Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHUUAN

A. Latar Belakang
Wacana adalah kesatuan makna (semantis) antar bagian dalam suatu bangun bahasa.
Dengan kesatuan makna wacana dilihat sebagai bangun bahasa yang utuh karena
setiap bagian didalam wacana itu berhubungan secra padu. Disamping itu wacana
juga dapat terikat pada konteks. Sebagai kesatuan yang abstrak, dibedakan dari teks,
tulisan, bacaan dan tuturan yang mengacu pada makna yang sama yaitu wujud
konkret yang dilihat, terbaca dan terdengar. Pemahaman terhadap wacana akan
memudahkan kita memahami bahasa secara lebih luas tidak saja dari struktur formal
bahasa tetapi juga dari abstrak diluar bahasa (konteks),
Wacana memiliki dua unsur pendukung utama yaitu unsur dalam (internal) dan unsur
(ekternal). Unsur internal berkitan dengn aspek formah kebahasaan, sedangkan unsur
eksternal berkaitan dengan hal-hal luar wacana itu sendiri. Unsur eksternal merupakan
suatu yang menjadi bagian wacana, tetapi tidak tampak secara esksplisit. Kehadiran
unsur eksternal berfungsi sebagai pelengkap keutuhan wacana. Unsur-unsur eksternal
ini terdiri ats implikatur, presuposisi, referensi, inferensi dan konteks.
B. Rumusan Masaalah
1. Apa pengertian konteks ?
2. Apa saja unsur-unsur konteks ?
3. Apa saja penggunaan konteks dalam analisis wacana?
C. Tujuan Masalah
1. Dapat mengeri pengertian konteks.
2. Dapat mengertahui unsur konteks.
3. Dapat mengertahui penggunaan konteks dalam analisis wacana.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengerian Wacana
Istilah wacana berasal dari sangsekerta. Wac/wak/vak, artinya berkata atau
berucap (Dauglas, 1976:266). Kata wac dalam lingkup morfologi bahasa sangsekerta
termasuk kata kerja gelombang III parasmaepada yang bersifat aktif, yaitu
melkukan tindakan ujar, kata tersebut kemudian mengalami perubahan menjadi
wacana. Bentuk ana yang muncul I belakang adalah sufiks (akhiran) yang bermakna
membedakan (nominalisasi). Jadi, kata wacana dapat diartikan sebagai perkataan atau
tuturan.
B. Unsur-Unsur Wacana
1. Unsur Internal Wacana
Suatu wacana terdiri atas satuan kata atau kalimat. Yang di maksud dengan
satuan ata adalah kata yang brposisi sebagai kalimat atau yang di kenal sengan
sebutan ‘kalimat satu kata’. Untuk menjdi satuan kata wacana yang besar, satuan
kata atau alimat tersebut akan bertalan dan bergabung membentuk wacana.
a. Kata dan Kalimat
Kata dilihat dalam sebuah struktur yang besar, merupakan bagian dari
kalimat. Kalimat sealalu diandaikan sebagai satuan yang terddi daribeberapa
kata yang bergabung menjadi satu pengertian dengan notasi sempurna (final).
Pada kenyataanya suatu kalimat hanya terdiri satu kata. Jadi, kalimat atau kata
adalah bentuk ungkapan atau tuturan terpendek yang harus memiliki esensi
sebagai kalimat. Bentuk kalimat sering muncul dalam percakapan atau dialog.
Contoh kalimat pendek satu kata:
O1: kuliah?
O2: enggak
Contoh kalimat pendek:
Dia memeng pintar
b. Teks dan Konteks
Istilah teks dan wacana, teks berarti tulisan dan wacana berarti lisan
(dede oetomo, 1993:3). Dalam tradisi tulis tek bersifat monolog noninteraksi

2
dan wacana lisan bersifat dialog interaki. Dalam konteks ini teks dapat
disamakan dengan naskah, seperti naskah pidato. Perbedaan dianatara
keduanya dibidang linguistik, yaitu analisis teks dan analisis wacana. Analisis
linguistik teks langsung mengendalikan objek kajian berupa bentuk formal,
yitu kosa kata dan kalimat. Sedangkan analisis wacana mengharuskan
disertakannya analisis tentang konteks terjadinya suatau tuturan.
Teks adalah esensi wujud bahasa. Dengan kata lain direalisasi
(diucpkan) dalam bentuk wacana, bersifat konseptual. Dari sisnilah
berkembang pemahaman mengenali teks lisan da tulis. Sedangkan
Konteks (co-text) adalah teks yang bersifat sejajar, koordinatif dan
memiliki hubungan dengan teks lainnya atau teks yang satu memiliki
hubungan dengan teks lainnya. Teks tersebut bisa berada di depan
(mendahului atau di belakang (mengiringi).
Contoh wacana tulisan di gantungkan dilorong akhir suatu jalan kampung:
- Terimakasih
- Jalan pelan-pelan banyak anak-anak
2. Unsur Eksternsl Wacana
Unsur eksternal (unsur luar) adalah sesuatau yang menjadi bagian wacana,
namun tidak nampak secara eksplisit. Sesuatu itu berbeda di luar suatu lingual
wacana. Berfungsi sebagai pelengkap keutuhan wacana. Unsur eksternal
terdiri atas implikatur, presuposisi, referensi, interensi dan konteks. Analisis
dan pemahaman.
a. Implikatur
Menurut Grice (dalam Soeseno, 1993:30) mengemukakan bahwa
implikatur adalah ujaran yang menyiratkan suatu perbedaan dengan yang
sebenarnya dicuapkan. Dengan kata lain impikatur adalah keinginan atau
ungkapan hati tersembunyi.
Secara etimologis implikatur ditururunkan dari implicatium, secara
normal istilahnya sama dengan kata implicatin yang artinya maksud,
pengertian dan keterlibatan atau menjadi bahan perbincangan. Secara
struktural berfungsi sebagai jembatan/rantai yang menghubungkan antara
‘yang diucapkan’ dengan ‘yang di implikasikan;. Jadi suatu dialog yang
mengandng implikatur akan melibatkan penafsiran yang tidak langsung.

3
Dalam komuniaksi verbal implikatur bisanya sudah diketahui oleh pembicara
karena tidak di ucapkan secara eksplisit.

b. Presuposisi
Presuposisi merupakan tuturan dari bahasa inggris presupposition yang
berarti perkiraan dan persangkaan (PWJ Nababan, 1987:47). Hakikat rujukan
yaitu apa-apa, sesuatu, benda dan sebaginya yang ditunjuk kata, frasa.
Kalimat. () Gottlob Frage mengemukakan bahwa semua pernyataan memiliki
peranggapan yaitu rujukan atau referensi dasar. Rujukan inilah yang
menyebabkan suatu ungkapan wacana dapat diterima atau dimengerti oleh
pasangan bicara. Agar pada gilirannya komunikasi berlangsung dengan
lancar.
Rujukan itulah yang dimaksud sebagai praanggapan yaitu anggapan
dasar atau penyimoulan dasar mengenai konteks atau situasi berbahasa yang
membuat bentuk bahasa menjadi bermakna bagi pendengar atau pembaca.
Praanggapan membatu pembicara menentukan bentu bahasa (kalimat) untuk
mengungkapkan makna atau pean yang ingin dimaksudkan. Jadi, semua
pernyataan atau ungkapan kalimat, baik bersifat positif maupun negatif.
Contohnya:
Kuliah analisis wacana diberikan disemester V.
c. Referensi
Secara tradisional referensi adalah hubungan antara kata dengan benda
(orang, tunbuhan, sesuatu lainnya) yang dirujukannya. Referensi merepukan
perilaku pembicara/ penulis. Jadi yang menentukan referensi suatu tuturan
adalah pihak pembicara yang palingmengetahui hal yang diajurkan dengan hal
yang di rujuk oleh ujarannya. Pendengar atau pembaca hanya dapat mereka
hal yang dimaksud (direferensikan) oleh pembicara dalam ujarannya itu.
Terkaan bersifat relatif, bisa benar, bisa pula salah (hamid hasan lubis, 1993:
29).
d. Inferensi
Inferensi atau inference secara leksikal berarti kesimpulan ( echols dan
hasan, 1987:320). Dalam bidang wacana istilah itu berarti sebagai poses yang
harus dilakukan pembaca untuk memaham makna yang sercara harfiah tidak
terdapat di dalam wacana yang diungkapkan oleh penulis/ pembaca (anton m,
4
moelino, ed, 1988 : 358). Pembaca harus dapat mengambil pengertian,
pemahaman atau penafsiran suatu makna tertentu. Dengan kata lain pembaca
harus mampu mengambil kesimpulan sendiri, meskipun makna itu tidak
terungkap secara eksplisit.
Inferensi atau penarikan kesimpulan dikatakan oleh Gumperz (1982)
sebagai proses interpretasi yang ditentukan oleh situasi dan konteks
percakapan. dengan demikian pendengar menduga kemauan penutur, dan
dengan itu pula pendengar meresponsnya. Dengan begitu inferensi percakapan
tidak hanya ditentukan oleh kata-kata pendukung ujaran itu saja, melainkan
juga didukung oleh konteks dan situasi. Sebuah gagasan yang terdapat dalam
otak penutur direlisasikan dalam bentuk kalimat-kalimat. Jika penutur tidak
pandai dalam menyusun kalimat maka akan terjadi kesalahpahaman
e. Konteks Wacana
Wacana adalah wujud atau bentuk bahasa yang bersifat kmikatif atau
bentuk bahasa yang bersifat komunikatif, interprektif, dan kontekstual.
Artinya, pemakaian bahasa ini selalu mengandaikan terjadi secara dialogis,
perlu adanya kemampuan menginterprensikan, dan memahami konteks
terjadinya wacana. Pemahaman terhadap konteks wacana, diperlukan dalam
proses menganalisis wacana secara utuh.
Konteks ialah situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi.
Konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu pembicara/
dialog. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan, apakah itu bekaitan
dengan arti, maksud , maupun informasinya, sangat tergantung dengan yang
melatarbelakangi peistiwa tuturan itu.
C. Penggunaan konteks dalam analisis Wacana
Satuan bahasa yang dianalisis dalam analisis wacana adalah satuan bahasa
yang terdapat dalam konteks. Satuan terkecil dalam wacana adalah kalimat atau unsur
kalimat. Sasaran analisis wacana bukanlah struktur kalimat tetapi status nilai
fungsional kalimat dan konteksnya. Berdasarkan uraian tersebut analisis wacana
selalu memanfaatkan konteks, baik itu konteks linguistik maupun konteks
ekstralinguistik. Analisis wacana memiliki banyak sasaran, bergantung pada tujuan
yang menjadi target analisis itu. Pada uraian berikut akan mempelajari penggunaan
konteks dalam analisis wacana untuk mengenali struktur wacana, maka referensi dan

5
inferensi dalam wacana, unsur-unsur serta keterkaitanny a dengan wacana yang
terbatas pada :
1. Pengunaan konteks untuk mencari acuan
Konteks dapat digunakan untuk menentukan acuan. Acuan adalah hal atau
benda yang disebut, dirujuk atau yang dimaksudkan dalam wacana. Acuan dapat
terbentuk berdasarkan konteks wacana. Salah satu acuan yang dicari dalam teks
adalah acuan sebuah kata deiksis. Kata deiksis adalah kata yang acuannya dapat
berpindah-pindah atau berganti-ganti. Acuan itu bergantung pada konteks tempat
beradanya acuan itu.
2. Penggunaan konteks untuk menentukan maksud tuturan
Hubungan tuturan dan maksud penutur dapat dipilah menjadi dua kategori
yaitu : hubungan langsung dan tidak langsung. Hubungan langsung adalah
hubungan yang terungkap secara eksplisit. Hubungan tidak langsung adalah
hubungan yang dinyatakan secara implisit. Pemahaman terhadap maksud yang
tidak langsung itu memerlukan pemikiran bertahap, salah satu maksud yang dicari
berdasarkan konteks adalah makna acuan atau kepastian acuan.
3. Pengunaan konteks untuk mencari bentuk tak terujar
Bentuk yang memiliki unsur tak terujar itu sering disebut dengan bentuk
eliptis. Bentuk tak terujar itu hanya dapat ditentukan berdasarkan konteks. Bentuk
eliptis banyak ditemukan dalam wacana dialog. Bentuk eliptis itu bukanlah bentuk
yang salah, bahkan karena konteks bentuk eliptis itu merupakan bentuk yang
cocok dengan konteks.
Contoh :
(1). Kemana saja anda tadi pagi?
(2). Ke rumah adik
(1). Kemana saja anda ta
di pagi?
(2). Saya tadi pagi ke rumah adik.

6
BAB III

PENUTUP

SIMPULAN

Istilah wacana berasal dari sangsekerta. Wac/wak/vak, artinya berkata atau berucap
(Dauglas, 1976:266). Kata wac dalam lingkup morfologi bahasa sangsekerta termasuk kata
kerja gelombang III parasmaepada yang bersifat aktif, yaitu melkukan tindakan ujar, kata
tersebut kemudian mengalami perubahan menjadi wacana. Bentuk ana yang muncul I
belakang adalah sufiks (akhiran) yang bermakna membedakan (nominalisasi). Jadi, kata
wacana dapat diartikan sebagai perkataan atau tuturan.
Beberapa unsur wacana
1. Unsur internal wacana
a. Kata dan kalimat
b. Teks dan konteks
2. Unsur eksternal wacana
a. Implikatur
b. Presuposisi
c. Referensi
d. Inferensi
e. Konteks wacana

Satuan bahasa yang dianalisis dalam satuan wacana adalah satuan bahasa yang
terdapat dalam konteks. Satuan terkecil dalam wacana adalah kalimat atau unsur kalimat.
Sasaran analisis wacana bukanlah struktur kalimat tetapi setatus nilai fungsional kalimat dan
konteks. Berdasarkan uraian tersebut analisis wacans memanfaatkan konteks, baik konteks
linguistik maupun konteks ekstralinguistik.

7
DAFTAR PUSTAKA

Eriyanto. 2009. “Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media”.yogyakarta:LkiS.

http://books.google.co.id/books?

Dede Oetomo.1993. “Pelahiran dan Perkembangan Analisis Wacana”. Dalam PELLBA 6.


Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai