Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

ANALISIS SPERMA

B5M3

Disusun Oleh:

Nama: Muhammad Aswan Faqih

Nim: 2010016038

Pengampu:

dr. Sri Wahyuni, Sp.PK, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2021
RINGKASAN PRAKTIKUM ANALISIS SPERMA

Mani atau semen (sperma) ialah ejakulat berasal dari seorang pria berupa
cairan kental dan keruh, berisi sekret dari kelenjar prostat, kelenjar-kelenjar lain
dan spermatozoa. Pemeriksaan sperma merupakan salah satu jalan yang termudah
untuk mengetahui tingkat kesuburan/fertilitas dan infertilitas seorang pria. Tingkat
kesuburan ini memberi kesan, akan kemampuan seorang pria untuk memperoleh
keturunan. Sudah jelas bagi kita semua bahwa seorang pria dengan tingkat
kesuburan yang rendah atau dengan kata lain steril sulit baginya untuk
memperoleh keturunan, demikian juga sebaliknya. Oleh karena hal tersebut diatas,
maka seyogyanyalah seorang pria memeriksakan dirinya untuk mengetahui
tingkat kesuburannya.

Semen merupakan cairan yang pada saat orgasmus diejakulasikan dan


mengandung sperma, sekret vesica seminalis, prostat, kelenjar cowperi, serta
mungkin pula kelenjar uretra. Volume semen dan sperma jumlahnya berkurang
dengan cepat dengan ejakulasi yang berulang (Ganong, 1983). Semen
diejakulasikan selama aktifitas seksual pria, dengan cairan dan sperma yang berasal
dari cairan vesikula seminalis (60%), cairan kelenjar prostat (30%), vas deferens
(lebih kurang 10 % dari keseluruhan semen), dan sejumlah kecil cairan kelenjar
mukosa, terutama kelenjar bulbouretralis. Jadi bagian terbesar semen adalah cairan
vesikula seminalis, yang merupakan cairan terakhir yang diejakulasikan dan
berfungsi mendorong sperma melalui duktus ejekulatorius dan uretra.

pH semen sekitar 7,2. Sifat basa Cairan prostat, menetralkan keasaman


ringan dari bagian semen lainnya. Cairan prostat ini juga menjadikan semen terlihat
seperti susu, sedang vesikula seminalis dan kelenjar mukosa membuat semen
menjadi agak kental. Selain itu, enzim pembekuan dari prostat menyebabkan
fibrinogen cairan vesikula seminalis membentuk koagulum fibrin yang lemah, yang
menahan semen di daerah vagina yang lebih dalam, tempat serviks uteri berada.
Koagulum akan larut selama 15-30 menit kemudian terjadi lisis oleh fibrinolisin
yang dibentuk dari profibrinolisin prostat (Guyton, 1997).

A. Syarat Pengambilan Sampel :

a) Abstinensia minimum 48 jam & tidak lebih dari 7 hari;

b) Dengan cara masturbasi, kondom spesial;


c) Harus dicatat nama, lamanya abstinensia, tanggal dan waktu sampel diambil,
volume sampel yang tidak tertampung/terbuang, kesulitan mendapatkan sampel,
interval waktu antara pengambilan sampel sampai waktu analisis;

d) diambil di rumah dan sampai di Lab (dianalisis) dalam waktu < 1 jam;

e) Tampung pada tempat bersih. steril analisis mikrobiologi;

f) Jelaskan pada subjek bahwa sangat penting penampungan sampel harus lengkap
tertampung semua.

B. Alat dan Bahan

• Alat
1) Mikroskop
2) Pipet tetes
3) Pipet leukosit
4) Objek glass
5) Cover glass
6) Bilik hitung Neubauer Improved (NI)
7) Gelas/tabung ukur kaca

• Bahan
1) Semen
2) NaCl fisiologis
3) Aquadest
4) Larutan fiksasi etanol 95% : eter ( 1:1 )
5) Cat Giemsa

C. Cara Kerja

1. Pemeriksaan makroskopis

a. Warna

Mengamati warna sediaan, dengan kategori;


1) Normal, jika berwarna putih kelabu homogen, kadangkala
didapatkan butiran seperti jeli yang tidak mencair.

2) Abnormal, jika;

a. Jernih, yang menandakan jumlah sperma yang sedikit


b. Merah kecoklatan, (dimungkinkan) adanya sel darah merah
c. Kuning, (misalnya) pada penderita ikterus atau minum
vitamin

b. Bau

Menghidu bau sediaan, dikatakan;

3) Normal, jika bau khas bunga akasia


4) Abnormal, jika bau busuk karena infeksi

c. Likuefaksi

5) Sediaan diamati pada suhu kamar dan dicatat waktu pencairan


6) Normal, jika mencair dalam 60 menit, rata-rata 15 menit.

d. Volume

7) Diukur dengan tabung/gelas ukur dari kaca


8) Normal, jika volume > 2 ml

e. Konsistensi

Dilakukan dengan cara;

9) Mengambil sampel dengan pipet atau ujung jarum, kemudian


dibiarkan menetes
10) Mengamati benang yang terbentuk dan sisa sampel di ujung
pipet/jarum

11) Dikatakan normal, jika benang yang terbentuk < 2 cm atau


sisasampel di ujung pipet atau jarum hanya sedikit.
f. pH

Dilakukan dengan cara;

1) sampel diteteskan pada kertas Ph meter


2) Membaca hasil setelah 30 detik dengan membandingkan
dengankertas standar

Normal : pH 7,2 – 7,8

pH > 7,8 infeksi

pH < 7 pada semen azoospermia perlu


diperkirakan kemungkinan disgenesis vas
deferens, vesika seminal, atau epididimis

2. Pemeriksaan Mikroskopis

a. Pemeriksaan estimasi jumlah

spermaDilakukan dengan cara;

1) Meneteskan 1 tetes sampel ko objek glass, kemudian


menutupyadengan cover glass
2) Memeriksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400x ( 40 x
lensa objektif, 10 x lensa okuler ), kondensor diturunkan dan
cahaya minimal. Pemeriksaan dilakukan pada beberapa lapang
pandang, pada suhu kamar

3) Jumlah rata-rata sperma yang didapat dikalikan 106

4) Jumlah sperma yang didapat, juga digunakan sebagai dasar


pengenceran saat penghitungan dengan bilik hitung Neubauer
Improved (NI)

Tabel 1. Pengenceran berdasarkan estimasi jumlah sperma.

Jumlah sperma / lapang pandang Pengenceran


(400x)
< 15 1:5
15 – 40 1 : 10
40 – 200 1 : 20
200 1: 50

b. Motilitas Sperma

Dilakukan dengan cara;

1) Meneteskan 1 tetes sampel sperma ( 10 - 15 mikroliter ) ke objek


glass.Kemudian menutupnya dengan cover glass

2) Memeriksa objek dibawah mikroskop dengan pembesaran 400x, ( 40 x


lensaobjektif, 10 x lensa okuler ), kondensor diturunkan dan cahaya
minimal.

3) Pemeriksaan dilakukan dalam 4 - 6 lapang pandang pada 200 sperma


padasuhu kamar (180 – 240 C )

4) Kecepatan gerak sperma normal adalah : 5 kali panjang kepala sperma,


atausetengah kali panjang ekor sperma atau 25 µm/detik

5) Mengamati gerakan sperma dengan klasifikasi sebagai berikut :


a. Jika gerakan sperma cepat dan lurus.

b. Jika gerakan sperma lambat/sulit maju lurus/bergerak tidak lurus.

c. Jika tidak bergerak maju

d. Jika sperma tidak bergerak

c. Morfologi Sperma

Dilakukan dengan cara;

1) Meneteskan 1 tetes sperma ( 10 - 15 mikroliter ) sampel ke salah satu


ujungobjek glass

2) Dengan objek glass kedua, dibuat apusan sampel

3) Sediaan dikeringkan di udara, selanjutnya difiksasi dengan etanol 95% :


eter(1:1), biarkan sediaan kering

4) Kemudian dicat dengan Giemsa selama 30 menit, dibilas dengan air


bersih.Kemudian dikeringkan dan preparat siap diperiksa

5) Preparat diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 x ( 40 x


lensa objektif, 10 x lensa okuler ), kondensor diturunkan dan cahaya
minimal

6) Pemeriksaan morfologi dilakukan pada 200 sperma meliputi, kepala,


leher dan ekor, kemudian hasil yang didapat dibuat presentase

d. Pemeriksaan elemen bukan

spermaDilakukan dengan cara;


1) Dilakukan penghitungan sel selain sperma seperti leukosit, sel epitel
gepeng dan sel lain yang ditemukan. Penghitungan dilakukan dalam 100
sperma ditemukan beberapa sel lain selain sperma.

2) Penghitungan;

C=NxS C : jumlah sperma dalam juta/ml

100 N : jumlah sel yang dihitung dalam 100


sperma

S : jumlah sel dalam juta/ml

e. Pemeriksaan hitung jumlah

spermaDilakukan dengan cara;

1) Menyiapkan hemositometer (pipet leukosit dan Bilik hitung NI)

2) Memasang bilik hitung NI dibawah mikroskop dengan pembesaran 100x


atau 400x, cari kotak hitung

3) Penghitungan dilakukan di kotak tengah yang terdiri dari 25 kotak sedang


yang masing-masing didalamny terbagi lagi menjadi 16 kotak

4) Menghisap semen sampai angka 0,5, kemudian menghisap pengenceran


aquadest/ NaCl fisiologis sampai angka 11, digunakan pengenceran 1 : 20.
(Pengenceran lain dapat digunakan sesuai Tabel 1. Pengenceran
berdasarkanestimasi jumlah sperma)

5) Jumlah kotak sedang yang harus dihitung berdasar jumlah sperma yang
ditemukan :
a. Jumlah sperma dalam 1 kotak sedang < 10 hitung
25kotak
b. Jumlah sperma dalam 1 kotak sedang 10-40 hitung 10
kotak
c. Jumlah sperma dalam 1 kotak sedang > 40 hitung 5
kotak

6) Membuat rata-rata jumlah sperma

7) Selanjutnya menghitung jumlah sperma dan faktor koreksinya dengan


aturan seperti dalam tabel

Tabel 2. Jumlah perhitungan kotak dan faktor koreksi jumlahsperma

Pengenceran Jumlah kotak sedang yang dihitung


25 10 5
Faktor koreksi
1 : 10 10 4 2
1 : 20 5 2 1
1 : 50 2 0,8 0,4

Contoh :

Rata-rata ditemukan 50 sperma yang dihitung dalam 5 kotak sedang


dengan pengenceran 1 : 20 maka jumlah, sperma adalah :

= 50/1 x 106 = 50 juta/ml.

Rata-rata ditemukan 20 sperma yang dihitung dalam 10 kotaksedang


dengan pengenceran 1 : 20, maka jumlah sperma adalah :

= 20/4 x 106 = 5 juta/ml.

D. Interpretasi Hasil Analisis Sperma

WHO (World Health Organization) telah mengeluarkan nilai acuan analisa sperma
yang normal, yakni:

1. Volume : 2-5 ml

2. Viskositas : banyaknya tetesan

3. pH : 7,2-8,0

4. Konsentrasi spermatozoa : > 20 juta/ml


5. Hitung jenis spermatozoa : >40 juta/ejakulasi

6. Pergerakan : >50% bergerak lurus kedepan

7. Morfologi : >14% berbentuk normal


REFERENSI

Laporan Praktikum Patologi Kinik Pemeriksaan Sperma Blok Life Cycle


Fakultas Kedoteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jendral Soedirman

Power Point Materi Praktikum Patologi Kinik Pemeriksaan Sperma oleh


dr. Sri Wahyuni, Sp.PK, M.Kes

Anda mungkin juga menyukai