TELAAH KURIKULUM
DISUSUN
O
L
E
H
STAMBUK 2020/2021
DAFTAR ISI
Daftar Isi............................................................................................................... 1
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 4
1.3 Tujuan .................................................................................................. 5
1.4 Identitas Buku Yang Direview .............................................................. 6
BAB II. PEMBAHASAN .................................................................................... 7
2.1Pengertian Kurikulum ............................................................................ 8
2.2 Asas Pengembangan Kurikulum ........................................................... 9
2.3 Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum ............................................ 10
2.4 Perkembangan Kurikulum di Indonesia ................................................. 11
2.5 Pentingnya Kurikulum dalam Pendidikan ............................................. 12
2.6 Fungsi Kurikulum bagi pendidikan ....................................................... 13
BAB III. RINGKASAN ISI BUKU...................................................................... 14
3.1Ringkasan Buku Utama ......................................................................... 15
3.2 Ringkasan Buku Pembanding ............................................................... 16
3.3Kelebihan dan Kelemahan Buku ............................................................ 17
BAB IV. KESIMPULAN ..................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Memahami arti kurikulum,
2. Mengetahui asas pengembangan kurikulum,
3. Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum,
4. Mengetahui perkembangan kurikurikulum di Indonesia,
5. Memahami betapa pentingnya kurikulum dalam dunia pendidikan,
6. Mengetahui fungsi kurikulum.
1.3 Identitas Buku Yang Direview
2.1Pengertian Kurikulum
Dalam banyak literature kurikulum diartikan sebagai suatu dokumen atau rencana
tertulis mengenai kualitas pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik melalui
suatu pengalaman belajar. Pengertian ini mengandung arti bahwa kurikulum harus
tertuang dalam satu atau beberapa dokumen atau rencana tertulis. Dokumen atau
rencana tertulis itu berisikan pernyataan mengenai kualitas yang harus dimiliki seorang
peserta didik yang mengikuti kurikulum tersebut. Pengertian kualitas pendidikan disini
mengandung makna bahwa kurikulum sebagai dokumen merencanakan kualitas hasil
belajar yang harus dimiliki peserta didik, kualitas bahan / konten pendidikan yang harus
dipelajari peserta didik, kualitas proses pendidikan yang harus dialami oleh peserta
didik. Kurikulum dalam bentuk fisik ini sering kali menjadi fokus utama dalam setiap
proses pengembangan kurikulum karena ia menggambarkan idea tau pemikiran para
pangambil keputusan yang digunakan sebagai dasar bagi pengembangan kurikulum
sebagai suatu pengalaman.Aspek yang tidak terungkap secara jelas tetapi tersirat dalam
defenisi kurikulum sebagai dokumen adalah bahwa rencana yang dimaksudkan
dikembangkan berdasarkan suatu pemikiran tertentu tentang kualitas pendidikan yang
diharapkan. Perbedaan pemikiran atau ide akan menybabkan terjadinya perbedaan
dalam kurikulum yang dihasilkan, baik sebagai dokumen maupun sebagai pengalaman
belajar. Oleh karena itu, Oliva (1997:12) mengatakan “Curriculum itself is a construct
or concept, a verbalization of an extremely complex idea or set of ideas”.Selai
kurikulum diartikan sebagai dokumen, para ahli kurikulum mengemukakan berbagai
defenisi kurikulum yang tentunya dianggap sesuai dengan konstruk kurikulum yang ada
pada dirinya. Perbedaan pendapat para ahli didasarkan pada isu berikut ini : Filosofi
kurikulum, Ruang lingkup komponen kurikulum, Polarisasi kurikulum kegiatan belajar,
Posisi evaluasi dalam pengembangan kurikulum.
Guru, sebagai pengembang kurikulum dalam skala mikro, perluh memahami kurikulum
dan asas-asas yang mendasarinya. Nasution (2008:11-14) menjelaskan bahwa ada
empat asas yang mendasari pengembangan kurikulum. Keempat asas tersebut adalah:
a) Asas Filosofis
Sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang “baik”. Faktor “baik”
tidak hanya ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita, atau filsafat yang dianut sebuah negara,
tetapi juga oleh guru, orang tua, masyarakat, bahkan dunia.
Kurikulum mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat suatu bangsa, terutama
dalam menentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus dicapai
melalui pendidikan formal. Kurikulum yang dikembangkan harus mampu menjamin
terwujudnya tujuan pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Jadi, asas filosofis
berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat negara.
Perbedaan filsafat suatu negara menimbulkan implikasi yang berbeda di dalam
merumuskan tujuan pendidikan, menentukan bahan pelajaran dan tata cara
mengajarkan, serta menentukan cara-cara evaluasi yang ditempuh. Apabila pemerintah
bertukar, tujuan pendidikan akan berubah sama sekali. Di Indonesia, penyusunan,
pengembangan, dan pelaksanaan kurikulum harus memperhatikan Pancasila, Undang-
Undang Dasar 1945, dan Garis-Garis Besar Haluan Negara sebagai landasan filosofis
negara.Mengapa filsafat sangat diperlukan dalam dunia pendidikan? Menurut Nasution
(2008: 28), filsafat besar manfaatnya bagi kurikulum, yakni: filsafat pendidikan
menentukan arah ke mana anak-anak harus dibimbing.
Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan oleh masyarakat untuk mendidik anak
menjadi manusia dan warga negara yang dicita-citakan oleh masyarakat itu. Jadi,
filsafat menentukan tujuan pendidikan. dengan adanya tujuan pendidikan ada gambaran
yang jelas tentang hasil pendidikan yang harus dicapai, manusia yang bagaimana yang
harus dibentuk. filsafat juga menentukan cara dan proses yang harus dijalankan untuk
mencapai tujuan itu. filsafat memberikan kebulatan kepada usaha pendidikan, sehingga
tidak lepas-lepas. Dengan demikian terdapat kontinuitas dalam perkembangan anak.
tujuan pendidikan memberikan petunjuk apa yang harus dinilai dan hingga mana tujuan
itu telah tercapai. Tujuan pendidikan memberi motivasi dalam proses belajar-mengajar,
bila jelas diketahui apa yang ingin dicapai.
1. Psikologi Anak
Sekolah didirikan untuk anak, untuk kepentingan anak, yakni menciptakan situasi-situasi
yang memungkinkan anak dapat belajar mengembangkan bakatnya. Selama berabad-
abad, anak tidak dipandang sebagai manusia yang lain daripada orang dewasa. Hal ini
tampak dari kurikulum yang mengutamakan bahan, sedangkan anak “dipaksa”
menyesuaikan diri dengan bahan tersebut dengan segala kesulitannya. Padahal anak
mempunyai kebutuhan sendiri sesuai dengan perkembangannya. Pada permulaan abad ke
-20, anak kian mendapat perhatian menjadi salah satu asas dalam pengembangan
kurikulum. Kemudian muncullah aliran progresif, yakni kurikulum yang semata-mata
didasarkan atas minat dan perkembangan anak (child centered curiculum). Kurikulum ini
dapat diapandang sebagai reaksi terhadap kurikulum yang diperlukan orang dewasa tanpa
menghiraukan kebutuhan anak. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan kurikulum adalah: Anak bukan miniatur orang dewasa. Fungsi sekolah di
antaranya mengembangkan pribadi anak seutuhnya. Faktor anak harus benar-benar
diperhatikan dalam pengembangan kurikulum. Anak harus menjadi pusat
pendidikan/sebagai subjek belajar dan bukan objek belajar. Tiap anak unik, mempunyai
ciri-ciri tersendiri, lain dari yang lain.
Kurikulum hendaknya mempertimbangkan keunikan anak agar ia sedapat mungkin
berkembang sesuai dengan bakatnya. Walaupun tiap anak berbeda dari yang lain, banyak
pula persamaan di antara mereka. Maka sebagian dari kurikulum dapat sama bagi semua.
2. Psikologi Belajar
c) Asas Sosiologis
Anak tidak hidup sendiri terisolasi dari manusia lain. Ia selalu hidup dalam suatu
masyarakat. Di situ, ia harus memenuhi tugas-tugas yang harus dilakukannya dengan
penuh tanggung jawab, baik sebagai anak maupun sebagai orang dewasa kelak. Ia
banyak menerima jasa dari masyarakat dan ia sebaliknya harus menyumbangkan
baktinya bagi kemajuan masyarakat. Tiap masyarakat mempunyai norma-norma, adat
kebiasaan yang harus dikenal dan diwujudkan anak dalam pribadinya, lalu
dinyatakannya dalam kelakuan. Tiap masyarakat berlainan corak nilai-nilai yang
dianutnya. Tiap anak akan berbeda latar belakang kebudayaanya. Perbedaan ini harus
dipertimbangkan dalam kurikulum. Selain itu, perubahan masyarakat akibat
perkembangan iptek merupakan faktor yang benar-benar harus dipertimbangkan dalam
pengembangan kurikulum. Karena masyarakat merupakan faktor penting dalam
pengembangan kurikulum, masyarakat dijadikan salah satu asas.
d) Asas Organisatoris
Asas ini berkenaan dengan masalah bagaimana bahan pelajaran akan disajikan. Apakah
dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, ataukah diusahakan adanya hubungan
antara pelajaran yang diberikan, misalnya dalam bentuk broad field atau bidang studi
seperti IPA, IPS, Bahasa, dan lain-lain. Ataukah diusahakan hubungan secara lebih
mendalam dengan menghapuskan segala batas-batas mata pelajaran (dalam bentuk
kurikulum terpadu). Penganut ilmu jiwa asosiasi akan memilih bentuk organisasi
kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran, sedangkan penganut ilmu jiwa gestalt
akan cenderung memilih kurikulum terpadu.
b. Kurikulum 1975
Kurikulum ini ditetapkan ketika menteri pendidikan dijabat Letjen TNI Dr. Syarif
Thajeb (1973-1978). Ketentuan-ketentuan Kurikulum 1975 adalah: (1) Sifat: integrated
curriculum organization; (2) SD mempunyai satu struktur program terdiri atas 9 bidang
studi; (3) pelajaran Ilmu Alam dan llmu Hayat menjadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA);
(4) pelajaran Ilmu Aljabar dan Ilmu Ukur menjadi Matematika; (5) jumlah mata
pelajaran SMP dan SMA menjadi 11 bidang studi; (6) penjurusan SMA dibagi tiga
IPA, IPS dan Bahasa dimulai pada permulaan semester II kelas 1. Ketika belum semua
sekolah mengimplementasikan Kurikulum 1975, mulai dirasakan kurikulum ini tidak
bisa mengejar kemajuan pesat masyarakat. Maka kurikulum 1975 diganti oleh
Kurikulum 1984.
c. Kurikulum 1984
Kurikulum ini diterapkan ketika menteri pendidikan dijabat oleh Prof. Dr. Nugroho
Notosusanto seorang ahli sejarah Indoesia. Ketentuan-ketentuan dalam Kurikulum 1984
adalah: (1) Sifat: Content Based Curnculum; (2) Program pelajaran mencakup 11
bidang studi; (3) Jumlah mata pelajaran SMP menjadi 12 bidang studi; (4) Jumlah mata
pelajaran SMA 15 bidang studi untuk program inti, 4 bidang studi untuk program
pilihan; (5) Penjuusan SMA dibagi lima: program A1 (Ilmu Fisika), A2 (Ilmu Biologi),
A3 Ilmu Sosial, A4 Ilmu Budaya, dan A5 (Ilmu Agama); (6) Penjurusan dilakukan di
kelas II. Pada Kurikulum 1984 penambahan bidang studi, yakni Pendidikan Sejarah
Perjuangan Bangsa (PSPB). Hal ini bisa dimaklumi karena menteri pendidikan saat itu
dijabat oleh seorang sejarawan. Dalam perjalanannya, Kurikulum 1984 dianggap oleh
banyak kalangan dianggap sarat beban sehingga diganti dengan Kurikulum 1994 yang
lebih sederhana.
d. Kurikulum 1994
Kurikulum ini ditetapkan ketika menteri pendidikan dijabat oleh Prof Dr. Ing
Wardiman Djojonegoro seorang teknokrat yang menimba ilmu di Jerman Barat
bersama BJ. Habibie. Ketentuan-ketentuan yang ada dalam Kurikulum 1994 adalah: (l)
bersifat: Objective Based Curriculum: (2) nama SMP diganti mejadi SLTP (Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama) dan SMA diganti SMU (Sekolah Menengah Umum); (3)
mata pelajaran PSPB dihapus; (4) program pengajaran SD dan SLTP disusun dalam 13
mata pelajaran; (5) Program pengajaran SMU disusun dalam 10 mata pelajaran; (6)
Penjurusan SMA dilakukan di kelas II yang dari program IPA, program IPS, dan
program Bahasa. Ketika reformasi bergulir tahun 1998, Kurikulum 1994 mengalami
penyesuaian-penyesuaian dalam rangka mengakomodasi tuntutan reformasi. Oleh
karena itu, muncul suplemen Kurikulurn 1994 yang lahir tahun 1999. Dalam suplemen
tersebut ada penyesuaian-penyesuaian materi pelajaran, terutama mata pelajaran seperti
PPKN, Sejarah, dan beberapa mata pelajaran yang lainnya. Lagi-lagi kurikulum ini pun
mengalami nasib yang sama dengan kurikulum sebelumnya. Bersamaan dengan
lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang menggantikan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989, pemerinrah melalui
Departemen pendidikan Nasional menggagas kurikulum baru yang diberi nama
Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan, peran kurikulum dalam pendidikan formal
di sekolah sangatlah strategis. Bahkan kurikulum memiliki kedudukan yang sangat
sentral dalam keseluruhan proses pendidikan, serta kurikulum merupakan syarat mutlak
dan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan itu sendiri, karena peran kurikulum
sangat penting maka, menjadi tanggung jawab semua pihak yang terkait dala proses
pendidikan
Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses belajar
mengajar. Bagi kepala sekolah dan pengawas berfungsi sebagai pedoman supervisi atau
pengawasan. Bagi orang tua kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk
memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan. Sedangkan bagi siswa
kurikulum sebagai pedoman pelajaran.
Dalam pengertian kurikulum yang dikemukakan tersebut harus diakui ada kesan bahwa
kurikulum seolah-olah hanya dimiliki oleh lembaga pendidikan modern dan yang telah
memiliki rencana tertulis. Sedangkan lembaga pendidikan yang tidak memiliki rencana
tertulis dianggap tidak memiliki kurikulum. Pengertian tersebut memang pengertian
yang diberlakukan untuk semua unit pendidikan dan secara administratif kurikulum
harus terekam secara tertulis.
Posisi sentral ini menunjukkan bahwa di setiap unit pendidikan kegiatan kependidikan
yang utama adalah proses interaksi akademik antara peserta didik, pendidik, sumber
dan lingkungan. Posisi sentral ini menunjukkan pula bahwa setiap interaksi akademik
adalah jiwa dari pendidikan. Dapat dikatakan bahwa kegiatan pendidikan atau
pengajaran pun tidak dapat dilakukan tanpa interaksi dan kurikulum adalah desain dari
interaksi tersebut.
Dalam posisi ini maka kurikulum merupakan bentuk akuntabilitas lembaga pendidikan
terhadap masyarakat. Setiap lembaga pendidikan, apakah lembaga pendidikan yang
terbuka untuk setiap orang ataukah lembaga pendidikan khusus haruslah dapat
mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya terhadap masyarakat. Lembaga
pendidikan tersebut harus dapat memberikan “academic accountability” dan “legal
accountability” berupa kurikulum. Oleh karena itu jika ada yang ingin mengkaji dan
mengetahui kegiatan akademik apa dan apa yang ingin dihasilkan oleh suatu lembaga
pendidikan maka ia harus melihat dan mengkaji kurikulum. Jika seseorang ingin
mengetahui apakah yang dihasilkan ataukah pengalaman belajar yang terjadi di
lembaga pendidikan tersebut tidak bertentangan dengan hukum maka ia harus
mempelajari dan mengkaji kurikulum lembaga pendidikan tersebut.
Dalam pengertian “intrinsic” kependidikan maka kurikulum adalah jantung
pendidikan. Artinya, semua gerak kehidupan kependidikan yang dilakukan sekolah
didasarkan pada apa yang direncanakan kurikulum. Kehidupan di sekolah adalah
kehidupan yang dirancang berdasarkan apa yang diinginkan kurikulum. Oleh karena itu
kurikulum adalah dasar dan sekaligus pengontrol terhadap aktivitas pendidikan. Tanpa
kurikulum yang jelas apalagi jika tidak ada kurikulum sama sekali maka kehidupan
pendidikan di suatu lembaga menjadi tanpa arah dan tidak efektif dalam
mengembangkan potensi peserta didik menjadi kualitas pribadi yang maksimal.
Secara formal, tuntutan masyarakat terhadap pendidikan diterjemahkan dalam tujuan
pendidikan nasional, tujuan pendidikan jenjang pendidikan dan tujuan pendidikan
lembaga pendidikan. Tujuan pendidikan nasional adalah tujuan besar pendidikan
bangsa Indonesia yang diharapkan tercapai melalui pendidikan dasar. Apabila
pendidikan dasar Indonesia adalah 9 tahun maka tujuan pendidikan nasional harus
tercapai dalam masa pendidikan 9 tahun yang dialami seluruh bangsa Indonesia. Tujuan
di atas pendidikan dasar tidak mungkin tercapai oleh setiap warganegara karena
pendidikan tersebut, pendidikan menengah dan tinggi, tidak diikuti oleh setiap warga
bangsa. Oleh karena itu kualitas yang dihasilkannya bukanlah kualitas yang harus
dimiliki seluruh warga bangsa tetapi kualitas yang dimiliki hanya oleh sebagian dari
warga bangsa.
Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36
ayat (3) menyatakan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis
pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
memperhatikan:
a. peningkatan iman dan takwa;
b. peningkatan akhlak mulia;
c. peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
d. keragaman potensi daerah dan lingkungan;
e. tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
f. tuntutan dunia kerja;
g. perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
h. agama;
i. dinamika perkembangan global; dan
j. persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
Pasal ini jelas menunjukkan berbagai aspek pengembangan kepribadian peserta didik
yang menyeluruh dan pengembangan pembangunan masyarakat dan bangsa, ilmu,
kehidupan agama, ekonomi, budaya, seni, teknologi dan tantangan kehidupan global.
Artinya, kurikulum haruslah memperhatikan permasalahan ini dengan serius dan
menjawab permasalahan ini dengan menyesuaikan diri pada kualitas manusia yang
diharapkan dihasilkan pada setiap jenjang pendidikan (pasal 36 ayat 2).
f. Fungsi penyesuaian.
Anak didik hidup dalam suatu lingkungan, sehingga anak didik dituntut untuk
mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan tersebut. Lingkungan senantiasa
berubah, tidak statis, bersifat dinamis, karena itu anak didik diharapkan mampu
menyesuaikan diri dengan kondisi seperti itu. Muhammad Fadlil Al-Jamali
mengungkapkan bahwa pendidikan yang dapat disarikan dari Al-Qur’an berorientasi:
1. Mengenalkan individu akan perannya di antara sesama makhluk dengan
tanggung jawabnya I dalam hidup ini.
2. Mengenalkan individu akan individu sosial dan tanggung jawabnya
dalam tata hidup bermasyarakat.
3. Mengenalkan individu akan alam ini dan mendorong mereka
mengetahui hikmah diciptakannya alam, serta memberikan kemungkinan kepada
mereka untuk mengambil manfaat dari alam.
4. Menegakkan individu akan pencipta alam ini dan memerintahkan agar
beribadah kepada Allah.
g. Fungsi Pengintegrasian
Dalam hal ini, orientasi dan fungsi kurikulum adalah mendidik anak agar
mempunyai pribadi yang integral. Mengingat anak didik merupakan bagian integral
dari masyarakat, pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam
rangka pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.
h. Fungsi perbedaan
Pada prinsipnya, potensi yang dimiliki anak didik itu memang berbeda-beda,
dan peran pendidikanlah untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada itu secara
wajar, sehingga anak didik dapat hidup dalam masyarakat yang senantiasa beraneka-
ragam namun satu tujuan pembangunan tersebut. Berkaitan dengan deverensiasi pada
anak didik tersebut, Nabi Saw bersabda: “Kami para Nabi diperintahkan untuk
menempatkan manusia sesuai dengan potensi akalnya (H.R. Abu Bakar bin Asy-
Syakir)”. Barangkali dapat diinterpretasikan bahwa pendidikan dan kurikulum harus
diorientasikan kepada pengembangan potensi yang berbeda-beda dari anak didik,
sehingga perlakuan terhadap mereka sepatutnya mempertimbangkan perbedaan
kemampuan dan potensi masing-masing.
i. Fungsi Persiapan
Kurikulum berfungsi mempersiapkan anak didik agar mampu melanjutkan
studi lebih lanjut untuk suatu jangkauan yang lebih jauh. Apakah anak didik
melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi atau persiapan untuk belajar di dalam
masyarakat. Seandainya dia tidak mungkin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi (Hamalik, 1990:11). Bersiap untuk belajar lebih lanjut tersebut sangat
diperlukan, mengingat sekolah tidak mungkin memberikan semua apa yang
diperlukan anak didik, termasuk dalam pemenuhan minat mereka.
j. Fungsi Pemilihan
Dalam pembahasan sebelumnya, telah dijelaskan bahwa fungsi kurikulum
adalah deverensiasi yakni memberikan layanan kepada anak didik sesuai dengan
perbedaan-perbedaan pada dirinya.
k. Fungsi Diagnostik
Fungsi diagnostik adalah agar siswa dapat melakukan evaluasi kepada dirinya
dan menyadari semua kelemahan dan kekuatan diri sehingga dapat memperbaiki dan
mengembangkannya sesuai dengan kemampuannya yang ada, yang pada akhirnya
dapat berkembang secara maksimal dalam masyarakat. Hal ini relevan dengan fungsi
pendidikan Islam, yakni menanamkan nilai-nilai insani dan nilai-nilai Ilahi pada
peserta didik. Menurut Noeng Muhadjir, nilai budaya termasuk insani, sedangkan
nilai agama termasuk nilai Ilahi. Relasi antara kedua nilai tersebut menjadi linier-
koheren, yang ada hubungan hierarkis dan etis yang menjadi rujukan dan pemandu
semua nilai.
BAB III
ISI RINGKASAN BUKU
Secara umum fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta
didik untuk mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum itu
segala aspek yang mempengaruhi peserta didik di sekolah, termasuk guru dan sarana
serta prasarana lainnya. Kurikulum sebagai program belajar bagi siswa, disusun
secara sistematis dan logis , diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan
pendidikan. Sebagai program belajar, kurikulum adalah niat, rencana dan harapan.
Menurut Alexander Inglis, fungsi kurikulum meliputi :
1. Fungsi Penyesuaian, karena individu hidup dalam lingkungan , sedangkan
lingkungan tersebut senantiasa berubah dan dinamis, maka setiap individu harus
mampu menyesuaikan diri secara dinamis. Dan di balik lingkungan pun harus
disesuaikan dengan kondisi perorangan, disinilah letak fungsi kurikulum sebagai
alat pendidikan menuju individu yang well adjusted.
6. Fungsi Diagnostik, salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan
mengarahkan para siswa agar mereka mampu memahami dan menerima dirinya
sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki.Ini dapat dilakukan
bila mereka menyadari semua kelemahan dan kekuatan yang dimiliki melalui
eksplorasi dan prognosa. Fungsi kurikulum dalam mendiagnosa dan membimbing
siswa agar dapat mengembangkan potensi siswa secara optimal.
3.3 Kelemahan Kelebihan Buku
Tidak memuat gambar, sehingga membuat isi dari buku monoton dan tidak
menarik dibaca
Cover buku sangat simple
Tidak banyak memaparkan pendapat ahli2 dunia sehingga isi buku tidak
konkrit
Kurikulum diartikan sebagai suatu dokumen atau rencana tertulis mengenai kualitas
pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik melalui suatu pengalaman belajar.
Pengertian ini mengandung arti bahwa kurikulum harus tertuang dalam satu atau
beberapa dokumen atau rencana tertulis. Dokumen atau rencana tertulis itu berisikan
pernyataan mengenai kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik yang mengikuti
kurikulum tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
https://books.google.co.id/books?id=BJFBDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=kurikulum+
dan+pembelajaran&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj8gMWggbbpAhUFfSsKHUUBDnUQ6AEIJjAA#v=onep
age&q&f=false
https://books.google.co.id/books?id=1_xJDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=kurikulum+d
an+pembelajaran&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj8gMWggbbpAhUFfSsKHUUBDnUQ6AEILTAB#v=onep
age&q=kurikulum%20dan%20pembelajaran&f=false