“PROPAGANDA POLITIK”
Disusun oleh :
2020
DAFTAR ISI
COVER
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
BAB II PEMBAHASAN
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan pada penulis untuk
menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapan
menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan judul “Propaganda Politik” dengan tepat
waktu. Guna memenuhi syarat tugas dari Bapak Mulkan Habibi, M. Si. Pada Mata Kuliah
Komunikasi Politik. Diharapkan dengan disusunnya makalah ini semoga bisa menambah
wawasan dan pengetahuan bagi pembaca. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunaan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Propaganda menjadi salah satu topicyang menarik, karena sampai saat ini. Parapolitikus dan
pemimpin opini memahamimedia sebagai salah satu aspek yang kuatdalam mempengaruhi
pemilih. Sehinggabanyak pemilik media merasa mempunyaikekuatan dalam konstelasi politik.
Dalam pileg2014 nampak dari sejumlah pemilik mediayang mencoba peruntungan dalam pileg
untukmaju menjadi kandidat dengan modalkekuatan media. Konglomerasi mediaNampak
menonjol dalam pileg ini. MisalkanHary tanoesoedibyo mencoba peruntunganmenjadi cawapres
Partai Hanura dengankekuatan Grup Media Nusantara Citra(MNC) yang menguasai setidaknya 3
stasiuntelevise. Surya Paloh dengan Partai nasionalDemokrat (Nasdem) yang mempunyaiMedia
Grup. Partai Golkar mengajukanperuntungan dengan mengajukan capresAburizal Bakrie yang
mempunyai Grup Viva dengan dua stasiun televisi. Dalam paradigmalama selalu menekankan
bahwa media massamasih dianggap yang mempunyai kekuatandalam menyebarkan propaganda
politik.
BAB II
PEMBAHASAN
Propaganda adalah suatu penyebaran pesan yang terlebih dahulu telah direncanakan
secara seksama untuk mengubah sikap, pandangan, pendapat dan 42 Jurnal Academia
Praja Volume 1 Nomor 1 - Februari 2018 tingkah laku dari penerimaan komunikan sesuai
dengan pola yang telah ditetapkan oleh komunikator. (Sastropoetro, 1991: 34) Salah satu
ahli propaganda yang berpengaruh, Harold D. Laswell, melalui karya klasiknya
Propaganda Technique in the World War pada tahun 1927 mengemukakanbahwa, salah
satu upaya untuk mendefinisikan propaganda adalah mengacu pada peranan propaganda
untuk mengontrol pendapat umum melalui pesan- pesan simbolis yang signifikan, atau
untuk berbicara lebih kongkrit dilakukan lewat cerita, rumor, laporan, gambar yang
belum tentu akurat.
Jawett dan O‟Donnell, mengemukakan bahwa propaganda adalah usaha yang disengaja
dan sistematis untuk membentuk persepsi, manipulasi kognisi dan perilaku langsung
untuk mencapai respon yang lebih jauh, dengan maksud atau demi mencapai tujuan yang
diinginkan dari sponsor. Berbeda dengan definisi di atas, maka definisi ini menekankan
bahwa propaganda mempromosikan kepentingan propagandis (Liliweri, 828).
Kalau kita memperhatikan kata “sengaja” dalam definisi Jowett dan O‟Donnell, maka
sebenarnya tersirat suatu pertimbangan yang seksama terhadap suatu kemungkinan
psikologis yang bakal terjadi. Kata sengaja dipilih untuk menerangkan bahwa propaganda
dilakukan setelah difikirkan secara hati-hati, misalnya dengan memilih strategi manakah
yang paling efektif untuk mempromosikan sebuah ideologi, atau untuk mempertahankan
posisi yang menguntungkan. Sementara itu kata “sistematis” yang melengkapi kata
sengaja berarti melakukan sesuatu dengan teratur (Liliweri, 829 ). Tujuan utama dalam
melakukan propaganda menurut Harold Laswell (Servin dan tankard,Jr, 129) adalah :
2. JENIS-JENIS PROPAGANDA
Propaganda terbagi menjadi dua, dibedakan atau dilihat dari sifat dan isi pesannya. Jenis
propaganda berdasarkan sifat menurut Santoso Satropoetro, yaitu:
2. Propaganda terbuka : setiap kemasan pesan, cara dan perilakunya dikemukakan secara
transparan tanpa dikemas dengan pesan lain. Misalnya, ketika seorang kandidat presiden
mengatakan, “Pilihlah saya sebagai presiden, karena saya akan mengantarkan serta
mengatasi bangsa ini untuk mengatasi krisis ekonomi”.
Sedangkan Ellul 1965, membagi propaganda dalam dua cara yakni vertical dan
horizontal.
1. Propaganda vertical : propaganda yang dilakukan oleh satu pihak kepada orang banyak
dan biasanya mengandalkan media massa untuk menyebarkan pesan-pesannya.
2. Propaganda horizontal : propaganda yang dilakukan seorang pemimpin suatu
organisasi atau kelompok kepada anggota organisasi atau kelompok itu melalui tatap
muka/komunikasi antar personal dan biasanya tidak menggunakan media massa.
1. Name Calling
Name Calling adalah propaganda dengan memberikan sebuah ide atau label yang buruk.
Tujuannya adalah agar orang menolak dan menyangsikan ide tertentu tanpa
mengoreksinya/memeriksanya terlebih dahulu. Dalam teknik ini propagandis sering
menggunakan sebutan-sebutan yang buruk pada lawan yang dituju.
2. Glittering Generalities
Glittering Generalities adalah mengasosiasikan sesuatu dengan suatu “kata bijak” yang
digunakan untuk membuat kita menerima dan menyetujui hal itu tanpa memeriksanya
terlebih dahulu. Teknik propaganda ini digunakan untuk menonjolkan propagandis
dengan mengidentifikasikan dirinya dengan segala apa yang serba luhur dan agung.
Contoh: Asosiasi produksi seperti “Yang Penting Rasanya Bung” (Djarum Super)
3. Transfer
Transfer meliputi kekuasaan, sanksi dan pengaruh sesuatu yang lebih dihormati serta
dipuja dari hal lain agar membuat “sesuatu” lebih bisa diterima. Teknik propaganda
transfer bisa digunakan dengan memakai pengaruh seseorang atau tokoh yang paling
dikagumi dan berwibawa dalam lingkungan tertentu.
5. Plain Folk Plain Folk merupakan propaganda dengan menggunakan cara memberi
identifikasi terhadap suatu ide. Teknik ini mengidentikkan yang dipropagandakan milik
atau mengabdi pada komunikan.
Contoh: PDI yang pernah mengklaim partainya sebagai partai “wong cilik”.
6. Card Stacking Card Stacking meliputi seleksi dan kegunaan fakta atau kepalsuan,
ilustrasi atau kebingungan dan masuk akal atau tidak masuk akal suatu penyataan agar
memberikan kemungkinan terburuk atau terbaik untuk gagasan, program, manusia, dan
barang. Teknik ini hanya menonjolkan hal-hal baiknya saja, sehingga publik hanya
melihat satu sisi saja.
Contoh: Program Pak Harto adalah “Bapak Pembangunan” yang seolah mengklaim
hanya dialah pelopor dan penggerak pembangunan Indonesia dengan menafikan sisi
buruknya.
9. Using All Form of Persuations Teknik yang digunakan untuk membujuk orang lain
dengan rayuan, himbauan, dan “iming-iming”. Teknik propaganda ini sering digunakan
dalam pemilu.
Sasaran Propaganda:
3. Membangun Kerja Sama dengan Sekutu Menjaga persahabatan dan jika mungkin
untuk mendapat kerja sama dari netral. Propaganda bertujuan untuk mencapai sasaran,
misalnya mempertahankan persahabatan dengan Sekutu lalu membangun kerja sama
yang lebih menguntungkan dua pihak yang selama ini bersengketa.
4. Menakuti-nakuti Musuh Para propagandis berasumsi bahwa jika musuh sudah takut
maka solidaritas kelompok musuh mulai goyah, dan sebaliknya solidaritas internal kita
akan lebih baik (baca, makin kompak) menghadapi musuh bersama
Dengan berkembangnya IPTEK di zaman ini, semua aspek sangat bergantung kepada
yang namanya Sosial media, banyak hal hal terjadi dan kita dapatkan melalui social
media, tak jarang Sosial Media mampu menyajikan informasi secara meluas dan cepat.
Termasuk menyebarkan informasi yang sifatnya dapat mempengaruhi satu individu, atau
juga bahkan dijadikan alat propaganda.