Jurisprudence merupakan cabang hukum yang mempelajari mengenai bagaimana
pemahaman dasar mengenai hukum yang sedikit banyak dipengaruhi oleh ideologi. Jurisprudence di dalamnya mengandung banyak pertanyaan teoritis umum mengenai nature of laws dan sistem hukum, hubungan hukum dengan keadilan, hingga moralitas serta social nature dari hukum itu sendiri. Diskusi mengenai pertanyaan-pertanyaan ini melibatkan pemahaman dan digunakannya teori-teori filosofis maupun sosial serta penemuan-penemuan dalam pengapilkasiannya di hukum. Pembelajaran dari jurisprudence idealnya harus bisa memunculkan keinginan untuk mereka yang mempelajarinya, termasuk mahasiswa untuk mempertanyakan atau melahirkan asumsi-asumsi baru untuk mengembangkan pemahaman yang lebih luas atas hukum itu sendiri. Pertanyaan-pertanyaan ini bisa beragam, dalam kasus Madzimbamuto v. Lardner-Burk misalnya, terdapat banyak pertanyaan yang bisa muncul atas kasus tersebut, mulai dari: Apa itu sistem hukum? Apa yang dimaksud dengan “revolusi”? Apakah hal tersebut berbeda dengan coup d’etat? Apa fungsi hakim dalam mengadili situasi tersebut? Apa hubungan dari validitas dan efektivitas? Satu pertanyaan menghubungkan dengan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang dapat lahir, hal-hal seperti inilah yang penting dan dibutuhkan. Salah satu fungsi dari jurisprudence adalah untuk menyediakan sebuah epistomologi ata hukum, atau sebuah teori untuk memahami ilmu hukum lebih lanjut. Namun, bagaimana pengetahuan atau ilmu ini dapat didapatkan? Apa saja sumebernya? Apakah hal ini bisa dibandingkan dengan ilmu pengetahuan alam? Atau termasuk ke dalam ilmu sosial? Apakah pengeahuan objektif memungkinkan untuk dipelajari atau hal tersebut pasti akan terpengarh oleh nilai dan bias manusia? Tidak dapat dibantah bahwa ilmu sosial tidak bisa melahirkan teori-teori yang ada di dalam ilmu pengetahuan alam. Hal ini dikarenakan peneliti-peneliti ilmu sosial ini ditemukan dengan dua macam masalah. Pertama, fenomena atau hal yang diteliti sendiri antara keduanya adalah berbeda. Objek yang dipelajari dari ilmu pengetahuan alam adalah terkait dengan suatu materi, di mana ilmu sosial berkaitan dengan manusia. Segala tindakan dari manusia memiliki arti tersendiri bagi mereka yang melakukannya. Pada hakikatnya, manusia mengatasi situasi yang dihadapinya dan bertindak untuk mendapatkan akhir yang mereka kehendaki. Dalam melakukan hal tersebut, mereka akan membuat sebuah dunia sosial. Perlu diketahui pula bahwa peneliti ilmu sosial tidak bisa mengalami pengalaman orang lain. Mudah untuk berpikir bahwa jurisprudence merupakan kumpulan dari pemikiran-pemikiran masa lalu. Namun, jurisprudence merupakan ilmu disiplin. Subjek dari jurisprudence dari banyak hal adalah termasuk di dalamnya hukum positif. Meskipun masing-masing sistem hukum memiliki perbedaan karakteristik, terdapat banyak prinsip, gagasan, serta hal-hal lainnya yang bisa ditemukan kesamaan antar sistem satu dengan sistem yang lainnya dan saling terhubung satu sama lain. Menurut saya, inti dari materi nature of jurisprudence adalah pentingnya untuk memunculkan pertanyaan-pertanyaan mengenai hukum, untuk mendalami apa hukum itu sendiri. Adapun terdapat beberapa hal penting yang juga perlu dikertahui, bahwa: ● Legalism adalah suatu sikap etis yang memegang keyakinan moral atas peraturan-peraturan yang terkait, serta hubungan moral yang termasuk hak serta kewajiban yang telah diatur oleh peraturan-peraturan tersebut. ● Ideologi merupakan suatu karakteristik sistem keyakinan suatu kelompok sosial atau kelas sosial tertentu yang terbentuk atas elemen discursive maupun non-discursive yang juga mungkin bisa diartikan sebagai suatu “world-view” yang menggambarkan keyakinan, persepsi, serta tindakan para individual. ● Untuk pemikir seperti Karl Mannheim dan Lucien Goldmann, ideologi mungkin mrupakan sesuatu yang menunjukkan kesatuan internal yang tinggi. Namun, terdapat pemikir lainnya seperti Antonio Gramsci yang mungkin menganggap ideologi sebagai sesuatu yang kompleks, hingga Pierre Macherey yang ideologinya sangat ambigu hingga sulit untuk diidenifikasikan dan dikatakan.