Anda di halaman 1dari 14

1

BUPATI SUKABUMI
PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN BUPATI SUKABUMI

NOMOR TAHUN 2019

TENTANG

MEKANISME PENYERTAAN MODAL BADAN USAHA MILIK DESA


MELALUI PROSES ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN
PENYUSUNAN DOKUMEN PROPOSAL PERENCANAAN USAHA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


BUPATI SUKABUMI,

Menimbang : a. bahwa BUM Desa sebagai lembaga desa yang menjalankan usaha
ekonomi harus memperhatikan prinsip efisiensi dan efektifitas
serta kehati‐hatian dalam menjalankan usahanya;
b. bahwa sebelum menjalankan suatu jenis usaha, BUM Desa
terlebih dahulu harus mempertimbangkan kelayakan dari jenis
usaha yang akan dijalankan sebagai proses pengajuan penyertaan
modal kepada Pemerintah Desa;
c. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 28 ayat (4) Peraturan
Bupati Nomor 78 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa,
penyertaan modal pada BUM Desa perlu melalui proses analisis
kelayakan sesuai ketentuan peraturan perundang undangan;
d. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 28 ayat (5) Peraturan
Bupati Nomor 78 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa,
dan berdasarkan pertimbangan pada huruf a, b dan c, dipandang
perlu ditetapkan Peraturan Bupati tentang Tata Cara Penyertaan
Modal Badan Usaha Milik Desa Melalui Proses Analisis Kelayakan
Usaha dan Penyusunan Dokumen Proposal Perencanaan Usaha;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat
(Berita Negara Republik Indonesia tanggal 8 Agustus 1950)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 tahun
1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten
Subang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950
tentang Pembentukan daerah-daerah dalam lingkup Provinsi Jawa
Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4756);
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4866);
2

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan
Mikro (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5394);
6. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atau
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47
Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5717);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa
yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 168,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5558)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22
Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5694); sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa
yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2016 Nomor 57);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2007 tentang
Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun 2014 tentang
Teknis Penyusunan Peraturan Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 2091);
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 2093);
3

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pembangunan Desa (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 2094);
14. Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan
Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Berskala Lokal Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 158);
15. Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib
dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa.
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 159);
16. Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan
dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 296);
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 tetang
Pengelolaan Aset Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 53;
18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.07/2016 tentang
Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan
dan Evaluasi Dana Desa.
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 611);
20. Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 9 Tahun 2015
tentang Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Sukabumi Tahun
2015 Nomor 9) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 6 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Sukabumi Tahun 2017 Nomor
6);
21. Peraturan Bupati Nomor 33 Tahun 2016 tentang Pedoman,
Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa
(Berita Daerah Kabupaten Sukabumi Tahun 2016 Nomor 33);
22. Peraturan Bupati Nomor 58 Tahun 2016 tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa (Berita Daerah Kabupaten Sukabumi Tahun 2016 Nomor 58);
23. Peraturan Bupati Nomor 7 Tahun 2018 tentang Tata Cara
Pengadaan Barang/Jasa di Desa (Berita Daerah Kabupaten
Sukabumi Tahun 2018 Nomor 7);
24. Peraturan Bupati Nomor 78 Tahun 2018 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa (Berita Daerah Kabupaten Sukabumi Tahun 2018
Nomor 78);
25. Peraturan Bupati Nomor 88 Tahun 2018 tentang Pedoman
Kerjasama Desa (Berita Daerah Kabupaten Sukabumi Tahun 2018
Nomor 88);
4

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN BUPATI SUKABUMI TENTANG PEDOMAN TATA CARA


PENYERTAAN MODAL BADAN USAHA MILIK DESA MELALUI PROSES
ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN PENYUSUNAN DOKUMEN
PROPOSAL PERENCANAAN USAHA.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Sukabumi.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Sukabumi.
3. Bupati adalah Bupati Sukabumi.
4. Dinas adalah Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Sukabumi.
5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten
Sukabumi.
6. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Daerah Kabupaten
Sukabumi.
7. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam system pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
8. Kepala Desa, karena jabatannya adalah pejabat yang ditunjukan dan atau diberi
kuasa untuk mewakili Pemerintah Desa selaku pemegang saham BUM Desa melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan.
9. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
10. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu
perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
11. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD atau yang disebut
dengan nama lain adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang
anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan
wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
12. Musyawarah Dusun yang selanjutnya disebut Musdus atau yang disebut dengan
nama lain adalah musyawarah yang dilaksanakan di tingkat dusun dalam rangka
menggali potensi dan peluang pendayagunaan sumber daya Desa dan masalah yang
dihadapi Desa. Hasil penggalian gagasan menjadi dasar bagi masyarakat dalam
merumuskan usulan rencana kegiatan yang meliputi Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa, Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa.
13. Musyawarah Desa yang selanjutnya disebut Musdes atau yang disebut dengan nama
lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa,
dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa
untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.
5

14. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa yang selanjutnya disebut


Musrenbangdes atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara
Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Desa untuk menetapkan prioritas, program,
kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa yang didanai oleh Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat Desa, dan/atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.
15. Peraturan Desa yang selanjutnya disebut Perdes adalah peraturan perundang-
undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati
bersama Badan Permusyawaratan Desa.
16. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk
sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
17. Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah Desa dengan melibatkan Badan Permusyawaratan
Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan
pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan
desa.
18. Pembangunan Partisipatif adalah suatu sistem pengelolaan pembangunan di desa
dan kawasan perdesaan yang dikoordinasikan oleh kepala Desa dengan
mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna
mewujudkan pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial.
19. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan
uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
20. Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban
keuangan Desa.
21. Rencana Kerja Pemerintah Desa selanjutnya disebut RKPDesa, adalah penjabaran
dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 1 (satu)
tahun.
22. Daftar Usulan RKP Desa selanjutnya disebut DU-RKPDes adalah penjabaran RPJM
Desa yang menjadi bagian dari RKP Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang
akan diusulkan Pemerintah Desa kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
melalui mekanisme perencanaan pembangunan Daerah.
23. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APBDesa, adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan Desa.
24. Penerimaan Desa adalah uang yang masuk ke rekening kas Desa.
25. Pengeluaran Desa adalah uang yang keluar dari rekening kas Desa.
26. Pembiayaan Desa adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya.
27. Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset,
jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesarbesarnya kesejahteraan
masyarakat Desa.
28. Pengurus BUM Desa adalah organisasi kepengurusan pengelolaan BUM Desa yang
terdiri dari Penasihat, Pelaksana Operasional dan Pengawas BUM Desa.
6

29. Penasihat adalah Penasihat BUM Desa yang dijabat secara ex officio oleh Kepala
Desa yang mempunyai kewajiban dan kewenangan sebagaimana diatur dalam
Pasal 11 Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan
Pembubaran Badan Usaha Milik Desa.
30. Pelaksana Operasional adalah pengurus BUM Desa, terdiri dari Ketua, Sekretaris
dan Bendahara yang terpilih melalui hasil musyawarah desa, mempunyai tugas
mengurus dan mengelola BUM Desa sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga serta mempunyai kewajiban dan kewenangan sebagaimana diatur
dalam Pasal 12 Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan,
dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa.
31. Pengawas adalah Pengawas BUM Desa yang dipilih dari unsur masyarakat (bukan
anggota BPD) dan mewakili kepentingan masyarakat, terdiri dari Ketua, Wakil
Ketua, Sekretaris merangkap anggota dan Anggota, serta mempunyai kewajiban dan
kewenangan sebagaimana diatur dalam Pasal 15 Peraturan Menteri Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 tentang
Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa.
32. Pengelola Unit Usaha BUM Desa adalah pengelola yang ditunjuk dan ditetapkan
dengan Keputusan Ketua BUM Desa untuk melaksanakan kegiatan teknis unit
usaha BUM Desa agar berdayaguna dan berhasilguna.
33. Penyertaan Modal BUM Desa adalah pengeluaran pembiayaan Desa pada tahun
anggaran yang bersangkutan yang antara lain digunakan untuk menganggarkan
kekayaan pemerintah Desa yang diinvestasikan dalam BUM Desa untuk
meningkatkan pendapatan Desa atau pelayanan kepada masyarakat dan merupakan
kekayaan Desa yang dipisahkan yang dianggarkan dari pengeluaran pembiayaan
dalam APBDesa.
34. Analisis Kelayakan Usaha adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang
dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha, dan hasil dari kegiatan
analisa kelayakan usaha sangat berguna sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang
direncanakan. Suatu gagasan usaha dikatakan layak apabila terdapat kemungkinan
untuk memperoleh manfaat atau benefit ketika kegiatan usaha itu benar‐benar
dijalankan.
35. Proposal Perencanaan Usaha (Business Plan) adalah suatu dokumen tertulis yang
merupakan hasil kegiatan analisis kelayakan usaha yang menyatakan keyakinan
akan kemampuan sebuah bisnis untuk menjual barang atau jasa dengan
menghasilkan keuntungan yang memuaskan dan menarik bagi penyandang dana.
Dengan kata lain, merupakan dokumen tertulis yang disiapkan wirausaha yang
menggambarkan semua unsur-unsur yang relevan baik internal maupun eksternal
mengenai perusahaan untuk memulai suatu usaha.
36. Tim Penyusunan Kelayakan Usaha yang selanjutnya disebut TPKU adalah Tim yang
dibentuk melalui penetapan Keputusan Kepala Desa, terdiri atas Kepala Desa dan
warga desa yang cukup berpendidikan, mengenal dengan baik keadaan desa, dan
memiliki komitmen (rasa tanggungjawab) untuk memajukan desanya atau yang
sering dikenal sebagai kader-kader penggerakdesa. Akan lebih sempurna apabila
diantara anggota TPKU terdapat orang-orang yang memiliki keterampilan dan
pengalaman menjalankan usaha ekonomi dengan baik. Jumlah personil TPKU
sebaiknya tidak terlalu banyak (misal : 5-7 orang). Dalam menentukan anggota
TPKU hendaknya memperhitungkan keterwakilan perempuan. Keterlibatan
perempuan dalam penyusunan kelayakan usaha dapat mendorong tumbuhnya
gerakan kolektif untuk mengembangkan perekonomian desa berdasarkan spirit
kesetaraan jender (kesetaraan antara laki-laki dan perempuan). Pembentukan TPKU
7

ini lebih diutamakan bagi desa yang belum terbentuk kelembagaan BUM Desa.
Namun apabila kelembagaan BUM Desa sudah terbentuk, maka kegiatan analisis
kelayakan usaha dilaksanakan oleh Pengurus BUM Desa yang bertindak selaku
TPKU.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2

Maksud penyusunan Peraturan Bupati ini adalah sebagai pedoman untuk


menyelaraskan ketentuan tata cara penyertaan modal BUM Desa melalui proses analisis
kelayakan usaha dan penyusunan dokumen proposal perencanaan usaha.

Pasal 3

Tujuan penyusunan Peraturan Bupati ini adalah :


a. Memberikan pedoman dan/atau acuan bagi BUM Desa untuk memulai dan/atau
mengembangkan suatu kegiatan usaha melalui analisis kelayakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
b. Memberikan pedoman dan/atau acuan bagi BUM Desa untuk memperhitungkan
keadaan internal desa (potensi desa dan kebutuhan masyarakat) dan eksternal desa
(peluang dan ancaman pengembangan usaha) sebagai acuan dalam perencanaan
usaha ekonomi desa;
c. Memberikan pedoman dan/atau acuan bagi BUM Desa untuk memantapkan
ide/gagasan usaha ekonomi BUM Desa;
d. Memberikan pedoman dan/atau acuan bagi BUM Desa untuk merencanakan Sumber
Daya Manusia (SDM), terutama untuk menyiapkan orang‐orang yang berkualitas
sebagai pengelola unit usahal
e. Memberikan pedoman dan/atau acuan bagi BUM Desa untuk merancang organisasi
unit usaha;
f. Memberikan pedoman dan/atau acuan bagi BUM Desa untuk memperhitungkan
peluang dan risiko usaha;
g. Memberikan pedoman dan/atau acuan bagi BUM Desa untuk menentukan jenis
usaha yang memungkinkan dan menguntungkan untuk dijalankan.

BAB III
AZAS DAN PRINSIP
Pasal 4

(1) Dalam pengelolaannya, BUM Desa berlandaskan pada azas :


a. semangat kekeluargaan; dan
b. kegotongroyongan.
(2) Dalam pengelolaannya, BUM Desa berlandaskan pada prinsip :
a. Kooperatif, semua komponen yang terlibat di dalam BUM Desa harus mampu
mlakukan kerjasama yang baik demi pengembangan dan kelangsungan hidup
usahanya;
b. Partisipatif, semua komponen yang terlibat di dalam BUM Desa harus bersedia
secara sukarela atau diminta memberikan dukungan dan konstribusi yang dapat
mendorong kemajuan usaha BUM Desa;
c. Emansipatif, semua komponen yang terlibat di dalam BUM Desa harus
diperlakukan sama tanpa memandang golongan, suku dan agama, karena
masyarakat memiliki hak yang sama;
8

d. Transparansi, aktifitas yang berpengaruh terhadap kepeningan masyarakat umum


harus dapat diketahui oleh segenap lapisan masyarakat dengan mudah dan
terbuka;
e. Akuntable, seluruh kegiatan usaha harus dapat dipertanggungjawabkan secara
tekns maupun administratif kepada lembaga yang berwenang maupun
masyarakat;
f. Sustainable, kegiatan usaha harus dapat dikembangkan dan dilestarikan oleh
masyarakat dalam wadah BUM Desa secara berkelanjutan.

BAB IV
PENYERTAAN MODAL BUM DESA
Pasal 5

(1) Modal awal BUM Desa bersumber dari APBDesa;


(2) Modal BUM Desa terdiri atas :
a. penyertaan modal Desa; dan
b. penyertaan modal masyarakat desa.
(3) Penyertaan modal Desa kepada BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a terdiri atas :
a. hibah dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan dan/atau
lembaga donor yang disalurkan melalui mekanisme APBDesa;
b. bantuan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota yang disalurkan melalui mekanisme APBDesa;
c. kerja sama usaha dari pihak swasta, lembaga sosial ekonomi kemasyarakatan
dan/atau lembaga donor yang dipastikan sebagai kekayaan kolektif Desa dan
disalurkan melalui mekanisme APBDesa;
d. aset Desa yang diserahkan kepada APBDesa sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan tentang Aset Desa.
(4) Penyertaan modal masyarakat Desa kepada BUM Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b berasal dari tabungan masyarakat dan simpanan masyarakat.
(5) Penyertaan modal Desa kepada BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a adalah dalam bentuk :
a. tanah kas desa atau bangunan; dan
b. uang.
(6) Penyertaan modal Desa kepada BUM Desa dalam bentuk tanah kas desa atau
bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a, tidak dapat dijual belikan.
(7) Penyertaan modal Desa kepada BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ditetapkan pada APBDesa setelah melalui melalui mekanisme kegiatan analisis
kelayakan usaha yang dituangkan dalam dokumen proposal perencanaan usaha
(business plan) dan melalui mekanisme penyertaan modal Desa kepada BUM Desa.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme kegiatan analisis kelayakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (7), tercantum dalam Lampiran 1 dan Lampiran 2
Peraturan ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan dokumen proposal perencanaan usaha
sebagaimana dimaksud pada ayat (7), tercantum dalam Lampiran 3 dan Lampiran 4
Peraturan ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
9

BAB V
MEKANISME PENYERTAAN MODAL DESA KEPADA BUM DESA
Pasal 6

Mekanisme penyertaan modal Desa kepada BUM Desa sebagaimana dimaksud pada
Pasal 5 ayat (7), meliputi tahapan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan kegiatan penyusunan analisis kelayakan usaha yang dilaksanakan oleh
TPKU (bagi Desa yang belum membentuk kelembagaan BUM Desa) dan/atau
penyusunan analisis kelayakan usaha dilakukan oleh Pengurus dan Pengelola Unit
Usaha BUM Desa (bagi desa yang telah membentuk kelembagaan BUM Desa).
2. Penyusunan dokumen proposal perencanaan usaha (business plan) oleh TPKU
dan/atau Pengurus dan Pengelola Unit Usaha BUM Desa sebagai hasil dari
pelaksanaan kegiatan penyusunan analisis kelayakan usaha, sebagaimana dimaksud
pada angka 1;
3. Pembahasan dokumen proposal perencanaan usaha (business plan) BUM Desa pada
forum Musdus;
4. Pembahasan dokumen proposal perencanaan usaha (business plan) BUM Desa pada
forum Musdes;
5. Apabila dokumen proposal perencanaan usaha (business plan) BUM Desa
sebagaimana dimaksud pada angka 4 telah disepakati pada forum Musdes, maka
dibuatkan Berita Acara Hasil Musdes perihal Penyertaan Modal BUM Desa, dan
kemudian ditetapkan dalam Perdes tentang Penyertaan Modal BUM Desa;
6. Perdes tentang Penyertaan Modal BUM Desa dengan dilampiri dokumen Proposal
Perencanaan Usaha (Business Plan) BUM Desa sebagaiman dimaksud pada angka 5,
untuk selanjutnya dibahas dalam forum Musrenbangdes untuk ditentukan skala
prioritasnya, apakah masuk ke dalam RKPDes (skala prioritas) dan/atau masuk ke
dalam DU-RKPDes (yang akan diusulkan oleh Pemerintah Desa);
7. Perdes tentang Penyertaan Modal BUM Desa dengan dilampiri dokumen Proposal
Perencanaan Usaha (Business Plan) BUM Desa yang masuk dalam skala prioritas
pada forum Musrenbangdes, dan kemudian masuk ke dalam RKPDes sebagaimana
dimaksud pada angka 6, dijadikan dasar oleh Pemerintah Desa untuk
mencantumkan penyertaan modal BUM Desa pada Perdes tentang APBDes sebagai
kekayaan Desa yang dipisahkan dan dianggarkan dari pengeluaran pembiayaan
dalam APBDesa;
8. Perdes tentang Penyertaan Modal BUM Desa dengan dilampiri dokumen Proposal
Perencanaan Usaha (Business Plan) BUM Desa yang masuk dalam daftar usulan
Pemerintah Desa pada forum Musrenbangdes dan kemudian masuk ke dalam DU-
RKPDes sebagaimana dimaksud pada angka 6, dijadikan dasar usulan oleh
Pemerintah Desa kepada Pemerintah Daerah melalui mekanisme perencanaan
pembangunan Daerah untuk diajukan mendapatkan pembiayaan dari sumber lain
yang sah.

Pasal 7

Tata cara penyertaan modal Desa kepada BUM Desa sebagaimana dimaksud pada Pasal
6, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya menyesuaikan dan mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pengelolaan
keuangan desa dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
kerjasama desa.
10

BAB VI
MEKANISME KEGIATAN ANALISIS KELAYAKAN USAHA
Bagian Kesatu
Mekanisme Kegiatan Analisis Kelayakan Usaha
Pasal 8
Mekanisme kegiatan Analisis Kelayakan Usaha sebagaimana dimaksud pada Pasal 5
ayat (7), dilaksanakan melalui :
1. Aspek Tahapan Analisis Kelayakan Usaha; dan
2. Aspek Kajian Analisis Kelayakan Usaha

Bagian Kedua
Aspek Tahapan Kegiatan Analisis Kelayakan Usaha
Pasal 9

Aspek tahapan kegiatan Analisis Kelayakan Usaha sebagaimana dimaksud pada Pasal 8
angka 1, meliputi :
1. Pembentukan TPKU yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa;
2. Menggali/menemukan potensi desa yang dapat dikembangkan/didayagunakan
melalui pengelolaan usaha/bisnis BUM Desa;
3. Mengenali kebutuhan sebagian besar warga desa maupun masyarakat luas
(masyarakat luar desa);
4. Menggagas bersama warga desa untuk menentukan pilihan-pilihan jenis usaha yang
memungkinkan untuk dilakukan;
5. Menggalang kesepakatan warga untuk menentukan unit usaha ekonomi desa yang
akan diwadahi BUM Desa.

Pasal 10

Penjelasan lebih lanjut mengenai aspek tahapan kegiatan analisis kelayakan usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, tercantum dalam Lampiran 1 Peraturan ini dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan.

Bagian Ketiga
Aspek Kajian Analisis Kelayakan Usaha
Pasal 11

Aspek Analisis Kelayakan Usaha sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 angka 2, terdiri
dari :
1. Aspek Pasar dan Pemasaran;
2. Aspek Teknis dan Teknologi;
3. Aspek Manajemen dan SDM;
4. Aspek Keuangan;
5. Aspek Ekonomi, Sosial Budaya, Politik dan Lingkungan;
6. Aspek Hukum (Yuridis).

Pasal 12

Penjelasan lebih lanjut mengenai aspek kajian analisis kelayakan usaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11, tercantum dalam Lampiran 1 Peraturan ini dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan.
11

Pasal 13

Instrumen Bantu Penilaian Analisis Kelayakan Usaha sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 11, tercantum dalam Lampiran 2 Peraturan ini dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan.

BAB VII
TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN USAHA (BUSINESS PLAN)
Pasal 14

(1) Kegiatan Analisis Kelayakan Usaha yang telah melalui aspek tahapan dan aspek
kajian sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 dan Pasal 11, dituangkan dalam
dokumen Proposal Perencanaan Usaha (Business Plan).
(2) Dokumen Proposal Perencanaan Usaha (Business Plan) BUM Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), merupakan salah satu syarat wajib pencairan Dana Desa
selain syarat lainnya sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang pengelolaan keuangan desa.
(3) Dokumen Proposal Perencanaan Usaha (Business Plan) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), memuat 3 (tiga) konsep bagian utama dari sebuah rencana usaha, yaitu :
1. Konsep Bisnis, yang menjelaskan secara rinci kegiatan usaha yang digeluti,
struktur usaha, produk dan jasa yang ditawarkan, dan bagaimana rencana untuk
mensukseskan bisnis.
2. Konsep Pasar, yang membahas dan menganalisis calon konsumen: siapa dan
dimana mereka berada, apa yang menyebabkan mereka mau membeli, dan lain-
lain. Dalam bagian ini, perlu juga dijelaskan persaingan yang akan dihadapi dan
bagaimana memenangkannya.
3. Konsep Finansial, yang mencakup estimasi atau perkiraan pendapatan dan arus
kas, neraca serta alat analisis keuangan lainnya, misalnya analisis break even
point. Untuk ini mungkin akan memerlukan bantuan seorang akuntan dan
program software spreadsheet yang bagus.
(4) Dokumen Proposal Perencanaan Usaha (Business Plan) yang memuat 3 (tiga) konsep
bagian utama dari sebuah rencana usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
disusun dengan sistematika perencanaan usaha sebagai berikut :
1. Halaman Judul :
Berisi nama BUM Desa, alamat dan nomor telepon serta pengelolanya.
2. Daftar Isi :
Berisi nomor halaman dari bagian-bagian penting perencanaan usaha.
3. Ringkasan Eksekutif :
Berisi penjelasan singkat dari rencana usaha yang akan dijalankan dan dasar
yang mendukung usaha tersebut.
4. Pernyataan Visi dan Misi :
Visi menggambarkan secara singkat filosofi/nilai dan cita-cita yang ingin diraih
dari usaha yang akan dijalankan. Misi menggambarkan jalan/strategi yang
dikehendaki agar visinya dapat terlaksana.
5. Gambaran BUM Desa :
Menjelaskan bentuk usaha (BUMDes), organisasi, tujuan BUMDes, nama
BUMDes, lokasi usaha, produk yang dihasilkan (barang atau jasa), dasar hukum
pembentukan BUM Desa (Perdes Nomor … Tahun…..), dasar hukum pengurus
12

BUM Desa (Keputusan Kepala Desa No….. Tahun……), AD/ART Nomor….


Tahun….., dan badan hukum unit usaha (Akta Notaris ………. / kalau ada).

6. Perencanaan Produk (Barang dan Jasa) :


Menjelaskan tentang keunggulan produk (barang atau jasa) yang dihasilkan, pasar
yang dibidik, dan alasan mengapa konsumen menginginkan produk tersebut atau
terdapat permintaan di pasar.
7. Perencanaan Pemasaran :
Menggambarkan siapa yang menjadi konsumen dari produk-produk yang
dihasilkan dan kondisi persaingan yang dihadapi, strategi yang akan dilakukan
(strategi harga, produk, distribusi, promosi).
8. Perencanaan Manajemen :
Menjelaskan kompetensi (penguasaan kemampuan) yang dimiliki pengelola BUM
Desa dan sistem manajemen yang dijalankan.
9. Perencanaan Pengoperasian :
Menjelaskan sistem produksi dan operasi yang digunakan, fasilitas yang dimiliki,
ketersediaan bahan baku atau keterjaminan pemenuhan bahan baku.
10. Perencanaan Keuangan :
Menggambarkan kebutuhan keuangan dan sumber keuangan yang mungkin
dapat digali, memproyeksikan pendapatan, biaya dan laba (analisis waktu kembali
modal, titik impas dan arus kas).
11. Lampiran Dokumen Pendukung :
Berisi bio data pengelola BUMDes (Penasehat, Ketua, Sekretaris, Bendahara,
Kepala Unit Usaha, Pengawas BUM Desa), copy Perdes tentang Pembentukan
BUM Desa, copy Keputusan Kepala Desa tentang Pengurus BUM Desa, copy
AD/ART BUM Desa, copy Keputusan Ketua BUM Desa tentang Pembentukan Unit
Usaha BUM Desa dan Penetapan Pengurus Unit Usaha BUM Desa, copy Akte
Notaris tentang pendirian Unit Usaha BUM Desa (kalau ada).

Pasal 15

Penjelasan lebih lanjut mengenai sistematika perencanaan usaha sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 14 ayat (4), tercantum dalam Lampiran 3 Peraturan ini dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan.

Pasal 16

Contoh dokumen Proposal Perencanaan Usaha (Business Plan) sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 14 ayat (4), tercantum dalam Lampiran 4 Peraturan ini dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan.

BAB VIII
MANFAAT KEGIATAN ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUM DESA
Pasal 17

Manfaat Kegiatan Analisis Kelayakan Usaha BUM Desa :


1. Terpilihnya jenis usaha yang dapat menghasilkan kemanfaatan paling besar atau
paling layak untuk dilaksanakan;
2. Dapat memperkecil risiko kegagalan usaha atau mencegah kerugian;
3. Tersedianya data dan informasi tentang kelayakan usaha akan memudahkan dalam
menyusun perencanaan usaha (business plan);
4. Meningkatnya kemampuan atau keterampilan warga desa dalam mengelola usaha
ekonomi secara rasional dan modern;
13

5. Tersedianya informasi tentang prospek usaha yang dapat menarik warga desa dan
pihak lain untuk mendukung pengembangan usaha.

BAB IX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 18

(1) Dinas melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan mekanisme


penyertaan modal Desa kepada BUM Desa.
(2) Camat melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan mekanisme
penyertaan modal Desa kepada BUM Desa di wilayahnya.

BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 19

Pada saat Peraturan Bupati ini mulai diundangkan, mekanisme penyertaan modal desa
kepada BUM Desa yang saat ini berlaku, tetap dapat dilaksanakan sampai berakhirnya
tahun anggaran berkenaan.

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 20

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini
dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Sukabumi.

Ditetapkan di Palabuhanratu
pada tanggal

BUPATI SUKABUMI,

MARWAN HAMAMI

Diundangkan di Palabuhanratu
pada tanggal

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SUKABUMI,

IYOS SOMANTRI
14

BERITA DAERAH KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2019 NOMOR ………..

Anda mungkin juga menyukai