Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya manusia meskipun berbeda jenis, suku bangsa dan ras, di hadapan
Allah dan muka hakim semuanya sama. Sebagai orang Islam yang taat, kita tidak
hanya menerapkan syariat agama pada kehidupan sehari-hari kita, tapi kita juga harus
mengetahui, mencermati, dan menerapkan agama di dalam lingkup hukum.
Dalam kesempatan ini, kami menulis makalah ini dengan alasan agar para pembaca
dapat mengenal lebih dalam apa itu hukum Islam.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
1) Apa itu taat hukum Tuhan?
2) Apa saja ruang lingkup dari hukum Islam?
3) Apa tujuan dari syariat Islam?
4) Bagaimana hubungan manusia dengan hukum Allah serta fungsinya?
5) Bagaimana peran agama dalam perumusan hukum?
6) Bagaimana cara menegakkan hukum yang adil dan profetik agama?

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai adalah:
1) Mengetahui pengertian dari taat hukum Islam
2) Mengetahui ruang lingkup dari hukum Islam tersebut.
3) Mengetahui tujuan dari syariat Islam
4) Mengidentifikasi hubungan antara hukum Allah serta fungsi dalam kehidupan
sehari-hari.

1 | IBADAH, AKHLAK, MU’AMALAH ( U M B )


5) Mengidentifikasi peran agama dalam perumusan hukum.
6) Mempelajari cara agama mengajarkan keadilan dan fungsi profetik agama dalam
hukum.

2 | IBADAH, AKHLAK, MU’AMALAH ( U M B )


BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TAAT HUKUM


Umum:
 Patuh terhadap perundang-undangan, ketetapan dari pemerintahan, pemimpin yang
dianggap berlaku untuk oleh orang banyak.
 Mematuhi peraturan perundang-undangan untuk menciptakan kehidupan
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat yang berkeadilan.

Islam:
Melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan yang telah ditetapkan oleh al-
Qur’an Hadist serta Ijima’ ulama dengan sabar dan ikhlas. Menurut ahli ushul fiqih,
hukum Islam adalah ketentuan Allah yang berkaitan dengan perbuatan yang mukallaf
yang mengandung suatu tuntunan, pilihan atau yang menjadikan sesuatu sebab,
syarat, atau penghalang bagi adanya sesuatu yang lain.
Menurut ahli fiqih, hukum syari’I (Islam) adalah akibat yang timbul dari perbuatan
orang yang mendapat beban Allah SWT, dan ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu
Hukum taklifi dan Hukum wad’i.

a) Hukum Taklifi
Hukum Taklifi adalah ketentuan Allah yang mengandung ketentuan untuk
dikerjakan oleh mukallaf atau ditinggalkannya atau yang mengandung pilihan
antara dikerjakan dan ditinggalkan. Hukum Taklifi dibagi menjadi 5 macam :
1. Ijab, adalah ketentuan Allah yang menuntut untuk dilakukan suatu perbuatan
dengan tuntutan pasti, disebut wajib.
 Dilihat dari segi tertentu atau tidak tertentu
- Wajib Mu’ayyan, yaitu yang telah ditentukan macam perbuatannya.
Misalnya, membaca fatihah dalam shalat.

3 | IBADAH, AKHLAK, MU’AMALAH ( U M B )


- Wajib Mukhayyar, yaitu yang boleh dipilih salah satu dari beberapa
macam perbuatan yang telah ditentukan. Misalnya, memberi makan 10
orang miskin atau memberi pakaian 10 orang miskin atau memerdekakan
budak.
 Dilihat dari segi waktu yang tersedia
- Wajib Mudhayyaa, yaitu waktu yang ditentukan untuk melaksanakan
kewajiban itu sama banyaknya dengan waktu yang dibutuhkan untuk itu.
Misalnya, bulan Ramadhan untuk melaksanakan puasa Ramadhan. Puasa
itu sendiri menghabiskan seluruh hari bulan Ramadhan.
- Wajib Muwassa’, yaitu waktu yang tersedia lebih banyak dari waktu yang
dibutuhkan untuk menjalankan kewajiban tersebut. Misalnya, shalat
zuhur. Waktu yang tersedia untuk melaksanakan shalat tersebut jauh lebih
lapang dibandingkan dengan waktu yang terpakai untuk menunaikan
shalat itu.
 Dilihat dari segi siapa saja yang harus memperbuatnya
- Wajib ‘Aini, yaitu wajib yang dibebankan atas pundak setiap mukalaf.
Misalnya, mengerjakan shalat lima waktu, puasa ramdhan, dan lain
sebagainya. Wajib ini disebut juga fardhu ‘ain.
- Wajib Kifayah, yaitu kewajiban yang harus dilakukan oleh salah seorang
anggota masyarakat, tanpa melihat siapa yang mengerjakannya. Misalnya,
mendirikan tempat peribadatan, mendirikan rumah sakit, sekolah, dan lain
sebagainya.
 Dilihat dari segi kadar (kuantitas)
- Wajib Muhaddad, yaitu kewajiban yang ditentukan kadar atau jumlahnya.
Misalnya, jumlah zakat yang mesti dikeluarkan, jumlah rakaat shalat, dan
lain-lain.
- Wajib Ghairu Muhaddad, yaitu kewajiban yang tidak ditentukan batas
bilangannya. Misalnya, membelanjakan harta di jalan Allah, berjihad,
tolong-menolong dan lain sebagainya.

4 | IBADAH, AKHLAK, MU’AMALAH ( U M B )


2. Nadb, adalah ketentuan Allah yang menuntut agar dilakukan suatu perbuatan
dengan tuntunan yang tidak harus dikerjakan. Sedangkan kerjaan yang
dikerjakan secara sukarela disebut sunah.
 Dilihat dari segi perbuatan manusia
- Sunat ‘Ain, yaitu segala perbuatan yang dianjurkan kepada setiap pribadi
mukallaf untuk dikerjakan, misalnya shalat sunnah rawatib.
segala
- Sunat Kifayah, yaitu perbuatan yang dianjurkan untuk diperbuat
cukup oleh salah seorang saja dari suatu kelompok, misalnya
mengucapkan salam, mendo’akan orang bersin, dan lain sebagainya.
 Dilihat dari segi perbuatan Rasulullah
- Sunat Muakkad, yaitu perbuatan yang sunat yang senantiasa dikerjakan
oleh Rasul atau lebih banyak dikerjakan Rasul dari pada tidak
dikerjakannya. Misalnya shalat sunat Hari Raya.
- Sunat Ghairu Muakkad, yaitu segala macam perbuatan sunat yang tidak
selalu dikerjakan Rasul, misalnya sedekah pada fakir miskin.
3. Tahrim, adalah ketentuan Allah yang menuntut untuk ditinggalkan suatu
perbuatan dengan tuntutan tegas. Perbuatan yang dituntut untuk ditinggalkan
disebut haram.
 Haram karena perbuatan itu sendiri atau haram karena zatnya. Haram seperti
ini pada pokoknya adalah haram yang memang diharamkan sejak semula.
Misalnya, membunuh, berzina, mencuri, dan lain sebagainya.
 Haram karena berkaitan dengan perbuatan lain atau haram karena faktor lain
yang datang kemudian. Misalnya, jual beli yang hukum asalnya mubah,
berubah menjadi haram ketika azan jum’at berkumandang.
4. Karahah, adalah ketentuan untuk meninggalkan suatu perbuatan dengan tidak
tegas untuk ditinggalkannya, sedangkan perbuatan yang dituntut untuk
ditinggalkannya disebut makruh.
 Makruh Tanzih, yaitu segala perbuatan yang meninggalkan lebih baik
daripada mengerjakan, seperti merokok.

5 | IBADAH, AKHLAK, MU’AMALAH ( U M B )


 Makruh Tahrim, yaitu segala perbuatan yang dilarang, tetapi dalil yang
melarangnya itu zhanny, bukan qath’i. Misalnya, bermain catur, memakan
kala, dan memakan daging ular.
5. Ibahah, adalah ketentuan Allah yang mengandung hak pilihan orang mukallaf
antara mengerjakan dan meninggalkannya. Pekerjaan yang diperkenankan
untuk dikerjakan dan ditinggalkan disebut mubah.
 Perbuatan yang ditetapkan secara tegas kebolehannya oleh syara’, dan
manusia diberi kebebasan untuk melakukan atau tidak melakukannya.
Misalnya, meminang wanita dengan sindiran-sindiran yang baik (QS.Al-
Baqarah:225).
 Perbuatan yang tidak ada dalil syara’ menyatakan kebolehan memilih, tetapi
ada perintah untuk melakukannya. Hanya saja, perintah itu hanya
dimaksudkan berdasarkan qainah-menunjukkan mubah atau kebolehan saja,
bukan untuk wajib. Misalnya, perintah berburu ketika telas selesai
melaksanakan ibadah haji (QS. Al-Maidah:2).
 Perbuatan yang tidak ada keterangannya sama sekali dari syar’i tentang
kebolehan atau tidak kebolehannya. Hal ini dikembalikan kepada hukum
baraat al-ashliyah (bebas menurut asalnya).
b) Hukum Wad’i
Hukum Wad’i adalah kententuan Allah yang mengandung pengertian bahwa
terjadinya sesuatu itu sebab, syarat, atau penghalang sesuatu. Misalnya:
1. Sebab, adalah segala sesuatu yang dijadikan oleh syar’i sebagai alasan bagi ada
dan tidak adanya hukum.
 Sebab yang diluar kemampuan mukallaf. Misalnya keadaan terpaksa
menjadi sebab bolehnya memakan bangkai dan tergelincir atau
tenggelamnya matahari sebagai sebab wajibnya shalat.
 Sebab yang berada dalam kesanggupan sebagai seorang mukallaf. Sebab ini
dibagi menjadi dua:

6 | IBADAH, AKHLAK, MU’AMALAH ( U M B )


- Yang termasuk dalam hukum taklifi, seperti menyaksikan bulan
menjadikan sebab wajib melaksanakan puasa (QS.Al-Baqarah:185).
Begitu juga keadaan sedang dalam perjalanan menjadi sebab boleh
tidaknya berpuasa di bulan Ramadhan (QS.Al-Baqarah:185).
- Yang termasuk dalam hukum wad’i seperti perkawinan menjadi sebabnya
warisan antara suami istri dan menjadi sebab haramnya mengawini
mertua dan lain sebagainya.
2. Syarat, adalah segala sesuatu yang tergantung adanya hukum dengan adanya
sesuatu tersebut, dan tidak adanya sesuatu itu mengakibatkan tidak ada pula
hukum.
 Syarat Hakiki, yaitu segala pekerjaan yang diperintahkan sebelum
mengerjakan yang lain dan pekerjaan itu tidak diterima (sah) bila pekerjaan
yang pertama belum dilakukan. Misalnya, wudhu menjadi syarat sahnya
shalat dan menjadi saksi syarat sahnya nikah.
- Syarat untuk menyempurnakan sebab. Misal, adanya unsur kesengajaan
dan permusuhan adalah dua buah syarat bagi pembunuhan yang menjadi
sebab wajibnya hukuman qishas. Begitu juga genap satu tahun adalah
syarat penyempurnaan untuk memenuhi nisab yang menjadi sebab wajib
zakat. Dan, adanya dua orang saksi yang adil adalah syarat
penyempurnaan akad perkawinan yang menjadi sebab halalnya
“berkumpul” antara seorang laki-laki dan perempuan.
- Syarat untuk menyempurnakan musabbab. Misalnya, bersuci adalah
syarat penyempurnaan shalat yang wajib disebabkan telah masuknya
waktu shalat. Begitu juga matinya orang yang akan menerima waris
adalah dua syarat penyempurna untuk saling mempusakai yang
disebabkan adanya ikatan perkawinan atau adanya hubungan kekerabatan
(keturunan).

7 | IBADAH, AKHLAK, MU’AMALAH ( U M B )


 Syarat Ja’li, adalah segala syarat yang dibuat oleh orang-orang yang
mengadakan transaksi dan dijadikan tempat bergantungnya serta
terwujudnya transaksi tersebut.
3. Mani’, adalah segala sesuatu yang dengan adanya dapat meniadakan hukum
atau dapat membatalkan sebab hukum.
 Mani’ terhadap hukum. Misalnya perbedaan agama antara pewaris dengan
yang akan diwarisi adalah mani’ (penghalang) hukum pusaka mempusakai
sekalipun sebab untuk saling mempusakai sudah ada, yaitu perkawinan.
 Mani’ terhadap sebab hukum. Misalnya, seseorang yang memiliki harta
senisab wajib mengeluarkan zakatnya. Namun, karena ia mempunyai hutang
yang jumlahnya sampai mengurangi nisab zakat, ia tidak wajib membayar
zakat.
4. Sah dan Batal
 Sah, adalah orang yang melaksanakannya dikatakan telah menunaikan
tuntunan, lepaslah ia dari tanggung jawab, tidak dituntut hukuman, baik di
dunia maupun di akhirat, bahkan ia mendapatkan pahala di akhirat kelak.
Misalnya, suami wajib membayar mahar, istri tetap menjalankan masa
iddahnya, dan lain sebagainya.
 Batal, adalah perbuatan yang tidak memenuhi persyaratan dan rukun serta
bertentangan dengan ketentuan syara’ tidak dapat menghapuskan kewajiban,
yang melakukannya pun di tuntut, baik di dunia maupun di akhirat.
5. Azimah dan Rukhshah
 Azimah, adalah peraturan Allah yang asli dan terdiri atas hukum-hukum
yang berlaku umum.
 Rukhshah, adalah peraturan yang tidak dilaksanakan karena adanya hal-hal
yang memberatkan dalam menjalankan Azimah.

8 | IBADAH, AKHLAK, MU’AMALAH ( U M B )


Contoh :
Memakan daging babi rukhshah dalam keadaan terpaksa dan itu satu-satunya
jalan untuk memelihara jiwa maka saat itu di perbolehkan hukumhya.
Rukhshah bisa berubah menjadi azimah, kita wajib menyelamatkan diri dari
kehancuran atau haram membiarkan diri jatuh pada kecelakaan.

B. RUANG LINGKUP HUKUM ISLAM


a) I’TIQODIYAH, hukum atau peraturan yang berkaitan dengan dasar-dasar
keyakinan agama islam, yang tidak boleh diragukan dan harus benar benar iman
kita. Sebagai contoh, yang terdapat dalam Rukun Iman.
b) KHULUQIYAH, hukum yang mengatur sebagaimana semestinya manusia
beretika.
 Tata krama kepada Allah
 Tata karma kepada diri sendiri
 Tata karma kepada orang lain
 Tata karma kepada lingkungan
 Tata karma kepada alam
 Tata karma kepada negara
c) AMALIYAH;
1) Ilmu moral, yaitu aturan-aturan yang berkaitan dengan pendidikan dan
peningkatan jiwa. Sebagai contoh, semua aturan yang mengarah pada
perlindungan keutamaan dan mencegah kejahatan, keburukan, sama seperti kita
harus berbuat benar, harus memenuhi janji, dapat dipercaya, dan dilarang
berbohong dan pengkhianatan.
2) Ilmu Fiqh, yaitu peraturan yang mengatur hubungan manusia dan Tuhan dan
hubungan manusia satu sama lain. Ilmu fiqh berisi dua bagian: pertama, ritual
menjelaskan hukum-hukum hubungan manusia dengan Tuhannya. Dan ibadah
tidak sah (tidak diterima) kecuali disertai dengan niat. Contoh ibadah seperti
shalat, zakat, puasa, dan haji.

9 | IBADAH, AKHLAK, MU’AMALAH ( U M B )


C. TUJUAN SYARIAT ISLAM DAN PENERAPANNYA
a) Memelihara agama
b) Memelihara jiwa
c) Memelihara akal (hadits Rasulullah Saw menyatakan, “Agama adalah akal, siapa
yang tiada berakal (menggunakan akal), maka tiadalah agama baginya”
d) Memelihara kehormatan
e) Memelihara harta

D. FUNGSI DAN HUBUNGAN HUKUM ISLAM DENGAN MANUSIA


Fungsi hukun Islam dalam kehidupan bermasyarakat sebenarnya cukup banyak,
namun dalam pembahasan ini dikemukakan peranan utamanya saja, yaitu:
a. Ibadah, fungsi paling utama hukum Islam adalah beribadah kepada Allah swt.,
karena manusia sebagai , makhluk ciptaan-Nya
b. Fungsi amal makruf nahi munkar
c. Fungsi zawajir, fungsi ini terlihat dalam pengharaman membunuh dan berzina,
yang disertai dengan ancaman hukuman atau sanksi hukum
d. Fungsi tanzim wal islah al-ummah, yaitu hukumIslam sebagai sarana untuk
mengatur sebaik mungkin dan memperlancar proses interaksi sosial sehingga
terwujud masyarakat yang harmonis, aman, dan sejahtera bahagia.

E. PERAN AGAMA DALAM PERUMUSAN HUKUM


Ada tiga program yang harus dicermati dan difahami, yaitu:
a. Terwujudnya masyarakat yang agamis, peradaban luhur, berbasis hati nurani yang
diilhami dan disinari firman ajaran agama Allah.
b. Terhindarnya perilaku radikal, ekstrim, tidak toleran, dan eksklusif dalam
kehidupan beragama.

10 | IBADAH, AKHLAK, MU’AMALAH ( U M B )


c. Terbinanya masyarakat yang dapat mengahayati, mengamalkan ajaran-ajaran
agama dengan sebenarnya, mengutamakan persamaan, menghargai HAM dan
menghormati perbedaan melalui internalisasi ajaran agama.

F. PENEGAKAN HUKUM YANG ADIL


a) Agama Mengajarkan Keadilan
Syariat Islam menyamaratakan antara sesame umat Islam dan antara mereka
dengan yang lainnya berdasarkan prinsip keadilan dan persamaan yang ditetapkan
dalam al-Qur’an. Persamaan hak dimuka hukum merupakan salah satu prinsip
utama syariat Islam, baik yang menyangkut soal ibadah dalam arti khusus, seperti
hubungan antara makhluk dengan khaliqnya maupun soal ibadah dalam arti luas,
seperti hubungan muamalah antara sesama umat manusia, sedangkan syariat Islam
mengakui dan menegakkan prinsip kesamaan hak persamaan dimuka hukum untuk
semua manusia. 3 perkara yang harus ditinggalkan ;
 Melarang berbuat keji
 Melarang berbuat munkar
 Melarang permusuhan
Oleh karena itu, Allah membalas kepada hakim yang konsekuen dalam mengadili
suatu perkara, yaitu seorang hakim yang berpegah teguh pada keadilan dan
kebenaran dalam memutuskan hukum suatu perkara, ditempatkan di mimbar
cahaya yang menggambarkan betapa mulianya orang yang bias bertugas seadil-
adilnya tanpa terpengaruh bujukan atau rayuan yang menggiurkan.
b) Profetik Agama dalam Hukum
 Pengertian Profetik Agama
Profetik berasal dari bahasa inggris prophetical yang mempunyai makna
Kenabian atau sifat yang ada dalam diri seorang nabi. Yaitu sifat nabi yang
mempunyai ciri sebagai manusia yang ideal secara spiritual-individual, tetapi
juga menjadi pelopor perubahan, membimbing masyarakat kearah perbaikan
dan melakukan perjuangan tanpa henti melawan penindasan.

11 | IBADAH, AKHLAK, MU’AMALAH ( U M B )


 Fungsi Profetik Agama dalam Hukum
Fungsi profetik agama adalah bahwa agama sebagai sarana menuju
kebahagiaan juga memuat peraturan-peraturan yang mengkondisikan
terbentuknya batin manusia yang baik, yang berkualitas, yaitu manusia yang
bermoral (agama sebagai sumber modal). Kearifan yang menjiwai langkah
hukum dengan memberikan sanksi hukum secara bertahap sehingga membuat
orang bias memperbaiki kesalahan (bertaubat kepada Tuhan).
Fungsi Profetik Agama :
- Dalam mengatasi krisis kebudayaan dan kemanusiaan
- Dalam mengatasi atau merevitalisasi keberagaman dalam menjalankan
agama dengan back to qur’an and sunnah.

12 | IBADAH, AKHLAK, MU’AMALAH ( U M B )


BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dari uraian yang telah disajikan, simpulan yang dapat diambil adalah:
1) Hukum Islam ialah ketentuan Allah yang berkaitan dengan perbuatan orang
mukallaf yang mengandung suatu tuntutan, pilihan, sebab, syarat, atau penghalang
bagi adanya sesuatu yang lain.
2) Syariat Islam menyamaratakan hukum dan keadilan antara sesama umat Islam.
3) Islam mengerahkan kekuatan manusia kepada tujuan besar, yaitu kepentingan
masyarakat dengan memanfaatkan segala bentuk kebajikan yang disumbangkan
setiap individu.

B. Saran
Saran yang dapat disajikan adalah:
1) Kami menyarankan agar pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang makalah
yang kami sajikan.
2) Kami menyarankan agar pembaca bisa menambah wawasan dengan menerapkan
ajaran Islam didalam lingkup hukum.

13 | IBADAH, AKHLAK, MU’AMALAH ( U M B )


LATIHAN SOAL

1. Menurut ahli fiqih, hukum syar’i (Islam) dibagi menjadi …


a. 2 c. 4 e. 6
b. 3 d. 5
2. Hukum Taklifi dibagi menjadi 5 macam, salah satunya Karahah yang berarti …
a. Ketentuan Allah yang menuntut untuk ditinggalkan suatu perbuatan dengan
tuntunan tegas.
b. Ketentuan Allah yang mengandung hak pilihan orang mukallaf antara
mengerjakan dan meninggalkannya
c. Ketentuan Allah untuk meninggalkan suatu perbuatan dengan tidak tegas untuk
ditinggalkannya.
d. Ketentuan Allah yang menuntut agar dilakukan suatu perbuatan dengan tuntutan
yang tidak harus dikerjakan
e. Ketentuan Allah yang menuntut untuk dilakukan suatu perbuatan dengan tuntutan
pasti.
3. Tujuan Syariat Islam yaitu, kecuali …
a. Memelihara agama c. Memelihara harta e. Memelihara akal
b. Memelihara jiwa d. Memelihara keluarga
4. Hukum Islam sebagai sarana untuk mengatur sebaik mungkin dan memperlancar
proses interaksi sosial sehingga terwujud masyarakat yang harmonis, aman, dan
sejahtera bahagia. Penjelasan tersebut termasuk ke dalam fungsi…
a. Zawajir d. Amar Makruf Nahi Munkar
b. Tanzim Wal Islah Al-Ummah e. Akhlak
c. Ibadah
5. Ketentuan Allah yang mengandung pengertian bahwa terjadinya sesuatu itu dari
sebab, syarat, atau penghalang sesuatu merupakan hukum…
a. Wajib c. Wad’i e. Mubah
b. Sunnat d. Taklifi

14 | IBADAH, AKHLAK, MU’AMALAH ( U M B )


6. Merokok, lalai, makan sambil berdiri, itu termasuk contoh dari komponen …
a. Wajib c. Haram e. Mubah
b. Sunnat d. Makruh
7. Peran agama dalam perumusan hukum yang harus dicermati dan dipahami yaitu,
kecuali …
a. Berperilaku radikal
b. Terwujudnya masyarakat yang agamis
c. Terbinanya masyarakat yang dapat menghayati dan mengamalkan ajaran agama
yang sebenarnya
d. Menghargai HAM dan perbedaan melalui internalisasi ajaran agama
e. Terhindar dari perilaku eksklusif dalam kehidupan beragama
8. Profetik mempunyai makna tentang …
a. Keadilan c. Ketuhanan e. Kenabian
b. Kemanusiaan d. Kebenaran
9. Agama sebagai sarana menuju kebahagiaan juga memuat peraturan-peraturan yang
mengkondisikan terbentuknya batin manusia yang baik, berkualitas dan manusia yang
bermoral. Penjelasan tersebut termasuk dalam …
a. Hubungan manusia dengan hukum Allah d. Tujuan syariat Islam
b. Fungsi profetik agama e. Fungsi hukum Islam
c. Peran agama dalam perumusan hukum
10. I’tiqodiyah, Khuluqiyah, dan Amaliyah termasuk dalam pembagian…
a. Hubungan manusia dengan hukum Allah d. Syariat Islam
b. Fungsi profetik agama e. Fungsi hukum Islam
c. Peran agama dalam perumusan hukum

15 | IBADAH, AKHLAK, MU’AMALAH ( U M B )


KUNCI JAWABAN

1. A
2. C
3. D
4. B
5. C
6. D
7. A
8. E
9. B
10. D

16 | IBADAH, AKHLAK, MU’AMALAH ( U M B )

Anda mungkin juga menyukai