Peta Geomorfologi
Disusun Oleh :
Asisten Praktikum :
JURUSAN FISIKA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
DASAR TEORI
Adapun informasi yang terdapat dalam peta geomorfologi berupa bentuk, geometri,
serta proses-proses yang telah, maupun sedang terjadi, baik proses endogenic maupun
proses eksogenik. Ada sedikit perbedaan penekanan antara infromasi geomorfologi untuk
sains dan informasi geomorfologi untuk terapan.
Untuk tujuan sains, maka peta geomorfologi diharap mampu memberi informasi
mengenai hal-hal berikut :
- Faktor-faktor geologi apa yang telah berpengaruh terhadap pembentukan bentang alam
di suatu daerah.
- Bentuk-bentuk bentang alam apa yang telah terbentu karenanya. Pada umumnya hal-
hal tersebut diuraikan secara deskriptif. Peta geomorfologi yang disajikan harus
menunjang hal-hal tersebut diatas, demikian pula klasifikasi yang digunakan.
Gambaran peta yang menunjang genesa dan bentuk diutamakan.
Sedangkan untuk tujuan terapan, peta geomorfologi akan lebih banyak memberi
informasi mengenai :
- Geometri dan bentuk permukaan bumi seperti tinggi, luas, kemiringan lereng,
kerapatan sungai, dan sebagainya.
- Proses geomorfologi yang sedang berjalan dan besaran dari proses seperti :
1. Jenis proses (pelapukan erosi, sedimentasi, longsoran, pelarutan, dan
sebaginya)
2. Besaran dan proses tersebut (besaran luas, berapa dalam, berapa intensitasnya,
dan sebagainya)
3. Pada umumya hal-hal tersebut dinyatakan secara terukur. Peta geomorfologi
yang disajikan harus menunjang hal-hal tersebut diatas, demikian pula
klasifikasi yang digunakan. Gambaran peta diutamakan yang menunjang
kondisi parametris (yang dapat diukur) serta proses-proses eksogen yang
berjalan pada masa kini dan yang akan datang. (Noor. 2012)
Keterangan :
ki = Kontur interval
METODOLOGI
3.1 Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain adalah :
1. Peta Geomorfologi Kavling 7. Peta ini digunakan sebagai acuan dasar dalam
menentukan pembuatan unsur-unsur peta geomorfologi.
2. Peta Geologi Lembar Pacitan, Jawa. Peta tersebut digunakan dalam dasar untuk
menentukan kondisi geologi serta litologi yang menyusun daerah tersebut.
Gambar 3.1.2 Peta Geologi
Ditentukan pembagian satuannya, dengan melihat perbedaan kontur, pola penyaluran, dan
pola kelurusannya
PEMBAHASAN
Gambar 4.1 Peta Geomorfologi yang sudah dibagi berdasarkan pada perbedaan kerapatan
konturnya.
Mengacu pada pembagian tersebut, dapat terlihat bahwa daerah yang berlereng
curam – terjal ditunjukkan oleh satuan yang berwarna biru muda dimana konturnya
menunjukkan adanya jarak yang relative renggang satu dengan yang lain. Sementara untuk
daerah yang memiliki kelerengan sangat terjal ditunjukkan oleh satuan yang berwarna biru
tua dengan konturnya yang rapat satu dengan yang lainnya.
4.2 Kemiringan Lereng
Setelah dilakukan pembagian satuannya, kemudian dilakukan perhitungan pada
kemiringan lereng pada masing-masing satuan. Untuk dataran endapan alluvial berlereng
curam – terjal (biru muda) dapat diketahui kemiringan lerengnya sebagai berikut :
Tan β = y / h
Tan β = (300 – 225) / 1.5 cm
Tan β = 50O
Tan β = y / h
Tan β = (300 – 125) / 5.5 cm
Tan β = 31.81O
Sehingga satuan yang berwarna biru muda kurang lebih memiliki nilai kelerengan
berkisar antara 31.81 – 50 derajat atau dapat dikatakan berlereng curam ke terjal
berdasarkan dari klasifikasi kemiringan lereng. Kemudian untuk satuan dataran endapan
alluvial berlereng sangat terjal yang berwarna biru tua adalah sebagai berikut :
Tan β = y / h
Tan β = (650 – 450) / 3.5
Tan β = 57.14O
Tan β = y / h
Tan β = (550 – 500) / 0.8
Tan β = 62.5O
Maka dari itu, dapat diketahui bahwa kelerengan dari satuan yang berwarna biru tua adalah
sangat curam.
4.3 Sayatan Geomorfologi
Setelah daerah tersebut ditentukan pembagian satuannya, kemudian dibuat sayatan
geologinya. Sayatan geomorfologi yang dibuat harus melewati seluruh satuan yang ada
agar bisa menunjukkan bagaimana profil geologi yang berhubungan dengan ketinggian
daerah tersebut. Sayatan geologi yang telah dibuat adalah sebagai berikut.
Gambar 4.3 Sayatan geomorfologi dari satuan-satuan yang terdapat dalam kavling daerah
penelitian
Berdasarkan pada sayatan geomorfologi yang telah dibuat, dapat terlihat bahwa
daerah dengan kerapatan kontur yang cukup renggang (biru muda) memiliki kemiringan
yang tidak terlalu terjal. Kemudian untuk satuan yang lainnya (biru tua) merupakan suatu
kelerengan yang terjal. Selain itu, berdasarkan sayatan geologi, bahwa daerah kavling
memilili ketinggian berkisar antara 100 – 600 meter. Daerah ini merupakan daerah rendah
karena hanya memiliki nilai ketinggian demikian. Hal ini disebabkan berdasarkan peta
geologinya, daerah ini merupakan daerah yang terletak di dekat bibir pantai.
Pelamparan (%) 30 % 70 %
Kelerengan 57.14 – 62.5 derajat 31.18 – 50 derajat
Titik Tertinggi 650 meter 475 meter
Titik Terendah 100 meter 75 meter
Beda Tinggi 550 meter 400 meter
Tipe Parit V,U V, U
Pola Penyaluran Dendritik Radial
Litologi Konglomerat aneka bahan, batupasir, Perselingan breksi gunung
batulanau, batugamping, api, lava, tuf ; bersisipan
batulempung, napal pasiran, batupasir batupasir tufan, batulanau,
berbatuapung, bersisipan breksi dan batulempung
gunung api, lava, dan tuf
Prosen Endogenik Pengangkatan Pengangkatan
Proses Eksogenik Pelapukan, erosi, dan transportasi Pelapukan, erosi, dan
transportasi
Potensi Positif Perkebunan, pemukiman Persawahan, pemukiman,
perkebunan
Potensi Negatif Tanah longsor atau Gerakan massa Rawan erosi
- Kelamparan
Setelah ditentukan pembagian satuan pada daerah kavling yang diteliti, dapat dilihat bahwa
pembagian satuan terbagi menjadi dua berdasarkan garis kontur.
Kavling yang diteliti tersebut merupakan suatu daerah alluvial. Satuan dengan
warna biru muda merupakan satuan yang memiliki kerapatan garis kontur yang relative
renggang, sehingga dapat dikatakan berlereng curam hingga terjal. Sementara untuk satuan
yang berwarna biru tua merupakan satuan dengan kerapatan garis kontur yang relative
rapat dan disebut daerah yang berlereng sangat terjal berdasarkan klasifikasi nilai
kelerengan. Setelah ditentukan, dapat teramati dengan jelas bahwa kelamparan daerah yang
berkontur tidak terlalu rapat adalah sekitan 70 % dan satuan berkontur rapat dengan
kelamparan kurang lebih 30 %.
- Kelerengan
Setelah ditentukan seperti apa pembagian satuan daerah kavling, maka kemudian
ditentukan pula kelerengan dari masing-masing satuan tersebut. Kelerengan dari satuan
yang berkontur renggang (biru muda) adalah berdasarkan perhitungan adalah sebagai
berikut :
Tan β = y / h
Tan β = (300 – 225) / 1.5 cm
Tan β = 50O
Tan β = y / h
Tan β = (300 – 125) / 5.5 cm
Tan β = 31.81O
Sehingga satuan yang berwarna biru muda kurang lebih memiliki nilai kelerengan berkisar
antara 31.81 – 50 derajat atau dapat dikatakan berlereng curam ke terjal berdasarkan dari
klasifikasi kemiringan lereng.
Kemudian untuk satuan yang berwarna biru tua adalah sebagai berikut :
Tan β = y / h
Tan β = (650 – 450) / 3.5
Tan β = 57.14O
Tan β = y / h
Tan β = (550 – 500) / 0.8
Tan β = 62.5O
Maka dari itu, dapat diketahui bahwa kelerengan dari satuan yang berwarna biru tua adalah
sangat curam.
- Titik Tertinggi
Berdasarkan nilai elevasi pada peta kontur, titik tertinggi untuk satuan berwarna biru muda
adalah 475 meter dan 650 untuk satuan yang berwarna biru tua.
- Titik Terendah
Sama halnya dengan mencari titik tertinggi, titik terendah dapat diketahui melalui peta
kontur. Nilai terendah untuk satuan yang berwarna biru muda adalah 75 meter, dan untuk
satuan yang berwarna biru tua adalah 100 meter.
- Beda Tinggi
Nilai beda tinggi dapat didapatkan dari selisih antara titik tertinggi dengan titik terendah.
Dimana dalam hal ini beda tinggi pada satuan berwarna biru muda adalah 400 meter, dan
untuk satuan yang berwarna biru tua bernilai 550 meter.
- Tipe parit
Berdasarkan pada kondisi garis kontur daripada kavling tersebut, maka dapat diidentifikasi
bahwa tipe parit dari kedua satuan tersebut adalah V dan U.
- Pola Penyaluran
Pola penyaluran yang ada pada satuan dengan kontur renggang adalah radial, dimana
polanya yang memusat ke satu arah. Sementara untuk satuan berkontur rapat adalah
dendritik dikarenakan polanya terlihat seperti percabangan pada pohon.
- Litologi
Litologi dari masing masing satuan dapat diketahui dengan adanya bantuan dari peta
geologi yang ada. Berdasarkan informasi dari peta geologi, dapat diketahui bahwa satuan
berlereng curam hingga terjal memiliki litologi berupa perselingan breksi gunung api, lava,
tuf ; bersisipan batupasir tufan, batulanau, dan batulempung. Lalu, untuk satuan yang
berlereng sangat terjal memiliki litologi konglomerat aneka bahan, batupasir, batulanau,
batugamping, batulempung, napal pasiran, batupasir berbatuapung, bersisipan breksi
gunung api, lava, dan tuf.
- Proses Endogenik
Proses endogenic yang terjadi pada daerah penelitian adalah adanya suatu pengangkatan.
- Proses Eksogenik
Proses eksogenik dari pada daerah penelitian antara lain adalah adanya pelapukan, erosi,
serta transportasi.
- Potensi Positif
Daerah kavling tersebut memiliki sisi positif dan tentunya bermanfaat bagi masyarakat
sekitar antara lain adalah untuk perkebunan, pemukiman, dan juga untuk lahan
persawahan.
- Potensi Negatif
Selain memiliki sisi positif, daerah tersebut juga memiliki potensi negative dengan adanya
bentuk lahan yang demikian. Sisi negative yang bisa saja terjadi antara lain adalah Gerakan
massa atau tanah longsor. Mengingat, kedua satuan tersebut tergolong daerah yang
dikatakan suram hingga sangat terjal.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
daerah yang menjadi obyek penelitian (Kavling 7) memiliki dua satuan utama berdasarkan
pada perbedaan kerapatan konturnya. Satuan tersebut mempunyai kelerengan yang curam
– terjal, dan sangat terjal. Pada masing-masing satuan yang demikian, daerah tersebut
memiliki poensi positif dan juga potensi negative sebagi akibat dari kelerengannya
tersebut. Potensi positif antara lain adalah dapat dimanfaatkan sebagai lahan pemukiman
masyarakat, laha persawahan, dan juga perkebunan. Sementara untuk sisi negatifnya, dapat
terjadi tanah longsor secara tiba-tiba mengingat satuan daerah tersebut kelerengannya terjal
hinggap pada sangat curam.
5.2 Saran
Sebelum dilakukan analisis lebih lanjut dalam praktikum ini, alangkah lebih baik
kita mengetahui bagaimana kondisi geologi daerah terkait. Selain itu juga perlu dipahami
seperti apa geomorfologinya. Kemudian, untuk hal-hal teknis, sebaiknya peralatan
dipersiapkan sebaik mungkin untuk melaksanakan praktikum ini agar praktikum juga dapat
berjalan lancar tanpa adanya kendala yang berarti berkaitan dengan masalah teknis seperti
alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Lisle, Richard J. 2004. Geological Structures and Maps. Cardiff: Pergamon Press.
Noor, Djauhari. 2010. Gemorfologi Ed 1. Yogyakarta: Depublish.
Peta Geomorfologi yang sudah dibagi berdasarkan pada perbedaan kerapatan konturnya.
Sayatan geomorfologi dari satuan-satuan yang terdapat dalam kavling daerah penelitian.
Satuan Satuan Daerah Alluvial Berlereng Satuan Daerah Alluvial
Geomorfologi Sangat Terjal Berlereng Curam - Terjal
Unsur Geomorfologi
Profil Geomorfologi
SV = SH
1.6 : 500
Pelamparan (%) 30 % 70 %
Kelerengan 57.14 – 62.5 derajat 31.18 – 50 derajat
Titik Tertinggi 650 meter 475 meter
Titik Terendah 100 meter 75 meter
Beda Tinggi 550 meter 400 meter
Tipe Parit V,U V, U
Pola Penyaluran Dendritik Radial
Litologi Konglomerat aneka bahan, batupasir, Perselingan breksi gunung
batulanau, batugamping, api, lava, tuf ; bersisipan
batulempung, napal pasiran, batupasir batupasir tufan, batulanau,
berbatuapung, bersisipan breksi dan batulempung
gunung api, lava, dan tuf
Prosen Endogenik Pengangkatan Pengangkatan
Proses Eksogenik Pelapukan, erosi, dan transportasi Pelapukan, erosi, dan
transportasi
Potensi Positif Perkebunan, pemukiman Persawahan, pemukiman,
perkebunan
Potensi Negatif Tanah longsor atau Gerakan massa Rawan erosi