BUPATI SUKABUMI
PROVINSI JAWA BARAT
TENTANG
Menimbang : a. bahwa BUM Desa sebagai lembaga desa yang menjalankan usaha
ekonomi harus memperhatikan prinsip efisiensi dan efektifitas
serta kehati‐hatian dalam menjalankan usahanya;
b. bahwa sebelum menjalankan suatu jenis usaha, BUM Desa
terlebih dahulu harus mempertimbangkan kelayakan dari jenis
usaha yang akan dijalankan sebagai proses pengajuan penyertaan
modal kepada Pemerintah Desa;
c. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 28 ayat (4) Peraturan
Bupati Nomor 78 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa,
penyertaan modal pada BUM Desa perlu melalui proses analisis
kelayakan sesuai ketentuan peraturan perundang undangan;
d. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 28 ayat (5) Peraturan
Bupati Nomor 78 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa,
dan berdasarkan pertimbangan pada huruf a, b dan c, dipandang
perlu ditetapkan Peraturan Bupati tentang Tata Cara Penyertaan
Modal Badan Usaha Milik Desa Melalui Proses Analisis Kelayakan
Usaha dan Penyusunan Dokumen Proposal Perencanaan Usaha;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat
(Berita Negara Republik Indonesia tanggal 8 Agustus 1950)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 tahun
1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten
Subang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950
tentang Pembentukan daerah-daerah dalam lingkup Provinsi Jawa
Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4756);
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4866);
2
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pembangunan Desa (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 2094);
14. Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan
Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Berskala Lokal Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 158);
15. Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib
dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa.
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 159);
16. Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan
dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 296);
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 tetang
Pengelolaan Aset Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 53;
18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.07/2016 tentang
Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan
dan Evaluasi Dana Desa.
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 611);
20. Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 9 Tahun 2015
tentang Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Sukabumi Tahun
2015 Nomor 9) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 6 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Sukabumi Tahun 2017 Nomor
6);
21. Peraturan Bupati Nomor 33 Tahun 2016 tentang Pedoman,
Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa
(Berita Daerah Kabupaten Sukabumi Tahun 2016 Nomor 33);
22. Peraturan Bupati Nomor 58 Tahun 2016 tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa (Berita Daerah Kabupaten Sukabumi Tahun 2016 Nomor 58);
23. Peraturan Bupati Nomor 7 Tahun 2018 tentang Tata Cara
Pengadaan Barang/Jasa di Desa (Berita Daerah Kabupaten
Sukabumi Tahun 2018 Nomor 7);
24. Peraturan Bupati Nomor 78 Tahun 2018 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa (Berita Daerah Kabupaten Sukabumi Tahun 2018
Nomor 78);
25. Peraturan Bupati Nomor 88 Tahun 2018 tentang Pedoman
Kerjasama Desa (Berita Daerah Kabupaten Sukabumi Tahun 2018
Nomor 88);
4
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
29. Penasihat adalah Penasihat BUM Desa yang dijabat secara ex officio oleh Kepala
Desa yang mempunyai kewajiban dan kewenangan sebagaimana diatur dalam
Pasal 11 Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan
Pembubaran Badan Usaha Milik Desa.
30. Pelaksana Operasional adalah pengurus BUM Desa, terdiri dari Ketua, Sekretaris
dan Bendahara yang terpilih melalui hasil musyawarah desa, mempunyai tugas
mengurus dan mengelola BUM Desa sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga serta mempunyai kewajiban dan kewenangan sebagaimana diatur
dalam Pasal 12 Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan,
dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa.
31. Pengawas adalah Pengawas BUM Desa yang dipilih dari unsur masyarakat (bukan
anggota BPD) dan mewakili kepentingan masyarakat, terdiri dari Ketua, Wakil
Ketua, Sekretaris merangkap anggota dan Anggota, serta mempunyai kewajiban dan
kewenangan sebagaimana diatur dalam Pasal 15 Peraturan Menteri Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 tentang
Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa.
32. Pengelola Unit Usaha BUM Desa adalah pengelola yang ditunjuk dan ditetapkan
dengan Keputusan Ketua BUM Desa untuk melaksanakan kegiatan teknis unit
usaha BUM Desa agar berdayaguna dan berhasilguna.
33. Penyertaan Modal BUM Desa adalah pengeluaran pembiayaan Desa pada tahun
anggaran yang bersangkutan yang antara lain digunakan untuk menganggarkan
kekayaan pemerintah Desa yang diinvestasikan dalam BUM Desa untuk
meningkatkan pendapatan Desa atau pelayanan kepada masyarakat dan merupakan
kekayaan Desa yang dipisahkan yang dianggarkan dari pengeluaran pembiayaan
dalam APBDesa.
34. Analisis Kelayakan Usaha adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang
dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha, dan hasil dari kegiatan
analisa kelayakan usaha sangat berguna sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang
direncanakan. Suatu gagasan usaha dikatakan layak apabila terdapat kemungkinan
untuk memperoleh manfaat atau benefit ketika kegiatan usaha itu benar‐benar
dijalankan.
35. Proposal Perencanaan Usaha (Business Plan) adalah suatu dokumen tertulis yang
merupakan hasil kegiatan analisis kelayakan usaha yang menyatakan keyakinan
akan kemampuan sebuah bisnis untuk menjual barang atau jasa dengan
menghasilkan keuntungan yang memuaskan dan menarik bagi penyandang dana.
Dengan kata lain, merupakan dokumen tertulis yang disiapkan wirausaha yang
menggambarkan semua unsur-unsur yang relevan baik internal maupun eksternal
mengenai perusahaan untuk memulai suatu usaha.
36. Tim Penyusunan Kelayakan Usaha yang selanjutnya disebut TPKU adalah Tim yang
dibentuk melalui penetapan Keputusan Kepala Desa, terdiri atas Kepala Desa dan
warga desa yang cukup berpendidikan, mengenal dengan baik keadaan desa, dan
memiliki komitmen (rasa tanggungjawab) untuk memajukan desanya atau yang
sering dikenal sebagai kader-kader penggerakdesa. Akan lebih sempurna apabila
diantara anggota TPKU terdapat orang-orang yang memiliki keterampilan dan
pengalaman menjalankan usaha ekonomi dengan baik. Jumlah personil TPKU
sebaiknya tidak terlalu banyak (misal : 5-7 orang). Dalam menentukan anggota
TPKU hendaknya memperhitungkan keterwakilan perempuan. Keterlibatan
perempuan dalam penyusunan kelayakan usaha dapat mendorong tumbuhnya
gerakan kolektif untuk mengembangkan perekonomian desa berdasarkan spirit
kesetaraan jender (kesetaraan antara laki-laki dan perempuan). Pembentukan TPKU
7
ini lebih diutamakan bagi desa yang belum terbentuk kelembagaan BUM Desa.
Namun apabila kelembagaan BUM Desa sudah terbentuk, maka kegiatan analisis
kelayakan usaha dilaksanakan oleh Pengurus BUM Desa yang bertindak selaku
TPKU.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Pasal 3
BAB III
AZAS DAN PRINSIP
Pasal 4
BAB IV
PENYERTAAN MODAL BUM DESA
Pasal 5
BAB V
MEKANISME PENYERTAAN MODAL DESA KEPADA BUM DESA
Pasal 6
Mekanisme penyertaan modal Desa kepada BUM Desa sebagaimana dimaksud pada
Pasal 5 ayat (7), meliputi tahapan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan kegiatan penyusunan analisis kelayakan usaha yang dilaksanakan oleh
TPKU (bagi Desa yang belum membentuk kelembagaan BUM Desa) dan/atau
penyusunan analisis kelayakan usaha dilakukan oleh Pengurus dan Pengelola Unit
Usaha BUM Desa (bagi desa yang telah membentuk kelembagaan BUM Desa).
2. Penyusunan dokumen proposal perencanaan usaha (business plan) oleh TPKU
dan/atau Pengurus dan Pengelola Unit Usaha BUM Desa sebagai hasil dari
pelaksanaan kegiatan penyusunan analisis kelayakan usaha, sebagaimana dimaksud
pada angka 1;
3. Pembahasan dokumen proposal perencanaan usaha (business plan) BUM Desa pada
forum Musdus;
4. Pembahasan dokumen proposal perencanaan usaha (business plan) BUM Desa pada
forum Musdes;
5. Apabila dokumen proposal perencanaan usaha (business plan) BUM Desa
sebagaimana dimaksud pada angka 4 telah disepakati pada forum Musdes, maka
dibuatkan Berita Acara Hasil Musdes perihal Penyertaan Modal BUM Desa, dan
kemudian ditetapkan dalam Perdes tentang Penyertaan Modal BUM Desa;
6. Perdes tentang Penyertaan Modal BUM Desa dengan dilampiri dokumen Proposal
Perencanaan Usaha (Business Plan) BUM Desa sebagaiman dimaksud pada angka 5,
untuk selanjutnya dibahas dalam forum Musrenbangdes untuk ditentukan skala
prioritasnya, apakah masuk ke dalam RKPDes (skala prioritas) dan/atau masuk ke
dalam DU-RKPDes (yang akan diusulkan oleh Pemerintah Desa);
7. Perdes tentang Penyertaan Modal BUM Desa dengan dilampiri dokumen Proposal
Perencanaan Usaha (Business Plan) BUM Desa yang masuk dalam skala prioritas
pada forum Musrenbangdes, dan kemudian masuk ke dalam RKPDes sebagaimana
dimaksud pada angka 6, dijadikan dasar oleh Pemerintah Desa untuk
mencantumkan penyertaan modal BUM Desa pada Perdes tentang APBDes sebagai
kekayaan Desa yang dipisahkan dan dianggarkan dari pengeluaran pembiayaan
dalam APBDesa;
8. Perdes tentang Penyertaan Modal BUM Desa dengan dilampiri dokumen Proposal
Perencanaan Usaha (Business Plan) BUM Desa yang masuk dalam daftar usulan
Pemerintah Desa pada forum Musrenbangdes dan kemudian masuk ke dalam DU-
RKPDes sebagaimana dimaksud pada angka 6, dijadikan dasar usulan oleh
Pemerintah Desa kepada Pemerintah Daerah melalui mekanisme perencanaan
pembangunan Daerah untuk diajukan mendapatkan pembiayaan dari sumber lain
yang sah.
Pasal 7
Tata cara penyertaan modal Desa kepada BUM Desa sebagaimana dimaksud pada Pasal
6, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya menyesuaikan dan mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pengelolaan
keuangan desa dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
kerjasama desa.
10
BAB VI
MEKANISME KEGIATAN ANALISIS KELAYAKAN USAHA
Bagian Kesatu
Mekanisme Kegiatan Analisis Kelayakan Usaha
Pasal 8
Mekanisme kegiatan Analisis Kelayakan Usaha sebagaimana dimaksud pada Pasal 5
ayat (7), dilaksanakan melalui :
1. Aspek Tahapan Analisis Kelayakan Usaha; dan
2. Aspek Kajian Analisis Kelayakan Usaha
Bagian Kedua
Aspek Tahapan Kegiatan Analisis Kelayakan Usaha
Pasal 9
Aspek tahapan kegiatan Analisis Kelayakan Usaha sebagaimana dimaksud pada Pasal 8
angka 1, meliputi :
1. Pembentukan TPKU yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa;
2. Menggali/menemukan potensi desa yang dapat dikembangkan/didayagunakan
melalui pengelolaan usaha/bisnis BUM Desa;
3. Mengenali kebutuhan sebagian besar warga desa maupun masyarakat luas
(masyarakat luar desa);
4. Menggagas bersama warga desa untuk menentukan pilihan-pilihan jenis usaha yang
memungkinkan untuk dilakukan;
5. Menggalang kesepakatan warga untuk menentukan unit usaha ekonomi desa yang
akan diwadahi BUM Desa.
Pasal 10
Penjelasan lebih lanjut mengenai aspek tahapan kegiatan analisis kelayakan usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, tercantum dalam Lampiran 1 Peraturan ini dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
Bagian Ketiga
Aspek Kajian Analisis Kelayakan Usaha
Pasal 11
Aspek Analisis Kelayakan Usaha sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 angka 2, terdiri
dari :
1. Aspek Pasar dan Pemasaran;
2. Aspek Teknis dan Teknologi;
3. Aspek Manajemen dan SDM;
4. Aspek Keuangan;
5. Aspek Ekonomi, Sosial Budaya, Politik dan Lingkungan;
6. Aspek Hukum (Yuridis).
Pasal 12
Penjelasan lebih lanjut mengenai aspek kajian analisis kelayakan usaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11, tercantum dalam Lampiran 1 Peraturan ini dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan.
11
Pasal 13
BAB VII
TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN USAHA (BUSINESS PLAN)
Pasal 14
(1) Kegiatan Analisis Kelayakan Usaha yang telah melalui aspek tahapan dan aspek
kajian sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 dan Pasal 11, dituangkan dalam
dokumen Proposal Perencanaan Usaha (Business Plan).
(2) Dokumen Proposal Perencanaan Usaha (Business Plan) BUM Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), merupakan salah satu syarat wajib pencairan Dana Desa
selain syarat lainnya sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang pengelolaan keuangan desa.
(3) Dokumen Proposal Perencanaan Usaha (Business Plan) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), memuat 3 (tiga) konsep bagian utama dari sebuah rencana usaha, yaitu :
1. Konsep Bisnis, yang menjelaskan secara rinci kegiatan usaha yang digeluti,
struktur usaha, produk dan jasa yang ditawarkan, dan bagaimana rencana untuk
mensukseskan bisnis.
2. Konsep Pasar, yang membahas dan menganalisis calon konsumen: siapa dan
dimana mereka berada, apa yang menyebabkan mereka mau membeli, dan lain-
lain. Dalam bagian ini, perlu juga dijelaskan persaingan yang akan dihadapi dan
bagaimana memenangkannya.
3. Konsep Finansial, yang mencakup estimasi atau perkiraan pendapatan dan arus
kas, neraca serta alat analisis keuangan lainnya, misalnya analisis break even
point. Untuk ini mungkin akan memerlukan bantuan seorang akuntan dan
program software spreadsheet yang bagus.
(4) Dokumen Proposal Perencanaan Usaha (Business Plan) yang memuat 3 (tiga) konsep
bagian utama dari sebuah rencana usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
disusun dengan sistematika perencanaan usaha sebagai berikut :
1. Halaman Judul :
Berisi nama BUM Desa, alamat dan nomor telepon serta pengelolanya.
2. Daftar Isi :
Berisi nomor halaman dari bagian-bagian penting perencanaan usaha.
3. Ringkasan Eksekutif :
Berisi penjelasan singkat dari rencana usaha yang akan dijalankan dan dasar
yang mendukung usaha tersebut.
4. Pernyataan Visi dan Misi :
Visi menggambarkan secara singkat filosofi/nilai dan cita-cita yang ingin diraih
dari usaha yang akan dijalankan. Misi menggambarkan jalan/strategi yang
dikehendaki agar visinya dapat terlaksana.
5. Gambaran BUM Desa :
Menjelaskan bentuk usaha (BUMDes), organisasi, tujuan BUMDes, nama
BUMDes, lokasi usaha, produk yang dihasilkan (barang atau jasa), dasar hukum
pembentukan BUM Desa (Perdes Nomor … Tahun…..), dasar hukum pengurus
12
Pasal 15
Pasal 16
BAB VIII
MANFAAT KEGIATAN ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUM DESA
Pasal 17
5. Tersedianya informasi tentang prospek usaha yang dapat menarik warga desa dan
pihak lain untuk mendukung pengembangan usaha.
BAB IX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 18
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 19
Pada saat Peraturan Bupati ini mulai diundangkan, mekanisme penyertaan modal desa
kepada BUM Desa yang saat ini berlaku, tetap dapat dilaksanakan sampai berakhirnya
tahun anggaran berkenaan.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 20
Ditetapkan di Palabuhanratu
pada tanggal
BUPATI SUKABUMI,
MARWAN HAMAMI
Diundangkan di Palabuhanratu
pada tanggal
IYOS SOMANTRI
14