Anda di halaman 1dari 10

SETELAH MERDEKA BELAJAR

Tono Viono, S.Pd., Gr.


MTsN 6 Aceh Timur; Idi Tunong, Aceh Timur, 082199109157
Email: tonoviono@gmail.com

1. MENUJU PENDIDIKAN 4.0


Agaknya kita semua boleh bersepakat bahwa Nadiem Makarim
adalah salah satu menteri yang cukup berhasil dalam seratus hari masa
kerjanya. Setidaknya dalam dua hal. Pertama membuat nama paket
kebijakan yang begitu ear-catchy. Sehingga terkesan memiliki daya
branding yang kuat. Kedua, pada situasi pandemi ini Mas Menteri
mampu mengubahnya menjadi peluang. Alih-alih membuat blunder dan
kemudian dilengserkan.
Dalam seratus hari masa kerjanya 1, Nadiem mampu membuktikan
bahwa dirinya datang bukan tanpa ide apapun soal pendidikan. Meski
Nadiem datang dari basis yang jauh sekali dari konteks dan pribadinya
kadung lekat dengan pengusaha unicorn berkasta di negeri ini, tetapi
kebijakan tentang pendidikan yang diusungnya tidak main-main. Ia
membuktikan pada publik bahwa dirinya sebagai perwakilan generasi
milenial mampu mengubah paradigma pendidikan saat ini yang terlanjur
jumud.
Hal ini berawal dari Merdeka Belajar, paket kebijakan yang berjilid-
jilid itu. Dari namanya saja sudah terdengar heroik. Sesuatu yang
diminati dan sepertinya dibutuhkan anak muda saat ini. Begitu juga jika
ditilik dari esensinya, paket kebijakan yang sampai sekarang sudah jilid
6, dengan berani mencoba untuk membalikkan paradigma pendidikan ke
arah yang lebih baru.
Jika kita runut dari awal, paket Merdeka Belajar jilid 1 menampilkan
empat komponen perubahan yang radikal. Seakan mencerabut dari
akarnya, stigma-stigma pendidikan lawas yang tercermin dari instrumen
semacam UN dan RPP dihapus atau diganti dengan instrumen yang
lebih fleksibel. Ujian Nasional yang dilematis itu, akhirnya dihapuskan
untuk kemudian diganti dengan Asesmen Kompetensi Minimum dan
Survey Karakter. Begitu juga tes akhir USBN diserahkan kembali ke
sekolah sesuai dengan kemampuannya melaksanakan dalam beragam
pilihan. Selanjutnya pemberlakuan RPP satu lembar yang memberi
kewenangan penuh kepada guru untuk merancang pembelajarannya
secara tepat guna. Terakhir pemberlakuan skema PPDB zonasi di mana
kuota siswa berprestasi diperbesar dan setiap daerah diberi kewenangan
mengaturnya.
Dari sini seharusnya kebijakan itu berimplikasi baik pada sistem
pendidikan sebelumnya yang berorientasi pada hasil. Dengan
dihapusnya Ujian Nasional, hilang juga kecemasan siswa yang takut
usaha belajarnya gagal oleh tiga-empat hari ujian. Untuk menguatkan
bahwa evaluasi belajar jenis ini berorientasi proses, Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM) tidak menjadi syarat apapun dan
ditempatkan di tingkat tengah. AKM juga menyesuaikan dengan tren
evaluasi global yang menggunakan standar tes PISA di mana kita berada
di peringkat 6 terakhir itu. AKM semata hanya menilai hal semacam
ideological state apparatus3 semacam literasi, numerasi dan karakter.
Tidak lagi berkutat pada salah satu bidang saja yang menjadi pangkal
kompetisi antar mata pelajaran lagi.
Ternyata ideological state apparatus4 yang menjadi semacam kunci
dalam transfer ilmu pengetahuan. Hal ini merangkum kemampuan-
kemampuan manusia yang tidak merujuk pada satu bidang tertentu,
namun dapat dipakai secara global. Kemampuan ini menjadi semacam
piranti dasar dalam kehidupan manusia. ISA merujuk pada keterampilan
abad 21 yang kita kenal dengan 4C (Collaboration, Communication,
Critical Thinking, dan Creative) yang sejalan dengan kebutuhan di dunia
industry 4.0.
Dulunya ISA ini digunakan sebagai alat kontrol pemerintah melalui
apa yang kita sebut dengan kurikulum. Sebelumnya berkali kita telah
berganti kurikulum, dan ISA yang dicobakan pun beragam. Sebagai
contoh, pada KTSP ditekankan aspek otonomi dalam setiap pelaksanaan
pembelajaran. Namun, sayangnya aspek kemandirian yang sedemikian
rupa diterapkan dalam setiap satuan pendidikan menjadi gagal gara-gara
mentah di lapangan. Hal ini karena pada saat itu, paradigma pendidikan
masih berorientasi pada hasil dengan masih diberlakukan skema
penilaian kuantitatif berbasis angka. Guru sebagai penerap kebijakan
masih menilai bahwa angka menjadi ketentuan lulus atau tidaknya
seorang siswa. Sayangnya hal ini kemudian mengakar pada pola pikir
orang tua siswa yang menganggap kecerdasan anaknya bersumber dari
nilainya yang tinggi.
Kemudian terjadi reaksi berantai, orang tua siswa berpikir bahwa
nilai pelajaran eksakta lebih berharga ketimbang nilai pelajaran lain. Hal
ini mengundang kompetisi antar mata pelajaran, baik di lingkungan guru
atau siswa itu sendiri. Pelajaran yang di Ujian Nasional-kan dianggap
lebih berperan penting daripada guru mata pelajaran lain di sekolah.
SIswa berbondong-bondong mengejar nilai pelajaran sains, lalu
mengesampingkan hobinya pada puisi, musik atau olahraga. Inilah yang
kemudian memperkeruh wajah pendidikan saat itu yang masih dianggap
sama dengan pola pendidikan kolonial.
Pemberlakuan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) satu
lembar juga setidaknya telah mengurangi jam kerja guru yang terbuang
karena mengerjakan administrasi yang bermacam itu. RPP satu lembar
sejatinya memberikan kewenangan bagi guru agar dapat lebih fokus
dalam memberikan pembelajaran ketimbang mengurusi administrasi
yang tak pernah selesai. Dengan itu, guru dapat merancang
pembelajaran secara lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan
siswanya.
Kewenangan ini membuat guru lebih leluasa dalam merancang
pembelajaran yang bermakna sesuai dengan karakteristik siswa. Ini jelas
lebih memanusiakan manusia karena berdasar pada pandangan bahwa
setiap individu siswa adalah pribadi yang unik 5. Siswa memiliki minat dan
potensi dalam bidang yang beragam. Pada hakikatnya pembelajaran
harus dapat mengakomodir itu agar tercipta pembelajaran yang
bermakna6.
Selain itu, sekolah diberi kedaulatan untuk melaksanakan tes akhir
dengan format apapun yang dirasa tepat bagi kondisi siswa. Tes dapat
dirancang tidak hanya dalam bentuk pilihan ganda seperti biasanya,
tetapi dapat memilih opsi evaluasi yang lebih fleksibel, semacam
portofolio, unjuk kerja, proyek kelompok, karya tulis atau bentuk lainnya.
Tentunya ini berdampak pada hasil evaluasi siswa yang luas dan
beragam.
Skema PPDB dengan zonasi juga dapat secara bertahap
menghapus kasta sekolah-sekolah unggul. Selama ini, paradigma kita
menaruh atensi besar terhadap sekolah kota yang unggul, sekolah
lainnya hanya sebagai sekolah satelit dan hanya dianggap kelas dua. Ini
juga berbuntut pada kompetisi sekolah yang kadang berujung dengan
tidak sehat. Sekolah berlomba-lomba menaikkan angka akreditasinya
demi meraih atensi besar dari masyarakat. Entah dengan cara apapun,
yang penting akreditasi A. Budaya kompetisi ini jelas tidak mendukung
pemerataan kualitas. Budaya kolaborasi antar sekolah dan masyarakat
tidak tercapai dengan maksimal.
Dari keempat kebijakan pada jilid 1 Merdeka Belajar ini sudah dapat
memberi angin segar bagi paradigma pendidikan kita saat ini. Paradigma
yang bergeser dari orientasi hasil ke orientasi proses, menghargai
keunikan pribadi ketimbang keseragaman, dan budaya kolaboratif
daripada kompetitif. Sistem pendidikan yang melonggarkan banyak
aturan ketat untuk kemudian memberikan kesempatan dan peluang
sepenuhnya kepada praktisi pendidikan agar dapat bereksplorasi sesuai
dengan kondisi yang terjadi. Suatu kemerdekaan yang dapat mengubah
nuansa pendidikan menjadi demokratis dan setara 7. Kebijakan yang
menggantikan tatanan sistem pendidikan lama yang jumud menjadi lebih
relevan dengan zaman.

2. PANDEMI SEBAGAI KATALISATOR


Tepat setelah kebijakan Merdeka Belajar ini dikeluarkan, pandemI
kemudian menyerang negeri. Sudah tentu pandemi merangsek beragam
sektor, termasuk pendidikan. Sampai saat ini sudah setahun lebih siswa
dan guru melaksanakan kegiatan pembelajaran daring. Hal ini direspon
dengan program Belajar Dari Rumah (BDR) guna meminimalisir efek
pandemi pada kegiatan belajar siswa.
Belajar Dari Rumah ini juga memberi kontribusi pada perubahan
pola pembelajaran dari tatap muka menjadi daring atau virtual.
Pembelajaran daring ini memanfaatkan perangkat IT dan internet
sebagai prasyaratnya. Guru dan siswa berbondong-bondong
menggunakan berbagai platform demi berlangsungnya pembelajaran
jarak jauh ini. Media sosial yang awalnya dipakai untuk berbagi
kesenangan belaka menjadi tempat membagikan tugas dan materi
kepada siswa. Tampaknya kali ini media sosial menemukan
keberfungsiannya menjadi lebih bernilai.
. Sudah barang tentu perubahan pada pembelajaran daring ini akan
mendobrak tatanan pembelajaran tatap muka biasa.
…………..
Paradigma pendidikan ini sejalan dengan konsep pendidikan 4.0 di
mana menurut Fisk (dalam Lase, 2019) memaparkan Sembilan
kecenderungan pendikan 4.0, yaitu 1) belajar pada waktu dan ruang
yang berbeda, 2) pembelajaran individual, 3) siswa memiliki pilihan
dalam menentukan bagaimana mereka belajar 4) pembelajaran berbasis
proyek; 5) pengalaman lapangan; 6) interpretasi data 7) penilaian
beragam; 8) keterlibatan siswa dalam menentukan materi pembelajaran
atau kurikulum; 9) pendampingan atau pemberian bimbingan pada siswa

Naskah diawali dengan Judul Bab dengan huruf Liberation Sans 14,
huruf besar semua dan dicetak bold. Penulis ditulis dengan jenis font
yang sama, ukuran 12 dan bold. Asal institusi atau afiliasi ditulis dengan
huruf yang sama, tetapi dengan ukuran 10.
Naskah Bab tidak memilik abstrak. Diawali langsung dengan
Heading Sub Bab Level 1 diberi nomor satu dan terus berurut. Nama Sub
Bab tidak boleh menggunakan kata Pendahuluan, Studi Literatur,
Methodologi, Pembahasan atau Kesimpulan sepertinya di artikel jurnal
atau thesis/disertasi. Nama atau judul sub bab diambil dari frasa sebagai
representasi dari kontens atau isi sub bab.
Paragraph menggunakan alignment justified, dengan first line
indentation 0.8 cm. Spasimya 1,2 multiple

1.1. SUB BAB LEVEL 2


Sub Bab dapat dibuat sampai level 3.
Tabel harus diberi nomor dan judul tabel, ditulis menggunakan huruf
besar di setiap awal kata dengan satu spasi, untuk nomor tabel hurufnya
adalah bold. Dibawah tabel ditulis sumber aslinya

Tabel 1. Contoh Format Tabel

No. Tujuan Instruksional Pokok Sub Pokok Est.


Khusus Bahasan Bahasan Waktu

1 Mahasiswa memahami Pengantar Penjelasan GBPP 3 x 50


latar belakang, dan arsitektur dan penjelasan menit
pentingnya penerapan metode perkuliahan
sains arsitektur pada
rancang bangun

2 Mahasiswa dapat Pemanasan, Arsitektur 3 x 50


memahami bagaimana pendinginan, vernakular dan menit
pengaruh pemanasan, dan regional
pendinginan dan pencahayaan Bangunan dinamis
pencahayaan pada sebagai dan statis
desain arsitektur pemberi bentuk Energi dan
dalam arsitektur arsitektur
Sumber: Dinas Kesehatan:
Penempatan tabel sebaiknya langsung berada di dekat teksyang
perlu dijelaskan. Tabel sebaiknya tampil utuh satu halaman.
Gambar harus ditulis sumbernya,kalau dari internet harus ditulis
sumber URL nya, tidak boleh hanya menyebutkan Google. Kalau karya
penulis sendiri harus ditulis Sumber: Dokumen Penulis.
Dibawah gambar ditulis nomor dan keterangan gambar, dengan
ukuran model seperti pada tabel diatas.

Gambar 1 Contoh Format Gambar

2. Sitasi dan Cara Penulisan

Struktur kutipan dalam sistem penulisan referensi menggunakan


sistem Harvard.
a. Nomor halaman dihilangkan bila seluruh tulisan dikutip. Nama
penulis dihilangkan bila sudah ada dalam teks. Sehingga akan
ditulis: "Jones (2001) merevolusi bidang bedah trauma."
b. Dua atau tiga penulis dikutip dengan menggunakan kata "dan" atau
tanda "&": (Deane, Smith, dan Jones, 1991) atau (Deane, Smith &
Jones, 1991). Enam atau lebih penulis dikutip menggunakan et
al. (Deane et al. 1992).
c. Tahun yang tidak diketahui dikutip sebagai no date (Deane n.d.).
Rujukan pada cetak ulang dikutip dengan tahun publikasi asli di
dalam kurung siku(Marx [1867] 1967, p. 90).
d. Bila seorang penulis menerbitkan dua buku pada tahun 2005, tahun
dari buku pertama (dalam urutan abjad dari rujukan) dikutip sebagai
2005a, dan yang kedua sebagai 2005b.
e. Kutipan ditempatkan di tempat yang cocok, di tengah atau di akhir
kalimat. Bila di akhir kalimat, ditempatkan sebelum titik, tapi untuk
seluruh blok kutipan ditempatkan segera setelah titik di akhir blok
karena catatan kutipan itu bukan bagian dari kutipan itu sendiri.
f. Kutipan lengkap disediakan dalam urutan berdasar abjad di bagian
setelah teks, biasanya ditandai sebagai "Referensi", "Daftar
rujukan", atau "Daftar acuan." Perbedaannya dengan daftar pustaka
atau bibliografi adalah bahwa daftar pustaka dan bibliografi bisa
menyertakan tulisan yang tidak dikutip secara langsung dalam teks.
g. Seluruh kutipan menggunakan font yang sama dengan teks utama.
h. Bila mengutip sumber dari internet, juga perlu menyediakan nama
dan tempat dari sponsor sumber, tanggal mengakses, keseluruhan
URL atau hanya rincian situs utama, sebagai tambahan informasi
tentang penulis/editor, tahun terbit, dan judul dokumen. Sumber
kutipan juga lebih disukai bila ditandai dengan kurung siku sebagai
[internet] atau [online] untuk menekankan bahwa ini adalah versi
tidak tercetak.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Konsepsi Masyarakat Aceh tentang Tata Ruang, dalam artikel


PKA 3, Banda Aceh, 1988, 275

BMKG. (2008), Weather data of Banda Aceh, Badan Meteorologi,


Klimatologi dan Geofisika, Blang Bintang, Indonesia
Humphreys, M. A (1992) Thermal Comfort Requiremnents, Climate and
Energy. In the Second World Renewable Energy Congres, Brighton
England: World Renewable Energy Congres/ network

ISO 7730 Ergonomics of the Thermal Environment

Karyono, T.H (2015), Predicting Comfort Temperature in Indonesia, an


Initial Step to Reduce Cooling Energy Consumption, Buildings 2015,
5, 802-813; doi:10.3390/buildings5030802

GLOSARIUM

Bioclimatic : sektor arsitektur yang didominasi oleh prinsip-prinsip


ekologi dan keberlanjutan

Sunpath : merupakan sebuah perangkat yang membantu kita


dalam menentukan diagram jalur edar kedatangan
sinar matahari.

Wind Tower : pembangkit tenaga listrik yang memanfaatkan energi


angin

Arsitektur high- : ciri yang sangat dominant dimana struktur dan


tech mechanical berperan sebagai elemen eksterior dalam
ornament. Menampilkan kejujuran jaringan service,
utilitas untuk dibiarkan terlihat dan didesain untuk
berinteraksi dengan struktur.

natural forces : Sebuah proses atau pergerakan yang ditimbulken oleh


alam

Stack Effect : gaya gerak udara keatas akibat perbedaan suhu

Solar Chimmey : Sebuah cara untuk meningkatkan ventilasi alami pada


bangunan dengan memanaskan udara dengan energi
matahari secara pasif

RIWAYAT HIDUP

Nama Penulis
Magnienestium quodi te vellit, cuptasimpor
Foto Penulis
adi volentiae niminus porum et labo. Nem. Mendio
viduntur mod quam ulparum fugitent volor a quid ut et
aci ut volorporum quatur, sitios et ligni omnihic
aecatia es quo voluptatur aut estrundae porposant
asim volorpo rporem as aut pa si doluptaspera qui deribeaqui dolo cus.
Um qui quae. Ga. Itatet dolorit, sum faccusa piciis sin exero illoria
nihillu mquaspe rchicipsa aut optibus. Millenia volorpo rehenesequo cores
suntia comniet minctatem ut omnis modiae nos dicim entiusapist ut asped ma
dolorest, num audit aut quidipici cum quos se optate et qui blab illo ma il
modita culparcia doluptam, sim rem consequas dolorate sam necat excest,
non con escia coreper eribus sit esequat.
Hil ma doleste reperibus.
Oloriam, am aut liquiam eum estemqu atatur sendio. Nam
nisitatinum eos doluptatiis mollatu saerum int.

Anda mungkin juga menyukai