Anda di halaman 1dari 13

JURNAL

PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP KOSA KATA


ANAK USIA 5 – 6 TAHUN

DISUSUN OLEH

1. Mutiara Azzahra 1811250062


2. Dona Maiza 1811250071
3. Ririn Dwi Putri 1811250042

Dosen Pembimbing:
Nofiyanti, M.Pd

PRODI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU
2020/2021
PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP KOSA KATA
ANAK USIA 5 – 6 TAHUN

ABSTRAK
Metode bercerita merupakan metode untuk mengembangkan kemampuan berbahasa
anak, sedangkan fungsi bercerita adalah membantu perkembangan kemampuan bahasa anak
dengan menambah perbendaharaan kosakata, mengucapkan kata-kata, melatih merangkai
kalimat yang sesuai dengan tahap perkembangannya. Metode bercerita dipilih penulis
karena metode bercerita memiliki keutamaan antara lain mengkomunikasikan nilai-nilai
budaya, mengkomunikasikan nilai-nilai sosial, mengkomunikasikan nilai-nilai agama,
membantu mengembangkan fantasi anak, membantu mengembangkan kognitif anak dan
membantu mengembangkan bahasa anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana penggunaan metode bercerita dapat meningkatkan kemampuan kosakata anak usia 5-6
tahun.
Kata Kunci: Metode Bercerita, Kosa Kata

ABSTRACK
The storytelling method is used to develop children's language skills, while the function
of storytelling is to help develop children's language skills by adding vocabulary to
vocabulary, using words, training designing denhap, training developing sentences. The
storytelling method was chosen by the writer because the storytelling method has virtues,
among others, communicating cultural values, communicating social values, communicating
religious values, helping to develop children's fantasies, helping to develop, helping to
develop and helping. This study aims to see to what extent the use of storytelling methods can
improve the vocabulary skills of children aged 5-6 years.
Keywords: Storytelling Method, Vocabulary

PENDAHULUAN
Anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat, bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan. Anak
usia dini memiliki rentang usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya karena
perkembangan kecerdasannya sangat luar biasa. Usia tersebut merupakan fase kehidupan
yang unik, dan berada pada masa proses perubahan berupa pertumbuhan, perkembangan,
pematangan dan penyempurnaan, baik pada aspek jasmani maupun rohaninya yang
berlangsung seumur hidup, bertahap dan berkesinambungan.1
Anak belajar bahasa untuk pertama kalinya adalah sejak lahir. Bayi yang baru lahir
hanya bisa menangis untuk mengungkapkan sesuatu kepada orang dewasa. Melalui tangisan
1
Mulyasa, Praktek Penelitian Tindakan Kelas, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h.16
itulah bayi mengungkapkan bahasanya yaitu bahasa bayi. Misanya ketika bayi lapar,
ngompol, ataupun merasa tidak nyaman ia akan menangis sebagai bahasanya. Metode
merupakan cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh
karena itu, dalam memilih suatu metode yang akan dipergunakan dalam program kegiatan
anak di taman kanak- kanak harus mempunyai alasan yang kuat dan faktor-faktor yang
mendukung pemilihan metode tersebut. Menurut Moeslichatoen metode merupakan bagian
dari strategi kegiatan.2 Pendapat lain juga dikatakann oleh Fadillah bahwa metode adalah
suatu cara kerja yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan dalam mencapai
suatu tujuan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas peneliti menarik kesimpulan bahwa
metode adalah suatu cara yang digunakan oleh seseorang dalam suatu kegiatan baik itu dalam
proses pembelajaran ataupun di luar kegiatan proses pembelajaran untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Contohnya ketika dalam proses pembelajaran dalam mengembangkan
kemampuan kosakata anak, jadi disini guru harus bisa memilih metode yang tepat dalam
proses pembelajaran yang hendak dilaksanakan demi tercapainya tujuan pembelajaran itu
sendiri.
Dengan bercerita pendengaran anak dapat difungsikan dengan baik untuk membantu
kemampuan bercerita, denga menambah perbendaharaan kosa kata, kemampuan
mengucapkan kata-kata, melatih merangkai kalimat sesuai dengan tahap perkembanganya,
selanjutnya anak dapat mengekspresikannya melalui bernyanyi, bersyair, menulis ataupun
menggambar sehingga pada akhirnya anak mampu membaca situasi, gambar, tulisan atau
bahasa isyarat.
Menurut Cendekia Metode bercerita adalah metode yang sangat baik dan disukai oleh
jiwa manusia karena memiliki pengaruh yang menakjubkan untuk dapat menarik perhatian
pendengar dan membuat seseorang bisa mengingat kejadian- kejadian dalam sebuah kisah
dengan cepat. Pendapat lain dikemukakan oleh Moeslichatoen bahwa metode bercerita
merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan
cerita kepada anak secara lisan.3 Cerita yang digunakan harus menarik, dan mengundang
perhatian anak dan tidak terlepas dari tujuan pendidikan bagi anak TK Dalam pendidikan
pemilihan metode yang sesuai sangat diperlukan, sebab dapat berpengaruh dalam mencapai

2
R Moeslichatoen, Metode Pengajaran Di Taman Kanak – Kanak, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2004),
h.7
3
Ibid, h.157.
keberhasilan pembelajaran. Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan pada
taman kanak- kanak salah satunya adalah metode bercerita.
Dengan metode bercerita bisa membuat kemampuan kosakata anak lebih meningkat ,
peserta didik menjadi lebih aktif, lebih paham, dan bisa menguasai bahan pembelajaran yang
telah diberikan oleh guru tadi dengan baik. Menurut Munandar kemampuan merupakan daya
untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.4 Sedangkan
menurut Robin kemampuan merupakan suatu kapasitas berbagai tugas dalam suatu pekerjaan
tertentu. Dengan demikian, dari beberapa pendapat diatas dapat dipahami bahwa kemampuan
merupakan suatu daya atau kesanggupan dalam diri setiap individu dimana daya ini
dihasilkan dari pembawaan dan juga latihan yang mendukung individu dalam menyelesaikan
tugasnya.
Kemampuan potensial dalam bidang bahasa dapat diukur melalui pengetahuan
kosakata. Kemampuan kosakata anak dapat berkembang seiring dengan tahapan
perkembangan dan pengalamanya ketika berinteraksi dengan orang lain. Menurut Tarigan
semakin kaya kosakata yang dimiliki, semakin besar pula keterampilan seseorang dalam
berbahasa.5

PEMBAHASAN
A. Kosa Kata
Kosakata merupakan salah satu bagian terpenting dari bahasa, menurut Adisumarto
kosakata sama dengan leksikon, leksikon di sini diartikan sebagai perbendaharaan kata
dalam suatu bahasa, untuk itu kemampuan kosakata anak merupakan penentu anak
dalam memahami kata-kata dalam berbahasa.6 Menurut Zuchdi kemampuan kosakata
adalah kemampuan anak untuk mengenal, memahami, dan menggunakan kata-kata
dengn baik dan benar, selain itu kosa kata mempunyai peranan penting dalam kehidupan
sehari-hari.7 Nurgiyantoro menyebutkan bahwa kosa kata merupakan alat utama yang
harus dimiliki anak sebab kosakata berfungsi untuk membentuk kalimat serta
mengutrakan isi pikiran dan perasaan.8
B. Pengertian Metode Bercerita
4
Muhammad Sunaryanto, Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia 5-6 Tahun Dengan
Media Poster Di TK Aba Wonotingal Poncosari Srandakan Bantul Yogyakarta, Jurnal Mahasiswa Prodi Pg Paud
Edisi 4 Tahun Ke 4 2015, h.7.
5
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Keterampilan Bahasa, (Bandung: Angkasa, 2011), h.2.
6
Adisumarto Mukidi, Bahasa Baik dan Benar merupakan Ciri Utama Seorang Pendidik, (Jogjakarta:
IKIP FPBS, 1984), h.43.
7
Zuchdi, Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca: Peningkatan Pemahaman Bacaan
(terjemahan), (Yogyakarta: FPBS IKIP Yogyakarta, 1995), h.37.
Metode berarti cara. Metode merupakan cara melakukan kegiatan dengan
menggunakan fakta atau konsep-konsep secara sistematis. Pengertian metode adalah cara
penyajian bahan / pengorganisasian kegiatan belajar mengajar. Pengertian lain dari
metode adalah cara penyampean suatu bahan pengembangan / kemampuan tertentu. 9
Sedangkan cerita adalah pelajaran penuh makna yang memegang peran penting dalam
sosialisasi nilai-nilai baru pada anak. Menurut Piaget dalam “Sejak lahir hingga dewasa
pikiran anak berkembang melalui jenjangjenjang priode sesuai dengan tingkatan
kematangan anak itu secara keseluruhan dengan interaksiinteraksinya dengan
lingkunganya.10
Untuk meningkatkan kosakata yang dimiliki anak banyak sekali metode yang
dapat dilakukan oleh guru sebagai pendidik. Pemilihan metode yang tepat dapat
menjadi penentu keberhasilan perkembangan pada anak khususnya kemampuan
berbahasa dan dalam hal ini adalah kosakata yang dimiliki anak. Metode-metode
tersebut digunakan sebagai acuan kegiatan yang dapat meningkatkan
kemampuan berbahasa anak, salah satu metode yaitu metode bercerita. Menurut
Moeslichatoen metode bercerita meruakan salah satu pemberian pengalaman belajar
bagi anak dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Metode bercerita
dilaksanakan dalam upaya memperkenalkan, memberikan keterangan atau penjelasan
tentang hal baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat
mengembangkan berbagai kompetensi dasar anak.11
Frunner mengungkapkan tujuan metode cerita bagi anak adalah agar anak mampu
mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang disampaikan orang lain, anak dapat
bertanya apabila tidak memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan, selanjutnya
dapat melatih daya konsentrasi, mendengarkan, membangun pemahaman,
mengungkapkan apa yang dipahaminya dan mengekspresikan terhadap apa yang
didengarkan dan diceritakannya. Metode bercerita merupakan kegiatan menuturkan
suatu informasi tentang suatu hal baik kejadian nyata atau hanya rekaan yang
didalamnya terdapat pesan moral yang ingin disampaikan. Pada prinsipnya menurut
Cobran Smith dalam Solehudin manfaat metode bercerita adalah untuk

8
Burhan Nurgiyantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, (Yogjakarta: BPFE,
2001), h.166.
9
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1994), h.14.
10
Dhieni, Nurbiana, dkk, Metode Pengembangan Bahasa, (Jakarta : Pusat. Penerbitan Universitas
Terbuka, 2008), h.6.
11
R Moeslichatoen, Metode Pengajaran Di Taman…”, h.157.
mengembangkan kemampuan dasar anak dalam semua aspek bahasa yaitu
mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.12
C. Manfaat Metode Becerita Pada Anak Usia 5-6 Tahun
Menurut Dhieni, dkk Beberapa metode bercerita bagi anak yaitu:13
1. Melatih daya serap atau daya tangkap anak, Artinya anak dapat dirangsang untuk
mampu memahami isi dalam cerita tersebut.
2. Melatih daya konsentrasi anak untuk memusatkan perhatiannya kepada keseluruan
cerita tersebut.
3. Mengembangkan daya imajinasi anak. Dengan bercerita daya fantasi anak dapat
membayangkan sesuatu yang berada diluar jangkauan indranya, ini berarti
membantu mengembangkan wawasan anak dan bersifat fantastik.
4. Bercerita memberikan pengalaman belajar untuk melatih mendengarkan/
pendengaran.
5. Membantu perkembangan kemampuan bahasa anak dalam hal berkomunikasi.
6. Bercerita untuk menanamkan kepada anak tentang kejujuran, keramahan, ketulusan,
kebenaran dan perilaku yang positif.
D. Fungsi Metode Bercerita Pada Anak Usia 5-6 Tahun
Menurut Tampubolon, ”Bercerita kepada anak memainkan peran penting bukan
saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca, tetapi juga dalam
mengembangkan kemampuan berbahasa dan pikiran anak. Fungsi kegiatan bercerita
adalah membantu perkembangan kemampuan bahasa anak dengan menambah
perbendaharaan kosakata, mengucapkan kata-kata, melatih merangkai kalimat sesuai
dengan tahap perkembangannya. Kemampuan tersebut adalah hasil dari proses
menyimak dalam tahap perkembangan.14

Menurut Depdiknas, fungsi perkembangan bahasa bagi anak usia dini adalah:15
1. Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan.
2. Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak.
3. Sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak.
4. Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikir kepada orang lain
12
M.Solehuddin, Konsep Dasar Pendidikan Pra Sekolah, (Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan UPI,
2000), h.74
13
Nurbiana Dhieni dkk, Metode Pengembangan Bahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), h.66
14
Ibid, h.67
15
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana Prenada. Media Group, 2011),
h.81
Tadkiroatun Musfiroh, mengemukakan bahwa ”Bercerita dapat:
1. Membantu pembentukan pribadi dan moral anak
2. Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi
3. Memacu kemampuan verbal anak
4. Merangsang minat menulis anak
5. Merangsang minat baca anak
6. Membuka cakrawala pengetahuan anak”.
Menurut Bachri S Bachtiar, ”Bercerita dapat memperluas wawasan dan cara
berfikir anak, sebab dalam bercerita anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi
merupakan hal baru baginya”.
E. Strategi Penyampaian Cerita Untuk Anak
Upaya guru dalam menyajikan cerita perlu mendapat perhatian untuk menyajikan
cerita yang mudah dan menyenangkan bagi anak. Ada beberapa strategi yang dapat
digunakan dalam metode bercerita. Menurut Nur Mustakim ada beberapa strategi dalam
menyampaikan cerita untuk anak, strategi tersebut antara lain :16
1. Strategi Storytelling
Penceritaan cerita atau perihal menceritakan cerita yang disampaikan oleh
guru. Penceritaan sudah lama dilaksanakan guru karena beberapa manfaat yang
dapat diambil. Misalnya pada saat anak bermain dengan binatang kesayangannya
atau pada saat menjelang tidur oleh orang tua mengadakan kegiatan storytelling. Di
Taman Kanak-Kanak guru membahas tema-tema tertentu dengan metode
penceritaan. Aktivitas storytelling memberi kontribusi dalam memahami cerita dan
memberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa atau
keterampilan berbicara anak. Media yang dapat digunakan untuk membantu
storytelling antara lain flannel board, bonekaboneka, dan objek benda-benda visual.
Strategi storytelling merupakan strategi penyampaian cerita yang disampaikan
guru kepada anak-anak dengan metode penceritaan. Anak-anak mendengarkan cerita
dari awal hingga akhir cerita. Guru dapat menggunakan media yang dapat digunakan
untuk membantu storytelling, seperti flannel board, boneka-boneka, dan objek
benda-benda visual. Penggunaan media tersebut dapat memudahkan anak untuk
memahami isi cerita yang disampaikan guru. Strategi storytelling ini dapat
menstimulasi keterampilan berbicara anak. Saat guru bercerita, anak-anak

16
Muh. Nur Mustakin, Peranan Cerita Dlm Pembentukan PerkembanganAnak TK, (Jakarta: Depdiknas,
2005), h.171
mendengarkan dengan penuh perhatian dan guru dapat menanyakan beberapa
pertanyaan terkait dengan isi cerita tersebut. Anak juga dapat langsung mengulang
cerita yang disampaikan guru dengan kalimat sederhana yang dipahami oleh anak.17
Selain strategi storytelling, menurut Nur Mustakim strategi penceritaan
kembali juga merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan untuk
menyampaikan cerita pada anak.18 Media yang dapat digunakan guru antara lain
gambar dan boneka.19
2. Strategi Penceritaan Kembali
Kegiatan anak setelah anak memahami cerita dan menceritakan kembali isi
cerita. Ada tiga hal yang diharapkan dari kegiatan ini. Pertama, anak mampu
menyusun kembali cerita yang disimak dari proses penceritaan. Kedua, anak
terampil menggunakan bahasa lisan melalui kegiatan berbicara produktif. Ketiga
anak terampil mengekspresikan perilaku dan dialog cerita dalam simulsi kreatif.
Media yang dapat digunakan guru untuk membantu proses bercerita antara lain
menggunakan buku cerita bergambar, bonekaboneka, atau flannel board.
Strategi penceritaan kembali meningkatkan keterampilan berbicara melalui
pengulangan cerita yang dilakukan oleh anak. Setelah guru bercerita, anak diminta
untuk menyampaikan cerita kembali seperti cerita yang telah disampaikan guru.20
Bahasa yang digunakan anak untuk bercerita menunjukkan penguasaan kosakata
yang dimiliki oleh anak, sehingga dapat menstimulasi keterampilan berbicara anak.
3. Strategi Simulasi Kreatif
Upaya guru untuk menstimulasi anak-anak mengambil peran dalam bercerita
baik dengan alat peraga atau kerangka skema. Simulasi kreatif itu bermakna sesuai
dengan prinsip meniru perilaku tokoh apakah tokoh itu terdapat dalam cerita atau
tokoh dikenal anak dari lingkungan.
Strategi simulasi kreatif merupakan upaya guru untuk menstimulasi anak-anak
mengambil peran dalam bercerita. Simulasi kreatif itu bermakna sesuai dengan
prinsip meniru perilaku tokoh apakah tokoh itu terdapat dalam cerita atau tokoh
dikenal anak dari lingkungan. Anak dilibatkan menjadi tokoh dalam cerita yang
sudah diskenario oleh guru atau dapat juga anak-anak bercerita sesuai dengan
keinginan mereka ingin menjadi tokoh yang dikenal anak dari lingkungan.
17
Ibis, h.175
18
Ibid, h.187
19
Ibid, h.192
20
Ibid, h.190
Strategi ini juga dapat menstimulasi keterampilan berbicara anak, karena anak
dilatih untuk berkomunikasi secara lisan baik dengan arahan guru maupun dari
perbendaharaan kosakata yang dimiliki oleh anak tersebut. Dalam penelitian ini,
anak-anak tidak diminta untuk mengulang cerita dari guru melainkan anak
memberikan tanggapan yang selaras dengan perintah dengan menjawab pertanyaan
sederhana apa, siapa, mengapa, dan dimana yang berkaitan dengan isi cerita guru.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa strategi dalam
menyampaikan cerita kepada anak terdapat tiga macam, yaitu strategi storytelling,
penceritaan kembali, dan simulasi kreatif. Strategi-strategi dalam penyampaian cerita
tersebut dapat digunakan untuk guru untuk memudahkan menyampaikan isi cerita dan
mengembangkan keterampilan berbicara pada anak.
F. Teknik Bercerita Oleh Guru
Untuk Anak Untuk melaksanakan pembelajaran dengan metode bercerita maka
guru harus memahami teknik-teknik dalam penyajian cerita. Teknik-teknik penyajian
cerita menurut Moeslichatoen, dalam buku Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak
antara lain :21
1. Membaca langsung dari buku
Teknik bercerita dengan langsung menggunakan buku akan sangat bagus
ketika guru menyampaikan dengan bahasa yang memiliki puisi atau prosa yang
sesuai dibacakan kepada anak TK.
2. Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku
Anak-anak akan lebih memusatkan perhatian ketika buku yang diperlihatkan
oleh mereka memiliki tulisan yang lebih sedikit dan adanya gambar yang lebih
mencolok sehingga anak akan tertarik mendengarkan cerita.
3. Bercerita dengan papan flanel
Tokoh-tokoh cerita diperankan dengan menempelkan gambar tokoh yang
dapat dikreasi guru sendiri di atas sebuah papan yang dilapisi kain flanel.
4. Bercerita dengan menggunakan media boneka
Pemilihan bercerita dengan menggunakan boneka akan tergantung dengan
usia, pengalaman, dan cerita yang dibawakan. Boneka yang dibuat masing-masing
menunjukkan perwatakan pemegang peran tertentu.
5. Bercerita sambil memainkan jari-jari tangan

21
Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1995), h.159
Bercerita sambil memainkan jari-jari tangan yaitu menggerakan tangan
sesuai dengan isicerita. Misalkan, merentangkan lima jari tangan, membentuk
bulatan ibu jari dan telunjuk, atau membentuk bulatan dengan kedua ibu jari dan
telunjuk. Gerakan-gerakan tersebut dilakukan guru sambil bercerita agar anak
tertarik mendengarkan cerita.
Sementara itu, teknik penyajian cerita yang dilakukan guru menurut Tadzkiroatun
diperlukan beberapa persiapan, mulai dari penyiapan tempat, penyiapan alat peraga,
hingga penyajian cerita. Lebih lanjut Tadzkiroatun menjelaskan beberapa hal yang
termasuk dalam teknik penyajian cerita yang dilakukan guru antara lain:22
1. Memilih dan mempersiapkan tempat
Kegiatan bercerita dapat dilakukan di mana pun asal memenuhi kriteria
kebersihan, keamanan, dan kenyamanan. Jika jumlah anak sedikit, bercerita dapat
dilakukan di berbagai tempat, seperti di teras, di kelas, di bawah pohon, di ruang
tamu, di kebun binatang, dan lain-lain. Apabila jumlah anak relatif banyak sebaiknya
dipilih tempat yang lebih luas. Ruang kelas merupakan tempat yang paling
representatif. Jika jumlah anak tidak terlalu banyak, penataan dapat dilakukan
dengan melingkar, mengelilingi guru. Apabila ruangan yang disediakan relatif besar
dan jumlah anak relatif banyak, tempat ditata semi melingkar, setengah oval,
separuh empat persegi panjang dan bentuk U.
2. Bercerita dengan alat peraga
Bercerita dilakukan dengan berbagai alat bantu disebut bercerita dengan alat
peraga. Beberapa alat peraga yang dapat digunakan antara lain buku, gambar, papan
panel, boneka, dan film bisu.
3. Bercerita tanpa alat peraga Bercerita tanpa alat peraga disebut juga bercerita secara
langsung. Bercerita tanpa alat peraga ini sangat mengandalkan kualitas suara,
ekspresi wajah, serta gerak tangan dan tubuh.
4. Mengekspresikan karakter tokoh
Karakter tokoh dapat diekspresikan dengan berbagai cara, antara lain melalui
ekspresi visual (raut muka, mulut, mata, tangan) dan karakter ekspresi suara. Dari
pengekspresian ini dapat diketahui ciri-ciri tokoh seperti sifat-sifat tokoh, perasaan,
dan emosi tokoh. Ada dua karakter dasar tokoh, yakni karakter baik dan karakter
buruk.
5. Menirukan bunyi dan karakter suara
22
Tadkiroatun Musfiroh, Cerdas Melalui Bermain, (Jakarta: Grasindo, 2008), h.119
Yang dimaksud dengan bunyi dalam tulisan ini adalah bunyi esensial yang
tidak memiliki makna secara linguistik. Bunyi binatang, bunyi benda jatuh, bunyi
ledakan, dan bunyi tabrakan dikategorikan sebagai ‘bunyi’ dalam arti ini. Walaupun
tidak memiliki makna linguistik, bunyi-bunyi itu memiliki arti penting dalam cerita.
Bunyi-bunyi itu memberikan gambaran sebuah peristiwa, memberikan informasi
tokoh fabel apa yang sedang berbicara dan bagaimana tokoh mulai berbicara.
6. Menghidupkan suasana cerita
Ada berbagai macam teknik untuk menghidupkan suasana cerita antara lain
dengan mengoptimalkan dialog tokoh-tokoh cerita, membangkitkan humor di sela-
sela cerita, melibatkan anak dalam cerita melalui pertanyaan dan teguran. Dapat pula
dengan memanfaatkan alat bantu yang tersedia secara optimal, dan berolah suara
sehingga membangkitkan minat dan semangat anak untuk terus menyimak karena
cerita tampil memikat.
G. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita
Selain itu metode bercerita juga memiliki kelebihan dan kekurngan. Kelebihan
dan kekurangan metode bercerita menurut Sadiman yaitu :23
1. Kelebihan Metode Bercerita
Kelebihannya antara lain :
a. Dapat menjangkau jumlah anak yang relatif lebih banyak.
b. Waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efesian.
c. Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana.
d. Guru dapat menguasai kelas dengan mudah.
2. Kekurangan Metode Bercerita
Kekurangannya, antara lain :
a. Anak didik menjadi pasif, karena lebih banyak mendengarkan atau menerima
penjelasan dari guru.
b. Kurang merangsang perkembangan kreativitas dan kemampuan anak untuk
mengutarakan mendapatnya.
c. Daya tangkap atau serap anak didik berbeda dan masih lemah sehinnga sukar
memahami tujuan pokok isi cerita

DAFTAR REFERENSI:

23
Arief S. Sadiman, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta:
Rajawali Pres, 2009), h.31
Depdikbud. (1998). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Dhieni, Nurbiana dkk. (2005). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas. Terbuka.
Moeslichatoen. (1995). Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran Di Taman Kanak – Kanak. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya.
M. Solehuddin. (2000). Konsep Dasar Pendidikan Pra Sekolah. Bandung: Fakultas Ilmu
Pendidikan UPI.
Mukidi, Adisumarto.(1984). Bahasa Baik dan Benar merupakan Ciri Utama Seorang
Pendidik. Jogjakarta: IKIP FPBS.
Mulyasa. (2012). Praktek Penelitian Tindakan Kelas.  Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Musfiroh, Tadkiroatun. (2008). Cerdas Melalui Bermain. Jakarta: Grasindo.
Mustakim, Muh. Nur. (2005). Peranan Cerita Dlm Pembentukan PerkembanganAnak TK.
Jakarta: Depdiknas.
Nurbiana, Dhieni, dkk. (2008). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta : Pusat. Penerbitan
Universitas Terbuka.
Nurgiyantoro, Burhan. (2001). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Yogjakarta: BPFE.
Sadiman, Arief S. (2009). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan.
Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pres. 
Sunaryanto, Muhammad. 2015. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia 5-6
Tahun Dengan Media Poster Di TK Aba Wonotingal Poncosari Srandakan Bantul
Yogyakarta, Jurnal Mahasiswa Prodi Pg Paud Edisi 4 Tahun Ke 4.
Susanto, Ahmad. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana. Prenada. Media
Group.
Tarigan, Henry Guntur. (2011). Menyimak Sebagai Keterampilan Bahasa. Bandung:
Angkasa.
Zuchdi. (1995). Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca: Peningkatan Pemahaman
Bacaan (terjemahan). Yogyakarta: FPBS IKIP Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai