Anda di halaman 1dari 20

CRITICAL BOOK REPORT

TELAAH KURIKULUM

DISUSUN
O
L
E
H

NUR AZIZAH HASIBUAN


( 2201141003 )
Kelas : B
Matkul : Telaah Kurikulum

DOSEN PENGAMPU : Dra. DillinarAdllin, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI TARI

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

STAMBUK 2020/2021
DAFTAR ISI

Daftar Isi............................................................................................................... 1
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 4
1.3 Tujuan .................................................................................................. 5
1.4 Identitas Buku Yang Direview .............................................................. 6
BAB II. PEMBAHASAN .................................................................................... 7
2.1Pengertian Kurikulum ............................................................................ 8
2.2 Asas Pengembangan Kurikulum ........................................................... 9
2.3 Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum ............................................ 10
2.4 Perkembangan Kurikulum di Indonesia ................................................. 11
2.5 Pentingnya Kurikulum dalam Pendidikan ............................................. 12
2.6 Fungsi Kurikulum bagi pendidikan ....................................................... 13
BAB III. RINGKASAN ISI BUKU...................................................................... 14
3.1Ringkasan Buku Utama ......................................................................... 15
3.2 Ringkasan Buku Pembanding ............................................................... 16
3.3Kelebihan dan Kelemahan Buku ............................................................ 17
BAB IV. KESIMPULAN ..................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era reformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, betapa pentingnya kurikulum


untuk memperbaikan kegiatan belajar dan mengajar agar mutu pendidikan meningkat,
hal ini dilakukan karena majunya pendidikan membawa implikasi meluas terhadap
pemikiran manusia dalam berbagai bidang sehingga setiap generasi muda harus
belajar banyak untuk menjadi manusia terdidik sesuai dengan tuntunan zaman.
Menurut Mudyahardjo (2002), arti pendidikan ada dua yaitu definisi pendidikan
secara luas yaitu segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala
lingkungan dan sepanjang hidup.
Pendidikan adalah segala situasi yang mempengaruhi pertumbuhan individu.
Pendidikan berlangsung seumur hidup dalam setiap selama ada pengaruh lingkungan
baik yang khusus diciptakan untuk pendidikan maupun yang ada dengan sendirinya.
Tujuan pendidikan terkandung dalam setiap pengalaman belajar, tidak ditentukan dari
luar yaitu pertumbuhan, sama dengan tujuan hidup. Definisi pendidikan secara sempit
adalah sekolah dimana pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah
terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan
yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas
sosial mereka.
Berhasilnya suatu tujuan pendidikan tergantung pada bagaimana proses belajar
mengajar yang dialami oleh siswa. Seorang guru dituntut untuk teliti dalam memilih
dan menerapkan metode mengajar yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Menciptakan kegiatan belajar mengajar yang mampu menciptakan hasil belajar yang
efektif merupakan tugas dan kewajiban guru.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian kurikulum?
2. Apa saja azas-azas pengembangan kurikulum?
3. Apa prinsip-prinsip pengembangan kurikulum?
4. Bagaimana perkembangan kurikulum di Indonesia?
5. Bagaimana peran kurikulum dalam pendidikan?
6. Bagaimana fungsi kurikulum dalam dunia pendidikan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Memahami arti kurikulum,
2. Mengetahui asas pengembangan kurikulum,
3. Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum,
4. Mengetahui perkembangan kurikurikulum di Indonesia,
5. Memahami betapa pentingnya kurikulum dalam dunia pendidikan,
6. Mengetahui fungsi kurikulum.
1.3 Identitas Buku Yang Direview

1. Identitas Buku Utama


Judul Buku : Kurikulum dan Pembelajaran
Pengarang : Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd
Penerbit : Prenadamedia Grup
Tahun Terbit : 2015
Kota Terbit : Jakarta
ISBN : 978-979-1486-19-4

2. Indetitas Buku Pembanding


Judul Buku : Kurikulum dan Pembelajaran
Pengarang : Drs. Ali Sudin, M.Pd
Penerbit : UPI PRESS
Tahun Terbit : 2014
Kota Terbit : Bandung
ISBN : 978-979-378-37-7
BAB II
PEMBAHASAN

2.1Pengertian Kurikulum

Dalam banyak literature kurikulum diartikan sebagai suatu dokumen atau rencana
tertulis mengenai kualitas pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik melalui
suatu pengalaman belajar. Pengertian ini mengandung arti bahwa kurikulum harus
tertuang dalam satu atau beberapa dokumen atau rencana tertulis. Dokumen atau
rencana tertulis itu berisikan pernyataan mengenai kualitas yang harus dimiliki seorang
peserta didik yang mengikuti kurikulum tersebut. Pengertian kualitas pendidikan disini
mengandung makna bahwa kurikulum sebagai dokumen merencanakan kualitas hasil
belajar yang harus dimiliki peserta didik, kualitas bahan / konten pendidikan yang harus
dipelajari peserta didik, kualitas proses pendidikan yang harus dialami oleh peserta
didik. Kurikulum dalam bentuk fisik ini sering kali menjadi fokus utama dalam setiap
proses pengembangan kurikulum karena ia menggambarkan idea tau pemikiran para
pangambil keputusan yang digunakan sebagai dasar bagi pengembangan kurikulum
sebagai suatu pengalaman.Aspek yang tidak terungkap secara jelas tetapi tersirat dalam
defenisi kurikulum sebagai dokumen adalah bahwa rencana yang dimaksudkan
dikembangkan berdasarkan suatu pemikiran tertentu tentang kualitas pendidikan yang
diharapkan. Perbedaan pemikiran atau ide akan menybabkan terjadinya perbedaan
dalam kurikulum yang dihasilkan, baik sebagai dokumen maupun sebagai pengalaman
belajar. Oleh karena itu, Oliva (1997:12) mengatakan “Curriculum itself is a construct
or concept, a verbalization of an extremely complex idea or set of ideas”.Selai
kurikulum diartikan sebagai dokumen, para ahli kurikulum mengemukakan berbagai
defenisi kurikulum yang tentunya dianggap sesuai dengan konstruk kurikulum yang ada
pada dirinya. Perbedaan pendapat para ahli didasarkan pada isu berikut ini : Filosofi
kurikulum, Ruang lingkup komponen kurikulum, Polarisasi kurikulum kegiatan belajar,
Posisi evaluasi dalam pengembangan kurikulum.

2.2Asas Pengembangan Kurikulum

Guru, sebagai pengembang kurikulum dalam skala mikro, perluh memahami kurikulum
dan asas-asas yang mendasarinya. Nasution (2008:11-14) menjelaskan bahwa ada
empat asas yang mendasari pengembangan kurikulum. Keempat asas tersebut adalah:

a) Asas Filosofis
Sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang “baik”. Faktor “baik”
tidak hanya ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita, atau filsafat yang dianut sebuah negara,
tetapi juga oleh guru, orang tua, masyarakat, bahkan dunia.
Kurikulum mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat suatu bangsa, terutama
dalam menentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus dicapai
melalui pendidikan formal. Kurikulum yang dikembangkan harus mampu menjamin
terwujudnya tujuan pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Jadi, asas filosofis
berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat negara.
Perbedaan filsafat suatu negara menimbulkan implikasi yang berbeda di dalam
merumuskan tujuan pendidikan, menentukan bahan pelajaran dan tata cara
mengajarkan, serta menentukan cara-cara evaluasi yang ditempuh. Apabila pemerintah
bertukar, tujuan pendidikan akan berubah sama sekali. Di Indonesia, penyusunan,
pengembangan, dan pelaksanaan kurikulum harus memperhatikan Pancasila, Undang-
Undang Dasar 1945, dan Garis-Garis Besar Haluan Negara sebagai landasan filosofis
negara.Mengapa filsafat sangat diperlukan dalam dunia pendidikan? Menurut Nasution
(2008: 28), filsafat besar manfaatnya bagi kurikulum, yakni: filsafat pendidikan
menentukan arah ke mana anak-anak harus dibimbing.
Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan oleh masyarakat untuk mendidik anak
menjadi manusia dan warga negara yang dicita-citakan oleh masyarakat itu. Jadi,
filsafat menentukan tujuan pendidikan. dengan adanya tujuan pendidikan ada gambaran
yang jelas tentang hasil pendidikan yang harus dicapai, manusia yang bagaimana yang
harus dibentuk. filsafat juga menentukan cara dan proses yang harus dijalankan untuk
mencapai tujuan itu. filsafat memberikan kebulatan kepada usaha pendidikan, sehingga
tidak lepas-lepas. Dengan demikian terdapat kontinuitas dalam perkembangan anak.
tujuan pendidikan memberikan petunjuk apa yang harus dinilai dan hingga mana tujuan
itu telah tercapai. Tujuan pendidikan memberi motivasi dalam proses belajar-mengajar,
bila jelas diketahui apa yang ingin dicapai.

b) Asas Psikologi Anak dan Psikologi Belajar

1. Psikologi Anak
Sekolah didirikan untuk anak, untuk kepentingan anak, yakni menciptakan situasi-situasi
yang memungkinkan anak dapat belajar mengembangkan bakatnya. Selama berabad-
abad, anak tidak dipandang sebagai manusia yang lain daripada orang dewasa. Hal ini
tampak dari kurikulum yang mengutamakan bahan, sedangkan anak “dipaksa”
menyesuaikan diri dengan bahan tersebut dengan segala kesulitannya. Padahal anak
mempunyai kebutuhan sendiri sesuai dengan perkembangannya. Pada permulaan abad ke
-20, anak kian mendapat perhatian menjadi salah satu asas dalam pengembangan
kurikulum. Kemudian muncullah aliran progresif, yakni kurikulum yang semata-mata
didasarkan atas minat dan perkembangan anak (child centered curiculum). Kurikulum ini
dapat diapandang sebagai reaksi terhadap kurikulum yang diperlukan orang dewasa tanpa
menghiraukan kebutuhan anak. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan kurikulum adalah: Anak bukan miniatur orang dewasa. Fungsi sekolah di
antaranya mengembangkan pribadi anak seutuhnya. Faktor anak harus benar-benar
diperhatikan dalam pengembangan kurikulum. Anak harus menjadi pusat
pendidikan/sebagai subjek belajar dan bukan objek belajar. Tiap anak unik, mempunyai
ciri-ciri tersendiri, lain dari yang lain.
Kurikulum hendaknya mempertimbangkan keunikan anak agar ia sedapat mungkin
berkembang sesuai dengan bakatnya. Walaupun tiap anak berbeda dari yang lain, banyak
pula persamaan di antara mereka. Maka sebagian dari kurikulum dapat sama bagi semua.

2. Psikologi Belajar

Pendidikan di sekolah diberikan dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa anak-anak


dapat dididik, dpat dipengaruhi kelakuannya. Anak-anak dapat belajar, dapat menguasai
sejumlah pengetahuan, mengubah sikapnya, menerima norma-norma, menguasai
sejumlah keterampilan. Soal yang penting ialah: bagaimana anak itu belajar? Kalau kita
tahu betul bagaimana proses belajar berlangsung, dalam keadaan yang bagaimana
belajar itu memberikan hasil sebaik-baiknya, maka kurikulum dapat direncanakan dan
dilaksanakan dengan cara seefektif-efektifnya. Oleh sebab belajar itu ternyata suatu
proses yang pelik dan kompleks, timbullah berbagai teori belajar yang menunjukkan
ketidaksesuaian satu sama lain.
Pada umumnya tiap teori mengandung kebenaran. Akan tetapi tidak memberikan
gambaran tentang keseluruhan prooses belajar. Jadi, yang mencakup segala gejala
belajar dari yang sederhana sampai yang paling pelik. Dengan demikian, teori belajar
dijadikan dasar pertimbangan dalam pengembangan kurikulum. Pentingnya
penguasaan psikologi belajar dalam pengembangan kurikulum antara lain diperlukan
dalam hal: seleksi dan organisasi bahan pelajaran, menentukan kegiatan belajar
mengajar yang paling serasi, merencanakan kondisi belajar yang optimal agar tujuan
belajar tercapai. (Nasution, 2008:57)

c) Asas Sosiologis
Anak tidak hidup sendiri terisolasi dari manusia lain. Ia selalu hidup dalam suatu
masyarakat. Di situ, ia harus memenuhi tugas-tugas yang harus dilakukannya dengan
penuh tanggung jawab, baik sebagai anak maupun sebagai orang dewasa kelak. Ia
banyak menerima jasa dari masyarakat dan ia sebaliknya harus menyumbangkan
baktinya bagi kemajuan masyarakat. Tiap masyarakat mempunyai norma-norma, adat
kebiasaan yang harus dikenal dan diwujudkan anak dalam pribadinya, lalu
dinyatakannya dalam kelakuan. Tiap masyarakat berlainan corak nilai-nilai yang
dianutnya. Tiap anak akan berbeda latar belakang kebudayaanya. Perbedaan ini harus
dipertimbangkan dalam kurikulum. Selain itu, perubahan masyarakat akibat
perkembangan iptek merupakan faktor yang benar-benar harus dipertimbangkan dalam
pengembangan kurikulum. Karena masyarakat merupakan faktor penting dalam
pengembangan kurikulum, masyarakat dijadikan salah satu asas.

d) Asas Organisatoris
Asas ini berkenaan dengan masalah bagaimana bahan pelajaran akan disajikan. Apakah
dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, ataukah diusahakan adanya hubungan
antara pelajaran yang diberikan, misalnya dalam bentuk broad field atau bidang studi
seperti IPA, IPS, Bahasa, dan lain-lain. Ataukah diusahakan hubungan secara lebih
mendalam dengan menghapuskan segala batas-batas mata pelajaran (dalam bentuk
kurikulum terpadu). Penganut ilmu jiwa asosiasi akan memilih bentuk organisasi
kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran, sedangkan penganut ilmu jiwa gestalt
akan cenderung memilih kurikulum terpadu.

2.3Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup:


perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal
membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil
tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta
didik. Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha
mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum
merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa
besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah
direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan kurikulum,
tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja,
namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti : politikus, pengusaha, orang tua
peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan
dengan pendidikan.Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan
kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai
suatu kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip
yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri
prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga
pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan
kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan
banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum
yaitu :
1) Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara
komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi).
Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen tersebutmemiliki relevansi
dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan
dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan
perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis).
2) Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang
dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya,
memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi
tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta
didik.
3) Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara
vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan
kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas,
antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.
4) Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat
mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal,
cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.
5) Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum
mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.

2.4 Perkembangan Kurikulum di Indonesia

Dalam perjalanannya dunia Pendidikan Indonesia telah menerapkan enam kurikulum,


yaitu Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, kurikulum1984, Kurikulum 1994, Kurikulum
2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (meski belum sempat disahkan pemerintah,
tetapi sempat berlaku di beberapa sekolah piloting project), dan terakhir Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikeluarkan pemerintah melalui Permen
Diknas Nomor 22 tentang Standar Isi, Permen Nomor 23 tentang Standar Komnpetensi
Lulusan, dan Permen Nomor 24 tentang Pelaksanaan kedua Permen tersebut. Ada
rumor yang berkembang dalam masyarakat bahwa ada kesan “Ganti Menteri
Pendidikan Ganti Kurikulum.” Kesan itu bisa benar bisa tidak, tergantung dari sudut
mana kita memandang. Kalau sudut pandangnya politis, maka pergantian sistem
pendidikan nasional, termasuk di dalamnya perubahan kurikulum akan selalu dikaitkan
dengan kekuasaan.
a. Kurikulum 1968
Sebelum diterapkan kurikulum 1968, pada tahun 1947 pernah diterapkan Rencana
Pelajaran yang pada waktu itu menteri pendidikannya dijabat Mr. Suwandi. Rencana
Pelajaran 1947 memuat ketentuan sebagai berikut: (l) bahasa Indonesia digunakan
sebagai bahasa pengantar di sekolah; (2) jumlah mata pelajaran untuk Sekolah Rakyat
(SR) 16 bidang studi, SMP 17 bidang studi, SMA jurusan B 19 bidang studi. Lahirnya
Rencana Pelajaran 1947 diawali dari pembenahan sistem per sekolah pasca Indonesia
merdeka yang sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Akan tetapi, pembenahan ini
baru bisa diterapkan pada tahun 1965 melalui keputusan Presiden Nomor 19 Tahun
1965 tentang pokok-pokok sistem Pendidikan Nasional Pancasila. Jiwa kurikulum
adalah gotong royong dan demokrasi terpimpin.
Setelah berakhirnya kekuasaan orde lama, keluar Ketetapan MPRS Nomor
XXVII/MPRS/I966 yang berisi tujuan pendidikan membentuk manusia Pancasilais
sejati. Dua tahun kemudian lahirlah Kurikulum 1968, sebuah pedoman praksis
pendidikan yang terstruktur pertama kali (Cony Semiawan, 19B0). Tujuan pendidikan
menurut Kurikulum 1968 adalah mempertinggi mental-moral budi pekerti dan
memperkuat keyakinan beragama, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta
membina/mengembangkan fisik yang kuat dan sehat. Ketentuan-ketentuan dalam
kurikulum 1968 adalah: (1) bersifat: correlated subject currikulum; (2) jumlah mata
pelajaran untuk SD 10 bidang studi, SMP 18 bidang studi (Bahasa Indonesia dibedakan
bahasa Indonesia I dan II, SMA jurusan A 18 bidang studi, SMA jurusan B 20 bidang
studi, jurusan SMA C 19 bidang studi; (3) penjurusan SMA dilakukan di kelas II. Pada
waktu diberlakukan Kurikulum I968 yang mejabat menteri pendidikan adalah Mashuri.
S.H.

b. Kurikulum 1975
Kurikulum ini ditetapkan ketika menteri pendidikan dijabat Letjen TNI Dr. Syarif
Thajeb (1973-1978). Ketentuan-ketentuan Kurikulum 1975 adalah: (1) Sifat: integrated
curriculum organization; (2) SD mempunyai satu struktur program terdiri atas 9 bidang
studi; (3) pelajaran Ilmu Alam dan llmu Hayat menjadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA);
(4) pelajaran Ilmu Aljabar dan Ilmu Ukur menjadi Matematika; (5) jumlah mata
pelajaran SMP dan SMA menjadi 11 bidang studi; (6) penjurusan SMA dibagi tiga
IPA, IPS dan Bahasa dimulai pada permulaan semester II kelas 1. Ketika belum semua
sekolah mengimplementasikan Kurikulum 1975, mulai dirasakan kurikulum ini tidak
bisa mengejar kemajuan pesat masyarakat. Maka kurikulum 1975 diganti oleh
Kurikulum 1984.
c. Kurikulum 1984
Kurikulum ini diterapkan ketika menteri pendidikan dijabat oleh Prof. Dr. Nugroho
Notosusanto seorang ahli sejarah Indoesia. Ketentuan-ketentuan dalam Kurikulum 1984
adalah: (1) Sifat: Content Based Curnculum; (2) Program pelajaran mencakup 11
bidang studi; (3) Jumlah mata pelajaran SMP menjadi 12 bidang studi; (4) Jumlah mata
pelajaran SMA 15 bidang studi untuk program inti, 4 bidang studi untuk program
pilihan; (5) Penjuusan SMA dibagi lima: program A1 (Ilmu Fisika), A2 (Ilmu Biologi),
A3 Ilmu Sosial, A4 Ilmu Budaya, dan A5 (Ilmu Agama); (6) Penjurusan dilakukan di
kelas II. Pada Kurikulum 1984 penambahan bidang studi, yakni Pendidikan Sejarah
Perjuangan Bangsa (PSPB). Hal ini bisa dimaklumi karena menteri pendidikan saat itu
dijabat oleh seorang sejarawan. Dalam perjalanannya, Kurikulum 1984 dianggap oleh
banyak kalangan dianggap sarat beban sehingga diganti dengan Kurikulum 1994 yang
lebih sederhana.
d. Kurikulum 1994
Kurikulum ini ditetapkan ketika menteri pendidikan dijabat oleh Prof Dr. Ing
Wardiman Djojonegoro seorang teknokrat yang menimba ilmu di Jerman Barat
bersama BJ. Habibie. Ketentuan-ketentuan yang ada dalam Kurikulum 1994 adalah: (l)
bersifat: Objective Based Curriculum: (2) nama SMP diganti mejadi SLTP (Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama) dan SMA diganti SMU (Sekolah Menengah Umum); (3)
mata pelajaran PSPB dihapus; (4) program pengajaran SD dan SLTP disusun dalam 13
mata pelajaran; (5) Program pengajaran SMU disusun dalam 10 mata pelajaran; (6)
Penjurusan SMA dilakukan di kelas II yang dari program IPA, program IPS, dan
program Bahasa. Ketika reformasi bergulir tahun 1998, Kurikulum 1994 mengalami
penyesuaian-penyesuaian dalam rangka mengakomodasi tuntutan reformasi. Oleh
karena itu, muncul suplemen Kurikulurn 1994 yang lahir tahun 1999. Dalam suplemen
tersebut ada penyesuaian-penyesuaian materi pelajaran, terutama mata pelajaran seperti
PPKN, Sejarah, dan beberapa mata pelajaran yang lainnya. Lagi-lagi kurikulum ini pun
mengalami nasib yang sama dengan kurikulum sebelumnya. Bersamaan dengan
lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang menggantikan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989, pemerinrah melalui
Departemen pendidikan Nasional menggagas kurikulum baru yang diberi nama
Kurikulum Berbasis Kompetensi.

e. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kurikulum 2004)


Kurikulum Berbasis Komperensi digagas ketika Menteri Pendidikan dijabat oleh Prof.
Abdul Malik Fadjar, M.Sc. Ketentuan-ketentuan yang ada dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi adalah: (1) bersifat: Competency Based Curriculum: (2) penyebutan SLTP
menjadi SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SMU menjadi SMA Sekolah
Menengah Atas); (3) program pengajaran SD disusun 7 mata pelajaran; (4) program
pengajaran SMP disusun dalam 11 mata pelajaran; (5) program pengajaran SMA
disusun dalam 17 mata pelajaran; (6) penjurusan SMA dilakukan di kelas II, terdiri atas
Ilmu Alam, Sosial, dan Bahasa (Kompas, 16 Agustus 2005)

f. Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP)


Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan revisi dan pengembangan dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi atau ada yang menyebut Kurikulum 2004. KTSP lahir
karena dianggap KBK masih sarat dengan beban belajar dan pemerintah pusat dalam
hal ini Depdiknas masih dipandang terlalu intervensi dalam mengembangan kurikulum.
OIeh karena itu, dalam KTSP beban belajar siswa sedikit berkurang dan tingkat satuan
pendidikan (sekolah, guru, dan komite sekolah) diberikan kewenangan untuk
mengembangan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, dan beberapa
komponen kurikulum lainnya.

2.5 Pentingnya Kurikulum dalam Pendidikan

Dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan, peran kurikulum dalam pendidikan formal
di sekolah sangatlah strategis. Bahkan kurikulum memiliki kedudukan yang sangat
sentral dalam keseluruhan proses pendidikan, serta kurikulum merupakan syarat mutlak
dan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan itu sendiri, karena peran kurikulum
sangat penting maka, menjadi tanggung jawab semua pihak yang terkait dala proses
pendidikan
Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses belajar
mengajar. Bagi kepala sekolah dan pengawas berfungsi sebagai pedoman supervisi atau
pengawasan. Bagi orang tua kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk
memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan. Sedangkan bagi siswa
kurikulum sebagai pedoman pelajaran.
Dalam pengertian kurikulum yang dikemukakan tersebut harus diakui ada kesan bahwa
kurikulum seolah-olah hanya dimiliki oleh lembaga pendidikan modern dan yang telah
memiliki rencana tertulis. Sedangkan lembaga pendidikan yang tidak memiliki rencana
tertulis dianggap tidak memiliki kurikulum. Pengertian tersebut memang pengertian
yang diberlakukan untuk semua unit pendidikan dan secara administratif kurikulum
harus terekam secara tertulis.
Posisi sentral ini menunjukkan bahwa di setiap unit pendidikan kegiatan kependidikan
yang utama adalah proses interaksi akademik antara peserta didik, pendidik, sumber
dan lingkungan. Posisi sentral ini menunjukkan pula bahwa setiap interaksi akademik
adalah jiwa dari pendidikan. Dapat dikatakan bahwa kegiatan pendidikan atau
pengajaran pun tidak dapat dilakukan tanpa interaksi dan kurikulum adalah desain dari
interaksi tersebut.
Dalam posisi ini maka kurikulum merupakan bentuk akuntabilitas lembaga pendidikan
terhadap masyarakat. Setiap lembaga pendidikan, apakah lembaga pendidikan yang
terbuka untuk setiap orang ataukah lembaga pendidikan khusus haruslah dapat
mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya terhadap masyarakat. Lembaga
pendidikan tersebut harus dapat memberikan “academic accountability” dan “legal
accountability” berupa kurikulum. Oleh karena itu jika ada yang ingin mengkaji dan
mengetahui kegiatan akademik apa dan apa yang ingin dihasilkan oleh suatu lembaga
pendidikan maka ia harus melihat dan mengkaji kurikulum. Jika seseorang ingin
mengetahui apakah yang dihasilkan ataukah pengalaman belajar yang terjadi di
lembaga pendidikan tersebut tidak bertentangan dengan hukum maka ia harus
mempelajari dan mengkaji kurikulum lembaga pendidikan tersebut.
Dalam pengertian “intrinsic” kependidikan maka kurikulum adalah jantung
pendidikan. Artinya, semua gerak kehidupan kependidikan yang dilakukan sekolah
didasarkan pada apa yang direncanakan kurikulum. Kehidupan di sekolah adalah
kehidupan yang dirancang berdasarkan apa yang diinginkan kurikulum. Oleh karena itu
kurikulum adalah dasar dan sekaligus pengontrol terhadap aktivitas pendidikan. Tanpa
kurikulum yang jelas apalagi jika tidak ada kurikulum sama sekali maka kehidupan
pendidikan di suatu lembaga menjadi tanpa arah dan tidak efektif dalam
mengembangkan potensi peserta didik menjadi kualitas pribadi yang maksimal.
Secara formal, tuntutan masyarakat terhadap pendidikan diterjemahkan dalam tujuan
pendidikan nasional, tujuan pendidikan jenjang pendidikan dan tujuan pendidikan
lembaga pendidikan. Tujuan pendidikan nasional adalah tujuan besar pendidikan
bangsa Indonesia yang diharapkan tercapai melalui pendidikan dasar. Apabila
pendidikan dasar Indonesia adalah 9 tahun maka tujuan pendidikan nasional harus
tercapai dalam masa pendidikan 9 tahun yang dialami seluruh bangsa Indonesia. Tujuan
di atas pendidikan dasar tidak mungkin tercapai oleh setiap warganegara karena
pendidikan tersebut, pendidikan menengah dan tinggi, tidak diikuti oleh setiap warga
bangsa. Oleh karena itu kualitas yang dihasilkannya bukanlah kualitas yang harus
dimiliki seluruh warga bangsa tetapi kualitas yang dimiliki hanya oleh sebagian dari
warga bangsa.
Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36
ayat (3) menyatakan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis
pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
memperhatikan:
a. peningkatan iman dan takwa;
b. peningkatan akhlak mulia;
c. peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
d. keragaman potensi daerah dan lingkungan;
e. tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
f. tuntutan dunia kerja;
g. perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
h. agama;
i. dinamika perkembangan global; dan
j. persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
Pasal ini jelas menunjukkan berbagai aspek pengembangan kepribadian peserta didik
yang menyeluruh dan pengembangan pembangunan masyarakat dan bangsa, ilmu,
kehidupan agama, ekonomi, budaya, seni, teknologi dan tantangan kehidupan global.
Artinya, kurikulum haruslah memperhatikan permasalahan ini dengan serius dan
menjawab permasalahan ini dengan menyesuaikan diri pada kualitas manusia yang
diharapkan dihasilkan pada setiap jenjang pendidikan (pasal 36 ayat 2).

2.6 Fungsi Kurikulum

a. Fungsi Kurikulum Bagi Guru Atau Pendidik Adalah:


- Sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasi pengalaman
belajar para anak didik.
- Sebagai pedoman dalam mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak
didik dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan.Langeveld
mengajukan lima komponen yang berinteraksi secara aktif dalam proses pendidikan
yakni:
1. Komposisi tujuan pendidikan, sebagai landasan idiil pendidikan dan yang dicapai
melalui proses pendidikan tersebut.
2. Komponen terdidik, sebagai masukan manusiawi yang diperlukan sebagai subjek
aktif dan dikenai proses pendidikan tersebut.
3. Komponen alat pendidikan, sebagai unsur sarana atau objek yang dikenakan
kepada terdidik dalam proses pendidikan.
4. Komponen pendidik, merupakan unsur manusiawi yang membantu mengenalkan
alat pendidikan kepada anak didik dan mengarahkan proses pendidikan menuju
sasaran yang diharapkan sebagaimana tercantum dalam tujuan pendidikan.
5. Komponen lingkungan pendidikan, sebagaimana unsur suasana yang membantu
dan membeikan udara segar dalam proses pendidikan (Supeno, 1995: 42-43).

b. Fungsi Kurikulum Bagi Kepala Sekolah


Kepala sekolah merupakan administrator dan supervisor yang mempunyai tanggung
jawab terhadap kurikulum. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah adalah pertama,
sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi, yakni memperbaiki situasi
belajar. Kedua, sebagai pedoman dalam melaksanakan supervise dalam menciptakan
situasi untuk menunjang siuasi belajar anak ke arah yang lebih baik. Ketiga, sebagai
pedoman dalam melaksanakan supervisi dalam memberikan bantuan kepasa guru atau
pendidik agar dapat memperbaiki situasi mengajar. Keempat, sebagai seorang
administrator, menjadikan kurikulum sebagai pedoman untuk mengembangkan
kurikulum pada masa mendatang. Kelima, sebagai pedoman untuk mengadakan
evaluasi atas kemajuan belajar mengajar (Soeopo dan Soemanto, 1993: 19)

c. Fungsi Kurikulum Bagi Orang Tua.


Bagi orang tua, kurikulum difungsikan sebagai bentuk adanya partisipasi orang tua
dalam membantu usaha sekolah dalam memajukan putra-putrinya. Bantuan yang
dimaksud dapat berupa konsultasi langsung ke sekolah atau guru mengenai masalah-
masalah menyangkut anak-anaknya. Adapun bantuan berupa materi dari orang tua
anak dapat melalui lembaga BP-3. Dengan membaca dan memahami kurikulum
sekolah, para orang tua dapat mengetahui pengalaman belajar yang diperlukan anak-
anak mereka. Sehingga partisipasi orang tua inipun tidak kalah pentingnya dalam
menyukseskan proses belajar-mengajar di sekolah
Meskipun orang tua telah menyerahkan anak-anak mereka kepada sekolah supaya
diajarkan ilmu pengetahuan dan dididik menjadi orang yang bermanfaat bagi dirinya,
orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa, dan agama. Namun demikian, tidak berarti
tanggung jawab kesuksesan anaknya secara total diserahkan kepada sekolah atau
pendidik. Sebenarnya, keberhasilan tersebut merupakan hasil dari dari sistem
kerjasama berdasarkan fungsi masing-masing, meliputi: orang tua, sekolah, dan guru.
Oleh karena itu, pemahaman orang tua mengenai kurikulum merupakan hal yang
mutlak.

d. Fungsi Sekolah Tingkat Atas


Fungsi kurikulum dalam hal ini dapat dibagi menjadi dua:
1. Pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan.
2. Penyiapan tenaga baru

e. Fungsi bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah.


Kurikulum suatu sekolah juga berfungsi bagi masyarakat dan pihak pemakai
lulusan sekolah bersangkutan. Dengan mengetahui kurikulum suatu sekolah,
masyarakat, sebagai pemakai lulusan, dapat melaksanakan sekurang-kurangnya dua
macam:
- Ikut memberikan kontribusi dalam memperlancar pelaksanaan program
pendidikan yang membutuhkan kerja sama dengan pihak orang tua dan masyarakat
- Ikut memberikan kritik dan saran konstruktif demi penyempurnaan
program pendidikan di sekolah, agar lebih serasi dengan kebutuhan masyarakat dan
lapangan kerja.

f. Fungsi penyesuaian.
Anak didik hidup dalam suatu lingkungan, sehingga anak didik dituntut untuk
mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan tersebut. Lingkungan senantiasa
berubah, tidak statis, bersifat dinamis, karena itu anak didik diharapkan mampu
menyesuaikan diri dengan kondisi seperti itu. Muhammad Fadlil Al-Jamali
mengungkapkan bahwa pendidikan yang dapat disarikan dari Al-Qur’an berorientasi:
1. Mengenalkan individu akan perannya di antara sesama makhluk dengan
tanggung jawabnya I dalam hidup ini.
2. Mengenalkan individu akan individu sosial dan tanggung jawabnya
dalam tata hidup bermasyarakat.
3. Mengenalkan individu akan alam ini dan mendorong mereka
mengetahui hikmah diciptakannya alam, serta memberikan kemungkinan kepada
mereka untuk mengambil manfaat dari alam.
4. Menegakkan individu akan pencipta alam ini dan memerintahkan agar
beribadah kepada Allah.

g. Fungsi Pengintegrasian
Dalam hal ini, orientasi dan fungsi kurikulum adalah mendidik anak agar
mempunyai pribadi yang integral. Mengingat anak didik merupakan bagian integral
dari masyarakat, pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam
rangka pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.

h. Fungsi perbedaan
Pada prinsipnya, potensi yang dimiliki anak didik itu memang berbeda-beda,
dan peran pendidikanlah untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada itu secara
wajar, sehingga anak didik dapat hidup dalam masyarakat yang senantiasa beraneka-
ragam namun satu tujuan pembangunan tersebut. Berkaitan dengan deverensiasi pada
anak didik tersebut, Nabi Saw bersabda: “Kami para Nabi diperintahkan untuk
menempatkan manusia sesuai dengan potensi akalnya (H.R. Abu Bakar bin Asy-
Syakir)”. Barangkali dapat diinterpretasikan bahwa pendidikan dan kurikulum harus
diorientasikan kepada pengembangan potensi yang berbeda-beda dari anak didik,
sehingga perlakuan terhadap mereka sepatutnya mempertimbangkan perbedaan
kemampuan dan potensi masing-masing.

i. Fungsi Persiapan
Kurikulum berfungsi mempersiapkan anak didik agar mampu melanjutkan
studi lebih lanjut untuk suatu jangkauan yang lebih jauh. Apakah anak didik
melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi atau persiapan untuk belajar di dalam
masyarakat. Seandainya dia tidak mungkin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi (Hamalik, 1990:11). Bersiap untuk belajar lebih lanjut tersebut sangat
diperlukan, mengingat sekolah tidak mungkin memberikan semua apa yang
diperlukan anak didik, termasuk dalam pemenuhan minat mereka.

j. Fungsi Pemilihan
Dalam pembahasan sebelumnya, telah dijelaskan bahwa fungsi kurikulum
adalah deverensiasi yakni memberikan layanan kepada anak didik sesuai dengan
perbedaan-perbedaan pada dirinya.

k. Fungsi Diagnostik
Fungsi diagnostik adalah agar siswa dapat melakukan evaluasi kepada dirinya
dan menyadari semua kelemahan dan kekuatan diri sehingga dapat memperbaiki dan
mengembangkannya sesuai dengan kemampuannya yang ada, yang pada akhirnya
dapat berkembang secara maksimal dalam masyarakat. Hal ini relevan dengan fungsi
pendidikan Islam, yakni menanamkan nilai-nilai insani dan nilai-nilai Ilahi pada
peserta didik. Menurut Noeng Muhadjir, nilai budaya termasuk insani, sedangkan
nilai agama termasuk nilai Ilahi. Relasi antara kedua nilai tersebut menjadi linier-
koheren, yang ada hubungan hierarkis dan etis yang menjadi rujukan dan pemandu
semua nilai.
BAB III
ISI RINGKASAN BUKU

3.1 Ringkasan Buku Utama

Hakikat pengembangan kurikulum kurikulum merupakan salah satu


komponen yang memiliki peran penting dalam sistem pendidikan. Sebab dalam
kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga
memperjelas arah pendidikan. Akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang
pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap siswa. Oleh karena itu, pentingnya
fungsi dan peran kurikulum maka setiap pengembangan kurikulum pada jenjang
manapun harus didasarkan pada asas asas tertentu. Fungsi asas atau landasan
pengembangan kurikulum adalah seperti fondasi bagi sebuah bangunan. Apa yang
akan terjadi seandainya sebuah gedung yang menjulang tinggi terdiri di atas Pondasi
yang rapuh? Ya tentu saja bangunan itu tidak tahan lama. Oleh sebab itu sebelum
sebuah gedung dibangun terlebih dahulu disusun. Pondasi yang kokoh semakin kokoh
pondasi sebuah gedung maka akan semakin kokoh pula gedung.

Menurut David Pratt(1980) istilah desain lebih mengenai dibandingkan


dengan pengembangan yang mengandung konotasi bersifat gradual. Desain adalah
proses yang disengaja tentang suatu pemikiran perencanaan dan penyeleksian bagian-
bagian,teknik dan prosedur yang mengatur suatu tujuan atau usaha. Atas dasar itu,
maka pengembangan kurikulum atau kurikulum development atau kurikulum
planning adalah proses atau kegiatan yang disengaja dan dipikirkan untuk
menghasilkan sebuah kurikulum sebagai pedoman dalam proses dan penyelenggaraan
pembelajaran oleh guru di sekolah.

Seller dan Miller (1985) mengemukakan bahwa proses pengembangan


kurikulum adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus. Seller
memandang bahwa bahwa pengembangan kurikulum harus dimulai dari menentukan
orientasi kurikulum, yakni kebijakan kebijakan umum, misalnya arah dan tujuan
pendidikan, pandangan tentang hakikat belajar dan Hakikat anak didik pandangan
tentang keberhasilan implementasi kurikulum, dan lain sebagainya. Berdasarkan
orientasi itu selanjutnya dikembangkan kurikulum menjadi pedoman pembelajaran
diimplementasikan. Dalam proses pembelajaran dan evaluasi hasil evaluasi itulah
kemudian dijadikan bahan dan menentukan orientasi begitu seterusnya hingga
membentuk siklus.

Orientasi pengembangan kurikulum menurut seller menyangkut 6 aspek yaitu:


 Tujuan pendidikan menyangkut arah kegiatan pendidikan artinya hendak
Dibawa Kemana siswa yang kita Didik itu
 pandangan tentang anak Apakah anak dianggap sebagai organisme yang aktif
atau pasif
 Pandangan tentang proses pembelajaran Apakah proses pembelajaran itu
dianggap sebagai proses transformasi ilmu pengetahuan atau mengubah
perilaku anak
 Pandangan tentang lingkungan apakah lingkungan belajar harus dikelola
secara formal atau secara bebas yang dapat memungkinkan anak belajar bebas
 Konsepsi tentang peranan guru Apakah guru harus berperan bebas sebagai
instruktur yang bersifat otoriter atau guru dianggap sebagai fasilitator yang
siap memberi bimbingan dan bantuan pada anak untuk belajar
 Evaluasi belajar Apakah mengukur keberhasilan ditentukan dengan tes atau
non tes

Mengacu pada proses pengembangan kurikulum sebagai siklus seperti yang


dikemukakan seluler di atas maka tampak bahwa pengembangan kurikulum itu pada
hakekatnya adalah pengembangan komponen-komponen yang membentuk sistem
kurikulum itu sendiri serta pengembangan komponen pembelajaran sebagai
implementasi kurikulum.

Dengan demikian maka pengembangan kurikulum memiliki 2 Sisi yang sama


pentingnya yaitu Sisi kurikulum sebagai pedoman yang kemudian membentuk
kurikulum tertulis atau kurikulum atau dokumen kurikulum dan Sisi kurikulum
sebagai implementasi atau kurikulum implementation yang tidak lain adalah sistem
pembelajaran.proses pengembangan berbeda dengan perubahan dan pembinaan
kurikulum perubahan kurikulum adalah kegiatan atau proses yang disengaja manakala
berdasarkan hasil evaluasi adalah salah satu atau beberapa komponen yang harus
diperbaiki atau diubah.

3.2 Ringkasan Buku Pembanding

Peranan Kurikulum Kurikulum sebagai program pendidikan yang telah


direncanakan secara sistematis mengemban peranan sebagai berikut :

1. Peranan Konservatif, salah satu tanggung jawab kurikulum adalah


mentransmisikan dan menafsirkan warisan sosial kepada generasi muda. Dengan
demikian , sekolah sebagai suatu lembaga sosial dapat mempengaruhi dan
membina tingkah laku para siswa dengan nilai-nilai sosial yang ada dalam
masyarakat, sejalan dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses sosial.
Karena pendidikan itu sendiri pada hakekatnya berfungsi pula menjembatani
antara siswa dengan orang dewasa di dalam proses pembudayaan yang semakin
berkembang menjadi lebih kompleks, dan disinilah peranan kurikulum turut
membantu proses tersebut.

2. Peranan Kritis / Evaluatif,kebudayaan senantiasa berubah dan sekolah tidak


hanya mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai, memilih
unsur-unsur kebudayaan yang akan diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum turut
aktif berpartisipasi dalam kontrol sosial dan menekankan pada unsur berpikir
kritis. Niali –nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan masa mendatang
dihilangkan dan diadakan modifikasi dan perbaikan, sehingga kurikulum perlu
mengadakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu.

3. Peran Kreatif, kurikulum melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif,


dalam arti mencipta dan menyusun sesuatu yang baru sesuai dengan kebutuhan
masa sekarang dan masa yang akan datang dalam masyarakat. Guna membantu
setiap individu mengembangkan semua potensi yang ada padanya, maka
kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara berpikir, kemampuan dan
keterampilan yang baru yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Fungsi Kurikulum.

Secara umum fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta
didik untuk mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum itu
segala aspek yang mempengaruhi peserta didik di sekolah, termasuk guru dan sarana
serta prasarana lainnya. Kurikulum sebagai program belajar bagi siswa, disusun
secara sistematis dan logis , diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan
pendidikan. Sebagai program belajar, kurikulum adalah niat, rencana dan harapan.
Menurut Alexander Inglis, fungsi kurikulum meliputi :
1. Fungsi Penyesuaian, karena individu hidup dalam lingkungan , sedangkan
lingkungan tersebut senantiasa berubah dan dinamis, maka setiap individu harus
mampu menyesuaikan diri secara dinamis. Dan di balik lingkungan pun harus
disesuaikan dengan kondisi perorangan, disinilah letak fungsi kurikulum sebagai
alat pendidikan menuju individu yang well adjusted.

2. Fungsi Integrasi, kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi.


Oleh karena individu itu sendiri merupakan bagian integral dari masyarakat, maka
pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam rangka
pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.

3. Fungsi Deferensiasi, kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap


perbedaanperbedaan perorangan dalam masyarakat. Pada dasarnya deferensiasi
akan mendorong orang berpikir kritis dankreatif, dan ini akan mendorong
kemajuan sosial dalam masyarakat.

4. Fungsi Persiapan, kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu


melanjutkan studi lebih lanjut untuk jangkauan yang lebih jauh atau terjun ke
masyarakat. Mempersiapkan kemampuan sangat perlu, karena sekolah tidak
mungkin memberikan semua apa yang diperlukan atau semua apa yang menarik
minat mereka.

5. Fungsi Pemilihan, antara keperbedaan dan pemilihan mempunyai hubungan yang


erat.Pengakuan atas perbedaan berarti pula diberikan kesempatan bagi seseorang
untuk memilih apa yang dinginkan dan menarik minatnya. Ini merupakan
kebutuhan yang sangat ideal bagi masyarakat yang demokratis, sehingga
kurikulum perlu diprogram secara fleksibel.

6. Fungsi Diagnostik, salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan
mengarahkan para siswa agar mereka mampu memahami dan menerima dirinya
sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki.Ini dapat dilakukan
bila mereka menyadari semua kelemahan dan kekuatan yang dimiliki melalui
eksplorasi dan prognosa. Fungsi kurikulum dalam mendiagnosa dan membimbing
siswa agar dapat mengembangkan potensi siswa secara optimal.
3.3 Kelemahan Kelebihan Buku

Kelemahan Buku Utama

 Ada beberapa bahasa yang sulit di mengerti


 Bahasa inggris yang dicantumkan tidak dilampirkan terjemahannya sehingga
terkesan ambigu
 Isi buku 381 halaman sehingga membuat pembaca terkesan bosan untuk
membaca nya

Kelemahan Buku Pembanding

 Tidak memuat gambar, sehingga membuat isi dari buku monoton dan tidak
menarik dibaca
 Cover buku sangat simple
 Tidak banyak memaparkan pendapat ahli2 dunia sehingga isi buku tidak
konkrit

Kelebihan Buku Utama

Buku memuat banyak gambar, sehingga terkesan menarik


Cover menarik, sesuai dengan kaitan pembahasan tentang kurikulum
Banyak mengambil referensi dari jurnal maupun buku luar neger
Banyak memaparkan pendapat-pendapat ahli dunia tentang pemahaman
kurikulum
Memuat contoh portofolio sehingga memudahkan pembaca

Kelebihan Buku Pembanding

Pembahasan sangat jelas dan terperinci


Penjelasannya sangat menarik
Cukup mudah dipahami
BAB IV
KESIMPULAN

Kurikulum diartikan sebagai suatu dokumen atau rencana tertulis mengenai kualitas
pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik melalui suatu pengalaman belajar.
Pengertian ini mengandung arti bahwa kurikulum harus tertuang dalam satu atau
beberapa dokumen atau rencana tertulis. Dokumen atau rencana tertulis itu berisikan
pernyataan mengenai kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik yang mengikuti
kurikulum tersebut.

Guru, sebagai pengembang kurikulum dalam skala mikro, perluh memahami


kurikulum dan asas-asas yang mendasarinya, agar pelaksanaan dari kurikulum tersebut
dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan bersama. Keempat asas tersebut adalah
Asas Filosofis, Asas Psikologi Anak dan Belajar, Asas Sosiologi, dan Asas Asas
Organisatoris.Kurikulum pada suatu sekolah merupakan suatu alat atau usaha mencapai
tujuan-tujuan pendidikan yang didiinginkan sekolah tertentu yang dianggap cukup tepat
dan krusial untuk dicapai. Salah satu langkah yang harus dilakukan adalah meninjau
kembali tujuan yang selama ini digunakan oleh sekolah bersangkutan. Dalam
pencapaian tujuan pendidikan yang dicita-citakan, tujuan-tujuan tersebut harus dicapai
secara bertahap yang saling mendukung. Sedangkan keberadaan kurikulum disini
adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan

DAFTAR PUSTAKA

https://books.google.co.id/books?id=BJFBDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=kurikulum+
dan+pembelajaran&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj8gMWggbbpAhUFfSsKHUUBDnUQ6AEIJjAA#v=onep
age&q&f=false

https://books.google.co.id/books?id=1_xJDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=kurikulum+d
an+pembelajaran&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj8gMWggbbpAhUFfSsKHUUBDnUQ6AEILTAB#v=onep
age&q=kurikulum%20dan%20pembelajaran&f=false

Anda mungkin juga menyukai