Anda di halaman 1dari 8

Turbulen: Jurnal Teknik Mesin, Vol.1,No. 2, hal.

77-84, Desember 2018, p-ISSN: 2621-3354

TURBULEN: JURNAL TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG

Homepage-artikel: www.univ-tridinanti.ac.id/ejournal/

PERENCANAAN SISTEM TATA UDARA GEDUNG AULA SMK NEGERI 1 SEKAYU


Novi Andriani1, Baiti Hidayati2*)
1
Mahasiswa (D3) Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara, Politeknik Sekayu
2
Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara, Politeknik Sekayu
*)
Email: bayy10@ymail.com

INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK


Submitted: Perencanaan sistem tata udara ini dimaksudkan untuk melakukan perhitungan beban
13/12/2018
pendingin pada Gedung Aula SMK Negeri 1 Sekayu. Sehingga sebelum dipasang AC pihak
Revised: SMKN 1 Sekayu memiliki gambaran jumlah kapasitas AC yang diperlukan untuk
10/01/2019
mengkondisikan udara di aula dengandimensi 18 m x 16 m x 6 m. Untuk memperoleh hasil
Accepted: tersebut, penulis menggunakan metode perhitungan CLTD ( Cooling Load Temperature
15/01/2019 Difference ) berdasarkan ASHRAE GRP 158 Cooling Load Calculation Manual, yang
Print-Published: terdiri dari perhitungan beban pendingin Extenal dan Internal. Perhitungan beban
31/01/2019 pendinginan berdasarkan data primer dan sekunder yang kemudian hasilnya disesuaikan
dengan jenis sistem tata udara. Setelah melakukan perhitungan beban pendingin, didapatlah
hasil beban maksimum sebesar 23.7013,1917Btu/hr, dengan demikian kapasitas AC yang
diperlukan sebesar 26 PK dengan sistem Direct Refrigerant System, AC Floor Standing.

Kata kunci : Perencanaan sistem tata udara, beban pendingin, metode CLTD

ABSTRACT
The planning of the air system is intended to calculate the cooling load in the Hall of SMKN
1 Sekayu. So that before the AC was installed in the SMKN 1 Sekayu had an overview of the
amount of AC capacity needed to condition the air in the hall with dimensions of 18 m x 16
m x 6 m. To obtain these results, the authors used the CLTD (Cooling Load Temperature
Difference) calculation method based on ASHRAE GRP 158 Cooling Load Calculation
Manual. Which consists of calculation of Extenal and Internal cooling loads. Calculation of
cooling load based on primary and secondary data which then results are adjusted to the
type of air system. After calculating the cooling load, the maximum load results are obtained
at 237013,1917 Btu / hr, thus the AC capacity needed is 26 Pk with the Direct Refrigerant
System, AC Floor Standing system
.

Keywords: Planning Of The Air System, Cooling Load, CLTD methode

1. PENDAHULUAN bisa diketahui jenis sistem HVAC mana yang harus


digunakan. Salah satu cara menghitung cooling load
1.1 Latar Belakang adalah dengan menggunakan metode CLTD. CLTD
Di zaman modern saat ini, pengkondisian udara adalah perbedaan temperatur teoritis yang
pada suatu ruangan menjadi hal yang sangat merupakan efek dari gabungan perbedaan temperatur
diperhatikan agar ruangan tersebut bisa digunakan udara di dalam dan luar ruangan, daily temperature
dengan maksimal. Contohnya pada ruangan kerja di range, radiasi matahari, dan panas dari konstruksi
gedung, ruangan harus dikondisikan sedemikian gedung tersebut. Pengkondisian udara pada suatu
sehingga penghuni bisa bekerja dengan baik. Oleh ruangan banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor
sebab itu perlu dilakukan pengukuran besarnya yang menyebabkan naiknya beban pendinginan.
cooling load dari ruangan atau gedung tersebut agar Faktor-faktor tersebut diantaranya, infiltrasi,

77
Andriani Novi.,dkk; Perencanaan Sistem Tata Udara Gedung Aula SMK Negeri 1 Sekayu
Turbulen: Jurnal Teknik Mesin, Vol.1,No. 2, hal.77-84, Desember 2018, p-ISSN: 2621-3354

peralatan elektronik, dan pencahayaan. Dari ketiga


faktor tersebut, pencahayaan memiliki distribusi
yang lebih kompleks dalam peningkatan beban
pendinginan dari faktor lainnya. Dari definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa sistem tata udara atau
pengkondisian udara adalah sebuah proses
pengaturan udara yang meliputi temperatur udara,
kelembapan udara, serta kualitas udara dan cara
pendistribusiannya kedalam ruangan, untuk
mendapatkan kondisi kenyamanan tertentu. Secara
umum, dalam sebuah perencanaan sistem tata udara
bertujuan untuk menghasilkan kenyamanan termal
bagi penghuni (manusia), atau menciptakan kondisi
nyaman dengan suhu dan kelembaban yang nyaman
bagi penghuni suatu ruangan.
Pada suatu tempat atau ruangan yang akan
dipasang mesin pendingin maka diperlukan
perhitungan yang baik dan benar agar dapat lebih
selektif dalam menentukan jumlah kapasitas yang
dipasang. Dengan demikiandapat memperoleh
tingkat efisiensi dalam pemilihan mesin pendingin
terutama hemat energi, khusunya pada gedung aula
SMK Negeri 1 Sekayu.
1.2 Tujuan
Perencanaan bertujuan sebagai berikut :
a. Menghitung beban pendingin yang ada di Gedung
Aula SMK Negeri 1 Sekayu.
b. Mengetahui jenis Sistem Tata Udara yang baik
untuk digunakan di Gedung Aula SMK Negeri 1
Sekayu.

Gambar 1. Diagram Alir Perencanaan


2. METODOLOGI PERENCANAAN
Alat-alat yang digunakan dalam perencanaan ini
Perencanaan ini menggunakan metode adalah :
perhitungan CLTD, dimana proses dimulai dari 1.Alat tulis
pengumpulan data gedung dan suhu perencaan pada 2.Thermometer Digital
gedung tersebut, melakukan perhitungan beban 3.Meteran
pendingin yang terdiri dari perhitungan beban 4.Sling (Alat ukur Suhu bola kering dan Suhu
pendingin Internal dan External. Setah melakukan bola basah)
perhitungan beban pendingin, maka didapat beban
pendingin suatu ruangan diman dari hasil tersebut 2.1 Kenyamanan Termal
dapat diketahui kapasitas AC yang digunakan untuk Tujuan utama HVAC adalah menyediakan
mengkondisikan ruangan Aula SMKN 1 Sekayu. kondisi untuk kenyamanan termal manusia, “kondisi
Langkah terakhir yaitu menentukan jenis pikiran yang mengekspresikan kepuasandengan
pengkondisian udara, beberapa diantaranya berupa lingkungan termal Definisi ini membuka apa yang
All-Air System, All-Water System, Air-Water dimaksud dengan "kondisi pikiran" atau
System, Direct Refrigerant System. Diharapkan "kepuasan,"tetapi dengan benar menekankan bahwa
setelah memperoleh perhitungan beban pendinginan pertimbangan kenyamanan adalah proses kognitif
ini, dapat membantu pihak SMKN 1 untuk yang melibatkan banyak masukan dipengaruhi oleh
menentukan jenis pengkondisian di Aula dengan fisik,proses fisiologis, psikologis, dan lainnya.
tepat sasaran. Secara umum, kenyamanan terjadi ketika suhu tubuh
diadakan dalam rentang sempit, kelembaban kulit
rendah, dan efek fisiologis regulasi diminimalkan.
Kenyamanan juga tergantung pada perilaku yang
diinisiasi secara sadaratau tidak sadar dan dipandu

78
Andriani Novi.,dkk; Perencanaan Sistem Tata Udara Gedung Aula SMK Negeri 1 Sekayu
Turbulen: Jurnal Teknik Mesin, Vol.1,No. 2, hal.77-84, Desember 2018, p-ISSN: 2621-3354

oleh sensasi panas dan kelembabanmengurangi 2.3 Beban Pendinginan


ketidaknyamanan. Beberapa contoh mengubah Metode yang tepat untuk menghitung beban
pakaian, mengubahaktivitas, mengubah postur atau pendinginan ruangan adalah dengan menggunakan
lokasi, mengubah pengaturan thermostat,membuka persamaan keseimbangan panas untuk menentukan
jendela. (ASHRAE 2005) suhu permukaan interior struktur bangunan dan
Dalam hal kenyamanan termal bagi manusia, kemudian menghitung beban pendinginan sensibel,
faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal: yang sama dengan jumlah transfer panas konvektif
a.Tingkat aktivitas dari permukaan beban pendinginan laten. (Wang,
b.Pakaian 2000)
c.Harapan/ ekspektasi Beban untuk unit pendingin udara berasal dari
d.Temperatur udara banyak sumber. Beban ini berasal dari beberapa
e.Kelembapan sumber panas, yang lebih umum adalah dari luar
Kriteria nyaman yang umum diterima oleh bocor melalui pintu dan jendela atau dilakukan
kebanyakan orang indonesia adalah temperatur 24- melalui dinding yang terisolas, material transparan
25 ºC dengan kelembapan relatif 50 % (SNI-2011) memungkinkan panas untuk menembusnya. ini
terjadi ketika jendela digunakan di ruang
2.2 Perpindahan Panas berpendingin, pintu dan jendela yang terbuka
Ilmu perpindahan panas tidak hanya bertujuan memungkinkan panas masuk ke tempat yang
untuk menjelaskan bagaimana energi panas dapat didinginkan. Retakan di sekitar pintu dan jendela
ditransfer, tetapi juga memprediksi tingkat di mana juga memungkinkan panas masuk ke ruang
pertukaran akan terjadi dalam kondisi tertentu. Fakta pendingin, orang yang menempati ruang yang
bahwa tingkat transfer panas adalah tujuan yang didinginkan mengeluarkan panas, ini harus
diinginkan dari suatu analisis menunjukkan dipertimbangkan ketika mencari beban apa pun
perbedaan antara perpindahan panas dan untuk unit AC tertentu, peralatan di dalam ruang
termodinamika. (Holman,2010) pendingin dapat mengeluarkan panas. Misalnya,
a. Perpindahan Panas Konduksi motor, listrik ke olights, peralatan elektronik, meja
Perpindahan panas antara dua objek, atau uap, guci, pengering rambut, dan barang serupa
melintasi satu objek, yang terjadi melalui media mengeluarkan panas. Untuk mendapatkan angka
material dan tidak melibatkan gerakan cairan apa yang akurat, perlu mempertimbangkan semua
pun, disebut perpindahan panas konduksi. Contoh sumber panas (Miller,2006)
perpindahan panas konduksi adalah perpindahan
panas dari sisi panas ke sisi dingin dari media cair
atau gas yang padat atau tidak bergerak, perpindahan
panas dari atau ke tangan kita ketika kita menyentuh
suatu objek.
b. Perpindahan Panas Konveksi
Perpindahan panas antara objek dan cairan
bergerak yang berdekatan (cair atau gas) disebut
perpindahan panas konveksi. Ada dua cara
perpindahan panas konveksi terjadi di sekitar objek.
Jika gerakan fluida dihasilkan oleh kipas atau pompa
atau angin, itu akan disebut konveksi paksa. Di sisi
lain, jika gerakan fluida dihasilkan oleh perbedaan
kerapatan karena perbedaan suhu di dalamnya,
konveksi itu disebut konveksi alami atau bebas.
Gambar 2. Beban pendingin ruangan
c. Perpindahan Panas Radiasi
Ada situasi di mana tidak ada media antara dua
a. Beban Konduksi Melalui Dinding
benda yang berada pada temperatur yang berbeda
Untuk menghitung beban konduksi melalui
dan saling berhadapan, dalam situasi ini transfer
dinding digunakan persamaan sebagai berikut :
panas terjadi melalui pertukaran gelombang
Q =U.A.CLTDc
elektromagnetik atau foton dan dikenal sebagai
perpindahan panas radiasi. Perpindahan panas dari
CLTDc = [(CLTD+ LM)x K+(78-TR)+
matahari ke atmosfer bumi dan perpindahan panas
(T0– 85)]
dari permukaan pesawat ruang angkasa ke langit
yang sangat dingin adalah contoh perpindahan panas
radiasi.

79
Andriani Novi.,dkk; Perencanaan Sistem Tata Udara Gedung Aula SMK Negeri 1 Sekayu
Turbulen: Jurnal Teknik Mesin, Vol.1,No. 2, hal.77-84, Desember 2018, p-ISSN: 2621-3354

Ket: Correction for Inside and Outside


U = Overall heat transfer (BTU/hr.ft2. 0F) Design Conditions(ASHRAE
A = Roof Area, wall or glass (ft2) 158,1979)
CLTDc = Cooling Load Temperature Different f = faktor koreksi untuk kipas atau saluran
Corrected (oF) udara di atas
CLTD = Cooling Load Temperature Diffferent f = 0,75 jika ada kipas / ventilasi
(oF) lihat di Table 2.3 CLTDdinding f = 1,0 jika tidak ada kipas atau saluran
(ASHRAE 158,1979) udara
LM = Latitude month(oF) Tabel Nilai LM ∑R = Tahanan termal total lapisan
(Latitude and Month) untuk dinding Konstruksi dinding atau
dan atap (ASHRAE 158,1979) Atap (hr.ºF.ft2/Btu)
K = Correction for color of surface
K = 1,0 for dark color or light in an c. Beban Pendingin Konduksi Melalui Kaca
industrial area Untuk perhitungan kalor yang masuk melalui
K = 0,83 if permanently medium colored kaca secara konduksi dihitung dengan persamaan
(rural area) sebagai berikut, : (ASHRAE 158,1979)
K = 0,65 if permanently light colored Q = U. A. CLTD
(rural area) Dimana :
TR = Room Temperature (oF) U = Overall heat transfer (BTU/hr.ft2. 0F)
T0 = average outside design temperature A = Roof Area, wall or glass (ft2)
(oF) tabel Climatic Conditions For Other CLTD = Cooling Load Temperature
Countries (ASHRAE 158,1979)dan Difference(0F). CLTD dinding dan
Correction for Inside and Outside Design kaca berbeda. Tabel CLTD kaca
Conditions (ASHRAE 158,1979) terlihat seperti tabel dibawah:
∑R = Tahanan termal total lapisan Konstruksi
dinding atau atap (hr.OF.ft2/BTU) Tabel 1. Nilai CLTD Untuk Kaca

b. Beban Konduksi Melalui Atap Hour 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24


Untuk menghitung beban konduksi melalui atap CLTD, F 0 -2 -2 0 4 9 13 14 12 8 4 2
digunakan persamaan sebagai berikut : (ASHRAE Sumber: (ASHRAE 158,1979)
158.1979)
Q = U. A. CLTDc d. Radiasi Melalui kaca
Selain merambat secara konduksi, kalor juga
CLTDc = [(CLTD + LM) x K + (78-TR) + (T0 –85)] merambat secara radiasi melalui kaca, dengan
xf demikian perhitungan beban pendinginan melalui
Ket : kaca terdiri dari dua komponen beban yaitu secara
U = Overall heat transfer (BTU/hr.ft2. 0F) konduksi dan secara radiasi.
A = Roof Area, wall or glass (ft2) Radiasi melalui kaca dapat dihitung dengan
CLTDc = Cooling Load Temperature Different menggunakan persamaan berikut : (ASHRAE
Corrected (oF) 158,1979)
CLTD = Cooling Load Temperature Diffferent Q = SHGF × A × SC × CLF
(oF)lihat di Table 2.4 CLTD untuk
atap datar (ASHRAE 158,1979) Ket:
LM = Latitude month(oF) Tabel Nilai LM Q = Net solar radiation heat gain melalui kaca
(Latitude and Month) untuk dinding (Btu/hr)
dan atap (ASHRAE 158,1979) SHGF = Solar heat gain factor(Btu/hr.ft2) Tabel
K = Correction for color of surface Maximum Solar Heat Gain Factor (SHGF)
K = 1,0 if dark colored or light in an for sun light glass, BTU/hr.ft2 ((ASHRAE
industrial are 158,1979)
K = 05 permanently light colored (rural A = Luas permukaan kaca (ft2)
area) SC = Shade coefficient Table 2.6 Shading
TR = Room Temperature (oF) Coefficients for glass without or with
T0 = average outside design temperature interior shading by venetian blind or roller
(oF) shades (ASHRAE 158,1979)
tabel Climatic Conditions For Other CLF = Cooling load factor for glass ( ºF )
Countries (ASHRAE 158,1979) dan

80
Andriani Novi.,dkk; Perencanaan Sistem Tata Udara Gedung Aula SMK Negeri 1 Sekayu
Turbulen: Jurnal Teknik Mesin, Vol.1,No. 2, hal.77-84, Desember 2018, p-ISSN: 2621-3354

Table 2. Shading Coefficients for glass without or Peralatan yang berada di dalam ruangan yang
with interior shading by venetian blind or roller tidak menghasilkan uap air, hanya menghasilkan
shades kalor sensibel saja, sedangkan bila peralatan tersebut
Glazing Glass Trans. Glass SC* menghasilkan uap air maka selain akan
Single Glass menghasilkan kalor sensibel peralatan itu juga akan
¼ in. Clear 0,80 0,95 menghasilkan kalor laten.
½ in.Clear 0,71 0,88 Beban sensibel Qs = Cs x qr x CLF
¼ in Heat Abs. 0,46 0,67 Beban laten Ql = Cs x qr
½ in.Heat Abs 0,24 0,50 Ket:
Qs = Beban sensibel peralatan (Btu/hr)
Sumber: (ASHRAE 158,1979)
Ql = Beban laten peralatan (Btu/hr)
Qr = Jumlah beban Peralatan (Btu/hr)
e. Konduksi Melalui Interior Partisi
Cs = koefisien sensibel Tabel 2.7 Koefisien
Perpindahan kalor secara konduksi melalui partisi
sensibel dan laten peralatan masak dan
dapat dihitung menggunakan persamaan perpindahan
laboratorium (ASHRAE 158,1979)
kalor secara umum, yaitu:
Cl = koefisien laten Tabel 2.7 Koefisien
Q = U × A × ∆T
sensibel dan laten peralatan masak dan
laboratorium (ASHRAE 158,1979)
Ket:
CLF = Faktor beban sensibel ( ºF ) Tabel
U = Koefisien konduktifitas partisi (BTU/h ft2 F)
Sensible Heat Cooling Load Factors for
A = Luasan partisi (ft2)
Unhooded Appliances, Motor,
∆T = Perbedaan temperatur ruangan dengan
etc (ASHRAE 158,1979)
ruangan sebelahnya (ºF)
CLF = 1 untuk mesin tata udara tidak bekerja
Jika temperatur sebelah ruangan tidak diketahui
24/hari ( ºF )
maka nilai ∆T diambil paling kecil 6ºF (14,4ºC). Bila
ruangan disebelahnya tidak kondisikan dan terdapat
Tabel 3. Koefisien sensibel dan laten peralatan
banyak peralatan yang mengeluarkan kalor, maka
masak dan laboratorium
nilai ∆T dapat lebih besar.
Cs Cl
f. Beban Pendinginan dari Penghuni Hooded-electric or 0,16 0,00
Manusia melepaskan kalor sensibel dan kalor laten steam heated
ke ruang yang dikondisikan. Bagian radiasi dari Hooded-gas heated 0,10 0,00
perolehan kalor sensibel adalah sekitar 70 % ketika Unhooded-electric or 0,33 0,17
lingkungan dalam ruangan yang dikondisikan steam heated
dipertahankan dalam zona nyaman. (Wang,2001) Unhooded-gas heated 0,33 0,16
Heat gain kalor sensibel dan laten dari penghuni Sumber: (ASHRAE 158,1979)
dapat dinyatakan dengan persamaan : (ASHRAE
158,1979) h. Pencahayaan (Lighting)
Beban pendingin yang disebabkan oleh
qs = x no. of people x CLF pencahayaan dapat dihitung dengan menggunakan
ql = x no. of people persamaan berikut : (ASHRAE 158,1979)
qs = 3,41 x qi x Fs x CLF
Ket :
qs = Sensible cooling Load (Btu/hr) Ket :
ql = Latent cooling Load (Btu/hr) qs = Sensible cooling load (Btu/hr)
qs/person = Sensible heat per person (Btu/hr) Table qi = Total lamp wattage
Rates of Heat Gain from Occupants of 3,41 = Conversion factor (Btu/hr per watt)
Conditioned Spaces (ASHRAE Fs = Special ballas allowance factor
158,1979) CLF = Cooling Load Factor
no.of people = number of people CLF = 1,0 when cooling system is operatedonly
CLF = Cooling Load Factor Table 2.15 Sensible when light are on Tabel Cooling Load
heat cooling load factor for people Factors When Lights Are on for 8 Hours
(ASHRAE 158.1979) CLF = 1,0 when lights are on more than 16 hr per
Use CLF = 1,0 if cooling system does not run 24 hr day
a day

g. Heat Gain dari Peralatan


81
Andriani Novi.,dkk; Perencanaan Sistem Tata Udara Gedung Aula SMK Negeri 1 Sekayu
Turbulen: Jurnal Teknik Mesin, Vol.1,No. 2, hal.77-84, Desember 2018, p-ISSN: 2621-3354

Tabel 4. Average Values of Ballast Factor Fs tersebut. Tekanan yang disebabkan oleh kompresor
Lamp No. Of tersebut dapat membuat uap cukup panas untuk
Wattage lamps Per Fs pendingin dalam ruangan udara yang hangat.
Fixture (Daryanto,2017)
35 1 1,30 b. Kondensor
40 Pada saatuap pendingin dipompa kedalam
35 2 1,20 kondensor oleh kompresor, suhu dan tekanannya
40
meningkat. Suhu yang tinggi itu memudahkan
60 1 1,30
perambatan panas yang efektif dari permukaan
75
60 2 1,20
kondensor ke ruang disekitarnya. Sebagian dari
75 panas yang dipindahkan ke ruangan udara itu adalah
110 1 1,25 laten yang diserap zat pendingin dalam evaporator.
110 2 1,07 Pelepasan panas kedalam ruangan cukup untuk
160 1 1,15 mengembunkan uap pendingin menjadi cairan.
160 2 1,08 (Daryanto,2017).
Sumber: (ASHRAE 158,1979)
c. Pipa Kapiler
i. Infiltrasi Pipa kapiler adalah peralatan pengatur utama
Beban infiltrasi dapat dihitung dengan yang dipakai dalam sirkuit pendinginan. Biasanya
menggunakan persamaan berikut : (ASHRAE terdiri dari pipa atau tabung kecil, panjang dan lebar,
158.1979) lubangnya tergantung pada ukuran unit kondensor
qs = 1,10 x (∆t) x scfm dan jenis zat pendingin yang dipakai.
ql = 4840 x (∆W) x scfm Diameter dalam pipa kapiler pada setiap saat
dijaga pada keadaan yang normal agar tetap penuh
Ket : dengan cairan. Ukuran lubang pipa yang kecil
qs = Sensible cooling load (Btu/hr) penting untuk menjaga agar sirkuit pendinginan
ql = Latent load due to infiltration (Btu/hr) bebas dari debu, lemak dan benda asing lainnya,
1,10 = units of Btu/hr per scfm sebab benda tersebut dapat menyumbat pipa kapiler
∆t = inside-outside temperature difference (0F) sehingga sistem tidak dapat bekerja.
∆W = inside-outside humidity ratio difference in
(lb/lb dry air) d. Evaporator
scfm = Ԛ the infiltration or ventilation in cfm Fungsi evaporator dalam suatu alat pengkondisian
Tabel Nilai CFM Infiltrasi dan Ventilasi udara adalah untuk menyerap panas dari udara
(ASHRAE 158,1979) sekitarnya. Panas itu dilepaskan oleh banyak sumber
didalam suatu ruangan. Pada waktu cairan pendingin
j. Ventilasi meninggalkan pipa kapiler dan masuk ke pipa
Beban ventilasi dapat dihitung menggunakan evaporator yang lebih besar, diameter pipa yang
persamaan berikut (ASHRAE 158.1979): membesar dengan tiba-tiba menimbulkan suatu
Q = x no. of People daerah tekanan rendah, menyebabkan turunnya titik
didih zat pendingin, menyebabkan penyerapan yang
Ket : lebih cepat oleh heat unit. (Daryanto,2017)
Q = Outdoor ventilation rate in cfm
Q/person = Ventilation rate per person 2.5 Jenis-jenis Sistem Tata Udara
(Btu/hr) a. All-Air System
no. of people = number of people normally in All-Air System menyediakan kapasitas
conditioned space pendinginan sensibel dan laten hanya melalui
pasokan udara dingin yang dikirimkan ke ruang yang
2.4 Komponen Sistem Tata Udara terkondisi.Tidak ada pendingin tambahan yang
a. Kompresor disediakan oleh sumber pendinginandi dalam
Fungsi kompresor adalah menetapkan perbedaan ruangan dan tidak ada air dingin yang dipasok ke
tekanan dalam suatu sistem pendinginan. Oleh ruangan. Pemanasandapat dicapai dengan aliran
karenanya menyebabkan zat pendingin dalam sistem udara pasokan yang sama, dengansumber panas yang
mengalir dari suatu bagian ke bagian lain. terletak baik di peralatan sistem pusat atau
Kompresor dikategorikan sebagai suatu pompa yang diperangkat terminal yang melayani ruangan
bertugas untuk mensirkulasikan zat pendingin, tetapi (Walter,1998)
tugasnya ialah mengadakan tekanan untuk hal

82
Andriani Novi.,dkk; Perencanaan Sistem Tata Udara Gedung Aula SMK Negeri 1 Sekayu
Turbulen: Jurnal Teknik Mesin, Vol.1,No. 2, hal.77-84, Desember 2018, p-ISSN: 2621-3354

All-Air System memiliki kelebihan dan ke kondensor di mana pendingin didinginkan dan
kekurangan dalam penggunaan maupun mengembun menjadi cair. Cairan kemudian masuk
pemasangannya. Berikut ini merupakan kelebihan ke katup ekspansi, alat yang mencekik di mana
dan kekurangan All-Air System. tekanan refrigeran berkurang, dan kemudian kembali
b. Air-Water System ke evaporator dan prosesnya mulai awal lagi mesin
Pengkondisian ruangan dengan sistem air-water pendingin terpisah dengan kompresor sering
akan mendistribusikan keduanya yaitu, udara yang digunakan untuk setiap evaporator dan pendinginan
terkondisi dan air ke unit terminal yang dipasang di satuan. Dalam kasus lain beberapa atau semua
ruangan.Udara dan air didinginkan dan / atau evaporator dan unit pendingin dalam suatu sistem
dipanaskan dalam mekanika sentral ruang peralatan. terhubung satu atau lebih kompresor yang
Udara yang disediakan disebut udara utama untuk ditempatkan di ruang mesin pusat. Refrigeran sering
membedakan dari udara ruangan yang diresirkulasi terjadidiangkut melalui tabung panjang,
(sekunder). berikut merupakan keuntungan dan membutuhkan muatan refrigeran yang relatif besar.
kerugian sistem air-water :
Karena panas spesifik yang lebih besar dan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
kerapatanair yang jauh lebih besardibandingkan
dengan udara, luas penampang perpipaan jauh lebih Tabel 5. Hasil Perhitungan Total Beban Pendingin
kecil daripada saluran kerja yang dibutuhkan untuk
memberikan pendinginan yang sama. Karena Objek Besar Beban Pendingin
sebagian besar ruang pemanasan / pendinginan (Btu/hr)
beban ditangani oleh bagian air dari sistem jenis ini, Konduksi Dinding 45.894,82
secara keseluruhanpersyaratan distribusi saluran
dalam sistem udara dan air sangat pentingdari pada Konduksi Atap 26.865,35
sistem udara yang menyimpan bangunan ruang.
c. All-Water System Konduksi Kaca 2.185,95
Dalam sistem all-water, pendingin dan / atau
pemanasan ruang disediakan oleh air dingin dan / Radiasi Kaca 16.202,88
atau panas yang disirkulasikan dari pendingin sentral
/pabrik boiler ke unit terminal yang berlokasi di, atau Pencahayaan 5.408,07
segera berdekatan dengan, berbagai ruang yang
dikondisikan. Perpindahan panas ke / dariudara Peralatan 1.548,49
ruangan terjadi melalui konveksi paksa atau alami.
Kecuali untuk sistem bercahaya, transfer panas Penghuni 70.000
pancaran biasanya nominal karenaukuran dan
pengaturan permukaan transfer panas. Sistem all- Inviltrasi 67.320
water dapat digunakan untuk pemanasan dan
pendinginan. Air pemanas disediakan baik melalui Ventilasi 1.500
jaringan perpipaan yang sama yang digunakan untuk
kedinginanair di musim panas atau melalui sistem Total 236.925,58
perpipaan independen.
d. Direct Refrigrant System Besar Kapasitas AC 26,32
Kebanyakan sistem pendingin dibangun sebagai
sistem langsung, yaitu sistem dengan langsung
expansion (DX), dimana refrigeran digunakan untuk
mengangkut panas secara langsung dari ruang yang Sehingga beban pendingin keseluruhan dari
akan didinginkan ke ruang di mana panas dilepaskan. ruangan Aula SMK Negeri 1 Sekayu adalah sebesar
Selain refrigeran, sistem langsung memiliki 236.925,5828Btu/hr sehingga didapatlah kapasitas
empatkomponen utama, evaporator, kompresor,
AC yang dibutuhkan di Gedung Aula SMK Negeri 1
katup ekspansi kondensor och. UtamaPrinsipnya
adalah bahwa panas dari objek pendingin atau Sekayu sebesar 26 Hp.
sumber panas diambil di evaporatordan dilepas di
kondensor. 4. KESIMPULAN
Refrigeran berubah dari cair menjadi uap atau gas Berdasarkan pembahasan dan perhitungan beban
di evaporator yang ditempatkan di dalamruang untuk pendingin dan data yang di peroleh di Gedung Aula
didinginkan. Tekanan dan suhu dari gas pendingin SMK Negeri 1 Sekayu, maka didapat beberapa
meningkat dalam kompresor dan gas kemudian pergi kesimpulan sebagai berikut:

83
Andriani Novi.,dkk; Perencanaan Sistem Tata Udara Gedung Aula SMK Negeri 1 Sekayu
Turbulen: Jurnal Teknik Mesin, Vol.1,No. 2, hal.77-84, Desember 2018, p-ISSN: 2621-3354

a. Pemilihan jenis sistem tata udara dan unit AC


disesuaikan berdasarkan dengan hasil perhitungan
beban di ruangan, sehingga semakin besar ruangan
yang harus didinginkan maka semakin besar pula
kapasitas AC yang digunakan.
b. Dari hasil perhitungan beban pendingin di Gedung
Aula SMK Negeri 1 Sekayu dengan pelayanan
suhu dalam ruangan yang diasumsikan 25oC, dan
suhu luar diasumsikan 34oC, sehingga diperoleh
hasil perhitungan sebesar 236.925,5828 Btu/hr.
Dan membutuhkan AC dengan kapasitas sebesar
26 Hp.

DAFTAR PUSTAKA

ASHRAE GRP 158. 1979. Cooling and Heating


Calculations Manuals, American Society, of
Heating, Refrigerating and Air Conditioning
Engineers, Atlanta, GA.

Badan Standarisasi Nasional. 2011. Konversi Energi


Sistem Bangunan Gedung. Jakarta : BSN 2011

Daryanto, Drs. 2017. Teknik Pendingin AC, Freezer,


Kulkas. Bandung : Yrama Widya

Holman J.P., 2010. Heat Transfer Tenth Edition.


Singapore : Mc.Graw-Hill International Edition.

SHRAE. 2005. Chapter 8 Thermal Comfort.


ASHRAE HandbookFundamentals.

Walter T.1989. Grondzik., Air Conditioning System


Design Manual Second Edition

Wang, S.K., 2000. Handbook of Air Conditioning


and Refrigeration, Mc.Graw-Hill, Inc.

84
Andriani Novi.,dkk; Perencanaan Sistem Tata Udara Gedung Aula SMK Negeri 1 Sekayu

Anda mungkin juga menyukai