Anda di halaman 1dari 17

TUGAS BESAR I

MATA KULIAH HUKUM BISNIS DAN LINGKUNGAN


ANALISA PENERAPAN OMNIBUS LAW DI INDONESIA

Disusun oleh :

Nama : Aurellia Margaretha


Pramestyarani Nomor Induk Mahasiswa : 43219110035

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2020
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................... 3
C. Tujuan Pembahasan ....................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Omnibus Law …………………………....... 4
B. Penerapan Omnibus Law di Indonesia ........................... 5
1. Tujuan Penerapan Omnibus Law ............................. 5
2. Rencana Penerapan Omnibus Law ........................... 5
C. Manfaat Penyusunan Omnibus Law ............................... 9
1. Manfaat Bagi Pemerintah ......................................... 9
2. Manfaat Bagi Investor .............................................. 9
3. Manfaat Bagi Masyarakat ......................................... 10
D. Kelemahan dan Risiko yang Timbul dari Penerapan Omnibus
Law.................................................................................. 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................... 13
B. Saran ............................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Presiden Joko Widodo mengeluhkan tentang banyaknya peraturan di
Indonesia yang jumlahnya mencapai angka 42.000 (empat puluh dua ribu)
aturan yang di antaranya ada yang bertentangan satu sama lain. Banyaknya
peraturan tersebut mengakibatkan sikap pemerintah dalam mengambil
keputusan menjadi lambat. Dalam penerapannya pun, peraturan-peraturan di
Indonesia banyak yang saling tumpang tindih atau mengalami disharmonisasi
antar peraturan perundang-undangannya.
Permasalahan dalam perundang-undangan ini mengharuskan pemerintah
untuk mengambil suatu upaya untuk memperbaiki konflik regulasi. Tuntutan
perbaikan dan pembenahan tumpang tindih peraturan perundang-undangan di
Indonesia sudah sangat mendesak untuk dilakukan. Maka dari itu, regulasi
Omnibus Law dinilai menjadi salah satu jalan keluar untuk menyelesaikan
persoalan tersebut asalkan diberi ruang dan fondasi hukum yang kuat.
Gagasan mengenai regulasi Omnibus Law di Indonesia ini pertama kali
disampaikan oleh Presiden Joko Widodo dalam pidato pertamanya ketika
beliau dilantik sebagai presiden untuk periode kedua (2019 – 2024), pada
Sidang Parpurna MPR. Dalam pidato resminya sebagai presiden terpilih,
beliau mengkonfirmasi kembali rencana dan keperluan pemerintah membuat
Omnibus Law. “Segala bentuk kendala regulasi harus kita sederhanakan,
harus kita potong, harus kita pangkas. Pemerintah akan mengajak DPR RI
untuk menerbitkan dua undang-undang besar. Yang pertama UU Cipta
Lapangan Kerja, dan yang kedua, UU Perpajakan. Masing-Masing UU
tersebut akan menjadi Omnibus Law, yaitu satu UU yang sekaligus merevisi
beberapa UU”. Begitulah kira-kira kutipan pidato Presiden Jokowi pada
tanggal 20 Oktober 2019.
Menurut Presiden Jokowi, Omnibus Law akan mampu menyederhanakan
dan memperbaiki kendala regulasi di Indonesia yang saat ini berbelit dan

1
2

saling berbenturan baik secara vertikal juga horizontal. Dengan kata lain,
sejumlah peraturan yang dinilai menghambat ekosistem investasi akan
dipangkas. Kedua RUU Omnibus Law ini disiapkan untuk memperkuat
perekonomian nasional melalui perbaikan ekosistem investasi dan daya saing
Indonesia, khususnya dalam menghadapi ketidakpastian dan perlambatan
ekonomi global. Omnibus Law mencakup kurang lebih 79 Undang-Undang
dengan 1.244 pasal yang akan direvisi sekaligus.
Selain itu, latar belakang munculnya gagasan Omnibus Law ini adalah
kerumitan untuk berinvestasi di Indonesia. Kerumitan tersebut timbul dalam
hal-hal seperti perijinan perpajakan, pengadaan tanah, dan aspek-aspek
lainnya. Dengan gagasan Omnibus Law tersebut, diharapkan dapat
memudahkan investor untuk berinvestasi. Investasi adalah salah satu upaya
dan aspek yang memiliki peran penting dalam pembangunan nasional.
Semakin tinggi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara,
biasanya diikuti dengan angka investasi yang tinggi pula.
Omnibus Law bukanlah sesuatu yang baru dalam dunia ilmu hukum secara
global. Hanya saja di Indonesia, regulasi ini sudah sangat diperlukan untuk
mengatasi tumpang tindih peraturan perundang-undangan. Bagi sebagian
besar kalangan masyarakat, Omnibus Law masih terdengar asing di telinga
mereka. Bahkan beberapa kalangan akademisi hukum masih memperdebatkan
bahwa konsep regulasi Omnibus Law bila diterapkan di Indonesia
berkemungkinan akan mengganggu sistem ketatanegaraan Indonesia karena
sistem hukum yang dominan dianut di Indonesia adalah Civil Law, yaitu
sistem hukum yang menempatkan konstitusi tertulis pada urutan tertinggi
dalam hirarki peraturan perundang-undangan. Besar harapan jika benar
dengan adanya upaya Omnibus Law ini bisa membawa kebaikan bagi kita
bersama, bukan sebaliknya. Karena dengan konsep regulasi ini, maka
peraturan yang dianggap tidak relevan atau bermasalah dapat diselesaikan
secara cepat dan tepat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang dan tujuan penerapan Omnibus Law di
Indonesia?
2. Bagaimana manfaat penerapan Omnibus Law untuk pemerintah, investor,
dan masyarakat?
3. Bagaimana kelemahan dan risiko yang dapat muncul dari penerapan
Omnibus Law?
4. Bagaimana saran Anda untuk menghilangkan atau mengurangi gap antara
manfaat dengan kelemahan atau risiko terhadap penerapan Omnibus Law?
5. Bagaimana kesimpulan Anda terhadap penerapan Omnibus Law di
Indonesia?

C. Tujuan Pembahasan
1. Menjelaskan poin-poin penting Revisi Undang-Undang Omnibus Law.
2. Menganalisa kelemahan dan cara menghindari risiko yang timbul akibat
penerapan Omnibus Law di Indonesia.
3. Membahas pro dan kontra yang terjadi di masyarakat tentang rencana
perubahan regulasi hukum di Indonesia
4. Menganalisa keefektifan penerapan regulasi Omnibus Law di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Omnibus Law


Omnibus Law (atau dalam Bahasa Indonesia Undang-Undang Sapu Jagat)
adalah suatu undang-undang yang bersentuhan dengan berbagai macam topik
dan dimaksudkan untuk mengamandemen, memangkas, dan mencabut
sejumlah undang-undang yang lain. Secara harafiah, Omnibus Law adalah
hukum untuk semua. Istilah tersebut berasal dari Bahasa Latin, yaitu “omnis”
yang berarti „untuk semua‟ atau „banyak‟.
Omnibus Law merupakan metode pembuatan regulasi yang
menggabungkan beberapa aturan yang pokok pengaturannya berbeda menjadi
satu peraturan, berada di dalam satu naungan payung hukum. Omnibus Law
ini berkaitan dengan berbagai objek dan memiliki berbagai tujuan, yang
berarti regulasi ini bersifat menyeluruh dan tidak terikat pada satu rezim
pengaturan saja.

B. Penerapan Omnibus Law di Indonesia


Seperti diketahui, banyak peraturan perundang-undangan di Indonesia
yang saling tumpang tindih satu sama lain. Hal ini menyebabkan
terhambatnya akses pelayanan publik dan kemudahan mendirikan bisnis atau
usaha. Sehingga membuat program percepatan pembangunan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat sulit tercapai.
Berdasarkan rumusan skala indeks regulasi Bank Dunia, pada tahun 2017,
Indonesia menunjukkan angka -0,11 poin dan berada di peringkat ke-92 dari
193 negara. Tak hanya menyebabkan indeks regulasi Indonesia rendah di mata
dunia, banyaknya peraturan perundang-undangan di Indonesia juga telah
memunculkan fenomena hyper regulation. Karena itu, penyelenggara
pemerintah berniat dan harus merevisi perundang-undangan yang saling
berbenturan. Namun, jika dilakukan secara konvensional, revisi Undang-

4
5

Undang satu per satu diperkirakan akan memakan waktu lebih dari 50 tahun.
Dengan begitu, pemerintah memprediksi bahwa regulasi Omnibus Law adalah
satu-satunya jalan yang dapat menyederhanakan regulasi di Indonesia dengan
cepat.

1. Tujuan Penerapan Omnibus Law


a. Mengatasi konflik peraturan perundang-undangan secara cepat, efektif,
dan efisien.
b. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
c. Menyeragamkan kebijakan pemerintah baik di tingkat pusat maupun di
daerah untuk menunjang iklim investasi.
d. Mendorong kepatuhan sukarela wajib pajak.
e. Menciptakan keadilan berusaha antara pelaku usaha dalam dan luar
negeri.

2. Rencana Penerapan Omnibus Law


Omnibus Law yang dibuat pemerintah akan diwujudkan dalam suatu
peraturan perundang-undangan yang kedudukannya setara dengan UU
yang lainnya dan bukan merupakan UU pokok. RUU Omnibus Law ini
nantinya akan menggantukan seluruh atau sebagian UU sebelumnya.
Regulasi Omnibus Law yang akan diterapkan ini terdiri dua UU besar
yang dianggap banyak berbenturan, yaitu UU Cipta Lapangan Kerja dan
UU Perpajakan.
UU Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja terdiri dari 11 kelompok
pembahasan dan mencakup 72 UU yang akan diidentifikasi bagian mana
yang diprediksi menghambat pertumbuhan ekonomi, UMKM, dan
masuknya investasi.
a. Penyederhanaan Perizinan Tanah
Pemerintah menyederhanakan proses dan ketentuan perizinan tanah,
seperti pendirian bangunan atau gedung 2 lantai tidak membutuhkan
IMB (Izin Mendirikan Bangunan). Perizinan ini juga dibuat dengan
meminimalisir risiko yang ada maka perizinan akan semakin mudah.
b. Fasilitas Insentif untuk Investasi
Insentif yang diberikan untuk industri yang masuk dalam daftar positif.
Fasilitas yang rencananya akan diberikan adalah Nilai Investasi lebih
dari Rp500 Miliar akan langsung mendapatkan tax holiday, dan jika
nilai investasi kurang dari Rp500 Miliar maka akan langsung
mendapatkan mini tax holiday. Selain itu, khusus untuk padat karya
akan langsung mendapatkan investment allowance dan diberikan
secara prioritas untuk investasi tujuan ekspor dan substitusi impor.
c. Ketenagakerjaan
Mengamandemen UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja.
Poin-poin yang dipertimbangkan adalah mengenai pengaturan jam
kerja, pengaturan penggunaan tenaga kerja asing, hak dan
perlindungan pekerja, sistem upah minimum, dan revisi sistem jaminan
sosial.
d. Kemudahan dan Perlindungan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan
menengah)
Pemberdayaan UMKM akan mencakup 7 kelompok pembahasan, yaitu
kriteria UMKM, Perizinan, basis data tunggal, collaborative
processing, kemitraan, insentif, dan pembiayaan terhadap UMKM.
e. Kemudahan Berusaha
Proses dan ketentuan perizinan mendirikan usaha tidak hanya
diberikan kepada investor besar, tetapi juga untuk UMKM. Tujuannya
adalah agar bisa tercipta lapangan pekerjaan dan menurunkan angka
pengangguran di Indonesia.
f. Dukungan Riset dan Inovasi
Regulasi ini meliputi pengembangan ekspor dan penugasan BUMN
maupun swasta dari pemerintah. Tujuannya adalah agar pemerintah
dapat melakukan penugasan khusus kepada BUMN untuk pemanfaata
g. Administrasi Pemerintahan
Merevisi UU Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan karena berkaitan dengan proses perizinan, pengenaan
sanksi, pengenaan diskresi, sehingga harus ditegaskan lagi agar tidak
menimbulkan interpretasi.
h. Pengenaan Sanksi
Dengan RUU Omnibus Law, regulasi yang digunakan tidak lagi
berbasis pidana, melainkan berbasis perdata dan denda.
i. Pengendalian Lahan
Dengan adanya RUU Omnibus Law ini, pembebasan lahan akan
menjadi lebih mudah dan prosesnya dapat dilakukan dengan cepat.
Dengan demikian, pemerintah dapat membebaskan banyak bidang
tanah untuk keperluan pembangunan jalan tol, bandara, dan pelabuhan.
j. Kemudahan Proyek Pemerintah
k. Kawasan Ekonomi Khusus
RUU ini akan mengatur jangka waktu pengadaan tanah yang lebih
lama untuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) serta mengatur
permudahan dalam memperpanjang Hak Guna Usaha (HGU) dengan
jangka waktu antar 25 atau 35 tahun.

Omnibus Law dalam bidang perpajakan sendiri akan mengamandemen


7 UU, yaitu UU Pajak Penghasilan (PPh), UU PPN (Pajak Pertambahan
Nilai, UU KUP (Ketentuan Umum Perpajakan), UU Kepabenanan, UU
Cukai, dan UU Pajak Daerah. RUU ini setidaknya berdampak bagi 28
pasal dan dibagi menjadi 6 kelompok pembahasan.
a. Pendanaan Investasi
Pemerintah akan menurunkan pajak badan yang melakukan go public
dengan pengurangan tarif 3% lagi dibawah tarif. Ada juga penurunan
tarif PPh Pasal 26 atas bunga dari dalam negeri yang selama ini
diterima oleh subjek pajak luar negeri akan ditutunkan lebih rendah
dari tarif 20% yang selama ini berlaku.
b. Sistem Teritorial
Penghasilan deviden luar negeri akan dibebaskan pajak, asalkan
diinvestasikan di Indonesia. Untuk Warga Negara Asing (WNA) yang
merupakan subjek pajak dalam negeri, kewajiban perpajakannya
khusus untuk pendapatan dalam negeri.
c. Subjek Pajak Orang Pribadi
Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di luar negeri selama 183
hari bisa berubah menjadi subjek pajak luar neger, jadi tidak
membayar pajaknya di Indonesia. Untuk WNA yang tinggal di
Indonesia lebih dari 183 hari menjadi subjek pajak dalam negeri dan
membayar pajaknya di Indonesia dari penghasilan dalam negeri.
d. Pengaturan Ulang Sanksi dan Imbalan Bunganya
Sanksi administrasi bagi pelanggaran UU pajak akan menggunakan
suku bunga yang berlaku di pasar dan dibagi lama waktu telat atau
kurang bayar. Cara ini diyakini akan meningkatkan kepatuhan
perpajakan karena wajib pajak bisa menghitung sanksi administratsi
secara lebih rasional.
e. Ekonomi Digital
Termasuk penunjukan platform digital untuk pemnungutan PPN dan
mereka yang tidak memiliki Badan Usaha Tetap (BUT) di Indonesia
akan tetap bisa dipungut pajaknya, terutama untuk perusahaan-
perusahaan digital yag tidak ada di Indonesia tetapi mendapatkan
pemasukan dari Indonesia seperti Netflix dan Amazon.
f. Fasilitas Perpajakan
Pengumpulan fasilitas pajak berupa insentif-insentif pajak seperti tax
holiday, super deduction, tax allowance, Kawasan Ekonomi Khusus,
PPh atas surat berharga dan insentif pajak daerah dari Pemerintah
Daerah.
C. Manfaat Penyusunan Omnibus Law
1. Manfaat Bagi Pemerintah
a. Menghilangkan tumpang tindih antar peraturan perundang-undangan.
Tumpang tindih dan ketidakharmonisan UU sektoral menjadi
hambatan utama untuk menciptakan iklim berinvestasi yang ramah
bagi investor. Oleh karena itu, pemerintah berusaha untuk mencabut
dan mencabut peraturan-peraturan yang menghambat kemudahan
berusaha guna mempercepat proses pembangunan dan terjadinya
gelombang investasi. Dengan regulasi Omnibus Law ini, pemerintah
mengklaim telah membatalkan ribuan peraturan yang menghambat
perekonomian negara.
b. Efisiensi proses perubahan atau pencabutan peraturan perundang-
undangan.
Seperti diketahui, jika pemerintah merombak atau merevisi satu per
satu peraturan, diperkirakan akan memakan waktu hingga 50 tahun.
Dengan disusunnya Omnibus Law ini, perubahan peraturan perundang-
undangan akan menjadi lebih efektif dan efisien.
c. Menghilangkan ego sektoral yang terkandung dalam berbagai
peraturan perundang-undangan
Hal ini dapat dilakukan dengan penyeragaman regulasi di pusat
maupun daerah. Untuk penyeragaman kebijakan pusat dan daerah,
Omnibus Law dapat menjadi cara singkat sebagai solusi peraturan
perundang-undangan yang saling berbenturan baik secara vertikal
mapun secara horizontal.

2. Manfaat Bagi Investor


RUU Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja dipercaya dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini diprediksi dapat
tercapai karena dengan adanya RUU Omnibus Law ini akan meningkatkan
iklim usaha yang kondusif dan atraktif bagi para investor. Kedua RUU
Omnibus Law ini disiapkan untuk memperkuat perekonomian nasional
melalui perbaikan ekosistem investasi dan daya saing Indonesia,
khususnya dalam menghadapi ketidakpastian dan perlambatan ekonomi
global.
Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja akan menciptakan lapangan kerja
dan memastikan hak dan kesejahteraan buruh tercapai. Sebab tujuan dari
investasi adalah menarik tenaga kerja yang tersedia sehingga nantinya
akan mampu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3. Manfaat Bagi Masyarakat


Omnibus Law akan mampu mendorong upaya memperkuatnya
perekonomian nasional melalui penciptaan lapangan pekerjaan dan
pemberian fasilitas perpajakan. Salah satu fokus dari Omnibus Law adalah
menciptakan pekerjaan bagi 7 juta penganggur yang ada di Indonesia.
Dengan adanya lapangan pekerjaan yang diciptakan melalui regulasi
Omnibus Law ini, diharapkan dapat meningkatkan perekonomian dan
kesejahteraan masyarakat, serta mengurangi bahkan menghilangkan
tingkat pengangguran di Indonesia.

D. Kelemahan dan Risiko yang Timbul dari Penerapan Omnibus Law


Sejak pertama kali pemerintah mempublikasikan rencana regulasi
Omnibus Law, banyak pro dan kontra yang terjadi, baik di kalangan
masyarakat, investor, maupun para ahli hukum. Beberapa ahli hukum bahkan
mengatakan bahwa Omnibus Law yang telah disusun tidak efektif untuk
diterapkan di Indonesia melihat dari pengalaman negara-negara yang telah
lama menerapkan Omnibus Law ini. Dalam praktik di beberapa negara,
pembentukan UU Omnibus Law didominasi oleh pemerintah atau DPR.
Materi dan waktu pekerjaannya pun bergantung pada instansi tersebut dan
diusahakan selesai secepat mungkin, bahkan hanya dalam satu kesempatan
pengambilan keputusan. Akibatnya ruang partisipasi publik menjadi kecil
bahkan hilang. Padahal Indonesia adalah negara demokrasi dimana prinsip
keterbukaan dan partisipasi publik dalam membuat UU menjadi prinsip dan
roh yang utama.
Para ahli hukum juga menjelaskan jika penerapan Omnibus Law gagal,
akan menambah beban regulasi di Indonesia. Dengan sifatnya yang mencakup
lebih dari satu aspek yang digabung menjadi satu UU, pembahasan UU
Omnibus Law dikhawatirkan tidak menyeluruh. Pembahasan akan berfokus
pada UU Omnibus Law dan melupakan UU yang akan dicabut, akan
menghadirkan beban regulasi yang lebih kompleks.
Bagi mereka yang tidak stuju atau menolak Omnibus Law, beralasan
paling tidak menurut pandangan dan versi Konfederasi Serikat Pekerja
Indonesia (KSPI) ada beberapa poin yang kontroversial dan merupakan
dampak negatif Omnibus Law, yaitu hilangnya upah minimum dan pesangon;
pekerja kontrak dan outsourcing seumur hidup; jam kerja yang eksploitatif;
TKA, buruh kasar, dan unskill worker berpotensi masuk ke Indonesia;
hilangnya jaminan sosial, pensiun, dan kesehatan; dan hilangnya sanksi
pidana.
1. Hilangnya Upah Minimum dan Pesangon.
Hilangnya atau ditiadakannya upah untuk pembayaran pesangon akan
menciptakan problematika dan ketidakharmonisan hubungan industrial
antara buruh dengan pemilik usaha atau perusahaan.

2. Pekerja Kontrak dan Outsourcing Seumur Hidup


Dengan diperbolehkan outsourcing dan pekerja kontrak tanpa batas,
dimungkinkan akan membuat perusahaan dengan mudah untuk membuat
kebijakan yang banyak merugikan buruh. Perusahaan akan dengan mudah
untuk menempatkan banyak alokasi SDM melalui model outsourcing dan
pekerja kontrak tanpa batas, yang artiya jenjang karier pekerja atau buruh
ada di wilayah abu-abu.
3. Tenaga Kerja Asing, Buruh Kasar, dan Unskill Worker berpotensi masuk
ke Indonesia
Dengan adanya kebijakan pembukaan jalan yang selebar-lebarnya untuk
TKA, dimungkinkan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi tenaga
kerja dalam negeri untuk bersaing di pasar kerja.

4. Hilangnya Sanksi Pidana.


Ditiadakannya sanksi pidana pengusaha uang melanggar aturan
ketenagakerjaan dan sanksi terhadap pengusaha yang melanggar ketentuan
lingkungan juga akan menciptakan persoalan di masa yang mendatang.

Salah satu usulan dalam RUU tersebut juga menyebutkan bahwa


mekanisme penilaian mengenai analisis dampak lingkungan (Amdal) yang
tertuang dalam Pasal 29 UU Nomor 32 Tahun 2009 akan diubah melalui
mekanisme penilaian yang dilakukan oleh pihak ketiga dengan penunjukan
langsung oleh pelaku usaha. Dengan demikian, adanya perubahan tersebut
sangat rentan terjadinya praktik-praktik manipulatif dalam mengukur dampak
lingkungan. Selain itu, RUU Omnibus Law dapat menjadi celah kepada pelaku
usaha yang melakukan kejahatan lingkungan, seperti illegal logging,
deforestasi, dan aktivitas perusakan hutang lainnya. Seperti tertuang dalam
UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 26 sampai dengan 29,
yang mengatur pemanfaatan hutan lindung, usulan Omnibus Law seolah
memberi angina segar bagi para pelaku usaha untuk mendapatkan izin
pengelolaan dan pemanfaatan hutan lindung. Jika usulan perubahan UU
tersebut disepakati, maka kelangsungan ekosistem lingkungan di hutan
menjadi pertaruhan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Omnibus Law merupakan metode pembuatan regulasi yang
menggabungkan beberapa aturan menjadi satu peraturan dan berada di dalam
satu naungan payung hukum. Di Indonesia penyusunan Omnibus Law ini
bertujuan untuk membenahi banyaknya peraturan perundang-undangan yang
bertentangan satu sama lain. Sehingga dalam penerapan regulasi hukum di
Indonesia selama ini, antar undang-undang mengalami tumpang tindih dan
disharmonisasi. Gagasan Omnibus Law ini dipercaya menjadi satu-satunya
jalan untuk menyelesaikan persoalan ini.
Namun, mengingat Omnibus Law merupakan sebuah istilah dan metode
dalam pembentukan UU di Indonesia, maka harus dipertimbangkan sejauh
mana kesesuaian metode tesebut untuk diterapkan dalam pembentukan UU di
Indonesia. Sebagai negara demokrasi, di Indonesia Omnibus Law
sesungguhnya telah melukai prinsip demokatif yang ada. Penyusunan UU
Omnibus Law yang tergesa-gesa dan diusahakan selesai secepat mungkin,
menyebabkan ruang partisipasi publik menjadi kecil dan tidak lagi terbuka.
Bahkan melihat respon dan perspektif masyarakat, Omnibus Law ini sudah
mendapat penolakan dari sejumlah kalangan.
Walaupun demikian, Omnibus Law juga mendorong dan memperkuat
kondisi ekonomi di Indonesia dengan memperbaiki dan menciptakan
ekosistem investasi yang kondusif. Bahkan, adanya RUU Omnibus Law Cipta
Lapangan Kerja juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama
para pengangguran yang ada. Regulasi Omnibus Law yang akan disusun
terdiri dari RUU Cipta Lapangan Kerja dan RUU Perpajakan tersebut
merupakan RUU yang substansinya dapat menggantikan sebagian atau seluruh
UU yang telah ada. Sementara itu, pembentukan UU Omnibus Law tetap harus

13
14

sesuai dengan ketentuan pembentukan peraturan perundang-undangan yang


berlaku.

B. Saran
1. Tujuan utama dari penyusunan RUU Omnibus Law ini adalah memberikan
kepastian hukum. Jangan sampai dengan dihapuskan atau direvisinya
beberapa pasal UU sebelumnya justru memberikan kesalahan dalam
norma-norma hukum. RUU Omnibus Law tentu tidak boleh bertentangan
dengan sumber hukum yang lebih tinggi.
2. Rakyat harus diberikan kebebasan untuk memberikan kritik dan masukan
terhadap regulasi baru ini. Informasi dalam RUU Omnibus Law haruslah
cukup diterima oleh masyarakat dan pemerintah harus secara terbuka
menggarisbawahi pasal-pasal yang bisa mengubah sebuah tatanan yang
saat ini berlaku di masyarakat.
3. RUU Omnibus Law haruslah menjadi payung hukum yang berdampak adil
bagi semua pihak. Jika RUU ini hanya berfokus pada kemudahan investasi
dengan lebih mengakomodir kepentingan satu pihak dan akhirnya
mengabaikan hak rakyat lain, maka RUU Omnibus Law ini berlawanan
dengan prinsip demokrasi.
4. Memperhatikan sistem administrasi yang ada, jangan sampai dengan
adanya Omnibus Law malah mengesampingkan atau mengkualifir
keberadaan otonomi daerah. Dengan menarik setiap kebijakan di dalam
otonomi daerah menjadi ketentuan umum, akan membatasi ruang gerak
pemerintah daerah. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi kultural budaya
setiap daerah yang tidak dapat dipaksa keberlakuannya secara nasional.
DAFTAR PUSTAKA

Arham, S., & Saleh, A. 2019. Omnibus Law Dalam Perspektif Hukum
Indonesia. PETITUM, 7(2 Oktober), 72-81.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Keuntungan Berinvestasi di
Indonesia bagi Investor Asing.
https://www.investindonesia.go.id/id/artikel-investasi/detail/keuntungan-
berinvestasi-di-indonesia-bagi-investor-asing. Diakses pada 27 Maret
2020. Pukul 02.34 WIB.
Fitryantica, A. 2019. Harmonisasi Peraturan Perundang-Undangan Indonesia
melalui Konsep Omnibus Law. Gema Keadilan, 6(3), 300-316.
Goesniadhie, Kusnu. 2010. Harmonisasi Sistem Hukum: Mewujudkan Tata
Pemerintahan Yang Baik. Malang: Nasa Media.
Herlambang, Adib Auliawan. 2020. Pro Kontra Omnibus Law.
https://www.ayosemarang.com/read/2020/03/12/53549/pro-kontra-
omnibus-law. Diakses pada 7 April 2020, Pukul 20.47 WIB.
Masyud, B. U. 2020. Omnibus Law, Aturan “Sapu Jagat”?. Arsip Publikasi
Ilmiah Biro Administrasi Akademik.
Prabowo, A. S., Triputra, A. N., & Junaidi, Y. 2020. Politik Hukum Omnibus Law
di Indonesia. Jurnal Pamator: Jurnal Ilmiah Universitas Trunojoyo, 13(1).
Zsazya. 2020. Omnibus Law dan Rencana Penerapannya di Indonesia.
https://www.online-pajak.com/omnibus-law. Diakses pada 28 Maret 2020,
Pukul 12.32 WIB.

15

Anda mungkin juga menyukai