Anda di halaman 1dari 22

Padjadjaran Journal of International Relations (PADJIR)

e-ISSN: 2684-8082 Vol. 1 No. 3, Januari 2020 (218-239) doi: 10.24198/padjir.v1i3.26194

Perlindungan Data Personal Siber di Indonesia


Wisnu Handi Prabowo
Program Studi Hubungan Internasional FISIP Universitas Padjadjaran, Indonesia;
email: wisnu15001@mail.unpad.ac.id
Satriya Wibawa
Departemen Hubungan Internasional FISIP Universitas Padjadjaran, Indonesia;
email: satriya.wibawa@mail.unpad.ac.id
Fuad Azmi
Departemen Hubungan Internasional FISIP Universitas Padjadjaran, Indonesia;
email: fuad.azmi@mail.unpad.ac.id
Dikirim: Direvisi: Diterima: Dipublikasikan:
30 Juni 2019 14 Oktober 2019 28 Januari 2020 31 Januari 2020

Keywords ABSTRACT
Cyber Security, Data Sovereignty, This research is motivated by the occurrence of cases of data
Human Security, Indonesia breach that occurred in Indonesia, where Indonesia with a
Private Data large number of Internet users has encouraged the growth of
foreign technology companies participation in Indonesia. This
technology company collects and processes data taken from
internet users in Indonesia which being saved on their data
servers abroad. This use of personal data has affectted the
security of individual privacy of Indonesian user.
This study aims to explain the protection of data that has been
carried out by the Government of Indonesia and its impact on
the vital core of the Indonesian human security population. The
concept of human security and cyber security is used to explain
the potential threats posed by the policies that have been
carried out by the state and their impact on the vital core of the
Indonesian population. This study uses a qualitative method.

Kata Kunci ABSTRAK


Data Sovereignty , Data Pribadi, Penelitian ini dilatarbelakangi oleh terjadinya kasus kebocoran
Human Security, Indonesia, data yang terjadi di Indonesia, dimana Indonesia dengan
Keamanan Siber jumlah pengguna Internetnya yang besar telah mendorong
pertumbuhan perusahaan teknologi asing untuk berpartisipasi
di Indonesia. Perusahaan teknologi ini mengumpulkan dan
mengolah data yang diambil dari pengguna internet di
Indonesia di server data di luar negeri. Sehingga pemanfaatan
data pribadi yang memengaruhi keamanan privasi individu.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perlindungan
terhadap data yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia
dan dampaknya terhadap vital core dari human security
penduduk Indonesia. Pendekatan yang digunakan adalah
konsep human security dan keamanan siber untuk menjelaskan
potensi ancaman yang ditimbulkan dari kebijakan yang telah
dilakukan negara dan dampaknya terhadap vital core penduduk
Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

218
Padjadjaran Journal of International Relations
e-ISSN: 2684-8082 Vol. 1 No. 3, Januari 2020 (218-239) doi: 10.24198/padjir.v1i3.26194

PENDAHULUAN untuk meningkatkan pembangunan


Kehidupan manusia telah mengalami perekonomiannya, melalui pemanfaatan
perubahan dalam signifikan pada masa teknologi yang memberikan kesempatan
globalisasi. Globalisasi didefinisikan sebagai yang dapat mengejar ketertinggalan dari
sebuah proses sosial yang menghilangkan negara maju (Friedman, 2005).
batasan geografi dalam ekonomi, politik, Selanjutnya, berkaitan dengan aktivitas
sosial dan kultur. Dimana masyarakat menjadi yang semakin intensif dalam kegiatan yang
semakin peka terhadap apa yang terjadi dan menghubungkan kegiatan non-fisik dengan
bertindak dengan menyesuaikan diri (Waters, dunia fisik dalam teknologi informasi, istilah
1995, hal. 5). Kepekaan tersebut sangat Cyberspace atau ruang siber perlu
dipengaruhi oleh kemudahan arus informasi dipertimbangkan. Ruang siber dapat diartikan
yang mudah diakses oleh manusia di berbagai sebagai lingkungan dimana data digital
belahan dunia. Informasi yang didapat dibentuk, disimpan, dan dibagi. Tidak terbatas
tersebut, tidak terbatas pada media masa hubungannya dalam dimensi virtual, tetapi
konvensional seperti surat kabar, radio dan juga fisik dalam bentuk sistematis alat
televisi. Namun, keberadaan informasi digital penyimpanan data dan infrastruktur yang
seperti yang tersedia melalui internet. Telah memengaruhinya (Singer & Friedman, 2014,
memberikan kesempatan yang lebih bagi para hal. 14).
individu untuk mengakses informasi secara Apabila dihubungkan dengan tingkat
cepat. Sehingga, hambatan dalam bentuk batas kejahatan siber yang terjadi di dunia. Pada
wilayah menjadi hal yang bisa diatasi secara tahun 2013, dalam laporan Akamai
mudah. International tahun 2013, Indonesia
Dalam Globalisasi yang terjadi, aktivitas menempati peringkat kedua sebagai negara
sosial, politik dan ekonomi dalam suatu tempat launchpad serangan siber (Akamai
dapat memengaruhi kondisi individu dan Technologies, 2014). Penempatan Indonesia
komunitas di negara lain. Sehingga dalam sebagai negara tertinggi kedua dalam hal
proses yang disebut deteritorialisasi ini, batas- sumber serangan siber menunjukkan
batas yang ada dalam ruang lingkup wilayah pengelolaan terhadap ruang siber yang lemah.
fisik semakin memudar (Mcgrew, 2014, hal. Kelemahan yang signifikan ini berpotensi
19). menimbulkan kerugian terhadap berbagai
Hal tersebut dapat terlihat melalui aktivitas yang berhubungan dengan dunia
aktivitas kolaborasi yang menghubungkan virtual.
berbagai tempat di dunia dalam berbagai Selain kerugian diterima korporasi,
bidang kegiatan. Munculnya proses yang masyarakat Indonesia secara luas juga
disebut dengan flattening 1 ini, telah terancam oleh serangan siber Ancaman
menunjukkan bahwa pembatas fisik kerugian tersebut dapat bersumber dari luar
semakin bisa diatasi melalui teknologi maupun dalam negeri.
yang dapat diakses oleh masyarakat Dampak dari ketidak¬amanan dalam
ruang siber Indonesia ini dapat mengancam
umum. Akses yang mudah ini, juga
berbagai kelompok dan individu di Indonesia.
memberikan kesempatan bagi individu
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
ataupun kelompok serta memberikan
Microsoft yang membahas mengenai serangan
kesempatan terhadap negara berkembang siber yang terjadi pada tahun 2017 di
1
Indonesia. Akibat dari ketidaksiapan
Proses dimana persaingan kompetisi akan melibatkan
partisipasi dari negara industri dan negara berkembang, keamanan siber, terdapat ancaman terhadap
enterprener individu dan perusahaan baik pemain besar keberlangsungan operasional perusahaan
dan kecil akan bersaing dalam kesempatan yang sama.
maupun karyawannya.

219
PERLINDUNGAN DATA PERSONAL SIBER DI INDONESIA
Wisnu Handi Prabowo, Satriya Wibawa, Fuad Azmi

Sejak tahun 2003, Kementerian dalam perubahan dalam bidang teknologi.


Komunikasi dan Informasi di bawah Namun memiliki kekurangan karena
kepemimpinan Syamsul Mu‟arif sudah mulai cenderung menjadi duplikasi dari hukum
merancang peraturan yang dapat melindungi konvensional, serta sama sekali tidak
hak-hak pengguna internet di Indonesia dari membahas mengenai perlindungan terhadap
kejahatan digital. Perancangan peraturan ini jaminan keamanan dan kerahasiaan di ruang
juga melibatkan kementerian lain di siber.
pemerintahan, serta bekerja sama dengan Keempat, Rini Retno Winarni (2016)
Universitas Negeri Padjadjaran, Institut dalam Efektivitas Penerapan Undang-Undang
Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia. ITE dalam tindak pidana Cyber Crime
Hal tersebut terwujud pada dengan keluarnya membahas mengenai beberapa contoh
UU ITE ( Undang-Undang no 11 Tahun 2008) kelemahan UU ITE. Salah satunya adalah
yang disahkan pada 25 Maret 2008. Namun, tidak adanya pembahasan mengenai data. Hal
setelah disahkannya peraturan ini, terdapat ini perlu diperhatikan mengingat potensi
berbagai permasalahan yang muncul. Undang- bahaya dari leakage and espionage
undang yang seharusnya melindungi hak-hak (membocorkan data kendala yuridis dan
masyarakat Indonesia, justru menjerat kendala penanganan spionase) serta yang
berbagai kegiatan mengutarakan pendapat dapat mengancam masyarakat luas yaitu
warga Indonesia (Rudiantara, 2016). pencurian identitas virtual.
Selanjutnya mengenai penelitian terhadap Kelima, Master Thesis oleh Silja-Madli
perlindungan siber, terdapat beberapa Ossip (2017) yang berjudul Cyber threats and
penelitian yang membahas perlindungan di cybercrime – a disruption of human security?
Indonesia dan membahas berbagai kelemahan Membahas mengenai dampak dari kejahatan
yang ada, terutama dalam perlindungan siber terhadap keamanan individu. Dampak
hukumnya. Pertama, dalam Harmonisasi tersebut dikategorikan berdasarkan jenis
Konvensi Cyber Crime dalam Hukum target, yaitu personal atau umum (random).
Nasional oleh Akbar Kunia Putra (2014), Dalam penelitian tersebut dijelaskan mengenai
membahas mengenai isi dari UU ITE ini tidak ancaman kejahatan siber yang sulit terdeteksi
memberikan pengklasifikasian yang tidak sebelum kebocoran data terjadi.
eksplisit mengenai kejahatan siber. Pengaturan Keenam, dalam Harmonisasi Konvensi
dalam UU ITE ini, tidak mengatur kejahatan Cyber Crime dalam Hukum Nasional oleh
dalam arti sempit tetapi menyamakannya Akbar Kunia Putra (2014), membahas
dengan tindak pidana konvensional. mengenai isi dari UU ITE ini tidak
Kedua, D.D Machmuddin dan B. Pratama memberikan pengklasifikasian yang tidak
(2017) dalam Some of Indonesia Cyber Law eksplisit mengenai kejahatan siber. Pengaturan
Problems menjelaskan bahwa pembentukan dalam UU ITE ini, tidak mengatur kejahatan
UU ITE terkesan dibuat terlalu awal dan tidak dalam arti sempit tetapi menyamakannya
memperhatikan penempatan media dengan tindak pidana konvensional.
pengaksesan, yaitu komputer maupun Ketujuh, D.D Machmuddin dan B.
variasinya. Pembahasan ini penting karena Pratama (2017) dalam Some of Indonesia
dapat memberikan konfirmasi jelas mengenai Cyber Law Problems menjelaskan bahwa
pencurian data yang tergolong kejahatan siber. pembentukan UU ITE terkesan terburu-buru
Ketiga, Suyanto Sidik (2013) dalam dan tidak memperhatikan penempatan media
Dampak Undang-undang Informasi dan pengaksesan, yaitu komputer maupun
Transaksi Elektronik (UU ITE) terhadap variasinya. Pembahasan ini penting karena
Perubahan Hukum dan Sosial dalam dapat memberikan konfirmasi jelas mengenai
Masyarakat. Menganalisis mengenai isi dari pencurian data yang tergolong kejahatan siber.
Undang-Undang yang dapat diadaptasikan

220
Padjadjaran Journal of International Relations
e-ISSN: 2684-8082 Vol. 1 No. 3, Januari 2020 (218-239) doi: 10.24198/padjir.v1i3.26194

Kedelapan, Suyanto Sidik (2013) dalam penempatannya terhadap kedaulatan negara.


Dampak Undang-undang Informasi dan Terutama setelah munculnya Piagam
Transaksi Elektronik (UU ITE) terhadap Persatuan Bangsa-Bangsa, Deklarasi Universal
Perubahan Hukum dan Sosial dalam mengenai Hak Asasi Manusia dan Konvensi
Masyarakat. Menganalisis mengenai isi dari Geneva, dimana semuanya mengakui hak dari
Undang-Undang yang dapat diadaptasikan masyarakat, termasuk hak pribadi (Axworthy,
dalam perubahan dalam bidang teknologi. 2001, hal. 19). Namun, dengan terjadinya
Namun memiliki kekurangan karena Perang Dingin yang mengonstruksi dunia
cenderung menjadi duplikasi dari hukum dalam keadaan bipolar yang menempatkan
konvensional, serta sama sekali tidak negara dalam kondisi yang tegang. Membuat
membahas mengenai perlindungan terhadap pembahasan mengenai konsep keamanan yang
jaminan keamanan dan kerahasiaan di ruang menempatkan masyarakat sebagai referent
siber. object, kembali dibahas di akhir Perang
Dari kedelapan penelitian sebelumnya, Dingin. Hal tersebut merupakan upaya untuk
dapat diketahui bahwa : Empat Penelitian merevisi pengertian keamanan sebagai bentuk
pertama, membahas mengenai kelemahan UU dari “derivative of power” yang sangat
ITE dalam analis dengan pendekatan ilmu dikaitkan dengan kondisi Perang dingin yang
hukum di mana terdapat kekurangan dalam memperlihatkan negara dalam kondisi selalu
penanganan permasalahan privasi dan memperebutkan “power” (Buzan, 1983, hal. 8-
informasi. Sementara Penelitian kelima 9).
membahas mengenai hubungan di antara Barry Buzan yang menyadari bahwa
human security dengan kejahatan siber. Oleh konsep keamanan secara pondasi terlalu
karena itu, dalam penelitian ini diambil sempit, menawarkan pendekatan terhadap
pendekatan berbeda. Digunakan perspektif keamanan dalam tiga level yaitu individu,
human security dan keamanan siber untuk negara dan sistem internasional. Keberadaan
menjelaskan potensi ancaman terhadap level analisis individu ini, difokuskan kepada
masyarakat Indonesia. hubungan di antara personal security yang
Berbagai penelitian tersebut digunakan dapat memengaruhi entitas level kedua dalam
untuk sebagai referensi dan pijakan dalam analisis Buzan, yaitu negara. Dalam level ini
menjawab rumusan permasalahan “Bagaimana Buzan, mempertimbangkan ancaman sosial
Pemerintah Indonesia melindungi Data Pribadi yang dapat muncul karena keterkaitan manusia
di Indonesia?”. dengan lingkungannya yang tidak dapat
menghindari konsekuensi sosial, ekonomi dan
KERANGKA KONSEPTUAL politik yang tidak dapat dihindari. Bentuk dari
Secara sederhana, human security merupakan ancaman ini dapat disederhanakan menjadi
jenis keamanan yang memindahkan referent empat yaitu ancaman fisik, ancaman ekonomi,
object dari negara menjadi individu. denial of acces , threats to rights , ancaman
Pemenuhan keamanan akan tercapai apabila terhadap posisi atau status (Buzan, 1983, hal.
kesejahteraan dan martabat manusia telah 20).
terpenuhi secara memadai (Tadjbakhsh & Buzan juga mempertimbangkan kondisi
Chenoy, 2007, hal. 19). Kesadaran akan dimana negara dapat menjadi sumber ancaman
perlunya keamanan yang tidak semata terhadap penduduknya. Ancaman tersebut
berfokus kepada negara, mulai muncul sejak diklasifikasikan menjadi empat kategori yaitu:
akhir Perang Dunia II. Kasus Holocaust dan ancaman dari pembentukan dan penegakan
Pengadilan Nuremberg telah mendorong hukum domestik, tindakan politik dari negara
diperlukannya pertimbangan terhadap terhadap individu atau kelompok, perebutan
perlindungan terhadap masyarakat dan kekuasaan dan kebijakan keamanan eksternal

221
PERLINDUNGAN DATA PERSONAL SIBER DI INDONESIA
Wisnu Handi Prabowo, Satriya Wibawa, Fuad Azmi

negara (Buzan, 1983). Keempat kategorisasi karakteristik utama, yaitu: universal concern,
tersebut mengklasifikasikan berbagai interdepentent, yang terjamin dalam upaya
ketidakstabilan yang terjadi ketika komponen- perlindungan dan bersifat people-centered.
komponen negara, terutama institusi-institusi Laporan ini memberikan saran untuk
formalnya dihadapkan kepada keputusan untuk dilakukannya perluasan yang radikal terhadap
memprioritaskan kepentingan kolektif atau pendefinisian keamanan yang lebih
kepentingan individu. Dalam ancaman bentuk mementingkan kepentingan masyarakat yang
pertama, keamanan individu dapat terancam terkategorisasikan dalam ketujuh kategori
melalui pelaksanaan hukum yang tidak yaitu ekonomi, pangan, kesehatan, lingkungan,
sempurna. Selanjutnya, dalam ancaman jenis personal, komunitas dan politik. Keamanan
kedua, legitimasi pemerintah untuk ekonomi membutuhkan adanya kepastian
menjalankan hukum dapat disalahgunakan lapangan pekerjaan yang mendukung
untuk mendiskriminasi kelompok tertentu. pendapatan dasar. Keamanan pangan
Selanjutnya dalam ancaman bentuk ketiga, berhubungan dengan kesempatan bagi semua
tidak berjalannya mekanisme pergantian orang untuk mengakses kebutuhan pangan
kekuasaan yang damai dapat menjadikan dasar. Keamanan kesehatan berhubungan
negara rawan terhadap ancaman intervensi dengan pengadaan pangan dalam menghadapi
negara asing. Selain itu, ancaman terorisme tantangan nutrisi yang rendah, penyakit
dapat memaksa negara untuk merespons mematikan dan sejenisnya (Shinoda, 2004, hal.
melalui tindakan yang mengorbankan 9). Penelitian ini, kemudian menjadi fondasi
keamanan individu. Terakhir, konsekuensi dari kuat dalam kemunculan Human Security
kebijakan luar negeri yang dilaksanakan sebagai konsep, pada United Nations
negara, dapat memberikan beban dan ancaman Development Programme‟s (UNDP) 1994
terhadap warga negara. Ancaman paling nyata Human Development Report. Dalam laporan
dalam kategori ini adalah terjadinya perang ini, terdapat konseptualisasi keamanan yang
(Buzan, 1983, hal. 25-27). Meskipun luas serta meninggalkan pendekatan state-
membahas mengenai ancaman terhadap centrism.
individu. Buzan menolak konsep keamanan Lahirnya konseptualisasi ini, disebabkan
yang terlalu luas dan menolak dimasukannya oleh Referent object yang ditetapkan terhadap
hak asasi manusia dalam keamanan (Buzan, negara, terbukti tidak sesuai untuk
2004, hal. 369-370). menganalisis adanya konflik perang sipil yang
Namun, perkembangan politik pada terus bermunculan pasca Perang Dingin.
awal 1990-an telah memungkinkan terjadi Kemudian dengan mengutamakan negara,
optimisme akan terjadinya kedamaian yang maka hal tersebut dapat menghindarkan fakta
stabil. Sehingga terdapat pengembangan bahwa upaya mencapai keamanan negara
keamanan yang meninggalkan garis-garis sering mengorbankan keamanan individu.
keamanan tradisional. Amartya Sen dalam Oleh karena itu, Human Security merupakan
Human Development Report 1993, pengembalian kembali fokus keamanan
mendefinisikan human development sebagai kepada masyarakat, dimana hal tersebut telah
proses dari meluasnya kesempatan manusia muncul sebelum generasi hak politik, hak
untuk memutuskan pilihan dalam sosial dan ekonomi dan rights of difference
kehidupannya. Maka, Human Security dapat (Tadjbakhsh & Chenoy, 2007, hal. 74).
diartikan sebagai masyarakat yang dapat Human Security akan membawa isu
mengimplementasikan pilihannya secara aman ekonomi dan pembangunan secara bersamaan
dan bebas. Sehingga mereka memiliki dengan isu militer dan keamanan. Konsep ini
kepercayaan bahwa pilihan yang dimiliki telah menjadi isu yang diakui secara
sekarang tidak akan musnah pada masa internasional sejak tahun 1994, yaitu sejak
mendatang. Dalam laporan ini, terdapat empat publikasi UNDP. Dikeluarkannya laporan ini

222
Padjadjaran Journal of International Relations
e-ISSN: 2684-8082 Vol. 1 No. 3, Januari 2020 (218-239) doi: 10.24198/padjir.v1i3.26194

juga diikuti dengan adaptasi yang dilakukan dimaksud dengan “vital core” adalah hak dan
oleh berbagai cabang organisasi Persatuan kebebasan yang berkaitan dengan
Bangsa-Bangsa (PBB) yang menempatkan kelangsungan hidup, mata pencaharian dan
Human Security sebagai agenda utama. Di martabat ( reputasi dalam tingkat mendasar ).
bidang akademis sendiri, Human Security Pengertian ini didasarkan oleh alasan praktis
telah diadopsikan di berbagai pemikiran realis, yang digunakan untuk mengklasifikasikan
liberal, teori kritikal dan konstruktivis yang prosedur dalam berbagai bentuk terhadap
berusaha memberikan pendefinisian yang jelas pengertian freedom from fear dan freedom
agar bisa diintegrasikan ke dalam perencanaan from want yang bersifat luas (Alkire, 2003,
penelitian (Elias & Sutch, 2007, hal. 162 - hal. 2).
163). Kemudian untuk mengetahui mengenai
Melalui penetapan individu sebagai Batasan-batasan dalam Human Security, perlu
referensi maka dalam perspektif ini akan memahami konsep-konsep seperti vital core
dianggap bahwa keselamatan dari individu dan orientasi yang berfokus kepada
merupakan kunci untuk mencapai keamanan masyarakat. Vital core merujuk kepada istilah
global. Implikasinya, ketika keamanan non-teknis yang dapat diartikan sebagai space
individu terancam maka keamanan of capability, the freedom people have to do
internasional juga terancam (Hampson, and to be. Elemen dari vital core ini, dianggap
Daudelin, Hay, Reid, & Martin, 2002, hal. 6). sebagai ha kasasi yang fundamental sehingga
Terutama dengan kondisi sistem semua pihak dan institusi memiliki kewajiban
internasional yang mengarah kembali untuk menjaganya, meskipun kemampuan
mengarah ke dalam kondisi Hobbesian, yang dimilik tidak memungkinkan untuk
membuat kembali diperhatikannya garis-garis melaksanakan hal tersebut secara sempurna.
keamanan tradisional dan hubungan di antara Adapun mengenai pertimbangan di antara
keamanan dan pembangunan mendapat memprioritaskan hak dengan kapabilitas, akan
perhatian (M.Shaw, J.MacLean, & R.Black, sangat diperlukan institusi yang memberikan
2006, hal. 3). Keterkaitan di antara keamanan keputusan yang adil. Oleh karena itu akan
negara dan keamanan populasinya akan saling sangat diperlukan partisipasi dari institusi
memengaruhi. maupun pihak yang haknya terancam.
Taylor Owen menjelaskan bahwa dalam Konsep dari human security yang sangat
melihat human security tidak bisa dipahami luas, dapat memberikan keuntungan dalam
sebagai pilihan di antara ancaman luas atau menganalisis permasalahan yang muncul di
sempit, melainkan sebagai threshold of era pasca perang dingin ini. Pendekatan
severity (batasan terhadap kekerasan). Melalui holistik dalam human security, dapat
pendekatan yang diusulkannya, segala memfasisilitasi dibahasnya berbagai isu yang
ancaman yag ada di lokasi mana pun akan sebelumnya tidak mendapat perhatian. King
dianggap sebagai ancaman terhadap human dan Murray (2001 : 589) telah
security, apabila mengancam terhadap vital mendeskripsikan konsep dari human security
core yang dimiliki oleh individu, terutama dari sebagai “unifying event” dan berfungsi sebagai
ancaman yang kritis dan meluas (Martin & konsep yang memungkinkan dilakukannya
Owen, 2014, hal. 5). Pembatasan Owen ini kerja sama pada isu keamanan yang disetujui.
akan selaras dengan pandangan Sabina Alkire Pada masa sebelumnya, kerja sama dalam
yang berpendapat bahwa tujuan dari human penanggulangan isu keamanan terhambat oleh
security adalah untuk menjaga “vital core” sifat keamanan tradisional yang sempit
dari segala bentuk ancaman yang meluas, yang (terutama dalam membahas isu keamanan high
pelaksanaannya konsisten dengan pemenuhan politic) yang menghalangi terjadinya
jangka panjang manusia. Adapun yang kooperasi. Secara lebih lanjut, Tadjbakhsh dan

223
PERLINDUNGAN DATA PERSONAL SIBER DI INDONESIA
Wisnu Handi Prabowo, Satriya Wibawa, Fuad Azmi

Chenoy (2007: 10), beranggapan bahwa kehidupan dan kepemilikan, dari


pendefinisian yang luas dan fleksibel dari kecelakaan, penyiksaan (termasuk
human security merupakan pilihan yang layak. self-abuse, menggunakan obat-
Hal tersebut dikaitkan dengan pendekatan obatan terlarang) dan
holistik yang akan memberikan pemahaman ditelantarkan,
yang baik terhadap berbagai isu di era modern • Economic Security yang meliputi
yang saling berkaitan. pekerjaan dengan pendapatannya
Selain itu, Wiben (2011), menganggap serta ketersediaan tempat tinggal,
bahwa analisis melalui human security telah • Community Security yang
memperkaya pemikiran keamanan melalui berkaitan dengan konflik dalam
deepening ( memperhitungkan kepentingan suatu komunitas, berkaitan dengan
peribadi dan tidak terbatas kepada negara), penduduk asli suatu daerah dan
widening ( memperhitungkan jenis ancaman sejenisnya,
lain dan tidak terbatas kepada ancaman • Political Security yang ditujukan
kekerasan), memberdayakan dari bawah ( terhadap dasar dari hak asasi
diamankan oleh siapa?, menggunakan manusia terutama yang berkaitan
instrumen jenis apa?) dan memiliki perhatian dengan hak sipil dan politik.
signifikan terhadap dimensi subjektif terhadap Berbagai jenis ancaman tersebut, dalam
persepsi dan agensi ( siapa yang Human Development Report 1994 telah
memersepsikan keamanan?) (Gasper & terbagi ancaman ke dalam tiga jenis, yaitu:
Gómez, 2015, hal. 6). ancaman dari eksternal atau internal; ancaman
Human security yang memberikan internal terhadap pemerintahan, selain konflik
kesempatan bagi partisipasi aktor non-negara, bersenjata, dalam bentuk variasi kejahatan
telah memungkinkan dilakukannya jenis baik dilakukan oleh negara atau lainnya;
diplomasi terbaru. Dalam jaringan ini berbagai Ancaman terhadap diri sendiri, berkaitan
aktor dengan pemikiran yang sama telah dengan bunuh diri dan penggunaan obat-obat
mendorong PBB untuk meningkatkan terlarang (Gasper & Gómez, 2015, hal. 8).
perlindungan terhadap warga negara. Jaringan Pentingnya personal security dalam human
ini didukung bermula dari perjanjian bilateral security, dianggap sebagai fase pertama dalam
di antara Kanada dan Norwegia yang ekspansi dari konsep human security, bukan
berkoalisi dengan dengan berbagai negara di sebagai pembatas hal ini berkaitan dengan
seluruh dunia dan didukung oleh organisasi perubahan pola konflik bersenjata dan
internasional, untuk membentuk The Human menurunnya konflik bersenjata secara umum
Security Network (Axworthy, 2001, hal. 20). (Gasper & Gómez, 2015, hal. 9).
Partisipasi Non-Governmental Organization
(NGO) dan organisasi kemasyarakatan yang KEAMANAN SIBER
memiliki keahlian teknis dan pengalaman yang Cybersecurity atau keamanan siber, dapat
sangat penting di era modern ini. Dapat diartikan sebagai segala hal yang berkaitan
diakomodasi oleh konsep human security dengan teknologi dan proses yang bertujuan
(Axworthy, 2001, hal. 23). untuk melindungi sistem komputer, perangkat
Secara spesifik, apabila dihubungkan lunak dan pengguna dari akses yang tidak
dengan keamanan pribadi. Des Gasper dan memiliki izin, yang bentuk ancamannya
Oscar A. Gómez dalam menganalisis laporan berasal dari para pelaku kejahatan siber,
UNDP 1994, Personal security meliputi kelompok teroris dan hacker. Perlindungan ini
berbagai keamanan yang diklasifikasikan ke diterapkan pada peralatan-peralatan dan
dalam: jaringan yang menjadi tempat aktivitas
• Security from violence yang
berasal dari ancaman terhadap

224
Padjadjaran Journal of International Relations
e-ISSN: 2684-8082 Vol. 1 No. 3, Januari 2020 (218-239) doi: 10.24198/padjir.v1i3.26194

ekonomi dan mendapatkan informasi terhubungnya hypertext document melalui


(Comodo, 2018). internet. Sedangkan Ruang Siber sendiri harus
Kemudian apabila didefinisikan secara luas dipahami sebagai metafora yang
yang berkaitan dengan berbagai kegiatan- menggambarkan keterhubungan berbagai alat
kegiatan umum di kehidupan sehari-hari. yang menggunakan teknologi komputer yang
Keamanan siber dapat dikaitkan dengan tiga saling bertemu (Betz & Stevens, 2011, hal.
hal berikut: satu jenis kegiatan atau tindakan 13). Pertemuan ini terjadi dalam satu dimensi
yang ditujukan untuk melindungi jaringan virtual. Dalam dimensi ini berbagai alat yang
komputer dengan perangkat keras dan lunak terhubung dalam internet akan memengaruhi
yang menyimpan informasi dan media kehidupan nyata atau fisik, dan apa yang
komunikasi dari serangan, gangguan atau terjadi dalam dimensi fisik dalam partisipasi
bentuk ancaman lainnya ; Kondisi yang kegiatan akan memengaruhi dalam dunia
menggambarkan perlindungan dari ancaman virtual. Sehingga, ruang siber tidak bisa
(siber) ; Mencangkup bidang luas yang dipisahkan dengan dimensi fisik. Apa yang
memiliki tujuan untuk mengimplementasikan terjadi di dunia fisik akan memengaruhi dunia
dan meningkatkan kualitas dari berbagai virtual secara signifikan dan sebaliknya.
kegiatan (perlindungan) tersebut (Fischer, Selanjutnya dari perspektif sosial, ruang
2016, hal. 1). siber terkonstruksi dalam hal terjadinya
Tujuan dari keamanan siber apabila interaksi. Interaksi yang tercipta ini merupakan
dikaitkan dengan eksistensi informasi dalam hal yang tercapai dari insiatif keterhubungan
ruang siber akan sangat memprioritaskan tiga alat dalam internet. Sebagai bagian dari ruang
hal yaitu Confidentiality, Integrity dan siber, internet telah menjadi komponen yang
Availability. Confidentiality berhubungan membentuk ruang siber melalui
dengan menjaga privasi data. Hal tersebut tersambungnya jutaan komputer dalam
dikaitkan dengan keadaan dunia digital yang jaringan global. Dalam jaringan ini,
menilai informasi sebagai hal yang berharga, keterhubungan diantara komponen-komponen
terlebih apabila dikaitkan dengan identitas fisik telah membentuk kerangka logika yang
pemilik sumber informasi tersebut dan memungkinkan terjadinya proses manipulasi,
relasinya dengan pihak lain. Integrity eksploitasi dan augmentasi terhadap informasi
berkaitan dengan berbagai alat teknis seperti ketika terjadinya interaksi. Dalam interaksi ini,
enkripsi, kontrol akses dan perlindungan legal. terdapat karakteristik desentralisasi di antara
Terakhir Availabity berhubungan dengan aktor dengan kepentingannya yang saling
kepercayaan bahwa sistem dan data tidak memengaruhi (Choucri, 2013, hal. 4). Dalam
diubah tanpa sepengetahuan atau kesetujuan. sifatnya yang terdesentralisasi inilah terdapat
Terdapat ekspektasi sistem berjalan seperti peluang yang luas bagi berbagai golongan,
biasa (Singer & Friedman, 2014, hal. 35). baik individu dan kelompok untuk
Ketiga hal ini akan diimplementasikan ke melaksanakan kepentingan yang mereka
dalam berbagai upaya pengamanan dalam hal miliki.
teknis maupun non-teknis. Untuk membedakan dengan dimensi
Kemudian dalam kaitannya dengan lainnya, maka perlu untuk memperhatikan dari
Cyberspace (ruang siber). Perlu dipahami tiga atribut dan dampak dari rung Siber.
bahwa ruang siber tidak terbatas pada internet Pertama, adanya ketidaktahuan mengenai
saja. Dalam memahami ruang siber ini , perlu identitas dan lokasi dari aktor karena terdapat
dibedakan dengan Internet yang berkaitan peluang untuk menggunakan alias dan proxy
dengan terhubungnya perangkat keras dalam yang sulit untuk diketahui karena didukung
komunikasi standar protokol ataupun World oleh arsitektur fisik dan software. Kedua,
Wide Web (WWW) yang menggambarkan terdapat peningkatan kecepatan, volume dan

225
PERLINDUNGAN DATA PERSONAL SIBER DI INDONESIA
Wisnu Handi Prabowo, Satriya Wibawa, Fuad Azmi

jangkauan komunikasi. Selain negara dan ditimbulkan dari kebijakan negara terhadap
korporasi, individu secara global dapat keamanan masyarakat Indonesia. Terutama
menggunakannya. Selain itu sifat demokratis dalam hal efektifitas perlindungan terhadap
dari pengembangan teknologi telah keselamatan warga Indonesia ketika
mendukung penyebarluasan penggunaan berpartisipasi dalam ruang siber.
teknologi. Terakhir, hambatan dalam Peneliti menggunakan metode penelitian
memasuki ruang siber semakin berkurang, kualitatif karena metode ini dinilai mampu
dengan penurunan biaya serta kemudahan membantu peneliti dalam memahami dan
mendapatkan teknologi yang memberikan mengeksplorasi masalah penelitian secara
akses terhadap internet. Hal ini akan mendalam dengan beberapa upaya utama,
berpotensi mengganggu status quo. Semua yaitu: 1.) pengajuan beberapa pertanyaan dan
pihak dapat berpartisipasi dengan prosedur, 2.) pengumpulan data yang spesifik,
kepentingannya masing-masing. Kelompok 3.) analisis data, serta 4.) penafsiran makna
militer dengan teknologinya yang canggih data (W.Creswell, 2009, hal. 4-5). Melalui
dapat memanfaatkan ruang siber sebagai langkah-langkah yang diambil tersebut,
medan pelaksanaan strategi. Namun, pada penelitian berusaha menjelaskan secara
waktu bersamaan juga terdapat peluang untuk deskriptif kekurangan yang dimiliki oleh UU
meningkatkan kesejahteraan dalam peredaran ITE 2008 dalam melindungi keamanan siber
barang dan jasa. Serta memberikan peluang warga Indonesia. Pendeskripsian mengenai
kepada warga negara untuk berpartisipasi kekurangan tersebut kemudian akan
dalam komunitas social (Betz & Stevens, dikembangkan melalui pendekatan studi kasus
2011, hal. 9-10). (W.Creswell, 2009, hal. 19-21). Pendekatan
studi kasus merupakan pendekatan kualitatif
METODE RISET yang berusaha mengembangkan dan
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan mengeksplorasi pemahaman secara lebih
metode penelitian kualitatif. Menurut John W mendalam mengenai suatu kasus untuk
Creswell pada bukunya yang berjudul diilustrasikan secara spesifik melalui
Research Design : Qualitative, Quantitative, pengumpulan data-data yang lengkap yang
and Mixed Methods Approaches (2014), bersumber dari informasi beragam, meliputi,
penelitian kualitatif adalah sebuah pendekatan wawancara, materi audio dan visual serta
untuk mengeksplorasi dan memahami arti dari berbagai bentuk dokumen maupun laporan
individua atau kelompok yang melekat pada (W.Creswell, 2009, hal. 73). Pemilihan
masalah sosial humaniora. Proses dari pendekatan studi kasus ini akan memberikan
penelitian meliputi pertanyaan, data dengan keuntungan bagi peneliti untuk mendalami
settingan peserta, analisis data secara induktif permasalahan yang ada dalam suatu kasus
serta pembuatan interpretasi arti data yang karena sifatnya yang mengembangkan
dilakukan oleh peneliti. Laporan akhir deskripsi dan analisis. Sehingga eksplorasi
tertulisnya memiliki struktur yang sangat perlindungan human security dalam perspektif
fleksibel. siber akan memberikan kemudahan kepada
Metode kualitatif bergantung kepada data peneliti.
dalam bentuk teks dan gambar. Metode ini Dalam bukunya, Cresswel menyebutkan
memiliki langkah-langkah yang khas dalam langkah-langkah pengumpulan informasi
menganalisis data dan berada dalam rancangan dilakukan melalui observasi dan interview
yang bervariasi (Creswell, 2014). Dalam yang bersifat semi terstruktur maupun tidak
penelitian ini, permasalahan yang akan diteliti berstruktur, dokumen dan hal-hal berbentuk
adalah bagaimana perlindungan siber terhadap visual atau informasi berbentuk rekaman.
privasi masyarakat Indonesia. Perlindungan ini Dalam upaya untuk memperoleh data ini, akan
akan berkaitan dengan pengaruh yang

226
Padjadjaran Journal of International Relations
e-ISSN: 2684-8082 Vol. 1 No. 3, Januari 2020 (218-239) doi: 10.24198/padjir.v1i3.26194

difokuskan kepada wawancara kualitatif dan melalui studi pustaka. Studi pustaka ini akan
studi pustaka. dilakukan melalui pengumpulan dan analisis
Pelaksanaan wawancara kualitatif bertujuan terhadap berbagai jurnal, buku, halaman web
untuk mendapatkan data primer, dimana akan resmi, e-book maupun laporan resmi yang
terjadi tatap muka dengan responden yang diberikan oleh institusi terpercaya.
dipilih. Namun, apabila wawancara tatap muka
tidak dimungkinkan. Wawancara tidak HASIL DAN PEMBAHASAN
langsung melalui telefon ataupun media Kewajiban dan komitmen Pemerintah
komunikasi lain akan menjadi pilihan kedua. dalam Perlindungan Data
Dalam proses wawancara ini peneliti telah
menyiapkan daftar calon narasumber yang Dalam upaya perlindungan terhadap data
memiliki kepakaran sesuai dengan penelitian. pribadi, dikenal istilah data protection. Data
Narasumber tersebut adalah: protection secara umum didefinisikan sebagai
• Satriyo Wibowo, Konsultan di hukum yang dibuat untuk melindungi data
Kementerian Komunikasi dan pribadi seseorang. Di dalam masyarakat
Informatika, Cyberlaw modern, untuk mengangkat kemampuan
Community. manusia dalam mengontrol data dan
• Onno W. Purbo, Dosen Fakultas melindungi manusia dari penyalahgunaan.
Ilmu Institut Informatika dan Maka, sangat penting bagi dibentuknya hukum
Bisnis Darmajaya. perlindungan data untuk mengatur kegiatan
• Budi Rahardjo, Ketua Indonesia perusahaan dan pemerintah yang berperan
Computer Emergency Response aktif. Kedua institusi ini, merupakan institusi
Team ( ID-CERT) yang berperan dalam pencegahan
• Ashwin Sasongko Sastrosubroto penyalahgunaan data. Namun, tidak adanya
Dirjen Aplikasi Informatika peraturan dapat memberikan kemudahan
Kementerian Komunikasi dan terhadap kegiatan eksploitasi data yang dapat
Informasi dilakukan oleh pihak lain (Privacy
• Didik Hardiyanto, Sandiman International, 2019, hal. 9).
Muda Subdirektorat Proteksi Di Indonesia tidak terdapat peraturan
Keamanan Informasi Publik, peraturan perundangan yang memberikan
Direktorak Proteksi Ekonomi penjelasan secara eksplisit mengenai „privasi‟.
Digital, Deputi Proteksi Badan Namun, dalam pasal 28 yat 1 Undang-Undang
Siber dan Sandi Negara. 1945 terdapat berbagai hak yang berkaitan erat
dengan hak privasi. (ELSAM & International,
Pada penelitian ini, peneliti akan 2016, hal. 3)
mengumpulkan data melalui dua sumber yaitu Namun apabila dilihat dari partisipasi
sumber primer dan sumber sekunder. Dalam negara di berbagai forum internasional.
mengumpulkan data primer, peneliti akan Indonesia telah menjadi negara yang
menggunakan wawancara narasumber yang menyetujui berbagai peraturan internasional
memahami atau terlibat langsung dengan topik yang secara eksplisit maupun implisit
penelitian. Wawancara narasumber primer memberikan perlindungan terhadap data
tersebut kemudian akan menghasilkan data pribadi maupun privasi.
primer bagi penelitian ini. Sementara Persetujaun terhadap praktik perlindungan
pengumpulan data sekunder dilakukan dengan data Pribadi, disetujui dalam bentuk prinsip
melakukan studi pustaka. internasional oleh berbagai negara, praktik,
Selanjutnya, mengenai sumber data kedua keputusan, rekomendasi dan pembentukan
yaitu sumber data sekunder akan dilakukan

227
PERLINDUNGAN DATA PERSONAL SIBER DI INDONESIA
Wisnu Handi Prabowo, Satriya Wibawa, Fuad Azmi

kebijakan. Berbagai instrumen kebijakan ini Rights (UDHR). UDHR sendiri dibentuk
telah muncul secara signfiikan dalam: sebagai dasar dalam pembuatan perjanjian hak
• The Council of Europe asasi internasional. Peraturan ini memiliki
Convention for the Protection of persamaan dengan International Covenant on
Individuals with regard to Civil and Political Rights (ICCPR) yang
Automatic Processing of Personal menginpirasi hak untuk berprivasi. (ELSAM
Data (No. 108), tahun 1981 yang & Privacy International, 2016, hal. 2). Maka
diamandemenkan pada tahun secara tidak langsung perlindungan terhadap
2018. hak asasi akan berkaitan dengan perlindungan
• The Organization for Economic terhadap privasi.
Co-operation and Development Selanjutnya, mengenai keterkaitan
Guidelines on the Protection of diantara privasi dengan kebebasan berpendapat
Privacy and Transborder Data dan berekspresi. Pada tahun 2011, the then-
Flows of Personal Data (1980) UN Special Rapporteur on the Promotion and
yang diamandemen pada tahun Protection of the Right to Freedom of Opinion
2013. and Expression mengeluarkan laporan yang
• The Guidelines for the regulation menjelaskan “ perlindungan data pribadi
of computerized personal data merupakan representasi dari penghargaan
files (General Assembly resolution terhadap hak untuk berprivasi……Tidak ada
45/95 and E/CN.4/1990/72). satupun individu dikenakan pemberlakuan
• Peraturan lain seperti APEC hukum yang akan menggangu privasi dirinya,
Privacy Framework - Asia-Pacific keluarga, rumah ataupun dalam
Economic Cooperation. berkomunikasi……setiap orang memiliki hak
untuk mendapat perlindungan dari hukum
Keberadaan berbagai instrument ini dapat terhadap berbagai gangguan ataupun serangan.
mengharuskan berbagai perusahaan yang Perlunya untuk mengadopsi hukum yang jelas
melakukan pengumpulan data harus bersedia untuk melindungi data pribadi perlu
untuk tunduk kepada hukum yang telah ditingkatkan pada era inforamsi saat ini,
ditetapkan di negara tersebut. Berbagai praktik dimana terdapat volume data yang dikoleksi
perlindungan data akan mengandung upaya dan disimpat lewat peranta. Selain itu terdapat
perlindungan terhadap individu melalui kekhawatiran bahwa berbagai negara
pembatasan keleluasaan para pengkoleksi data menetapkan kewajiban atau bahkan memaksa
dengan cara yang adil, legal dan transparan, terhadap berbagai perusahaan swasta untuk
dijelaskannya tujuan dari penggunaan data memberikan informasi dari pengguna
(Privacy International, 2019, hal. 14-16). (Privacy International, 2019, hal. 10).
Meskipun menjadi salah satu negara yang Berbagai program dan penelitian yang
menghadiri kesepakatan dalam forum-forum dilakukan oleh PBB tersebut mendapat
tersebut, Indonesia belum terikat terhadap perhatian dalam UN General Assembly tahun
peraturan internasional yang dapat mendorong 2016, yang telah mensahkan resolusi yang
bagi kemajuan signifikan terhadap didasarkan kepada consensus mengenai Hak
perlindungan data pribadi penduduknya. untuk mendapatkan privasi dalam dunia digital
Terlepas dari belum adanya peraturan ( GA Resolution 71/1991) yang mengokohkan
khusus yang dapat melindungi warga keputusan resolusi sebelumnya yang
negaranya dalam hal privasi di ruang siber membahas pada subjek tersebut, menguatkan
Indonesia telah memilki kewajiban dan bahwa: Negara harus menghargai hak asasi
komitmen untuk melindungi hak asasi. Artikel manusia internasional dan harus mematuhi
12 dari Universal Declaration of Human kewajiban yang berkaitan dengan hak untuk
berprivasi, yaitu ketika terdapat permintaan

228
Padjadjaran Journal of International Relations
e-ISSN: 2684-8082 Vol. 1 No. 3, Januari 2020 (218-239) doi: 10.24198/padjir.v1i3.26194

untuk mengungkapkan atau memberitahukan dibuat ubtuk mengatur kegiatan ekonomi.


data pribadi yang dimiliki oleh pihak ketiga ( Sehingga, perusahaan diharapkan untuk
perusahan swasta). Hal ini menunjukan bahwa menghormati privasi konsumen sebagai upaya
privasi dan perlindungan data merupkan hal untuk tetap kompetitif dalam bisnis.
yang saling berkaitan. Individu, sebagai warga Namun self-determinasi ini harus diikuti
negara, konsumen, pengguna perlu memiliki oleh kemampuan untuk mengetahui kapasitas
cara dan alat untuk melaksanakan hak yang penyimpanan, proses transfer dan pemrosesan
dimiliki terhadap privasi yang dimiliki dan terhadap data untuk menentukan persetujuan
melindungi data yang mereka miliki dari yang diminta dan penentuan keputusan
penyalahgunaan. Terdapat hal penting yang tersebut harus bebas dari pengaruh eksternal.
hars diketahui, bahwa kewajiban dalam Hal ini menjadi permasalahan dalam layanan
pengelolaan data harus jelas. Terdapatnya jaringan social, seperti facebook karena
kejelasan hukum akan membuat para kekuatan jaringannya membuat terdapatnya
perusahaan ini memliki langkah mitigasi berbagai perusahaan teknologi yang memiliki
terhadap gangguan terhadap hak berprivasi. nyaris memiliki monopoli. Akibatnya apabila
Sehingga pabila terdapat permasalahan berusaha mengisolasikan diri dari jaringan.
terhadap data pribadi yang dikelola, para Hal ini membaut upaya mendapatkan privasi
perusahaan ini dapat dianggap sebagai pihak semakin sulit ketika infrastruktur social dan
yang bertanggung jawab. teknis terus digitalisasi. Agar individu dapat
Penempatan data pribadi sebagai hak memiliki control terhadap akan menemui
fundamental juga terus mendapat perhatian hambatan bagi para kelompok yang
yang meningkat, bahkan dianggap seabgai hal memerlukan perhatian khusus seperti anak-
yang terpisah tetapi sama penting dengan ha anak, orang tua atau orang berkebutuhan
kasasi manusia. Hal ini telah diakui di Eropa khusus. Hal ini akan semakin menguatkan
dalam Charter of Fundamental Rights of the pendapat para ahli yang menyatakan bahwa
European Union artikel 8 yang memberikan dengan meningkatnya arus data (Schünemann
perlindungan perlindungan data kepada semua & Baumann, 2017, hal. 6)
pihak, menjamin penggunaan data yang adil Berbagai rezim yang diikuti ini merupakan
dengan akses yang memadai bagi pemilik dan langkah negara untuk melindungi data pribadi
adanya keterlibatan Lembaga independen dan telah diadopsi oleh mayoritas negara di
sebagai pengawas (Privacy International, dunia. Meskipun pada umumnya hukum-
2019, hal. 14). hukum yang ada masih dianggap belum
Rezim perlindungan data personal yang ada memadai dan tidak diperbaharui terhadap
di dunia, pada umumnya didasarkan kepada tantangan dari penggunaan data yang bersifat
konsep informational self-determination, yaitu modern. Pembaharuan terhadap hukum harus
Individu menentukan data mana yang dapat di selalu dilakukan untuk menghadapi tantangan
share dan untuk siapa dan kepentingan apa. yang terus muncul (Privacy International,
Berdasarkan pemikiran ini, pengguna akan 2019, hal. 4).
memiliki kekuatan untuk menentukan tingkat Hal lain, yang perlu diperhatikan Indonesia,
privasi yang diinginkan ketika mereka adanya General Data Protection Regulation
berinteraksi atau menggunakan layanan (GDPR) yang memiliki pengaruh
Google, Facebook dan penyedia layanan ekstrateritorial terhadap perusahaan yang
teknologi lain. Pemikiran ini, menunjukan memengaruhi data pribadi masyarakat eropa.
kepercayaan terhadap paradigma perlindungan Hal ini dapat memengaruhi berbagai
privasi yang bersifat non politik yang perusahaan luar negeri non-Eropa, termasuk
didukung anggapan bahwa perlindungan data perusahaan Indonesia dalam menjalankan
pribadi dapat diserahkan kepaa peraturan yang kegiatan bisnisnya di Eropa.

229
PERLINDUNGAN DATA PERSONAL SIBER DI INDONESIA
Wisnu Handi Prabowo, Satriya Wibawa, Fuad Azmi

Perlindungan Data di Indonesia perlindungan Data Pribadi untuk


Hasani & Dehghantanha (2011) , Kebijakan melaksanakan proses.Setiap Penyelenggara
perlindungan data seharusnya dapat Sistem Elektronik harus menyusun aturan
mengontrol pengumpulan, penyimpanan dan internal perlindungan Data Pribadi sebagai
penggunaan dari data pribadi untuk pihak bentuk tindakan pencegahan untuk
manapun. Sehingga privasi dari ebrbagai menghindari terjadinya kegagalan dalam
individu seharusnya dapat dijamin oleh perlindungan Data Pribadi yang dikelolanya.
kerangka peraturan yang digunakan untuk Perolehan dan pengumpulan Data Pribadi oleh
mengurus dan mengolah data pribadi. Penyelenggara Sistem Elektronik wajib
Kebijakan ini ( data protection act ), dapat didasarkan keapda persetujuan atau
diaplikasikan kepada berbagai informasi atau berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
opini yang diproses secara online maupun undangan. Data Pribadi yang disimpan
offline. Dalam hal ini informasi yang dalam Sistem Elektronik merupakan jenis
berhubungan dengan kebijakan, merupakan data yang telah diverifikasi keakuratannya dan
data yang berkaitan dengan individu baik telah dalam bentuk terenkripsi.
hidup maupun sudah meninggal, serta berasal Data Pribadi wajib disimpan dalam Sistem
dari identitas individu yang telah jelas. User Elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan
(Pengguna) akan menggunakan kebijakan ini perundang-undangan yang mengatur
untuk data subjects. Data subjects merupakan kewajiban jangka waktu penyimpanan Data
individu yang menjadi subjek dari data Pribadi pada masing-masing Instansi
pribadi. Sementara pengguna data merupakan Pengawas dan Pengatur Sektor atau paling
individu atau organisasi yang dapat singkat lima tahun, jika belum terdapat
mengontrol pengumpulan, penyimpandan, ketentuan peraturan perundang-undangan
pemrosesan atau penggunaan dari berbagai yang secara khusus mengatur untuk itu.Aturan
jenis data pribadi (Lubis & Zulhuda, 2013). data center.Keamanan data pribadi yang
Data protection secara eksplisit melindungi disimpat harus mengikuti ketentuan Pusat
hal yang tidak menjadi bagian utama dari data(data center) dan pusat pemulihan
privasi, seperti the requirement of fair bencana (disaster recovery center)
processing, consent, legitiamsi dan non- Penyelenggara Sistem Elektronik untuk
diskriminasi. Hal ini membuat konsep data pelayanan publik yang digunakan untuk
protection sangat berhubungan dengan hak proses perlindungan wajib ditempatkan
untuk menghargai privasi dan kehidupan dalam wilayah negara Republik Indonesia.
keluarga. Pergerakan lintas batas data telah Dalam aturan ini ditegaskan sistem
membuat berbagai hal dalam pemanfaatan elektronik yang dapat digunakan dalam proses
internet mungkin untuk dilakukan, seperti perlindungan data pribadi adalah sistem
mengupdate status facebook hingga elektronik yang sudah tersertifikasi dan
melakukan transfer bank. Potensi pemanfaatan mempunyai aturan internal tentang
internet ini telah dianggap penting, sehingga perlindungan data pribadi yang wajib
menjadi salah satu pertimbangan bagi rezim memperhatikan aspek penerapan teknologi,
internasional, yaitu Trans-Pacific Partnership sumber daya manusia, metode, dan biayanya.
yang mengintegrasikan hal tersebut ke dalam Pemilik data pribadi, berhak atas kerahasiaan
pengaturan e-commerce, layanan jasa data miliknya; berhak mengajukan pengaduan
keuangan, kekayaan intelektual dan dalam rangka penyelesaian sengket data
telekomunikasi (Klein, 2015). pribadi; berhak mendapatkan akses untuk
Pemilik Data Pribadi adalah individu yang memperoleh historis data pribadinya; dan
padanya melekat Data Perseorangan berhak meminta pemusnahan data
Tertentu.Setiap Penyelenggara Sistem perseorangan tertentu miliknya dalam sistem
Elektronik harus mempunyai aturan internal elektronik(Indotelko, 2016).

230
Padjadjaran Journal of International Relations
e-ISSN: 2684-8082 Vol. 1 No. 3, Januari 2020 (218-239) doi: 10.24198/padjir.v1i3.26194

secara nasional dan global untuk memastikan


Gambar 1. Persebaran Hukum Privasi di individu memiliki jaminan terhadap hak data
Dunia 2018 yang mereka miliki. Para pihak yang memiliki
kuasa untuk memproses data pribadi ( dalam
sector public dan privat) juga harus menuruti
kewajiban dari hukum yang berlaku dan
penegakan hukum yang kuat dapat digunakan
terhadap orangorang yang melanggar
kewajiban dan perlindungan tersebut (Privacy
International, 2019, hal. 10)

PEMBAHASAN
Penilaian terhadap komitmen Indonesia dalam
Dalam: Privacy International, The Keys to mengelola keamanan data, dapat dikaitkan
Data Protection, 2019:17 dengan penilaian yang telah dilakukan oleh
International Telecommunication Union (ITU)
Jumlah data yang diproduksi telah mengalami dalam laporannya yang berjudul Global
perkembangan yang signifikan karena Security Index tahun 2017. Dalam laporan ini
mengikuti perkemabngan teknologi yang Indonesia termasuk dalam kategori maturing.
pesat, hal tersebut termasuk cara profiling dan Yaitu negara yang telah dianggap
tracking dan kecerdasan buatan. mengembangkan komitmen yang kompleks
Perkemabngan teknologi yang pesat ini akan dan telah berpartisipasi dalam program dan
membaut keberadaan hukum yang berlaku di inisiasi Cybersecurity (International
berbagai negara dalam kondisi yang belum Telecommunication Union, 2017, hal. 13).
diperbaharui, terutama dalam hal melihat Kaitan diantara kejelasan posisi perusahaan
potensi data baru yang telah dicerna dalam pengelola data yang mengeloa data dalam
industri dan system pemerintahan. otomatis ataupun penyimpanan data dalam
Terlebih dengan keberadaan 90% data yang structured filing system yang berkaitan dengan
ada di dunia merupakan data yang tercipta individu. Perlindungan data yang dilakukan
dalam dua tahun terakhir. Maka meruapkan harus mengutamakan hak dasar yang dimiliki
hal yang wajar apabila berbagai hukum yang oleh individu, yaitu menyediakan akses
berkaitan dengan data pribadi yang dibuat terhadap para individu untuk mengakses data
sebelum kemunculan perusahaan teknologi ayng mereka miliki dan membentuk system
berpengaruh (Google, Facebook, Amazon akuntabilitas dan kewajiban yang jelas bagi
dsb.) merupakan hukum yang tidak memadai. para perusahaan yang memproses data
Kerangka perlindungan yang ada, baisanya (Privacy International, 2019, hal. 12).
memiliki keterbatasan. Namun, berbagai Ruang Siber merupakan domain baru yang
peraturan yang memiliki keterbatasan ini memerlukan tanggung jawab Bersama diantara
merupakan titik awal untuk memastikan para stakeholder di tingkat nasional dan
peraturan dan hukum yang kuat untuk global. Perlunya partisiapsi dari berbagai pihak
mengimplementasikan perlindungan data ini, berkaitan dengan adanya ratusan ribu alat
pribadi. yang tersambung, berupa computer, server,
Keberadaan kerangka perlindungan data router, switches, yang ditopang oleh kabel
dapat memajukan individu, menghalangi serat optik yang memungkinkan infrastruktur
praktik perusakan data dan membatasi nasional untuk bekerja. Ruang ini juga
eksploitasi data. Kerangka perlindungan juga memungkinkan bagi terbentuknya borderless
dapat memberikan kerangka pengelolaan society, yang memberikan kesempatan bagi

231
PERLINDUNGAN DATA PERSONAL SIBER DI INDONESIA
Wisnu Handi Prabowo, Satriya Wibawa, Fuad Azmi

meningkatknya kekayaan negara dan pencurian kekayaan intelektual dan informasi


menstimulasi pertumbuhan ekonomi. bisnis rahasia. Pemerintah dan korporasi
Meskipun memberikan kesempatan bagi menjadi pihak yang memiliki kendali untuk
berbagai peluang, untuk menjaga ruang siber mengeloh data. Ancaman ini akan mengancam
ini sangat diperlukan koordinasi berbagai seluruh negara di dunai baik negara maju
stakeholder baik nasional maupun maupun berkembang (Direktur Jenderal Kerja
internasional yang terdiri dari pembuat Sama ASEAN, 2018, hal. 5).
kebijakan, penegak hukum, pemilik Indonesia Bersama Malaysia dan Vietnam
infrastruktur strategis, sektor swasta, menjadi hotspot serangan siber. Indonesia
organisasi keamanan nasional, para akademisi, yang menjadi target dan tempat bagi
administrasi public dan organisasi dilaksankannya serangan siber. (Direktur
internasional. Stakeholder yang banyak Jenderal Kerja Sama ASEAN, 2018, hal. 6).
merefleksikan dari sifat ruang siber sebagai Ancaman ini akan terus menggangu keamanan
jaringan global dan kepentingan dari semua penggunaan internet, yang menjadi pendorong
negara (Nugraha, Roberts, Brown, & pertumbuhan ekonomi digital di Asia
Sastrosubroto, 2016, hal. 8). Tenggara. Terutama dengan adanya peluang
Dalam jangka waktu yang singkat, ruang investasi yang dapat menumbuhkan
siber yang semula dianggap sebagai domain perusahaan teknologi (Direktur Jenderal Kerja
yang netral, telah menjadi tempat bagi sasaran Sama ASEAN, 2018, hal. 7).
pengaruh inovasi teknologi dari Amerika
Serikat ataupun negara lainnya. Domain ini Gambar 2 Persebaran Mobile Malware
telah menjadi tempat kompetisis diantara pada tahun 2018.
kelompok kepentingan, sekaligus tempat yang
menjadi sasaran dari Invisible hand oleh
pemerintah. Maka Ruang siber telah menjadi
hal bagi target bagi persaingan, kolonisasi
yang akan dipengaruhi oleh pemerintahan
suatu negara, militer maupun korporasi swasta
dan jaringan sipil (Choucri, 2012, hal. 8)
Konsep perlindungan data sering dianggap
sebagai bagian dari perlindungan privasi. Hal
tersebut sangat konsisten dengan pemahaman
privasi sebagai bentuk dari kerahasiaan atau
Sumber: Symantec, Internet Security Threat
hak untuk menentang usaha pemberitahuan
Report Volume 24, 2019:43
mengenai informasi yang disembunyikan atau
hak untuk mengontrol informasi mengenai
Kedaulatan Data dalam Keamanan Siber
dirinya sendiri. Anmun, terdapat perbedaan
Indonesia
diantara perlindungan data dengan
perlindungan privasi, yaitu dalam hal scope,
Keberadaan perusahaan teknologi
tujuan dan konten.
multinasional seperti Google, Microsoft,
Amazon, Yahoo, Alibaba dan sejenisnya yang
Ancaman Terhadap Data Pribadi di
menjadi data processor di Indonesia,
Indonesia
merupakan perusahaan-perusahaan yang
sampai saat ini belum membangun data server
Sebagai bagian dari Kawasan Asia Tenggara,
di Indonesia. Keberadaan data server di sebuah
Indonesia diancam oleh potensi serangan siber
negara dapat memberikan dampak signifikan
sebagai target maupun launchpad oleh aktor
terhadap keamanan bagi negara dan warga
anonym. Target serangan utama adalah

232
Padjadjaran Journal of International Relations
e-ISSN: 2684-8082 Vol. 1 No. 3, Januari 2020 (218-239) doi: 10.24198/padjir.v1i3.26194

negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan berbagai negara yang dipilih oleh penyedia
data server menjadi tempat diolahnya arus data jasa (Sen, 2016, hal. 2).
yang dikumpulkan oleh pengguna internet Dalam perkembangan perekonomian digital
(Mercer, 2019). Di Negara yang yang terbaru, dapat dilihat kecenderungan bag
mempraktikan keamanan ketat seperti China, perusahaan teknologi untuk melakukan
keberadaan data server dibangun untuk ekspansi pelayanannnya untuk menjangkau
memenuhi tuntutan lokalisasi pengelolaan konsumen yang banyak ( terutama dalam
data, sehingga negara memiliki kekuasaan sektor e-commerce). Angka pengguna internet
untuk mengontrol data yang tersimpan di yang menjadi konsumen perusahaan penyedia
server tersebut (China Briefing, 2017). jasa layanan sendiri akan terus meningkat.
Penggunaan layanan komputasi awan telah Ancaman lain yang lebih besar karena tidak
memperluas partisipasi aktor dalam adanya data sovereignty ini, semakin penting
pemanfaatan ruang siber, serta memberikan ketika berbagai perusahaan teknologi
ancaman terhadap kedaulatan negara. Dalam multinasional yang beroperasi, masih memiliki
hal ini konsep data sovereignty, yaitu sebuah keterhubungan erat dengan negara asal.
konsep yang menjelaskan informasi yang telah Terutama apabila melihat kekuasaan yang
dikonversi dan disimpan dalam bentuk digital dimiliki oleh aktor tersebut yang dapat
merupakan subjek bagi hukum yang berlaku di memposisikan dirinya untuk menolak atau
tempat data tersebut berada, dalam hal ini menghambat permintaan negara atau menjadi
adalah data server. Polatin-Reuben dan perpanjangan tangan negara dalam melakukan
Wright‟s (2014), menjelaskan data sovereignty pengawasan di ruang siber. Posisi yang disebut
sebagai kemampuan negara untuk mengontrol sebagai “surveillance intermediaries”, menurut
informasi yang diciptakan atau melewati Alan Rozenshtein akan menempatkan
wilayahnya, disertai adanya kekuasaan atau perusahaan teknologi sebagai bagian dari
kapabilitas untuk melakukan pengontrolan. penegak hukum yang mengelola informasi
Komponen utama dari definisi ini adalah pribadi yang dimiliki oleh publik (Harvard
keinginan negara untuk melekatkan Law Review, 2019).
keterhubungan data dengan wilayah fisik, Peluang bagi terjadinya situasi yang
sebagai upaya untuk melindungi data dari membuat sebuah negara menjadi
pengawasan pihak asing (Baezner & Robin, perpanjangan tangan negara induknya ini akan
2018, hal. 31). Kehadiran sebuah data server di memberikan kerugian bagi Indonesia terkait
negara dapat menjadi bukti keterkaitan data dengan keamanan di dalam negeri. Terutama
dengan wilayah fisik yang menjadi bagian dari dengan berbagai isu penyadapan yang
kedaulatan sebuah negara. Sehingga negara dilakukan oleh negara-negara yang memiliki
dapat bertindak apabila terdapat ancaman kapabilitas spionase yang tinggi.
terhadap kedaulatan wilayahnya. Tidak adanya control terhadap data-data
Pengadopsian layanan komputasi awan ini yang diciptakan oleh penduduk Indonesia
akan menimpulkan ancaman terhadap negara maupun data yagn berkaitan akan
dengan penduduknya. Pertama, dalam menimbulkan Loss of integrity, lost of
pengunaan layanan. Pengguna tidak memilki availability, lost of confidentiality dan
akses terhadap data pribadi yang dimiliki. Physical destruction. Loss of integrity
Pengguna tidak memiliki kemampuan untuk merupakan kondisi dimana informasi yang ada
mengawasi dan memengaruhi proses dapat terdapat kondisi informasi yang ada
pengelolaan data. Hal ini terkait dengan sifat dapat dimodifikasi secara tidak benar, Loss of
dari layanan komputasi awan yang melakukan availability merupakan kondisi dimana system
transfer data diantara data server di berbagai informasi penting tidak bisa diakses oleh
negara. Hal ini menyebabkan data tersimpan di pengguna yang seharusnya memiliki otoritas,

233
PERLINDUNGAN DATA PERSONAL SIBER DI INDONESIA
Wisnu Handi Prabowo, Satriya Wibawa, Fuad Azmi

Loss of confidentiality merupakan kondisi Dalam penyelenggaraan komunikasi dan


dimana informasi penting telah diakses oleh internet provider terdapat perusahaan Indosat
pengguna yang tidak memiliki wewenang dan yang dimiliki oleh Ooredoo ( Qatar) dan XL
Physical destruction merupakan kondisi Axiata yang dimiliki oleh Group Axiata (
dimana system informasi telah menciptakan Malaysia), 3 yang dimiliki oleh Hutchinson
malfungsi yang dampaknya dapat dirasakan Holding (Hong Kong). Keberadaaan berbagai
secara fisik (Ahituv, 2009, hal. 15). perusahaan asing yang beroperasi dalam sektor
Hal tersebut membuat data yang dikoleksi teknologi ini telah mendapatkan izin dari
oleh perusahaan asing di server luar negeri Negara untuk bertindak sebagai perusahaan
dapat dimanfaatkan secara bebas oleh yang memberikan layanan. Pemerintah sendiri.
perusahaan tersebut. Konsumen di Indonesia Dalam sektor perbankan, menurut Aidil
akan menemui kondisi dimana mereka sengaja Chendramata (Direktur Keamanan Informasi
atau tidak sengaja dikelabui untuk menyetujui Kementerian Komunikasi dan Informatika),
pemanfaatan data pribadi dalam menggunakan masih terdapat 10% perusahaan perbankan
layanan. Salah satu contoh dari permasalahan yang menyimpan data-data sensitive di luar
ini adalah End User License-Agreement negeri (Tristianty & Fauzi, 2017). Sektor
(EULA) yang memberikan kesulitan terhadap perbankan ini menjadi target utama dari
pengguna biasa untuk membaca perjanjiani. serangan siber. Serang siber di Indonesia di
Berbagai kasus yang menimbulkan tiga sektor perbankan. Pada mulanya berbentuk
jenis ancaman tersebut, kemudian dapat hacking. Namun terdapat peningkatan dalam
dikaitkan dengan komponen Criticcal bentuk ransomwareiii. Ancaman terhadap
Infrastructure dalam Keamanan Siber, dimana sektor ini akan lebih menargetkan keberadaan
Criticcal Infrastructure ini akan selalu menjadi data yang dimiliki oleh penyedia layanan
target atau bagi para aktor lain. Posisi aspek perbankan. Sehingga, sangat dibutuhkan
ini sangat penting karena dapat memengaruhi sistem keamanan yang memilki pelayanan
ekonomi, penanggulangan bencana yang dapat yang memadai dan kredibilitas yang terjamin.
mengancam keselamatan manusia (Betts & Hal tersebut dapat dipenuhi oleh penyedia
Sezer, 2014, hal. 2). layanan komputasi awan yang memilki
Di Indonesia, perlindungan terhadap infrastruktur dan pengalaman yang memadai.
infrastruktur masih dipengaruhi oleh prioritas
keamanan negara yang terpaku pada Dampak terhadap Vital Core
permasalahan disinformasi , tanpa
memberikan regulasi yang jelas terhadap Kondisi ketergantungan negara Indonesia
pengumpulan dan pertukaran data pribadi yang terhadap berbagai perusahaan asing tersebut
dilakukan oleh perusahaan teknologi. Tanpa akan menemui permasalahan ketika terjadi
adanya pengendalian yang jelas akan muncul kelalaian dalam pengelolaan sehingga
ancaman terhadap privasi. menyebabkan terjadinya kebocoran data.
Secara umum, Budi Rahardjo berpendapat Keberadaan data yang ada di berbagai sektor
pengelolaan ruang siber di Indonesia telah kehidupan akan memengaruhi perlindungan
memberikan kesempatan yang aktif bagi privasi. Data-data ini terdapat dalam berbagai
berbagai pemain local untuk menjalankan sektor dan saling memengaruhi satu sama lain
kegiatannya ii. karena informasi yang dikumpulkan berkaitan
Namun sebagai upaya untuk memberikan dengan rekam jejak individu seseorang iii.
pelayanan yang luas dan menjangkau seluruh Pemerintah telah melakukan kebijakan
warga negara Indonesia, terdapat berbagai yang memprioritaskan perlindungan kepada
perusahaan asing yang memiliki jumlah sektor ekonomi bagian finansial yang sangat
pelanggan yang signifikan. dipegnaruhi dalam perekonomian digital.
Dalam Sektor ini Bank Indonesia (BI) dan

234
Padjadjaran Journal of International Relations
e-ISSN: 2684-8082 Vol. 1 No. 3, Januari 2020 (218-239) doi: 10.24198/padjir.v1i3.26194

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memilki memberikan perlindungan. Namun,


upaya perlindungan risiko yang ketat untuk perlindungan ini belum memberikan keamanan
melindungi data-data yang bersifat strategis, yang memadai terhadap para konsumen di
termasuk data nasabah bank. Perlindungan Indonesia yang menggunakan jasa perusahaan
tersebut terimplementasikan melalui adanya teknologi. Kontrak perusahaan teknologi asing
perangkat khusus seperti Direktur, tim audit seperti Grab melalui layanan uang
dan tim forensic khusus yang menangani elektroniknya. Dalam penggunaan kontrak
permasalahan tersebut. Tanggung jawab bank jenis EULA (End User License Agreement)
terhadap keamanan nasabahnya termasuk memberikan peluang bagi perusahaan untuk
dalam kasus kebocoran data nasabah. Dalam mengubah kontrak tanpa sepengetahuan
hal ini bank memilki tanggung jawab untuk konsumen. Praktik pengubahan EULA ini
menanggun kerugian dalam hal tanggung bahkan secara eksplisit juga dilakukan oleh
jawab sosialisasi dan menanggung biaya Telkomsel. Tindakan ini merupakan
peradilan I. pelanggaran terhadap Undang-Undang
Untuk menangani ancaman kebocoran data, Perlindungan Konsumen iii.
Pemerintah telah mempersiapkan pengelolaan Kebebasan perusahaan teknologi asing
keuangan melalui OJK dan BI untuk dalam mengkoleksi dan memanfaatkan data
mengawal perlindungan data-data sensitive. pribadi menempatkan individu dalam kondisi
Namun, perlindungan terhadap data yang yang rentan. Meskipun terdapat standar praktik
dimiliki oleh pemilik kartu kredit dan database dalam pengelolaan data yang dianut oleh
consumer masih bisa didapatkan secara berbagai perusahaan tersebut, terutama dengan
dengan mudah. Bank-Bank yang ada di populernya teknik enkripsi, selalu terdapat
Indonesia tidak dapat melakukan perlindungan celah yang mengkompromisasi privasi
terhadap hal tersebut, karena tidak memiliki individu
kewajiban hukum. Alasannya pembeli dari Dalam menciptakan kondisi yang
database konsumen ini bukanlah pegawai memberikan kebebasan dan kerahasian bagi
bank. Permasalahan ini harus ditangani oleh para individu dan aktor lain agar bisa menjadi
pemerintah agar perlindungan terhadap agent of change. Harus terapat anonimisasi
privvasi warga negara Indonesia tetap terjaga dalam pemrosesan data pribadi. Melalui tehnik
(Palupy, 2011, hal. 45). anonimisasi, yaitu: randomisasi, generalisasi
Konsep pengelolaan data pribadi, orang dan pseudonimisasi. Berbagai pihak yang
bisa, atau perusahaan boleh merekam data menjadi data processor diwajibkan untuk
pribadi. Tetapi perusahaan tersebut harus mencegah terjadinya identifikasi ( terutama
memberitahu kepada pelanggan. Kedua, identifikasi secara personal) secara mudah dan
perusahan itu hanya boleh memanfaatkan data mendalam untuk mencegah eksploitasi data
pribadi untuk kepentingan yang sudah (Working Party, 2014, hal. 3).
dijelaskan sebelumnya, yaitu yang tertera di Bagi individu yang tidak memiliki
EULA. Sehingga, secara idealnya tidak terjadi pengetahuan terhadap berbagai tehnik
penjualan data pribadi tanpa sepengetahuan security, encryption, keamanan data dan
pemilik data. sejenisnya, maupun yang tidak bisa
Namun dalam praktiknya, terutama di memanfaatkan softwarae open-source.
industri asuransi (yang didominasi oleh
Akan menjadi individu yang rentan
perusahaan asing) konsumen selalu
terhadap ancaman keamanan iv.
dihadapkan dalam bentuk kontrak baku, yaitu
hanya bisa yes atau no ataupun jenis lainnya. Sementara negara sendiri dapat menjadi
Dalam hal ini masih terdapat Lembaga ancaman. Hal ini terkait dengan penempatan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang masih keamanan negara yang mendahului
kepentingan individu atau penduduknya.

235
PERLINDUNGAN DATA PERSONAL SIBER DI INDONESIA
Wisnu Handi Prabowo, Satriya Wibawa, Fuad Azmi

Negara dapat menjadi sumber ancaman dapat mengatur pengolahan data yang ada di
terhadap keamanan pribadi warga Indonesia. luar negeri. Keberadaan data server di luar
Perusahaan keamanan asing secara tidak negeri ini, menjadi penyebab Indonesia tidak
langsung ikut berpartisipasi dalam upaya bisa menerapkan data sovereignty terhadap
melakukan pengawasan yang dapat data pribadi yang dikumpulkan dari penduduk
menggangu privasi penduduk Indonesia. Indonesia.
Hal tersebut kerja sama Pemerintah dengan Ancaman yang dihadapi oleh masyarakat
Perusahaan keamanan luar negeri untuk Indonesia tidak hanya berasal dari Perusahaan
memperkuat system keamanan justru teknologi asing, tetapi juga dengan berasal dari
memberikan alat bagi pemerintah untuk pengelolaan yang salah dari pemerintah,
melakukan pengawasan yang dapat melanggar seperti dalam pengelolaan identifikasi SIM
hak asasi yang seharusnya dimiliki oleh warga Card. Meskipun pemerintah telah memilki
negara. Dalam hal ini teknologi pengawasan upaya untuk meningkatkan perlindungan
didapatkan dari kerja sama luar negeri. melalui program Government Secure Intranet
Indonesia telah mengimpor IMSI Grabber System. Namun, karena system ini belum
teknologi dari sebuah perusahaan Inggris. selesai. Data-data penting kependudukan di
Peralatan yang disebut dengan IMSI Catcher lembaga-lembaga pemerintah masih mendapat
ini, sebenarnya merupakan teknologi yang ancaman dari serangan siber. Sehingga, privasi
dilisensi di Swiss. Peralatan ini dapat dari penduduk Indonesia masih dapat
melakukan penyamaran sebagai salah satu terkeksploitasi dan hal tersebut mengancam
operator seluler dan meminta pengguna untuk vital core dari penduduk Indonesia.
menyerahkan identias priabdi seperti nomor
kartu SIM. Dalam perkembangannya, IMSI DAFTAR PUSTAKA
Catcher ini dapat melakukan penyadapan
suara, SMS dan data. Selain itu Indonesia juga Ahituv, N. (2009). Modelling Cyber Security:
pernah melakukan pembelian terhadap Approaches, Methodology, Strategies.
In U. Gori. Washington DC: IOS
berbagai peralatan penyadapan mutakhir dari
Press.
perusahaan Gamma TSE sebesar $6,7 juta Akamai Technologies. (2014). Akamai's [
dollar. Sebagai bagian dari program state of internet ] (Vol. 6). Akamai
pemerintah untuk memodernisasi alur sista. Technologies.
Berbagai pembelian peraltan ini dapat menjadi Alkire, S. (2003). A Conceptual Framework
ancaman terhadap penduduk Indonesia for Human Security. Oxford: Centre
for Research on Inequality, Human
mengingat belum adanya peraturan
Security and Ethnicity, CRISE.
komprehensif yang mengatur mengenai Baezner, M., & Robin, P. (2018). Trend
penyadapan yang menggunakan peralatan jenis Analysis: Cyber Sovereignty and Data
tersebut, yang dapat melindungi hak asasi Sovereignty. Zürich: Center for
manusia (ELSAM & Privacy International, Security Studies (CSS).
2016, hal. 5) . Betts, J., & Sezer, S. (2014). Ethics and
Privacy in National Security and
Critical Infrastructure Protection.
KESIMPULAN School of EEECS Queen University
Tidak adanya peraturan yang komprehensif Belfast.
untuk melindungi berbagai jenis data pribadi, Betz, D. J., & Stevens, T. (2011). Cyberspace
membuat berbagai perusahaan teknologi asing and The State: Toward a Strategy for
dapat melakukan eksploitasi data secara bebas. Cyber-Power. Abingdon: Routledge.
Buzan, B. (1983). People, States and Fear.
Hal ini terjadi karena tidak adanya sanksi yang
Sussex: Wheatsheaf Book.
mengatur hubungan diantara negara dengan
perusahaan asing. Sehingga, negara tidak

236
Padjadjaran Journal of International Relations
e-ISSN: 2684-8082 Vol. 1 No. 3, Januari 2020 (218-239) doi: 10.24198/padjir.v1i3.26194

Buzan, B. (2004). A Reductionist, Idealistic tech-companies-in-government-


Notion that Adds Little Analytical surveillance/
Value. Security Dialogue, 369-370. Indotelko. (29 Desember 2016). Indonesia
China Briefing. (2017, Juli 26). Establishing a sudah miliki aturan soal perlindungan
Data Center in China. Diakses pada Data Pribadi. Diakses pada 13 April
Mei 14, 2019, dari china-briefing.com: 2019 dari indotelko.com:
https://www.china- https://www.indotelko.com/kanal?c=id
briefing.com/news/setting-shop-guide- &it=indonesia-perlindungan-data-
chinas-data-centers/ pribadi
Choucri, N. (2013, Oktober 13-15). Co- International Telecommunication Union.
Evolution of Cyberspace and (2017). Global Security Index 2017.
International Relations: New International Telecommunication
Challenges for the Social Sciences. Union.
Explorations in Cyber International Johns, L. (2014, Juli 5). Evaluation of the
Relations. Massachussetts Institute of Concept of Human Security. Diakses
Technology. pada 24 September 2018, dari e-
Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN. (2018, ir.com: https://www.e-
Agustus). ASEAN GOES DIGITAL. ir.info/2014/07/05/a-critical-
Masyarakat ASEAN. evaluation-of-the-concept-of-human-
Elias, J., & Sutch, P. (2007). International security/
Relations: The Basic (Vol. III). New Klein, S. (23 November 2015). The Data Is in
York, New York: Routledge. the Details: Cross-Border Data Flows
ELSAM & Privacy International. (2016). The and the Trans-Pacific Partnership.
Right to Privacy in the Indonesia. Diakses pada 25 Desember 2018, dari
Stakeholder Report Universal thediplomat.com:
Periodic Review : 27 th Session – https://thediplomat.com/2015/11/the-
Indonesia, (hal. 9). data-is-in-the-details-cross-border-
Fischer, E. A. (2016). Cybersecurity Issues data-flows-and-the-trans-pacific-
and Challenges: In Brief. partnership/
Congressional Research Service. Lubis, M., & Zulhuda, S. (2013). A guideline
Friedman, T. L. (2005, April 3). It's a Flat to Enforce Privacy and Data
World, After All. Diakses pada Protection Regulation in Indonesia.
September 15, 2018, dari South East Asia journal of
nytimes.com: Contemporary Business, Economic
https://www.nytimes.com/2005/04/03/ and Law, 2(3), 56-63.
magazine/its-a-flat-world-after- M.Shaw, T., J.MacLean, S., & R.Black, D.
all.html (2006). Introduction: A Decade of
Gasper, D., & Gómez, O. A. (2015). Human Human Security: What Prospects for
Security Thinking in Practice - Global Governance and New
‟Personal Security‟, „Citizen Security‟, Multilaterisms. In T. M.Shaw, S.
Comprehensive Mappings. J.MacLean, & D. R.Black, A Decade
Contemporary Politics. of Human Security : Global
Hampson, F. O., Daudelin, J., Hay, J., Reid, Governance and New Multilateralisms
H., & Martin, T. (2002). Madness in (hal. 3-18). Burlington: Ashgate.
the Multitude: Human Security and Martin, M., & Owen, T. (2014). Introduction.
World Disorder. Don Mills: Oxford In M. Martin, T. owen, M. Martin, &
University Press Canada. T. owen (Eds.), Routledge Handbook
Harvard Law Review. (2019, Maret 14). of Human Security (hal. 1- 13). New
Harvard Law Review. Diakses pada York: Routledge.
Mei 13, 2019, dari Mcgrew, A. (2014). Globalization and global
harvardlawreview.org: politics. In J. Baylis, S. Smith, & P.
https://harvardlawreview.org/2018/04/ Owens, The Globalizatio of World
cooperation-or-resistance-the-role-of- Politics : An introduction to
international relations.

237
PERLINDUNGAN DATA PERSONAL SIBER DI INDONESIA
Wisnu Handi Prabowo, Satriya Wibawa, Fuad Azmi

Mercer, E. (2019). What is an Internet Data Waters, M. (1995). Globalization (II ed.). New
Center Server & How Does It Work?. York: Routledge.
Diakses pada 13 Mei 2019, dari Working Party. (2014). Opinion 05/2014 on
chron.com: Anonymisation Techniques. Diunduh
https://smallbusiness.chron.com/intern dari
et-data-center-server-work-60422.html https://www.pdpjournals.com/docs/88
Nugraha, Y., Roberts, T., Brown, I., & 197.pdf
Sastrosubroto, A. S. (2016). The
Future of Cyber Security Capacity in
Indonesia. The University of Oxford
I
for the Oxford Internet Institute. Berdasarkan wawancara dengan Satriyo
Palupy, H. E. (2011). PRIVACY AND DATA Wibowo selaku konsultan di Kementerian
PROTECTION : INDONESIA Komunikasi dan Informatika pada 13 Februari
LEGAL. Tilburg. 2019.
Privacy International. (2019). A Guide for
Policy Engagement: The Keys to Data. II
Privacy International. Diunduh dari Berdasarkan wawancara dengan Slamet
Budihardjo selaku ketua ID-CERT pada 14
https://privacyinternational.org/sites/d Februari 2019.
efault/files/2018- III
Berdasarkan wawancara dengan Ashwin
09/Data%20Protection%20COMPLET Sastrosubroto selaku Dirjen Aplikasi
E.pdf Informatika Kementerian Komunikasi dan
Rudiantara. (22 Januari 2016). Ketika UU Informasi pada 6 Mei 2019.
IV
ITE Menjadi Momok Masyarakat. Berdasarkan korespondensi melalui email
Dipetik from tirto.id: dengan Onno W. Purbo selaku Dosen
https://tirto.id/ketika-uu-ite-menjadi- Universitas Fakultas Ilmu Institut Informatika
momok-masyarakat-ct. dan Bisnis Darmajaya. pada 9 Februari 2019.
Schünemann, W. J., & Baumann, M.-O.
(2017). Privacy, Data Protection and
Cybersecurity. Springer.
Sen, J. (2016). Security and Privacy Issues in
Cloud Computing. NHSM Knowledge
Campus.
Shinoda, H. (2004). The Concept of Human
Security: Historical and Theorical
Implications. IPSHU English
Research Report Series No. 19, 5-22.
Singer, P., & Friedman, A. (2014).
Cybersecurity and Cyberwar : What
Everyone Needs to Know? New York:
Oxford University Press.
Tadjbakhsh, S., & Chenoy, A. M. (2007).
Human Security : Concept and
implications. New York: Routledge.
Tristianty, D., & Fauzi, M. (14 November
2017). Penempatan Server di Dalam
Negeri Jamin Kedaulatan Data.
Diakses pada 14 April 2019, from
validnews.co:
https://www.validnews.id/upper?q=LI
MBUNG%20BERDAULAT%20DI%
20DUNIA%20MAYA
W.Creswell, J. (2009). Research design:
qualitative, quantitative, and mixed
methods. Los Angeles: Sage.

238
Padjadjaran Journal of International Relations
e-ISSN: 2684-8082 Vol. 1 No. 3, Januari 2020 (218-239) doi: 10.24198/padjir.v1i3.26194

BIOGRAFI
Wisnu Handi Prabowo adalah mahasiswa
Program Studi Hubungan Internasional, fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Padjadjaran angkatan 2015. Memiliki ketertarikan
(area of interest) dalam mempelajari pengaruh
keamanan siber terhadap keamanan non-
tradisional.
Satriya Wibawa adalah dosen Program Studi
Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran. Memiliki
ketertarikan dalam mengkaji Keamanan Non-
tradisional.
Fuad Azmi adalah dosen Program Studi Hubungan
Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Padjadjaran. Memiliki
ketertarikan dalam mengkaji Ekonomi Politik
Global

239

Anda mungkin juga menyukai