Anda di halaman 1dari 77

1

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN


KEJADIAN BBLR DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS ARO KABUPATEN
BATANG HARI
TAHUN 2020

PROPOSAL SKRIPSI

FITRI REZKIAH
181012114201103

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS


KEPERAWATAN INSTITUT KESEHATAN
PRIMA NUSANTARA BUKIT TINGGI
TAHUN 2020
2

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN


KEJADIAN BBLR DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS ARO KABUPATEN
BATANG HARI
TAHUN 2020

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukansebagaisalah satu syaratmemperolehgelarSarjana


KeperawatanPadaProgram StudiSarjanaKeperawatan

InstitutKesehatanPrimaNusantara

FITRI REZKIAH
181012114201103

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS


KEPERAWATAN INSTITUT KESEHATAN
PRIMA NUSANTARA BUKIT TINGGI
TAHUN 2020
3

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Hubungan Anemia pada Ibu Hamil Dengan Kejadian BBLR Di
Wilayah Kerja Puskesmas Aro Kabupaten Batang Hari Tahun
2020
Nama : Fitri Rezkiah

NIM : 181012114201103

Proposal Skripsi ini telah disetujui untuk disidangkan didepan Dewan Penguji

sebagai bagian persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Pada

Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Institut Kesehatan

Prima Nusantara Bukit Tinggi.

Bukit Tinggi, Oktober 2020

Menyetujui,

Kordinator skripsi Pembimbing

(Ns. Vera Kurnia, M.Kep) (Yuhendri Putra, S.Si, M. Biomed)

Mengetahui,

Ketua Prodi Sarjana Keperawatan

(Ns.Elfira Husna, M.Kep)


4

KATAPENGANTAR

Pujisyukur penulis ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul“Hubungan Anemia pada Ibu Hamil Dengan Kejadian
BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Aro Kabupaten Batang Hari Tahun 2020”
Proposal Skripsi ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir
sebagai salah satu syarat kelulusan Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukit
tinggi.Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak,skripsi ini sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada Yth.
Yuhendri Putra, S.Si, M. Biomed. selaku pembimbing yang telah memberi arahan
dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Seterusnya ucapan
terimakasih penulis kepada:
1. Dr. Hj. Evi Susanti, S.ST., M.Biomed, selaku Rektor Institut Kesehatan
Prima Nusantara Bukit Tinggi
2. Ayu Nurdian, S.ST, M.Keb, Wakil Rektor I Institut Kesehatan Prima
Nusantara Bukit Tinggi
3. Yuhendri Putra, S.Si, M. Biomed selaku Wakil Rektor 2 Institut
Kesehatan Prima Nusantara Bukit Tinggi.
4. Ns. Rima Berlian Putri, M.Kep,.Sp.Kom Dekan keperawatan & Kesmas
sekaligus Dewan Penguji I Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukit Tinggi
5. Ns. Elfira Husna, M.Kep selaku Ketua Program Studi Institut Kesehatan
Prima Nusantara Bukit Tinggi
6. Ns. Vera Kurnia, M.Kep, Koordinator skripsi Institut Kesehatan Prima
Nusantara Bukit Tinggi
7. Ns. Rima Berlian Putri, M.Kep,.Sp.Kom selaku Dewan Penguji I
8. Ns. Vera Kurnia, M.Kep selaku Dewan Penguji II
9. Aidil Fitrianto, SKM, Selaku Kepala Puskesmas Aro
5

10. Bapak dan Ibu dosen beserta staf program studi Sarjana Keperawatan
Institut Kesehatan Prima Nusantara,yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, bimbingan serta nasehat selama menjalani pendidikan. Kepada
semua pihak yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu sehingga laporan proposal dapat terselesaikan dengan baik.
11. Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukit tinggi, yang telah memberikan
ilmu pengetahuan, bimbingan serta nasehat selama menjalani pendidikan.

Kepada semua pihak yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah membantu sehingga laporan proposal dapat terselesaikan
dengan baik.Penulis menyadari bahwa didunia ini tidak pernah ada
kesempurnaan yang hakiki, begitu juga dengan skripsi ini. Dan penulis juga
menyadari hal ini sebagai satu acuan dalam proses pembelajaran dan kematangan
dimasa yangakan mendatang. Untuk itu penulis mengharapkan tanggapan,
kritikan, dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak,demi
kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan juga bagi tenaga kesehatan.

Bukit Tinggi, Oktober 2020

Peneliti
6

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii

KATA PENGANTAR.................................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................................... v

DAFTAR TABEL........................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A Latar Belakang........................................................................... 1

B Perumusan Masalah................................................................... 14

C Tujuan Penelitian....................................................................... 14

D Manfaat Penelitian .................................................................... 15

F Ruang Lingkup Penelitian.......................................................... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 16

A Konsep Dasar Teori Kehamilan……….................................... 16

1. Perubahan Fisiologis selama Kehamilan.............................. 16

2. Perubahan sistem kardiovaskular pada kehamilan............... 17

3. Anemia pada Ibu Hamil........................................................ 23


7

4. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)........................................ 28

5. Resiko BBLR pada Ibu Hamil Anemia................................ 30

B Kerangka Teori......................................................................... 31

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL....................................................... 32

A Kerangka Konseptual................................................................ 32

B Definisi Operasional................................................................. 33

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN..................................................... 53

A Desain Penelitian...................................................................... 53

B Tempat dan Waktu Penelitian................................................... 53

C Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 53

D Instrumen Penelitian................................................................. 56

E Tehnik Pengumpulan Data....................................................... 56

F Teknik Analisa Data................................................................. 57

G Prosedur Penelitian................................................................... 59

H Etika Penelitian......................................................................... 60

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... 64
8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan adalah suatu keadaan di dalam rahim seorang wanita

terdapat hasil konsepsi ( pertemuan ovum dan spermatozoa). (Damai Yanti,

2017). Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis.

Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat telah mengalami

menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ

reproduksinya sehat sangat besar kemungkinannya akan mengalami

kehamilan (Damai Yanti, 2017).

Kehamilan merupakan proses fisiologis yang memberikan perubahan

pada ibu maupun lingkungan. Dengan adanya kehamilan maka seluruh

system genetalia wanita mengalami perubahan yang mendasar untuk

mendukung perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim selama

proses kehamilan berlangsung (Serri Hutahean, 2013).

Ada beberapa tanda-tanda kehamilan yang dapat di perhatikan, yang

pertama yaitu tanda presumtif/ dugaan yang meliputi amenore , morning

sicknes, sering buang air kecil, payudara membesar/ tegang, fatique,

perubahan kulit. Yang kedua yaitu tanda mungkin yang meliputi pembesaran

abdomen (12 minggu), tanda piskacek yaitu pertumbuhan rahim tidak sama

kesemua arah, tetapi terjadi pertumbuhan yang cepat di daerah implantasi

placenta sehingga bentuk rahim tidak simetris (usia 4-6 minggu), tanda hegar

yaitu perubahan pada isthimus uteri yang menyebabkan isthimus uteri

1
9

menjadi lebih panjang dan lunak (usia 6 minggu), tanda doogell yaitu

pelunakan pada leher rahim akibat peningkatan vaskularisasi (usia 8 minggu),

tanda Chadwick yaitu warna merah tua atau kebiruan pada vagina akibat

peningkatan vaskularisasi (usia 6-8 Minggu), kontraksi Broxton hicks yaitu

kontraksi uterus yang datangnya sewaktu-waktu, tidak beraturan dan tidak

mempunyai irama tertentu (akhir trimester pertama), tes kehamilan positif (7-

10 hari setelah konsepsi). Dan yang ketiga yaitu adanya tanda pasti yang

meliputi adanya denyut jantung janin, adanya pergerakan janin (usia 19

minggu). Visualisasi fetus dalam USG (usia 5-6 minggu). (Serri Hutahean,

2013).

Ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan

prioritas dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan anak

merupakan kelompok rentan terhadap gangguan kesehatan yang berkaitan

dalam fase kehamilan, persalinan, nifas pada ibu hamil, dan fase tumbuh

kembang pada anak. Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya

kesehatan ibu di antaranya dapat di lihat dari indicator angka kematian ibu

(AKI) (Kemenkes, 2017).

World Health Organization (WHO), memperkirakan terdapat 830

kematian ibu setiap 100.000 kelahiran akibat komplikasi kehamilan dan

persalinan tahun 2015. Jumlah total kematian ibu di perkirakan mencapai

303.000 kematian di seluruh dunia. MMR di Negara berkembang mencapai

239/100,000 kelahiran hidup, 20 kali lebih tinggi di bandingkan Negara maju.

Negara berkembang menyumbang sekitar 90% atau 302.000 dari seluruh total
10

kematian ibu yang di perkirakan terjadi pada tahun 2015. Menurut laporan

WHO (2017), bahwa pada Negara ASEAN pada tahun 2015 tingkat kematian

ibu tertinggi terdapat di LAOS yaitu sebesar 197/100.000 kelahiran hidup,

dan angka kematian ibu terendah di Singapura sebesar 10/100.000 kelahiran

hidup sedangkan di Indonesia terdapat 126/100.000 kelahiran hidup (WHO,

2017)

Berdasarkan survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015,

AKI di Indonesia berada pada angka 305/100.000 kelahiran hidup. Situasi ini

tentu membutuhkan kerja keras bersama untuk menurunkan angka kematian

ibu di Indonesia sebagaiman target yang telah di tetapkan dalam Sustainable

Development Goals (SDG’s)2030, terdapat 17 tujuan pembangunan

berkelanjutan, dalam tujuan ketiga yaitu tentang kehidupan sehat dan

sejahtera salah satunya tentang upaya peningkatan kesehatan reproduksi, ibu

dan anak. Tujuan SDG’s tahin 2030, mengurangi angka kematian ibu

menjadi kurang dari 70 0er 100.000 kelahiran ( Kemenkes RI, 2017)

Salah satu factor penyebab AKI adalah rendahnya pengetahuan ibu

hamil, yang di sebabkan oleh minimnya informasi yang di terima. Factor lain

yang menyebabkan tingginya AKI adalah empet terlalu yaitu, yaknin terlalu

muda, terlalu sering, terlalu dekat, dan terlalu tua. Kehamilan yang tidak di

inginkan di usia muda akan sangat beresiko pada kematian atau berdampak

buruk pada bayi yang di kandungnya ( Kemkes RI, 2017). Dalam profil

kesehatan Indonesi (2016), pada tahun 2007 sampai tahun 2012 angka

kematian ibu mengalami peningkatan yaitu dari 228 kematian ibu per 100.000
11

kelahiran menjadi 305 kematian ib u per 100.000 kelahiran hidup pada tahun

2015.

Data profil kesehatan Provinsi Jambi (2017), menunjukkan bahwa

pada tahun 2016 AKI yaitu 87/100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2017

mengalami penurunan sebesar 78/100.000 kelahiran hidup, walau angka ini

jauh di bawaj AKI nasional yaitu 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup,

jumlah kematian ini harus mendapat perhatian. Angka kematian ibu di

provinsi Jambi per kabupaten/ kota, AKI banyak terdapat di kabupaten

Batang Hari sebanyak 8 Kasus, yaitu paling sedikit terdapat di Kota Sungai

Penuh yaitu sebanyak 4 kasus (Kemkes 2018).

Kekurangan asupan gizi pada ibu hamil dapat terjadi anemia. Anemia

dapat di definisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah

normal. Anemia di Indonesia umumnya di sebabkan oleh zat besi, sehingga

lebih di kenal dengan istilah anemia zat besi. Anemia defisiensi merupakan

salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan.ibu hamil

pada umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit

kepada janin yang di butuhkan yaitu metabolism besi yang normal.

Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu

turun sampai di bawah 11 gr/ dl selama trisemester III. Kekurangan zat besi

dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada partumbuhan janin baik

sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi besi dapat mengakibatkan kematian

janin di dalam kandungan. Abortus, cacat bawaan, BBLR, serta anemia pada

bayi yang di lahitkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu
12

serta kematian prenatal serta bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang

menderita anemia berat dapat meningfkatkan resiko morbiditas maupun

moralitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan premature

juga lebih besar, sehingga ibu hamil di anjurkan mengkonsumsi tambahan zat

besi atau makanan yang mengandung zat besi, seperti hati ayam dan lain-lain.

(Serri Hutahean, 2013).

Asupan energy dan protein yang tidak mencukupi akan melahirkan

bayi berat lahir rendah pada ibu hamil dan dapat menyebabkan kurang energy

kronis (KEK). Ibu hamil dengan KEK beresiko melahir rendah (BBLR) juga

dapat menjadi penyebab tidak langsung kematian ibu. Salah satu akibat dari

KEK adalah deficit nutrisi, yang dapat menyebabkan anemia dalam

kehamilan. Anemia pada ibu hamil di hubungkan dengan meningkatnya

kelahiran premature, kematian ibu dan anak serta penyakit infeksi. Anemi

yang paling banyak terjadi adalah anemia defisiensi besi pada ibu dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin/ bayi saat kehamilan

dan melahirkan bayi (Kemenkes RI, 2017).

Anemia dalam kehamilam adalah kondisi ibu kadar hemohlobin (Hb)

dalam darahnya kurang dari 12 gr/ dl. Anemia dalam kandungan adalah

kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr/dl pada trimester I dan

II atau kadar < 10,5 gr/dl pada trimester II. Anemia dalam kehamilan yang

disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatan relative rendah,

bahkan murah (Reeder, Martin dan Griffi dalam Wagiyo &Putrono, 2016).

Menurut profil Kesehatan Jambi 2017 anemia merupakan salah satu keadaan
13

kurang gizi dengan kadar hemoglobin di dalam darah lebih rendah dari

keadaan normal. Orang yang memounyai Hb yang rendah, secara fisik belum

menunjukkan gejala anemia dan masih terlihat berada dalam keadaan relative

sehat. Namun makin rendah Hb, menunjukkan makin berat keadaan anemia

yang di derita dan makin rendah pula kemampuan kerja fisiknya (Kemenkes,

2017).

Penyebab dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan

untuk sintesis eritrosit, antara lain zat besi, vitamin B12, dan asam folat.

Selebihnya merupakan akibat dari keberagaman kondisi seperti perdarahan,

kelainan genetic, keracunan obat dan penyakit kronik seperti TBC paru,

cacing usus, malaria dan lainnya. (Wagiyo dan Putrono, 2016). Akibat

anemia pada ibu hamil adalah bayi lahir cacat, abortus, berat badan lahir

rendah (BBLR), persalinan lama, perdarahan shock, dan payah jantung.

Sedangkan pada janin dapat menyebabkan kematian, cacat bawaan,

premature, dan cadangan zat besi berkurang ( Waluyo dan Putrano, 2016).

Upaya yang dapat di lakukan untuk memenuhi kebutuhan gizi pada

ibu hamil agar tidak terjadi anemia dengan cara memakan makanan yang di

butuhkan dengan baik bagi tubuh pada saat masa kehamilan. Kebutuhan gizi

yang harus di penuhi pada masa kehamilan yaitu karbohidrat atau energy,

protein, lemak, vitamin B12, vitamin B6 , vitamin C, vitamin A, vitamin D,

vitamin E, vitamin K dan mineral. Semua yang di butuhkan oleh tubuh di

dapatkan dalam menu makanan yang sehat seperti nasi, ikan, daging, tahu,
14

tempe, kacang hijau, sayur-sayuran, buah-buahan, susu, yogurt, gula (Serri

Hutahean, 2013).

Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa ibu-ibu hamil yang

mengalami defisiensi besi sekitar 35-57% serta semakin meningkat seiring

dengan bertambahnya usia kehamilan. Menurut WHO 40% kematian ibu di

Negara berkembang baerkaitan dengan anemia pada kehamilan di sebabkan

oleh defisiensi besi dan perdarahan akut. Hasil persalinan pada wanita hamil

yang menderita anemia defisiensi besi adalah 12-28% angka kematian janin,

30% kematian perinatal dan 7-10% angka kematian neonatal. (Putra Dewi,

2018).

Menurut laporan WHO (2015) di dunia terdapat 83% ibu hamil yang

mengalami anemia, di Afrika 93,9%, Amerika Serikat 65,8%. Eropa 21,7%,

sedangkan di Asia Tenggara kejadian anemia pada ibu hamil di Asia yaitu

97%, 50% kejadian anemia di dunia terjadi karena kekurangan zat besi. Data

Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018, persentase anemia pada ibu

hamil di Indonesia sebesar 48,90%, prevalensi ini mengalami peningkatan

dari tahun 2013 anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 37,10%.

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia (2015). Penyebabkan AKI di

Indonesia adalah perdarahan (30,1%), hipertensi (26,9%), infeksi (5,6%),

abortus (1,6%), dan laim-lain (34,5%). Berdasarkan hasil Riset Keperawatan

dasar tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia sebesar 37,1%, dan

berdasarkan riset keperawatan dasar tahun 2018 mengalamai peningkatan

sebesar 48,9% dengan klasifikasi umur 15-24 tahun sebanyak 84,6%, umur
15

25-34 tahuan sebanyak 33,7%, umur 35-44 tahun sebanyak 33,6%, umur 45-

54 tahun sebanyak 24%. Hasil Riskesdas tahun 2018 yang sangat

mempengaruhi terjadinya anemia pada usia 15-24 tahun.

Berdasarkan data dari profil Dinas Kesehatan Provinsi jambi pada

tahun 2018 menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil yang mengalami kejadian

anemia menurut kota/ kabupaten di provinsi Jambi adalah menunjukkan dari

11 kabupaten / kota di provinsi Jambi, 5 kabupaten yang termasuk 5 besar

yaitu kabupaten merangin 33,12%, kabupaten tanjung jabung timur 17,65%,

kabupaten kerinci 15,13%, kota jambi 12,49%, kabupeten sarolangun

11,72%. Dari jumlah ibu hamil di provinsi Jambi tahun 2017 sebanyak

81,972 orang dan ibu hamil yang mengalami anemia dalam kehamilan adalah

sebanyak 7,308 orang. kabupaten Batanghari merupakan urutan ke 7

komulatif ibu hamil yang mengalami anemia.

Berdasarkan data dari Puskesmas Aro Kecamatan Muara Bulian

Kabupaten Batanghari Bulan Januari sampai dengan Agustus tahun 2020 di

dapatkan data ibu hamil, data ibu hamil dengan anemia dan data BBLR

adalah sebagai berikut:

Jumlah ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Aro bulan Januari s/d

Agustus 2020 sebanyak 116 orang. Januari sebanyak 14 orang, Februari

sebanyak 18 orang, Maret sebanyak 10 orang, April sebanyak 12 orang, Mei

sebanyak 17 orang, Juni sebanyak 15 orang, Juli sebanyak 14 orang dan

Agustus sebanyak 16 orang.


16

Sedangkan jumlah ibu hamil yang mengalami anemia dari bulan

Januari s/d Agustus 2020 sebanyak 35 Orang, Januari sebanyak 6 orang,

februari sebanyak 4 orang, maret sebanyak 5 orang, april sebanyak 3 orang,

Mei sebanyk 2 orang, juni sebanyak 3 orang, juli sebanyak 3 orang dan

agustus sebanyak 5 orang. data tersebut menunjukkan di temukan ibu hamil

yang mengalami anemia setiap bulannya.

Anemia dalam kehamilan sangat mempengaruhi janin yang di

kandungnya sehingga kesehatan ibu hamil sangat penting. Ilmu pengetahuan

yang baik dapat membangtu ibu hamil agar tidak terjadi masalah dalam

kehamilan. Salah satu dampak anemia pada ibu hamil yaitu dengan kelahiran

bayi berat badan lahir rendah (BBLR). BBLR adalah bayi baru lahir dengan

berat badan kurang dari 2500gram. (Sugeng dan Weni, 2011).

Apabila kita jumpai kasus pada bayi yang mengalami BBLR,

pelaksanaan yang harus kita lakukan yaitu membersihkan jalan nafas,

memotong tali pusat dan perawatan tali pusat dan membersihkan badan bayi

dengan menggunakan baby oil, memberikan obat mata, memperhatikan

keadaan umum bayi, mempertahankan suhu tubuh bayi dengan menggunakan

selimut untuk membungkus bayi agar tidak kedinginan, menidurkan bayi

Dalam Inkubator, suhu lingkungan bayi harus tetap terjaga. Apabila bayi lahir

dengan berat badan lahir rendah, maka akan terjadi pada bayi tersebut adalah

kepala lebih besar dari badan, putting susu belum berbentuk, genetalia belum

sempurna, rambut tipis dan halus, tulang rawan dan daun telinga Imature,
17

kulit pucat, jaringan lemak di bawah kulit tipis, tali pusat berwarna kuning

kehijauan. (Sugeng dan Weni, 2011)

Menurut hasil penelitian andria (2017), tentang hubungan anemia

pada ibu hamil dengan kejadian berat badan lahir rendah di RSUD Rokan

Hulu pada bulan September- Desember 2016 adalah 47 (14.9%) dan ibu yang

melahirkan bayi dengan BBLR adalah 21 (6,7%), dari hasil analisis Chi

Square menunjukkan adanya hubungan anemia pada ibu hamil dengan

kejadian BBLR dengan nilai P-value=0,000 atau <0,05%. Kesimpulannya

adalah hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR di

RSUD Rikan Hulu tahun 2016.

Jumlah bayi baru lahir yang di dapatkan di Wilayah Kerja Puskesmas

Aro bulan Januari s/d Agustus 2020 sebanyak 107 orang. Januari sebanyak 18

orang, Februari sebanyak 23 orang, Maret sebanyak 17 orang, April sebanyak

10 orang, Mei sebanyak 8 orang, Juni sebanyak 5 orang, Juli sebanyak 12

orang dan Agustus sebanyak 14 orang.

Sedangkan jumlah Bayi lahir dengan BBLR di Wilayah Kerja

Puskesmas Aro bulan Januari s/d Agustus 2020 sebanyak 31 orang. Januari

sebanyak 4 orang, Februari sebanyak 5 orang, Maret sebanyak 4 orang, April

sebanyak 4 orang, Mei sebanyak 2 orang, Juni sebanyak 3 orang, Juli

sebanyak 5 orang dan Agustus sebanyak 4 orang.

Data di atas menunjukkan kejadian anemia pada ibu hamil cukup

tinggi, hal tersebut berkaitan erat dengan bayi yang di lahirkan dengan berat

badan lahir rendah. Itulah mengapa sangat penting bagi ibu hamil untuk
18

selalu menjaga pola makan dan menjaga keadaan ibu pada saat hamil, dengan

selalu memeriksakan diri kepada petugas kesehatan tentang keluhan yang di

rasakan pada saat kehamilan.

Factor penyebab BBLR yaitu : yang pertama yaitu factor ibu yang

mempunyai penyakit, usia ibu, keadaan sosial, ibu yang perokok, peminum

alcohol, ibu yang pecandu narkotika. Kedua yaitu factor janin yang meliputi

hidramnion, kehanilan ganda, kelahiran kromosos. Yang ketiga factor

lingkungan yaitu tempat tinggal dataran tinggi, radiasi, zat-zat racun,

karakteristik. (Sugeng dan Weni, 2013).

Penelitian Ajeng Maharani Pratiwi 2018, tentang analisis hubungan

anemia pada ibu hamil dengan kejadian bayi berat lahir rendah di kabupaten

banjar Negara, memiliki nilai yang bermakna, di tunjukkan oleh nilai P=0,00,

nilai ods rasio (OR) yang di peroleh adalah 5,55 CI 95% (2,4-12,8). Hal

tersebut dapat di presentasikan bahwa ibu hamil dengan anemia mempunyai

resiko 5,55 5kali lebih besar untuk melahirkan bayi BBLR. Penelitian andria

(2017), tentang hubungan anemia pada ibu hamil dengan kejadian berat badan

lahir rendah di RSU Rokan hulu, menunjukkan angka kejadian anemia pada

ibu hamil di RSUD Rokan Hulu 47 (14,9%) dan ibu yang melahirkan bayi

dengan BBLR adalah 21 (6,7%). Dari hasil analisis Chi Square menunjukkan

adanya hubungan anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR dengan nilai

P- value = 0,000 atau <0,05. Sehingga dapat di simpulkan adanya hubungan

antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR di RSUD Rokan Hulu

Tahun 2016.
19

Survey awal yang di lakukan terhadap 12 orang pada tanggal 3

September 2020 di Puskesmas Aro Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi di

temukan bahwa sebanyak 8 ibu mengatakan tablet fe yang di berikan hanya

sebagian yang di makan dan yang ibu yang lainnya mengatakan tablet fe yang

di berikan habis di makan oleh ibu yang lagi hamil. Alsan ibu yang tidak

menghabiskan tablet fe nya bosan untuk meminum obat setiap malam.

Sedangkan ibu yang menghabiskan tablet fe nya dengan alas an takut kalau

bayinya kurang gizi. Ibu yang mengalami anemia sebanyak 7 orang dan tidak

mengalami anemia sebanyak 5 orang.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik tertarik

melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Anemia pada Ibu Hamil

Dengan Kejadian BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Aro Kabupaten

Batang Hari Tahun 2020”.

B. Rumusan Masalah

Adapun Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Hubungan

Anemia pada Ibu Hamil Dengan Kejadian BBLR Di Wilayah Kerja

Puskesmas Aro Kabupaten Batang Hari Tahun 2020”.


20

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah di ketahuinya “Hubungan Anemia pada Ibu

Hamil Dengan Kejadian BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Aro

Kabupaten Batang Hari Tahun 2020”.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya proporsi faktor umur kehamilan, umur ibu hamil, paritas,

pekerjaan, status KEK, dan tingkat pendidikan ibu hamil.

b. Diketahuinya kebermaknaan hubungan faktor umur ibu hamil, umur

kehamilan, paritas, pekerjaan, status KEK, dan tingkat pendidikan

dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

c. Diketahuinya faktor yang paling berpengaruh dengan kejadian anemia

pada ibu hamil.

d. Diketahuinya pengaruh anemia pada kehamilan dengan kejadian BBLR.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari

Di harapkan dapat di gunakan sebagai informasi untuk lebih

meningkatkan penyuluhan dan promosi kesehatan tentang pencegahan

anemia pada kehamilan

2. Bagi Puskesmas Aro

Di harapkan dapat di gunakan sebagai masukan bagi petugas kesehatan

untuk membuat perencanaan serta mencegah anemia dan dampak anemia

pada ibu hamil.


21

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini di harapakan dapat di gunakan oleh mahasiswa

sebagai sumber ilmu dan referensi bagi pihak yang ingin melakukan

penelitian tentang pencegahan anemia pada kehamilan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan

deskriftik analitik yang bertujuan untuk mengetahui gambaran anemia pada

ibu hamil yang melahirkan bayi BBLR di wilayah kerja Puskesmas Aro

Kabupaten Batang hari. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil

di wilayah kerja Puskesmas Aro Kabupaten Batang hari sebanyak 107 orang.

sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang melahirkan bayi BBLR di

wilayah kerja Puskesmas Aro Kabupaten Batang hari sebanyak 31 orang.

hasil penelitian ini akan di analisis menggunakan analisa univariat.


22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Beberapa pengertian dari kehamilan adalah sebagai berikut:

1) Kehamilan merupakan waktu transisi, yakni suatu masa antara

kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam

kandungan dan kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir

(Sukarni dan Wahyu, 2013).

2) Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi sampai

lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40

minggu atau 9 bulan 7 hari). Kehamilan ini dibagi atas 3

semester yaitu; kehamilan trimester pertama mulai 0-14 minggu,

kehamilan trimester kedua mulai mulai 14-28 minggu, dan

kehamilan trimester ketiga mulai 28-42 minggu (Yuli, 2017).

b. Proses Kehamilan

1) Fertilisasi

Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang

mengandung ovum dibuahi oleh sperma atau terjadi penyatuan

ovum dan sperma. Penetrasi zona pelusida memungkinkan

terjadinya kontak antara spermatozoa dan membran oosit.


23

Membran sel germinal segera berfusi dan sel sperma berhenti

bergerak. Tiga peristiwa penting terjadi dalam oosit akibat

peningkatan kadar kalsium intraseluler yang terjadi pada oosit

saat terjadi fusi antara membran sperma dan sel telur. Ketiga

peristiwa tersebut adalah blok primer terhadap polispermia,

reaksi kortikal dan blok sekunder terhadap polispermia. Setelah

masuk kedalam sel telur, sitoplasma sperma bercampur dengan

sitoplasma sel telur dan membran inti (nukleus) sperma pecah.

Pronukleus laki-laki dan perempuan terbentuk (zigot). Sekitar

24 jam setelah fertilisasi, kromosom memisahkan diri dan

pembelahan sel pertama terjadi (Heffner, 2008).

2) Nidasi

Umumnya nidasi terjadi di dinding depat atau belakang

uterus, dekat pada fundus uteri. Jika nidasi ini terjdi, barulah

dapat disebut adanya kehamilan. Bila nidasi telah terjadi,

mulailah terjadi diferensiasi zigot menjadi morula kemudian

blastula (Sukarni dan Wahyu, 2013). Blastula akan membelah

menjadi glastula dan akhirnya menjadi embrio sampai menjadi

janin yang sempurna di trimester ketiga (Saiffullah, 2015).


24

c. Perubahan Fisiologi Kehamilan Terhadap Sistem Tubuh

1) Perubahan Sistem Reproduksi.

a. Vagina dan Vulva Vagina.

Sampai minggu ke-8 terjadi peningkatan

vaskularisasi atau penumpukan pembuluh darah dan

pengaruh hormon esterogen yang menyebabkan warna

kebiruan pada vagina yang disebut dengan tanda

Chadwick. Perubahan pada dinding vagina meliputi

peningkatan ketebalan mukosa vagina, pelunakan

jaringan penyambung, dan hipertrofi (pertumbuhan

abnormal jaringan) pada otot polos yang merenggang,

akibat perenggangan ini vagina menjadi lebih lunak.

Respon lain pengaruh hormonal adalah seksresi sel-sel

vagina meningkat, sekresi tersebut berwarna putih dan

bersifat sangat asam karena adanya peningkatan PH

asam sekitar 31 (5,2 – 6). Keasaman ini berguna untuk

mengontrol pertumbuhan bakteri pathogen/bakteri

penyebab penyakit (Kumalasari,2015).

b. Uterus/ Rahim.

Perubahan yang amat jelas terjadi pada uterus/

rahim sebagai ruang untuk menyimpan calon bayi yang

sedang tumbuh.Perubahan ini disebabkan antara lain:

- Peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah.


25

- Hipertrofi dan hiperplasia (pertumbuhan dan

perkembangan jaringan abnormal) yang meyebabkan

otot-otot rahim menjadi lebih besar, lunak dan dapat

mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin

(Kumalasari,2015).

- Perkembangan desidua atau sel-sel selaput lendir rahim

selama hamil. Ukuran uterus sebelum hamil sekitar 8 x 5

x 3 cm dengan berat 50 gram.Uterus bertambah berat

sekitar 70-1.100 gram selama kehamilan dengan ukuran

uterus saat umur kehamilan aterm adalah 30 x 25 x 20

cm dengan kapasitas > 4.000 cc. Pada perubahan posisi

uterus di bulan 32 pertama berbentuk seperti alpukat,

empat bulan berbentuk bulat, akhir kehamilan berbentuk

bujur telur. Pada rahim yang normal/ tidak hamil sebesar

telur ayam, umur dua bulan kehamilan sebesar telur

bebek, dan umur tiga bulan kehamilan sebesar telur

angsa (Kumalasari,2015). Dinding – dinding rahim yang

dapat melunak dan elastis menyebabkan fundus uteri

dapat didefleksikan yang disebut dengan Mc.Donald,

serta bertambahnya lunak korpus uteri dan serviks di

minggu kedelapan usia kehamilan yang dikenal dengan

tanda Hegar. Perhitungan lain berdasarkan perubahan

tinggi fundus menurut dengan jalan mengukur tinggi


26

fundus uteri dari simfisis maka diperoleh, usia kehamilan

22-28 minggu : 24-26 cm, 28 minggu : 26,7 cm, 30

minggu : 29-30 cm, 32 minggu : 29,5-30 cm, 34

minggu : 30 cm, 36 minggu : 32 cm, 38 minggu : 33 cm,

40 minggu : 37,7 cm.

c. Serviks.

Akibat pengaruh hormon esterogen menyebabkan massa

dan kandungan air meningkat sehingga serviks

mengalami penigkatan vaskularisasi dan oedem karena

meningkatnya 33 suplai darah dan terjadi penumpukan

pada pembuluh darah menyebabkan serviks menjadi

lunak tanda (Goodel) dan berwarna kebiruan (Chadwic)

perubahan ini dapat terjadi pada tiga bulan pertama usia

kehamilan (Kumalasari,2015).

d. Ovarium.

Manuaba mengemukakan dengan adanya kehamilan,

indung telur yang mengandung korpus luteum

gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai

terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia 16

minggu.Pada kehamilan ovulasi berhenti, corpus luteum

terus tumbuh hingga terbentuk plasenta yang mengambil

alih pengeluaran hormon estrogen dan progesterone

(Kumalasari,2015).
27

e. Kulit

Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan

hiperpigmentasi karena pengaruh Melanocyte

Stimulating Hormone atau hormon yang mempengaruhi

warna kulit pada lobus hipofisis anterior dan pengaruh

kelenjar suprarenalis (kelenjar pengatur hormon

adrenalin). Hiperpigmentasi ini terjadi pada daerah perut

(striae gravidarum), garis gelap mengikuti garis diperut

(linia nigra), areola mama, papilla mamae, pipi (cloasma

34 gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi ini

akan berkurang dan hilang (Kumalasari,2015).

f. Payudara.

Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena

dengan semakin dekatnya persalinan, payudara

menyiapkan diri untuk memproduksi makanan pokok

untuk bayi baru lahir.Perubahan yang terlihat

diantaranya:

- Payudara membesar, tegang dan sakit hal ini

dikarenakan karena adanya peningkatan pertumbuhan

jaringan alveoli dan suplai darah yang meningkat

akibat perubahan hormon selama hamil

(Saminem,2008).
28

- Terjadi pelebaran pembuluh vena dibawah kulit

payudara yang membesar dan terlihat jelas

(Saminem,2008).

- Hiperpigmentasi pada areola mamae dan puting susu

serta muncul areola mamae sekunder atau warna

tampak kehitaman pada puting susu yang menonjol

dan keras (Saminem,2008).

- Kelenjar Montgomery atau kelenjar lemak di daerah

sekitar puting payudara yang terletak di dalam areola

mamame membesar dan dapat terlihat dari luar.

Kelenjar ini mengeluarkan banyak cairan minyak agar

puting susu selalu lembab dan lemas sehingga tidak

menjadi tempat berkembang biak bakteri

(Saminem,2008).

- Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila di pijat.

Mulai kehamilan 16 minggu, cairan yang dikeluarkan

bewarna jernih. Pada kehamilan 16 minggu sampai 32

minggu warna cairan agak putih seperti air susu yang

sangat encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai anak

lahir, cairan yang keluar lebih kental, berwarna

kuning, dan banyak mengandung lemak. Cairan ini di

sebut kolostrum (Saminem,2008).


29

2) Sistem Endokrin, Kekebalan dan Perkemihan

a. Sistem Endokrin

Perubahan fisiologis dalam kehamilan salah

satunya dipengaruhi oleh perubahan sekresi hormone.

Adanya HCG yang direproduksi oleh sel-sel trofoblas

menyebabkan peningkatan produksi “ovarian steroid

hormone”. Pada saat kehamilan, fungsi endokrin dari

plasenta menjadi lebih luas untuk menghasilkan hormone

maupun “releasing factor”. Efek dari produk yang

dihasilkan plasenta ini tidak hanya berpengaruh pada

sirkulasi maternal, namun juga berperan dalam sirkulasi

janin. Kondisi ini merupakan bentuk penyesuaian tubuh

maternal akibat dari perubahan fisiologis oleh adanya

hormone kehamilan dan persiapan pertumbuhan janin

(Irianti,Bayu,dkk. 2015:29). Adapun perubahan hormone

yang terjadi secara khas pada periode kehamilan adalah

sebagai berikut:

(1) Produksi hormone plasenta

Salah satu fungsi dari plasenta adalah sebagai organ

endokrin. Keberadaannya pada masa kehamilan

sangat berpengaruh pada system hormonal maternal,

yang selanjutnya juga memberikan dampak terhadap


30

janin. Hormone yang diproduksi oleh plasenta ini

meliputi hCG, hormone-hormon steroid, hPL, pGH,

Relaxin, pRH, dan lain-lain (inhibin, corticosteroid,

ACTH, TSH, IGFs, endothelin dan prostaglandin)

(Irianti,Bayu,dkk. 2015:30). Adapun profil dan peran

beberapa hormone tersebut adalah sebagai berikut :

- hCG (human Chorionic Gonadotropin)

Merupakan hormone glikoprotein yang

memiliki kandungan karbohidrat tinggi dengan

berat molekul 36-40 kDa, yang dihasilkan oleh

trofoblas sejak hari ke7 setelah terjadinya

fertilisasi. Namun, keberadaannya baru bisa

terdeteksi didalam sirkulasi darah maternal pada

hari ke 10, yaitu ketika trofoblas telah

terimplantasi dan menyatu dengan pembuluh

darah maternal dan dapat terdeteksi didalam urin

pada minggu ke 2 pasca fertilisasi.

Efek-efek yang ditimbulkan oleh adanya

hCG adalah :

a) memberikan efek luteutropik pada corpus

luteum, sehingga corpus luteum dapat tetap

memproduksi estrogen dan progesterone


31

b) Menstimulasi produksi progesterone oleh

plasenta

c) Mengatur aktivitas tirotropik

d) Berhubungan dengan terjadinya mual muntah

e) Menstimulasi kelenjar tiroid maternal,

mengakibatkan peningkatan nafsu makan dan

meningkatnya cadangan lemak

f) Meningkatkan sensitifitas terhadap insulin

g) Menurunkan kemampuan osmotic, sehingga

cepat haus dan produksi ADH yang meningkat

h) Mencegah penolakan janin oleh maternal

dengan menekan respon limfosit maternal

i) Membantu pertumbuhan myometrium

j) Menghambat kontraksi myometrium

k) Membantu invasi trofoblas

l) Berpengaruh pada perkembangan jaringan

system syaraf janin

m) Berperan dalam diferensiasi jenis kelamin

laki-laki dan menstimulasi testis untuk

memproduksi testosterone

n) Menstimulasi kelenjar adrenal janin

untuk meningkatkan produksi corticosteroid


32

- Hormon steroid

Proses steroidogenesis pada kehamilan

dipengaruhi oleh interaksi dan kerjasama antara

ibu, plasenta maupun janin. Faktor ibu sebagai

pemicu produksi progesterone oleh plasenta,

sedangkan faktor janin pemicu produksi estrogen

oleh plasenta.

- Progesterone

Progesterone disintetis dari progesterone

maternal didalam sinsitiotrofoblas. Progesterone

plasenta dibutuhkan janin untuk memsproduksi

testosterone, corticosteroid dan mineralocorticoid.

Progesterone dikenal juga sebagai hormone

kehamilan, berperan dalam stimulasi system

pernafasan, system relaksasi otot polos (yang ada

didalam pembuluh darah, uterus dan usus),

peningkatan suhu tubuh, peningkatan pengeluaran

sodium dan klorida, serta imunosupresan plasenta

(Picciano, 2003).

Pada akhir trimester pertama, level

progesterone mengalami kenaikan hingga 50%

dibandingkan produksinya pada level luteal. Pada


33

keadaan normal hanya diproduksi kurang dari 1

ng/ml menjadi 11,2-90 ng/ml pada trimester I,

25.6-89,4 pada trimester II, dan menurun kembali

TM III menjadi 48/4-42,5 ng/ml. (Beshay & Carr,

2011).

Peningkatan terus terjadi hingga pada usia

kehamilan aterm yaitu level progesterone

meningkat hngga 3 kali lipat. Kenaikan level

progesterone yang signifikasi ni menyebabkan

plasenta memegang peranan penting dalam

regulasi system hormone steroid pada kehamilan.

- Estrogen

Peran penting keberadaan estrogen dalam

kehamilan ini adalah meningkatkan perkembangan

endometrium dan payudara, meningkatkan

efektivitas myometrium, meningkatkan sensitivitas

karbon dioksida, meningkatkan sekresi prolactin,

meningkatkan vasodilatasi myometrium,

menstimulasi retensi cairan dan meningkatkan

sensitivitas uterus terhadap progesterone pada akhir

masa kehamilan.
34

- hPL (hormone Placental Lactogen)

hPL biasa juga disebut dengan human

chorionic somatomammotropin, diproduksi oleh

sinsitiotrofoblas. Sekresi hPL meningkat setelah

penurunan level hCG. Menjelang usia kehamilan

aterm produksi hPL adalah 1-3 g/ hari. hPL bersifat

lactoganik dan juga berperan dalam menstimulasi

pertumubuhan jaringan maternal maupun fetal

(Irianti,Bayu,dkk. 2015:35).

- PGH (Placental Growth Hormon)

Hormone pertumbuhan/PGH disekresi oleh

kelenjar hipofisis pada awal kehamilan, dan akan

menurun seara bertahap. Pada usia kehamilan 8

minggu hormone pertumbuhan telah dapat

dideteksi dan pada 17 minggu plasenta

(sinsitiotrofoblas) menjadi tempat utama sekresi

hormone pertumbuhan. PGH memiliki sifat high

sommatogenik activity yaitu meningkatkan

aktivitas pertumbuhan dan low lactogenic activit

sebagai hormone yang memperlambat aktivitas

laktasi.
35

Secara umum, PGH menggantikan kehamilan

dan berperan penting dalam memfasilitasi adaptasi

metabolic maternal terhadap adanya kehamilan

serta menyediakan kebutuhan glulkosa fetal.

Dalam keadaan tidak hamil kisarannya yaitu 0,5-

7,5 mg/mL, pada kehamilan normal ditrimester

pertama antara 5-7,5 mg/mL, trimester kedua 3,5

mg/mL dan trimester ketiga 14 mg/mL

(Irianti,Bayu,dkk. 2015:36).

- Relaxin

Relaxin diproduksi oleh corpus luteum dan

level relaxin tertinggi terjadi pada trimester I.

relaxin berperan dalam pelunakan ligament tulang

panggul, stretching ligament, dan secara klinis juga

dapat digunakan untuk menstimulasi pematangan

serviks pada persalinan dengan induksi

(Irianti,Bayu,dkk. 2015:37).

(2) Hormon Adrenal

- Kortisol

Kadar kortisol meningkat dalam serum

namun sebagian besar terikat oleh transkortin

(globulin). Hal ini menyebabkan resistensi insulin

dan peningkatan gula darah terutama setelah


36

makan sehingga glukosa lebih banyak tersedia bagi

janin. Selain itu, dengan adanya peningkatan kadar

progesterone selama kehamilan maka semakin

tinggi tingkat kortisol yang diperlukan untuk

mempertahankan homoestatis. Kadar kortikotropin

(ACTH) darah sangat menurun pada awal

kehamilan dan akan terus meningkat siring dengan

perkembangan kehamilan (Irianti,Bayu,dkk.

2015:37).

- Aldosterone

Kadar aldosterone meningkat pada usia

kehamilan 15 minggu, pada trimester III sekresi

aldosterone sekitar 1 mg/hari. Meningkatnya

aldosterone menyebabkan meningkatnya kadar

renin-angiotensin terutama pada pertengahan

kehamilan yang menyebabkan meningkatnya aliran

glomerulus ginjal (Irianti,Bayu,dkk. 2015:37).

- Deoksikortikosteron

Kadar deoksikortikosteron dalam darah

janin lebih tinggi dibandingkan dengan ibu. Hal ini

berpengaruh pada keseimbangan tubuh ibu dan

akan meningkat selama kehamilan mendekati 1500

pg/mL. Pada aterm, peningkatan ini bukan berasal


37

dari sekresi adrenal tetapi mencerminkan

peningkatan produksi oleh ginjal akibat stimulasi

estrogen (Irianti,Bayu,dkk. 2015:38).

- Androstenedion dan Testoteron

Kadar androstenedion dan testoteron selama

kehamilan meningkat, kemungkinan berasal dari

ovarium, namun tidak ada atau sedikit yang

mengalir ke darah janin sehingga itu tidak dijumpai

dalam darah janin atau konsentrasinya rendah

(Irianti,Bayu,dkk. 2015:38).

(3) Hormon Pituitari/Hipofisis

Kelenjar hipofisis berperan dalam pengeluaran

hormone yang penting dalam pertumbuhan dan

perkembangan dalam uterus, dalam kehamilan normal

kelenjar hipofisis membesar sekitar 135%. Hormone-

hormon yang diproduksi didalam hipofisis pun

mengalami perubahan akibat kehamilan. Tingginya

level estrogen pada saat hamil menghambat

pengeluaran FSH dan LH, oleh karenanya hamper

tidak ditemukan FSH dan LH pada saat hamil.

Produksi ACTH juga meningkat sebagai akibat

meningkatnya aktivitas adrenal. Terjadinya

peningkatan hormone lainnya yaitu MSH, yang


38

menyebabkan terjadinya hiperpigmentasi pada

kehamilan (Irianti,Bayu,dkk. 2015:38).

2. Sistem Pencernaan, Musculoskeletal, Kardiovaskuler, dan

Integument

a. Sistem Pencernaan

Pada bulan pertama kehamilan terdapat perasaan

tidak enak (nausae akibat kadar hormon estrogen yang

meningkat). Tonus otot-otot traktus digestivus menurun,

sehingga morbilitas seluruh taktus digestivusi juga kurang.

Makanan lebih lama berada dilambung dan apa yang telah

dicernakan lebih lama berada dalam usus-usus. Gejala

muntah biasanya terjadi pada pagi hari yang biasa dikenal

dengan morning sickness hal ini di sebabkan karna hormon

Estrogen dan HCG meningkat. Pada beberapa wanita

ditemukan adanya ngidam makanan yang mungkin

berkaitan dengan persepsi wanita tersebut tentang suatu

keinginan yang berlebihan terhadap suatu makanan.

(Sulistyawati,Ari.2009)

Gigi berlubang terjadi lebih mudah pada saliva yang

bersifat asam selama masa kehamilan dan membutuhkan

perawatan yang baik untuk mencegah karies gigi. Pada

bulan-bulan terakhir, nyeri ulu hati dan regurgitas

(pencernaan asam) merupakan ketidak nyamanan yang


39

disebabkan tekanan keatas dari pembesaran uterus.

Pelebaran pembuluh darah rectum (hemoroid) dapat terjadi.

Pada persalinan, rectum dan otot-otot yang memberikan

sokongan sangat tegang. (Sulistyawati,Ari.2009)

b. Sistem Muskuloskeletal

Pada trimester pertama tidak banyak perubahan pada

muskuloskeletal, keseimbangan kadar kalsium selama

kehamilan biasanya normal apabila asupan nutrisi

khususnya produk susu terpenuhi. Tulang dan gigi biasanya

tidak berubah pada kehamilan yang normal. Selama masa

kehamilan wanita membutuhkan kira-kira 1/3 lebih banyak

kalsium dan posfor. Karies gigi tidak disebabkan oleh

dekalasifikasi, sejak kalsium dan gigi dibentuk.

Terdapat bukti bahwa saliva yang sama pada saat

hamil membuat aktifitas penghancur bakteri email yang

menyebabkan karies Pada trimester II, peningkatan berat

wanita hamil menyebabkan postur dan cara berjalan wanita

berubah secara menyolok. Otot dinding perut meregang dan

akhirnya sedikit kehilangan tonus otot.

Selama trimester ketiga, otot rektus abdominalis

dapat memisah menyebabkan isi perut menonjol digaris

tengah. Umbilikus menjadi lebih datar atau menonjol.

Setelah melahirkan, tonus otot secara bertahap kembali


40

tetapi, pemisahan otot (diastasi recti) menetap.

(Sulistyawati,Ari.2009)

c. Sisitem Kardiovaskuler/Sirkulasi Darah

Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang

terletak di pusat dada, bagian kanan dan kiri jantung

masing-masing memiliki ruang sebelah atas (atrium yang

mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel)

yang mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir

dalam satu arah, maka ventrikel memiliki satu katup pada

jalan masuk dan satu katup pada jalan keluar.

(Sulistyawati,Ari.2009)

1) Fungsi sistem kardiovaskuler ( jantung )

Sistem kardiovaskular yang berfungsi sebagai sistem

regulasi melakukan mekanisme yang bervariasi dalam

merespons seluruh aktivitas tubuh. Salah satu contoh adalah

mekanisme meningkatkan suplai darah agar aktivitas

jaringan dapat terpenuhi. Pada keadaan tertentu, darah akan

lebih banyak dialirkan pada organ-organ vital seperti

jantung dan otak untuk memelihara sistem sirkulasi organ

tersebut. (Sulistyawati,Ari.2009)

(a) Komponen Sistem Kardiovaskular Sistem kardiovaskular

merupakan suatu sistem transpor tertutup yang terdiri

atas:
41

 Jantung, sebagai organ pemompa.

 Komponen darah, sebagai pembawa materi oksigen dan

nutrisi.

 Pembululi darah, sebagai media yang mengalirkan

komponen darah.

Perubahan anatomi dan fisiologi adaptasi pada ibu hamil

kardiovaskuler

(1) Trimester I

Perubahan rata- rata volume plasenta

maternal berkisar antara 20-100%. RBC meningkat

18% tanpa suplemen-suplemen zat besi dan terjadi

peningkatan yang lebih besar yaitu 30% jika ibu

meminum suplemen zat besi. Karena volume plasma

meningkat rata-rata 50% sementara massa RBC

meningkat hanya 18-30%, maka terjadi penurunan

hematokrit selama kehamilan normal sehingga

disebut anemia fisiologis. (Sulistyawati,Ari.2009).

Tekanan darah akan turun selama 24 minggu

pertama kehamilan akibat terjadi penurunandalam

perifer vaskuler resistence yang disebabkan oleh

peregangan otot halus oleh progestrone. Tekanan

sistolik akan turun sekitar 5-10 mmHg dan diastolic

pada 10-15 mmHg. Selama kehamilan normal


42

cardiac output meningkatkan sekitar 30-50% dn

mencapai level maksimumnya selama trimester

pertama atau kedua dan tetap tinggi selama

persalinan. (Sulistyawati,Ari.2009)

(2) Trimester II

Pada usia kehamilan 16 minggu, mulai jelas

kelihatan terjadi proses hemodilusi, setelah 24

minggu tekanan darah sedikit demi sedikit naik

kembali pada tekanan darah sebelum aterem.

Perrubahan auskultasi mengiringi perubahaqn

ukuran dari posisi jantung, peningkatan volume

darah dan curah jantung juga menimbulkan

perubahan hasil uskultasi yang umum terjadi selama

masa kehamilan. (Sulistyawati,Ari.2009)

(3) Trimester III

Selama kehamilan jumlah leukosit akan

meningkat yakni berkisar antara 5000-12000 dan

mencapai puncaknya pada saat persalinan dan masa

nifas berkisar 14000-16000 penyebab peningkatan ini

belum diketahui. Respon yang sama diketahui terjadi

selama dan setelh melakukan latihan yang berat,

distribusi tipe sel juga kan mengaami perubahan.

Pada kehamilan, terutama trimesetr ke-3, terjadi


43

peningkatan jumlah granulosit dan limfosit dan

secara bersamaan limfosit dan monosit.

d. Sistem Integumen / Kulit

Sistem organ yang membedakan, memisahkan,

melindungi terhadap lingkungan sekitarnya, merupakan

organ terbesar (16 % dari BB), yang membungkus seluruh

permukaan tubuh. membungkus seluruh permukaan tubuh .

(Sulistyawati,Ari.2009)

Perubahan anatomi dan fisologi adaptasi pada ibu

hamil system integument :

1) Trimerster I

Perubahan keseimbangan hormon dan

peregagangan mekanis menyebabkan timbulnya

beberapa perubahan dalam sistem integumen selama

masa kehamilan. Perubahan yang umum terjadi adalah

peningkatan penebalan kulit dan lemak subdermal,

hiperpigmentasi, pertumbuhan rambut dan kuku,

percepatan aktifitas kelenjar keringat dan kelenjar

sebasea, peningkatan sirkulasi dan aktifitas vasomotor.

Jaringan elastis kulit mudah pecah, menyebabkan strie-

gravidarum, atau tanda regangan, respon alegri kulit

meningkat. Pada kulit terdapat deposit pigmen dan

hiperpigmentasi alat-alat tertentu (Sulistyawati,Ari.2009)


44

Linea alba pada kehamila menjadi hitam dikenal

sebagai linea grisea, linea nigra adalah garis pigmentasi

dari simpisis pubisa sampai kebagian atas fundus di garis

tengah tubuh, kulit perut juga tampak seolah- olah retak,

warnanya berubah agak hiperemik dan kebiru-biruan

disebut striae livide.

2) Trimester II

Akibat peningkatan hormon estrogen dan

progesteron, kadar MSH pun meningkat, pada terjadi

perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena

pengaruh MSH dan pengaruh kelenjar suprarenalis.

Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae-gravidarum livide

atau alba, areola mammae, papila mammae, linea nigra,

pipih (chloasma gravidarum). Setelah persalinan

hiperpigmentasi ini akan menghilang.

(Sulistyawati,Ari.2009)

3) Trimester III

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna

menjadi kemerahan, kusam dan kadang-kadang juga akan

mengenai daerah payudara dan paha perubahan ini dikenal

dengan striae gravidarum. Pada mutipara selain striae

kemerahan itu sering kali di temukan garis berwarna perak

berkilau yangmerupakan sikatrik dari striae sebelumnya. Pada


45

kebanyakan perempuan kulit digaris pertengahan perut akan

berubah menjadi hitam kecoklatan yang di sebut dengan linea

nigra, kadang- kadang muncul dalam ukuran yang variasi pada

wajah dan leher yang disebut dengan chloasma atau melasma

gravidarum, selain itu pada areola dan daerah genetalia juga

akan terlihat pigmentasi yang berlebihan. Pigmentasi yang

berlebihan biasanya akan hilang setelah persalinan.

(Sulistyawati,Ari.2009)

e. Perubahan Psikologi pada Ibu Hamil

Menurut Yuli (2017), Kehamilan merupakan saat terjadinya

krisis bila keseimbangan hidup ternggangu.

 Teori krisis.

Tahap syok dan menyangkal, bingung dan preoccupation,

tindakan dan belajar dari pengalaman, intervensi memudahkan

kembali keadaan keseimbangan.

 Awal penyesuaian terhadap kehamilan baik ibu maupun bapak

mengalami syok.

(1) Persepsi terhadap peristiwa bervariasi menurut individu.

(2) Dukungan situsional penting untuk memberikan bantuan

dan perhatian.

(3) Mekanisme koping; kekuatan dan keterampilan dipelajari

untuk mengatasi stress.


46

 Lanjutan penyesuaian terhadap kehamilan

(1) Trimester pertama (bulan 1-3)

Ditandai dengan adanya penyesuaian terhadap ide-ide

menjadi orang tua, tingkat hormon yang tinggi, mual dan

muntah serta lebih.

(2) Trimester kedua (bulan 4-6)

Waktu yang menyenangkan, respons seksual meningkat,

quickening memberikan dorongan psikologis.

(3) Trimester ketiga (bulan 7-9)

Letih, tubuh menjadi besar dan terlihat aneh, kegembiraan

yang menyusut dengan kelahiran bayi.

3. Anemia pada ibu hamil

Anemia merupakan suatu keadaan ketika jumlah sel darah merah

atau konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah (Hb) tidak mencukupi

untuk kebutuhan fisiologis tubuh (Depkes, 2013). Anemia dapat

didefinisikan sebagai kondisi dimana kadar Hb berada di bawah normal.

Salah satu gangguan yang paling sering terjadi ketika kehamilan yaitu

anemia defisiensi besi. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi

sehinga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk

metabolisme besi yang normal. Kadar hemoglobin ibu yang anemia

menjadi turun sampai di bawah 11 g/dl selama trimester III (Merryana

dkk, 2012).
47

Anemia dalam kehamilan merupakan kondisi ibu dengan kadar

hemoglobin di bawah 11 g% pada trimester pertama dan ketiga atau

kadar kurang dari 10,5 g% pada trimester kedua (Prawiroharjo, 2006).

Anemia adalah penurunan kapasitas drah dalam membawa oksigen

terjadi akibat penurunan produksi sel darah merah (SDM) dan atau

penurunan hemoglobin (Hb) dalam darah (Fraser dkk, 2009).

Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah

merah (SDM) yang kaya akan zat besi. Hemoglobin memiliki afinitas

(daya gabung) terhadap oksigen membentuk oksihemoglobin di dalam sel

darah merah, dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-

paru ke jaringan-jaringan (Pearce, 2011). Kadar hemoglobin merupakan

parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi

anemia. Nilai normal yang paling sering dinyatakan adalah 14-18 gm/100

ml untuk pria dan 12-16 gm/100 ml untuk wanita (Supariasa dkk, 2012).

a. Diagnosa anemia pada kehamilan

Anemia yang terjadi pada ibu hamil ditandai dengan wajah

pucat, mata merah, telapak tangan pucat, cepat lelah, lemah dan lesu.

Hal tersebut terjadi karena sel-sel darah merah kekurangan zat besi.

Puncak kondisi anemia kekurangan zat besi sering terjadi pada

trimester kedua dan ketiga. Kondisi tersebut bisa disebabkan karena

asupan Fe yang kurang, adanya infeksi, dan interval kehamilan yang

pendek. Zat besi sangat diperlukan ibu hamil untuk pembentukan sel-

sel darah. Selama kehamilan, volume sirkulasi darah akan meningkat


48

hingga 30-40 persen. Pada wanita hamil terjadi hemodilusi yaitu

pertambahan volume cairan darah yang lebih banyak daripada sel

darah. (Istiany dkk, 2013).

Menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan

dengan anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat

lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan mual

muntah lebih heba pada trimester pertaman. Pemeriksaan dan

pengawasan Hb dapat dilakukan menggunakan alat Sahli. Hasil

pemeriksaan dengan Sahli dapat digolongkan sebagai berikut :

1) Hb 11 g/dl tidak anemia

2) 9-10 g/dl anemia ringan

3) 7-8 g/dl anemia sedang

4) <7 g/dl anemia berat

Pemeriksaan dilakukan minimal dua kali selama kehamilan

yaitu pada trimester I dan trimester III (Manuaba, 1998). Anemia

terjadi karena kadar hemoglobin dalam sel darah merah berkurang.

Kadar normal hemoglobin dalam darah sekitar 12g/dl. Kadar

hemoglobin antara 9-10 g/dl adalah anemia sedang, anemia kurang

yaitu 6-8 g/dl, sedangkan anemia berat yaitu kadar kurang dari 6 g/dl

(Muliarini, 2010).
49

b. Anemia fisiologis pada kehamilan

Peningkatan volume plasma maternal selama kehamilan secara

bertahap sebanyak 50% atau meningkat sekitar 1.200 ml pada saat

cukup bulan, peningkatan sel darah merah total adalah sekitar 25%

atau sekitar 300 ml. Hemodilusi relative yang terjadi tersebut

menyebabkan penurunan konsentrasi Hb yang mencapai titik

terendah pada trimester ketiga.

Hal ini menyebabkan peningkatan insiden berat badan lahir

rendah dan kelahiran premature pada ibu yang konsentrasi

hemoglobinnya sangat rendah. Kadar hemoglobin yang rendah dapat

mempengaruhi kemampuan sistem maternal untuk memindahkan

oksigen dan nutrisi yang cukup ke janin. Kadar Hb yang tinggi

dianggap mencerminkan ekspansi volume plasma yang buruk seperti

pada kondisi patologis, misalnya pre-eklamsia (Fraser dkk, 2009).

1) Anemia defisiensi zat besi

Anemia defisiensi zat besi terbagi atas mikrositik (MCV

rendah) dan hipokromik (MCHC rendah). Indeks sel darah

merah, sel rata- rata (mean cell volume/MCV) nilai normalnya

adalah 80-95 femtoliter dan konsentrasi hemoglobin sel rata-rata

(mean cell haemoglobin concentration/MCHC) yang

mengindikasikan seberapa bagusnya sel darah terisi Hb, nilai

normalnya adalah 32-36 g/dL biasanya digunakan untuk

mengidentifikasi penyebab anemia.


50

Ketika Hb turun cadangan zat besi sudah menurun.

Kekurangan zat besi pada jaringan dapat diketahui

dengan mengukur kadar zat besi dalam serum yang akan

menurun pada keadaan ini, nilai normalnya adalah 10-30 𝜇mol/L

dan pengikatan zat besi total yang akan mengalamipeningkatan.

Cadangan zat besi total dalam tubuh dapat diperkirakan dengan

mengukur feritin serum, feritin merupakan protein tempat

penyimpanan zat besi yang utama.

2) Anemia defisiensi asam folat

Asam folat dibutuhkan untuk peningkatan pertumbuhan sel

ibu dan janin namun pada saat kehamilan terdapat masalah yaitu

penurunan fisiologis kadar fosfat serum selama kehamilan.

Anemia ini cenderung terjadi pada akhir kehamilan ketika janin

tumbuh dengan cepat. Penyebab utama anemia defisiensi asam

folat terutama adalah penurunan asupan diet dan atau penurunan

absorbsi. Pada anemia hemolitik terdapat peningkatan kebutuhan

produksi sel darah merah dan secara otomatis juga peningkatan

kebutuhan terhadap asam folat.

3) Anemia defisiensi vitamin B12

Defisiensi vitamin B12 juga menyebabkan anemia

megaloblastik. Kadar vitamin B12 menurun selama kehamilan,

namun anemia ini jarang terjadi karena tubuh mengambilnya

dari cadangan yang tersimpan dalam tubuh. Defisiensi sering


51

terjadi pada orang yang tidak mengonsumsi produk daging sama

sekali sehingga harus meminum suplemen selama kehamilan.

c. Pengaruh anemia pada kehamilan dan janin

Anemia pada ibu hamil dapat mempengaruhi kehamilan

maupun janin yang ada dalam kandungan. Pengaruh terhadap

kehamilan dapat menimbulkan bahaya selama proses kehamilan,

persalinan dan pada kala nifas.

1) Bahaya selama kehamilan : dapat terjadi abortus, persalinan

prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim,

mudah terjadi infeksi, hiperemesis gravidarum, perdarahan

antepartum, ketuban pecah dini (KPD).

2) Bahaya saat persalinan : gangguan his-kekuatan mengejan, proses

persalinan yang lama, terjadinya perdarahan.

3) Bahaya saat nifas : menimbulkan perdarahan postpartum, infeksi,

pengeluaran ASI berkurang, mudah terjadi infeksi mamae dan

anemia kala nifas.

Kemudian pengaruh anemia pada ibu hamil terhadap janin

yaitu anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh

sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam

rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk abortus,

kematian, persalinan prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah,

kelahiran dengan anemia, cacat bawaan, bayi mudah terinfeksi, dan

inteligensia rendah. (Manuaba, dkk.2012)


52

Keadaan anemia akan menyebabkan ibu mengalami banyak

gangguan seperti mudah pusing, pingsan, mudah keguguran atau

mengalami proses melahirkan akibat kontraksi yang tidak maksimal

serta perdarahan setelah persalinan yang dapat mengancam jiwa.

Kondisi anemia ibu hamil akan menyebabkan pertumbuhan janin

terhambat, lahir premature, lahir dengan cadangan zat besi kurang

atau lahir dengan cacat bawaan (Muliarini, 2010).

4. Berat Bayi Lahir (BBL)

Berat badan merupakan hasil peningkatan atau penurunan

semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain tulang, otot, lemak,

cairan tubuh dan lain-lainnya yang dipakai sebagai indikator untuk

mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang. Berat lahir bayi

adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu satu jam pertama

setelah lahir.

a. Macam – macam berat badan lahir

Berat badan lahir bayi dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu :

1) Berat Badan Lahir Rendah jika berat kurang dari 2500 gram

tanpa memandang masa gestasi.

2) Berat Badan Lahir Normal bila berat antara 2500 – 4000 gram.

3) Bayi Besar bila berat badan lahir lebih dari 4000 gram
53

b. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Berat badan lahir rendah (BBLR), yaitu kurang dari 2.500

gram (Depkes, 2013). Bayi BBLR adalah bayi yang lahir dengan

berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa

kehamilan (Proverawati dan Ismawati, 2010).

Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir

dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram disebut Low Birth

Weight Infants (BBLR). Sedangkan pada tahun 1970. Kongres

European Perinatal Medicine II yang diadakan di London juga

diusulkan definisi untuk mendapatkan keseragaman tentang

maturitas bayi lahir, yaitu sebagai berikut :

1) Bayi kurang bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan kurang

dari 37 minggu (259 hari).

2) Bayi cukup bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan mulai

37 minggu sampai 42 minggu (259-293 hari).

3) Bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42

minggu atau lebih (294 hari atau lebih)

Manifestasi klinis Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) yaitu

sebagai berikut :

1) Berat kurang dari 2500 gram

2) Panjang kurang dari 45 cm

3) Lingkar dada kurang dari 30 cm

4) Lingkar kepala kurang dari 33 cm


54

5) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

6) Kepala lebih besar

7) Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang

8) Otot hipotonik lemah

9) Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea

10) Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut atau kaki fleksi-lurus

11) Kepala tidak mampu tegak

12) Pernapasan 40-50 kali/menit

13) Nadi 100-140 kali/menit (Proverawati, dkk, 2010).

5. Factor-faktor yang mempengaruhi BBLR

a. Faktor Ibu

Beberapa penyebab BBLR berasal dari ibu diantaranya:

1) Umur ibu hamil.

Pada kehamilan usia muda terjadi kompetisi

makanan antar janin dan ibunya yang masih dalam

pertumbuhan dan adanya pertumbuhan hormonal yang terjadi

selama kehamilan. Sedangkan ibu hamil diatas 35 tahun

cenderung mengalami anemia, hal ini disebabkan karena

pengaruh turunnya cadangan zat besi dalam tubuh akibat

masa fertilisasi (Sulistyoningsih, 2010).

Menurut Sistriani (2008), umur yang baik bagi ibu

hamil adalah 20-35 tahun. Kehamilan di bawah umur 20

tahun atau lebih 35 tahun merupakan kehamilan yang


55

beresiko tinggi. Kehamilan pada usia muda merupakan faktor

risiko karena pada umur <20 tahun kondisi ibu masih dalam

pertumbuhan sehingga asupan makanan lebih banyak

digunakan untuk mencukupi kebutuhan ibu. Sedangkan

kehamilan lebih dari 35 tahun organ reproduksi kurang subur

serta memperbesar resiko kelahiran dengan kelainan

kongenital dan beresiko untuk mengalami kelahiran

premature.

2) Paritas

Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih

dari atau sama dengan500 gram yang pernah dilahirkan hidup

maupun mati. Bila berat badan tak diketahuimaka dipakai

umur kehamilan, yaitu 24 minggu. Pada umumnya BBLR

meningkat seiring dengan meningkatnya paritas ibu. Risiko

untuk terjadinya BBLR tinggi pada paritas pertama kemudian

menurun pada paritas kedua atau ketiga, selanjutnya

meningkat kembali pada paritas keempat (Siantury, 2007).

Paritas yang beresiko melahirkan BBLR adalah

paritas 0 yaitu bila ibu pertama kali hamil dan paritas lebih

dari 4 karena dapat berpengaruh pada kehamilan. Paritas

yang aman ditinjau dari sudut kematian maternal adalah

paritas 1-4 (Sistriani, 2008).


56

3) Status gizi ibu.

Ibu yang kurang gizi pada umumnya mempunyai

kapasitas fisik yang kurang optimal yang akan berpengaruh

terhadap kapasitasnya dalam memberikan pelayanan secara

optimal pada keluarga terutama janin yang dikandungnya.

Hal ini dapat menimbulkan penyakit yang kronis yang

diderita sikecil pada masa depan. Penyakit-penyakit seperti

jantung koroner, hipertensi, kolesterol, gangguan toleransi

glukosa dan diabetes biasa ditemui dari para bayi yang

dilahirkan olehpara ibu yang mengalami masalah malnutrisi

pada masa kehamilan. Saat seorang wanita menjalani

kehamilan, akan terjadi perubahan fisiologis, berat badan dan

basal metabolisme tubuh akan meningkat. Bersamaan dengan

itu, akan terjadi mekanisme adaptasi di dalam tubuh ibu

(Arisman, 2009).

Bila status gizi ibu normal sebelum dan selama hamil

kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup

bulan dengan berat badan normal bila kondisi fisik dan

gizinya berada pada kondisi yang baik, karena janin di dalam

kandungan merupakan hasil interaksi antara faktor genetik

dan lingkungan (Arisman, 2009).


57

Penilaian status gizi merupakan proses pemeriksaan

keadaan giziseseorang dengan cara mengumpulkan data

penting baik yang bersifatsubjektif maupun yang bersifat

objektif. Status gizi janin ditentukan antarastatus gizi ibu

sebelum dan selama dalam kehamilan dan keadaan

inidipengaruhi oleh status gizi ibu sewaktu konsepsi

dipengaruhi olehkeadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan

dan gizi ibu, paritas danjarak kehamilan jika yang dikandung

bukan anak yang pertama. Beberapa cara yang dapat

digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara lain

memantau pertambahan berat badan selama hamil, mengukur

Lingkar Lengan Atas (LILA) dan mengukur kadar Hb

(Saimin, 2008).

4) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

Penyebab kelahiran BBLR yang telah diketahui dapat

diperbaiki dengan perawatan pralahir yang sempurna,

pengurangan faktor risiko lainnya serta pembatasan kegiatan

dapat membantu mencegah hal tersebut terulang kembali.

Bila penyebab kelahiran BBLR tidak dapat dicegah atau

diperbaiki maka kelahiran BBLR dapat ditunda. Pengunduran

waktu sejenak dapat bermanfaat, dimana setiap hari

tambahan nutrisi bayi yang berada dalam uterus akan

meningkatkan kesempatan untuk selamat (Maryunani, 2013).


58

5) Status ekonomi rendah.

Keadaan sosial ekonomi merupakan tolak ukur

kualitas rumah tangga karena keadaan tersebut erat kaitannya

dengan ketahanan pangan, keadaan gizi, pendidikan dan

kesehatan rumah tangga.

6) Penyakit

Kesehatan dan pertumbuhan janin dipengaruhi oleh

kesehatan ibu. Bila ibu mempunyai penyakit yang

berlangsung lama atau merugikan kehamilannya, maka

kesehatan dan kehidupan janin pun terancam.

7) Jarak kehamilan.

Jarak kehamilan ibu hamil sangat mempengaruhi

berat bayi yang dilahirkan. Seorang ibu yang jarak

kehamilannya dikatakan berisiko apabila hamil dalam jangka

kurang dari dua tahun, karena dapat menimbulkan gannguan

hasil konsepsi, sering terjadi immaturitas, prematuritas, cacat

bawaan atau janin lahir dengan BBLR. Keadaan ini

disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi akan

oksigen pada placenta yang akan berpengaruh pada fungsi

plasenta terhadap janin.


59

8) Pekerjaan

Pekerjaan terkait pada status sosial ekonomi dan

aktifitas fisik ibu hamil. Dengan keterbatasan status sosial

ekonomi akan berpengaruh terhadap keterbatasan dalam

mendapatkan pelayanan antenatal yang adekuat, pemenuhan

gizi, sementara ibu hamil yang bekerja cenderung cepat lelah

sebab aktifitas fisiknya meningkat karena memiliki pekerjaan

diluar rumah.

9) Pendidikan rendah.

Tingkat pendidikan ibu menggambarkan pengetahuan

kesehatan. Seseorang yang memiliki pendidikan tinggi

mempunyai kemungkinan pengetahuan tentang kesehatan

juga tinggi, karena makin mudah memperoleh informasi yang

didapatkan tentang kesehatan lebih banyak dibandingkan

dengan yang berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan

merupakan faktor yang mendasari pengambilan keputusan.

Semakin tinggi pendidikan ibu akan semakin mampu

mengambil keputusan bahwa pelayanan kesehatan selama

hamil dapat mencegah gangguan sedini mungkin bagi ibu dan

janinnya. Pendidikan juga sangat erat kaitannya dengan

tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan kehamilan dan

gizi selama masa kehamilan (Simarmata, 2010).


60

10) Merokok.

Nikotin pada rokok menimbulkan kontriksi

pembuluh darah, akibatnya aliran darah ke janin melalui tali

pusat janin akan berkurang sehingga mengurangi kemampuan

distribusi zat makanan yan diperlukan oleh janin. Sedangkan

karbon monoksida akan mengikat hemoglobin dalam darah,

akibatnya akan mengurangi kerja hemoglobin yang

mestinyan mengikat oksigen untuk disalurkan keseluruh

tubuh sehingga akan mengganggu distribusi zat makanan

serta oksigen ke janin.

11) Konsumsi alkohol/obat-obatan terlarang.

Penggunaan obat-obatan terlarang dan mengkonsumsi

alkohol selama hamil merupakan risiko untuk terjadinya

gangguan pertumbuhan janin ataupum kelainan kongenital,

dengan demikian kejadian BBLR lebih besar dari pada ibu

hamil yang tidak menggunakan obat-obatan terlarang atau

mengkonsumsi alkohol.

12) Anemia.

Sebagian besar penyebab anemia pada ibu hamil

adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk

pembentukan hemoglobin. Anemia gizi besi terjadi karena

tidak cukupnya zat gizi besi yang diserap dari makanan

sehari-hari guna pembentukan sel darah merah sehingga


61

menyebabkan ketidakseimbangan antara pemasukan dan

pengeluaran zat besi dalam tubuh. Hal ini dapat

menyebabkan distribusi oksigen ke jaringan akan berkurang

yang akan menurunkan metabolisme jaringan sehingga

pertumbuhan janin akan terhambat dan berakibat BBLR

(Trihardiani, 2011).

b. Faktor kehamilan

1) Kehamilan ganda

Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin

atau lebih. Kehamilan ganda dapat memberikan risiko yang

lebih tinggi terhadap bayi dan ibu. Oleh karena itu, dalam

menghadapi kehamilan ganda harus dilakukan pengawasan

yang lebih intensif. Kebutuhan untuk pertumbuhan hamil

ganda lebih besar sehingga apabila terjadi difisiensi nutrisi

seperti anemia hamil dapat mengganggu pertumbuhan janin

dalam rahim(Lubis, 2011).

Berat badan janin pada kehamilan ganda lebih ringan

dari pada janin pada kehamilan tunggal pada umur kehamilan

yang sama. Sampai kehamilan 30 minggu kenaikan berat

badan janin kembar sama dengan janin kehamilan tunggal.

Setelah itu, kenaikan berat badan lebih kecil, karena regangan

yang berlebihan menyebabkan peredaran darah plasenta

mengurang. Berat badan satu janin pada kehamilan kembar


62

rata-rata 1000 gram lebih ringan dari pada janin kehamilan

tunggal. Berat badan bayi yang baru lahir umumnya pada

kehamilan kembar <2500 gr (Wulandari, 2011).

2) Komplikasi kehamilan

Komplikasi kehamilan seperti perdarahan (perdarahan

antepartum: perdarahan pervaginam yang terjadi sebelum

bayi lahir sebelum kehamilan 28 minggu seringkali

berhubungan dengan aborsi atau kelainan dan perdarahan

postpartum), preeklampsia/eklampsia (kondisi ibu hamil

dengan tekanan darah meningkat, hingga terjadi spasme

pembuluh darah, sehingga terjadi gangguan fungsi plasenta,

maka sirkulasi uteroplasenter akan terganggu, pasokan nutrisi

dan O2 akan terganggu sehingga janin akan mengalami

pertumbuhan yang terganggu dan bayi akan lahir dengan

BBLR (Kurniawati, 2010), serta ketuban pecah dini (kondisi

dimana air ketuban keluar sebelum waktunya dan biasanya

faktor penyebab paling sering adalah terjadinya benturan

pada kandungan).

3) Umur kehamilan

Umur kehamilan ibu adalah batas waktu ibu

mengandung, yang dihitung mulai dari hari pertama haid

terakhir (HPHT). Umur kehamilan ibu umumnya berlangsung

40 minggu atau 280 hari seperti kebiasaan orang awam 9


63

bulan 10 hari. Disebut matur atau cukup bulan adalah rentang

37- 42 minggu, bila <37 minggu disebut prematur atau

kurang bulan, bila >42 minggu disebut post matur atau

serotinus (Albugis, 2008).

c. Faktor janin
Cacat bawaan yaitu kelainan bawaan pertumbuhan

struktur organ janin sejak pembuahan. Cacat bawaan merupakan

penyebab terjadinya persalinan prematur, BBLR, keguguran,

lahir mati, atau kematian bayi setelah persalinan pada minggu

pertama. Karena itu pada setiap kehamilan perlu pemeriksaan

antenatal untuk dapat mengetahui kemungkinan kelainan cacat

bawaan yaitu lewat pemeriksaan ultrasonografi (USG).

6. Risiko BBLR pada ibu hamil yang anemia

Berat bayi yang dilahirkan dapat dipengaruhi oleh status gizi

ibu baik sebelum hamil maupun saat hamil. Hasil penelitian

Jumurah, dkk (1999) menunjukkan bahwa ada hubungan kadar Hb

ibu hamil dengan berat bayi lahir, dimana semakin tinggi kadar Hb

ibu semakin tinggi berat badan bayi yang dilahirkan. Dari hasil

analisa multivariat dengan memperhatikan masalah riwayat

kehamilan sebelumnya menunjukkan bahwa ibu hamil penderita

anemia berat mempunyai risiko untuk melahirkan BBLR 4,2 kali

lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak menderita anemia

(Merryana, dkk, 2013).


64

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agustini

(2008) di Kabupaten Labuhan Batu bahwa ibu hamil yang menderita

anemia mempunyai kecenderungan melahirkan bayi dengan berat

lahir rendah (BBLR). Kemudian menurut Ruchayawati (2012) ada

hubungan antara status anemia dengan pertumbuhan bayi lahir.

Sejak terjadi pembuahan sel telur akan secara teratur untuk

membelah diri. Terjadinya pembelahan sel telur tersebut

menandakan janin mengalami pertumbuhan karena jumlah sel

bertambah dengan cepat. Adanya pertumbuhan sel telur yang sudah

dibuahi ditandai oleh bertambahnya berat janin. Pertambahan berat

janin akan berlangsung terus dan jika tumbuh kembang janin

berlangsung dengan baik, pada waktu usia kehamilan mencapai 40

minggu, janin akan mencapai berat tertentu. Berat janin yang lahir

setelah usia kehamilan 40 minggu disebut “berat lahir bayi cukup

bulan”. Dengan demikian, berat badan lahir bayi bukan saja

merupakan indikator kecukupan gizi selama janin dalam kandungan,

tetapi juga menggambarkan kecukupan makanan dan gizi ibu semasa

hamil (Moehyi,2008).
65

B. Kerangka Teori

Berdasarkan teori-teori di atas, maka kerangka teori dalam penelitian ini

tentang dampak yang dapat timbul akibat dari anemia pada ibu hamil

Bagan 1.

Kerangka teori

FAKTOR IBU
- Umur
- Paritas
- Status gizi
- Riwayat BBLR
sebelumnya
- Status ekonomi rendah
- Penyakit
- Jarak kehamilan
- Pekerjaan
- Pendidikan rendah
- Merokok
- Alcohol/ obat terlarang
- anemia
Terjadinya BBLR

FAKTOR KEHAMILAN
- Kehamilan ganda
- Komplikasi kehamilan
- Umur kehamilan

FAKTOR JANIN
- Cacat bawaan
66

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis

beberapa factor yang di anggap penting untuk masalah. Kerangka konsep

membahas saling ketergantungan antara variable yang di anggap perlu untuk

melengkapi dinamika situasional atau hal yang sedang atau akan di teliti

(Notoatmojo, 2012). Tahap yang terpenting dalam suatu penelitian adalah

menyusun kerangka konsep. Konsep adalah abstrak dari suatu realitas agar

dapat di komunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan

keterkaitan antar variable (Nursalam, 2013).

Variabel Independent Variabel Dependent

Anemia pada Kehamilan Kejadian BBLR

Gambar 3.1 Kerangka Konsep


67

B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variable yang di

maksud, atau tentang apa yang dapat di ukur oleh variable (Notoatmodjo,

2012). Definisi operasional adalah mendefenisikan variable secara

operasional dan berdasarkan subjek yang di amati, memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu

objek atau fenomena. Definisi operasional pada penelitian ini dapat di lihat

pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Variabel Definisi Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Variabel Anemia dalam Kuesioner Nominal 1. Anemia jika
Independen kehamilan dan Hb < 11gr/dl
Anemia merupakan kondisi melihat 2. Tidak anemia
pada ibu dengan kadar buku KIA jika Hb ≥
Kehamilan hemoglobin di 11gr/dl
bawah 11 g% pada
trimester pertama
dan ketiga atau
kadar kurang dari
10,5 g% pada
trimester kedua
Variabel BBLR adalah bayi Kuesiner Nominal 1. BBLR jika
Dependent yang memiliki dan BB > 2500
Kejadian berat kurang dari melihat gram
BBLR 2500 gram saat buku KIA 2. Normal jika
lahir tanpa BB ≥ 2500
memandang masa gram
gestasi
68

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang bertujuan

untuk mengetahui hubungan anemia pada ibu hamil yang melahirkan bayi

BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Aro Kabupaten Batanghari.

B. Tempat Dan waktu Penelitian

Penelitian di lakukan pada bulan Oktober tahun 2020 di Wilayah

Kerja Puskesmas Aro Kabupaten Batanghari.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Polulasi

Populasi adalah seluruh subjek atau objek yang mempunyai

karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan

kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiono, 2017).

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan

deskriptif analitik yang bertujuan untuk mengetahui hubungan anemia

pada ibu hamil yang melahirkan bayi BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas

Aro Kabupaten Batanghari. Populasi dan sampel dalam penelitian ini

adalah semua ibu yang melahirkan bayi BBLR di Wilayah Kerja

Puskesmas Aro Kabupaten Batanghari sebanyak 31 orang.


69

2. Sampel

a. Besar Sampel

Sampel penelitian di gunakan untuk mendapatkan hubungan dari

populasi. Menurut (Bailey (dalam Prasetyo, 2006). Sampel merupakan

bagian dari populasi yang ingin di teliti. Oleh karena itu, sampel harus

di lihat sebagai suatu hubungan populasi dan bukan populasi itu

sendiri.

b. Teknik Sampling

Menurut Nursalam (2013), Sampling adalah suatu proses

menyeleksi bagian dari populasi untuk dapat mewakili populasi.

Penarikan sampel yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu teknik

Quota Sampling yaitu dengan cara mengambil jumlah sampel

sebanyak yang telah di tentukan oleh peneliti. Dalam teknik Quota

Sampling , sampel yang di ambil adalah seluruh ibu yang melahirkan

bayi dengan BBLR dengan cara kunjungan rumah dari bulan Januari

sampai dengan bulan Agustus 2020 di wilayah kerja Puskesmas Aro

Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari.


70

D. Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang di gunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasil

lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih

mudah di olah ( Arikunto, 2013). Instrument yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kuesioner untuk kadar Hb kurang dari 11 gr/dl di beri

kode 1, sedangkan nilai Hb lebih dari 11 gr/dl di beri kode 2.

E. Tehnik Pengumpulan Data

Menurut Sumantri (2011), teknik pengumpulan data adalah kegiatan

untuk melakukan pengumpulan data yang di gunakan dalam memperoleh

data yang di perlukan dalam penelitian.

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer merupakan sumber-sumber yang di peroleh

berupa bukti-bukti atau saksi utama dari kejadian objek penelitian

tersebut yang terjadi di lapangan. Data primer berasal dari sumber asli

atau pertama, data ini di cari melalui narasumber atau rekam medis.

Data penelitian ini dapat mengadakan pemberian kuesioner

langsung dengan ibu yang melahirkan bayi BBLR di wilayah kerja

Puskesmas Aro untuk mengetahui hubungan anemia pada ibu hamil

yang melahirkan bayi BBLR.


71

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang di peroleh dari pihak lain,

tidak langsung di peroleh oleh peneliti dari subjek penelitian. Data

sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan dari

posyandu dan poskesdes telah tersedia.

Data sekunder dalam penelitian ini adalah di dapat dari

posyandu dan poskesdes setempat wilayah kerja Puskesmas Aro

Seperti jumlah ibu hamil, jumlah ibu hamil anemia dan bayi BBLR.

F. Teknik Analisa Data

1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data perlu di proses dan

dianalisa secara sistematis supaya bisa terdeteksi. Data tersebut ditabulasi

dan dikelompokkan sesuai dengan variabel yang diteliti. Langkah-langkah

pengolahan data :

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

di peroleh untuk di kumpulkan.

b. Coding

Coding merupakan pemberian code numeric (angka) terhadap data

yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting

bila pengolahan dan analisis data menggunakan computer.


72

c. Data Entry

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah di kumpulkan

ke dalam master tabel atau database computer, kemudian

2. Analisa Data

Analisis data yang di gunakan untuk menyederhanakan data dalam

bentuk yang lebih mudah di baca dan di interprestasikan (Notoatmodjo,

2012)

a. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan /

mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti.

Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi

frekuensi dan presentase dari tiap variabel. Analisis univariat dalam

penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan

presentase dari variabel independen yaitu Anemia pada Ibu Hamil dan

variabel dependen yaitu Kejadian BBLR (Notoatmodjo,2012).

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis dua variabel

yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012).

Peneliti ingin melihat apakah ada hubungan antara Anemia Pada Ibu

Hamil Dengan Kejadian BBLR. Analisis bivariat dalam penelitian ini

menggunakan uji spearman rank yang bertujuan untuk mengetahui

ada hubungan antara dua variabel. Analisa data ini menggunakan

SPSS for windows (Nursalam, 2014).


73

Hipotesis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah

menerima hipotesis H1. Apabila nilai p< 0,05 maka dinyatakan H1

diterima yaitu ada hubungan antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan

Kejadian BBLR. Tetapi sebaliknya apabila p>0,05 maka H0 ditolak

berarti tidak ada hubungan antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan

Kejadian BBLR.

Arah korelasi dinyatakan dalam tanda + (plus) dan – (minus).

Tanda plus menunjukkan adanya korelasi sejajar searah, dan tanda

minus (-) menunjukkan sejajar berlawanan arah. Adapun makna nilai

koefisien korelasi jika nilainya 0,00 - 0,19 dinyatakan sangat

rendah/sangat lemah, 0,20 – 0,39 dinyatakan rendah/lemah, 0,40 –

0,59 dinyatakan sedang, 0,60 – 0,79 dinyatakan tinggi/kuat, dan 0,80

– 1,00 dinyatakan tinggi/ kuat (Ari Kunto, 2010).

G. Prosedur Penelitian

Adapun langkah-langkah yang di lakukan selama berlangsungnya

penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Peneliti meminta izin penelitian ke bagian akademik setelah ada tanda

tangan hasil perbaikan ujian proposal sudah di setujui penguji dan

pembimbing

b. Surat izin dari akademik di sampaikan ke Puskesmas Aro untuk izin

penelitian

c. Setelah ada izin dari Kepala Puskesmas Aro, baru penelitian di lakukan.
74

H. Etika Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2010), etika penelitian untuk menggambarkan

aspek etika yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Lembar persetujuan

Lembar persetujuan ini diberikan pada subjek yang akan diteliti.

Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan.

Jika responden bersedia untuk diteliti, maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan tersebut. Jika calon responden

menolak untuk diteliti maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap

menghormati hak calon responden (Notoatmodjo, 2010).

Dalam penelitian ini sebelum peneliti memberikan kuesioner untuk

diisi oleh responden terlebih dahulu peneliti menjelaskan maksud dan

tujuan penelitan dan bertanya kepada calon responden tentang

kesediaannya untuk menjadi responden, kemudian setelah calon

responden bersedia untuk menjadi responden terlebih dahulu mengisi

tanda tangan pada lembar persetujuan atau disebut dengan informed

consent. Jika calon responden tidak mneyetujui atau menolak untuk

menjadi responden untuk diteliti maka peneliti tidak boleh memaksa dan

tetap menghormati hak calon responden.

2. Tanpa nama (anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, maka peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data. Cukup

dengan memberi nomor kode atau tanda pada masing-masing lembar


75

tersebut (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini pada lembar kuesioner

masing-masing responden diberi kode nomor urut untuk menjaga

kerahasiaan responden.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti karena

hanya data kelompok tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai

hasil riset penelitian dan data disimpan dalam bentuk flashdisk khusus

yang disediakan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2010).


76

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1
Informed Consent

Lembar Penjelasan Penelitian


Nama Peneliti : Fitri Rezkiah
NIM : 181012114201103
Judul Penelitian : Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan
Kejadian BBLR Di Puskesmas Aro Kabupaten
Batang Hari Tahun 2020
Peneliti adalah mahasiswa Program S1 Fakultas Keperawatan Institut
Kesehatan Prima Nusantara Bukit Tinggi.Saudara telah diminta ikut
berpartisipasi dalam penelitian ini.Responden dalam penelitian ini adalah
secara sukarela.Saudara berhak menolak berpartisipasi dalam penelitian
ini. Penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara, mengisi kuesioner
serta melihat buku KIA. Segala informasi yang saudara berikan akan
digunakan sepenuhnya hanya dalam penelitian ini. Peneliti sepenuhnya
akan menjaga kerahasiaan identitas saudara dan tidak dipublikasikan
dalam bentuk apapun. Jika ada yang belum jelas, saudara boleh bertanya
pada peneliti. Jika saudara sudah memahami penjelasan ini dan bersedia
berpartisipasi dalam penelitian ini, silahkan saudara menandatangani
lembar persetujuan yang akan dilampirkan.

Peneliti

Fitri Rezkiah
77

Lampiran 2

Lembar Persetujuan Responden (InformedConsent)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :

Umur :

Alamat :
Menyatakan bersedia menjadi responden pada penelitian
yang di lakukan oleh :
Nama :Fitri Rezkiah
NIM :181012114201103
Judul Penelitian : Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan
Kejadian BBLR Di Puskesmas Aro Kabupaten
Batang Hari Tahun 2020

Saya akan bersedia untuk dilakukan wawancara untuk kepentingan


penelitian. Dengan ketentuan, hasil pemeriksaan akan dirahasiakan dan
hanya semata-mata untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

Demikian surat peryataan ini saya sampaikan, agar dapat


dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jambi,…......2020

Responden

Anda mungkin juga menyukai