dari boraks atau nipagin belum larut sempurna
dalam air panas. Padahal jika dilihat dari monografi (FI ed.3) kedua bahan ini termasuk
bahan yang mudah larut dalam air panas. Kedua bahan menjadi tidak larut juga bisa
disebabkan oleh prosedur pengerjaannya saat di lab kurang sempurna. Saat proses pelarutan
dan penggerusan bahan tersebut mungkin kuat, sehingga menjadikan bahan ini tidak larut.
Bila bahan yang belum larut sempurna ini dicampurkan begitu saja ke dalam fase minyak,
maka sediaan krim akan terasa kasar saat dipakai, terasa seperti ada butiran-butiran partikel.
Formula B
- Bau
Pengamatan satu minggu berikutnya:
- Bau
Kedua formula pelembab yang kami buat dengan basis vanishing cream ini, masih
belum sempurna, sehingga perlu latihan kembali. Dengan variasi konsentrasi coconut oil
yang digunakan, formula dengan konsentrasi coconut oil yang paling besarlah yang baik
sebagai kosmetik pelembab, karena minyak dapat menutup permukaan kulit, sehingga
penguapan air dari sel kulit dapat dicegah, dan kulit menjadi lebih lembab.
IX. KESIMPULAN
1. Krim dibuat dari campuran minyak dengan air yang didispersikan homogen dengan
bantuan emulgator sebagai bahan pengemulsi. Krim yang nyaman digunakan (tidak
lengket dan mudah meresap ke dalam kulit) adalah krim yang mengandung fase air
lebih besar daripada fase minyak (M/A) atau dikenal dengan basis vanishing cream.
2. Krim dapat dibuat dengan dua metode berbeda, yaitu metode pertama fase minyak dan
fase air dipisah, dan keduanya dipanaskan pada suhu 70 0C. Sedangkan metode kedua
fase minyak dan fase air dicampur, dilebur bersama di atas penangas pada suhu 70 0C,
baru kemudian digerus sampai terbentuk massa krim.
3. Dengan variasi konsentrasi coconut oil yang digunakan, maka formula dengan
konsentrasi coconut oil yang paling besarlah yang paling baik sebagai kosmetik
pelembab, karena minyak dapat menutup permukaan kulit, sehingga penguapan air dari
sel kulit dapat dicegah, dan kulit menjadi lebih lembab.
4. Evaluasi sediaan yang dilakukan antara lain homogenitas, viskositas, stabilitas, dan
penampilan.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. Jakarta : UI press.
Harjasaputra, Purwanto, dkk. 2002. Data Obat di Indonesia. Jakarta : Grafidian Medipress.
Panitia Farmakope Indonesia. 1978. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Depatemen
Kesehatan RI.
Reynold, James E F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia. Twenty Eight edition.
London : The Pharmaseutical Press.
Waide, Ainley, and Waller, Paul J. 1994. Handbook of Pharmaseutical Exipients. Second
edition. Washington : American Pharmaseutical Association