PENDAHULUAN
1
penyakit, yang ditularkan terutama lewat hubungan sex, baik dengan lawan
jenis maupun dengan sesame jenis.
Ada 25 jenis kuman penyebab infeksi menular seksual (IMS) berupa
bakteri, virus, jamur, dan parasite. HIV/AIDS ini juga termasuk kedalam
penyakit infeksi menular seksual (IMS). Penyakit ini juga termasuk penyakit
kelamin atau disebut juga penyakit kotor. Infeksi menular seksual ini juga
dapat menyerang tubuh lain, seperti mata, hati, dan juga otak
Individu bisa saja terkena infeksi menular seksual meskipun hanya satu
kali melakukan hubungan seks yang tidak aman. Hubungan seks tidak aman
adalah hubungan seks yang dilakukan tanpa pengaman (kondom) dengan
pasangan yang telah tertular penyakit menular tersebut.
Ada beberapa jenis penyakit IMS ini, diantaranya: Gonore (kencing
nanah), radang saluran kencing, sifilis (penyakit raja singa), herpes kelamin
dan kutil (jengger ayam) pada alat kelamin.
Dengan segala pertimbangan dan alasan inilah saya selaku pelajar dan
selaku generasi penerus bangsa akan mengajak semua masyarakat untuk
memperhatikan bahaya dari penyakit ini oleh karena itu, saya membahasnya
dalam Karya Tulis Ilmiah ini dan mengangkat judul "DAMPAK HIV/AIDS
TERHADAP KEHIDUPAN MANUSIA".
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, penulis mengambil
beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Apa itu penyakit HIV/AIDS?
2. Bagaimana cara pencegahan HIV/AIDS?
3. Apa saja dampak penyakit HIV/AIDS terhadap kesehatan?
2
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui penyakit HIV/AIDS.
2. Mengetahui cara pencegahan HIV/AIDS.
3. Mengetahui dampak dari penyakit HIV/AIDS Terhadap Kesehatan.
D. Manfaat Penulisan
Setiap yang ada di dunia ini pasti memiliki manfaat. Begitu pun dengan
karya tulis ini, diantaranya memiliki manfaat dari aspek teoritis dan
praktisnya.
Dari aspek teoretis, penulis berharap bahwa karya tulis ini dapat menjadi
sebuah wawasan baru bagi para pembaca dan khususnya diri penulis sendiri
untuk mengetahui bahayanya penyakit HIV/AIDS.
Sedangkan dari aspek praktis, penulis berharap bahwa karya tulis ini dapat
bermanfaat umumnya bagi semua pembaca dan khususnya diri penulis sendiri
sebagai bekal untuk dapat menghindari diri dari segala sesuatu yang bisa saja
menyebabkan penyakit HIV/AIDS.
E. Metode Penulisan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi V, metode berarti “cara
teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai
sesuai dengan yang dikehendaki”.
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah
metode deskriptif analitik. Metode Deskriptif Analitik adalah suatu cara
penulisan lebih mudah dipahami dengan menggambarkan apa adanya sesuai
yang diamati. Dalam buku Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah (2020: 23)
disebutkan bahwa metode ini digunakan karena “merupakan suatu bentuk
penelitian yang paling dasar yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran
tentang masalah yang diangkat dalam penulisan karya tulis ilmiah tersebut
secara mendalam”.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian HIV/AIDS
AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini,
kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya. Sampai
saat ini belum ada obat untuk menangani HIV dan AIDS. Akan tetapi, ada
obat untuk memperlambat perkembangan penyakit tersebut, dan dapat
meningkatkan harapan hidup penderita.
4
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah merupakan penyakit
yang timbul akibat defisiensi imunitas tubuh. Ditandai dengan timbulnya
serangkaian infeksi dan serangan berbagai penyakit terhadap tubuh, tanpa
adanya pertahan dan kekebalan tubuh sehingga daya tahan tubuh menurun
drastis. Penyakit AIDS disebabkan oleh infeksi virus HIV.
5
2. Penyebaran HIV/AIDS
Cara penyebaran HIV/AIDS diantaranya adalah:
a. Hubungan Intim
Penularan HIV sering terjadi melalui hubungan seksual tanpa
menggunakan alat pengaman (kondom), baik itu melalui vagina,
anal, maupun seks oral. Selain itu juga individu yang sering
berganti-ganti pasangan juga beresiko tinggi untuk terkena HIV
b. Penggunaan jarum suntik
Penyakit ini juga dapat ditularkan melalui jarum suntik yang telah
terkontaminasi darah orang yang terinfeksi HIV. Berbagi jarum
suntik dengan pengidap HIV atau menggunakan jarum suntik
bekas membuat seseorang beresiko tinggi terkena HIV
c. Kehamilan, persalinan, ataupun menyusui
Seorang ibu yang mengandung atau menyusui sangat beresiko
tinggi menularkan penyakitnya pada bayi.
d. Melalui Transfusi darah
Dalam beberapa kasus, penularan penyakit ini bisa terjadi melalui
transfusi darah. Akan tetapi, pada era sekarang ini sudah jarang
terjadi karena adanya penerapan uji kelayakan donor. Dengan
pengujian yang layak, penerima donor darah memiliki resiko yang
rendah untuk tertular HIV
3. Cara kerja virus HIV/AIDS
Di dalam tubuh kita terdapat sel darah putih yang disebut sel CD4.
Fungsinya seperti sakelar yang menghidupkan dan memadamkan kegiatan
sistem kekebalan tubuh, tergantung ada tidaknya kuman yang harus
dilawan. HIV yang masuk ke tubuh menularkan sel ini, ‘membajak’ sel
tersebut, dan kemudian menjadikannya ‘pabrik’ yang membuat miliaran
tiruan virus. Ketika proses tersebut selesai, tiruan HIV itu meninggalkan
sel dan masuk ke sel CD4 yang lain. Sel yang ditinggalkan menjadi rusak
atau mati. Jika sel-sel ini hancur, maka sistem kekebalan tubuh kehilangan
6
kemampuan untuk melindungi tubuh kita dari serangan penyakit. Keadaan
ini membuat kita mudah terserang berbagai penyakit
4. Fase tanpa gejala
Setelah kita terinfeksi, kita tidak langsung sakit. Kita mengalami masa
tanpa gejala khusus. Walaupun tetap ada virus di dalam tubuh kita, kita
tidak mempunyai masalah kesehatan akibat infeksi HIV, dan merasa baik-
baik saja. Masa tanpa gejala ini bisa bertahuntahun lamanya. Karena tidak
ada gejala penyakit pada tahun-tahun awal terinfeksi HIV, sebagian besar
Odha tidak tahu ada virus itu di dalam tubuhnya. Hanya dengan tes darah
dapat kita mengetahui dirinya terinfeksi HIV. Menjalani cara hidup yang
baik dan seimbang sangat bermanfaat bagi kesehatan dan dapat
memperpanjang masa tanpa gejala. Cara hidup ini termasuk makan
makanan yang bergizi, kerja dan istirahat yang seimbang, olahraga yang
teratur tetapi tidak berlebihan, serta tidur yang cukup. Sebaiknya hindari
merokok, memakai narkoba dan minum minuman beralkohol yang
berlebihan. Jauhkan diri dari stres dan cobalah untuk selalu berpikir
positif. Jangan menyalahkan diri – atau pun orang lain – karena kita
terinfeksi HIV.
Setelah kita didiagnosis terkena gejala HIV/AIDS hal yang harus kita
lakukan adalah sebagai berikut:
7
sampai kita merasa cukup nyaman untuk membagi rahasia dengan orang
lain. Orang yang penting untuk diberi tahu adalah pasangan kita, karena
hal ini ada hubungan dengan dia juga. Walaupun status HIV seseorang
dapat membuat sebuah hubungan yang baik menjadi terganggu, jangan
selalu berprasangka hubungan itu lalu akan hancur karenanya.
Menemukan waktu yang tepat untuk membicarakan hal ini memang
selalu sulit. Buku kecil ini mungkin bisa membantu dalam menerangkan.
Spiritia serta kelompok dukungan sebaya yang lain selalu bersedia
membantu dalam proses ini dan dapat memberikan saran serta
bimbingan. Spiritia juga dapat mendampingi dalam proses yang lebih
sulit, yaitu memberi tahu anak-anak kita.
2) Melakukan terapi Antiretroviral
Dulu kita sering dengar AIDS disebut sebagai ‘penyakit yang tidak ada
obat.’ Ini istilah yang salah! Sebagian besar infeksi oportunistik dapat
diobati, bahkan dicegah, dengan obat yang tidak terlalu mahal dan
tersedia luas. Dan sekarang ada obat yang lebih canggih, yang dapat
memperlambat kegiatan HIV menulari sel yang masih sehat. Obat ini
disebut sebagai obat antiretroviral atau ARV. Untuk mengobati HIV,
tidak boleh memakai satu jenis obat ini sendiri; agar terapi ini dapat
efektif untuk jangka waktu yang lama, kita harus memakai kombinasi
tiga macam obat ARV yang berbeda. Terapi ini disebut sebagai terapi
antiretroviral atau ART. ART dulu sangat mahal, tetapi sekarang tersedia
gratis untuk semua orang di Indonesia dengan subsidi sepenuhnya oleh
pemerintah, melalui sejumlah rumah sakit yang ditetapkan sebagai rumah
sakit rujukan ARV. Saat ini ada sedikitnya satu rumah sakit rujukan di
setiap provinsi. Departemen Kesehatan (Depkes) mempunyai rencana
untuk menetapkan rumah sakit rujukan di setiap kabupaten/kota. ART
hanya berhasil jika dipakai secara patuh, sesuai dengan jadwal, biasanya
dua kali sehari, setiap hari. Kalau dosis terlupa, keefektifan terapi akan
cepat hilang. Beberapa orang mengalami efek samping ketika memakai
ART, terutama pada minggu-minggu pertama penggunaannya. Penting
8
sekali pengguna ART diawasi oleh dokter yang berpengalaman dengan
terapi ini. Untuk informasi lebih lanjut tentang ART, minta buku kecil
‘Pengobatan untuk AIDS: Ingin Mulai?’ dari Spiritia.
3) Melakukan terapi penunjang
Dulu kita sering dengar AIDS disebut sebagai ‘penyakit yang tidak ada
obat.’ Ini istilah yang salah! Sebagian besar infeksi oportunistik dapat
diobati, bahkan dicegah, dengan obat yang tidak terlalu mahal dan
tersedia luas. Dan sekarang ada obat yang lebih canggih, yang dapat
memperlambat kegiatan HIV menulari sel yang masih sehat. Obat ini
disebut sebagai obat antiretroviral atau ARV. Untuk mengobati HIV,
tidak boleh memakai satu jenis obat ini sendiri; agar terapi ini dapat
efektif untuk jangka waktu yang lama, kita harus memakai kombinasi
tiga macam obat ARV yang berbeda. Terapi ini disebut sebagai terapi
antiretroviral atau ART. ART dulu sangat mahal, tetapi sekarang tersedia
gratis untuk semua orang di Indonesia dengan subsidi sepenuhnya oleh
pemerintah, melalui sejumlah rumah sakit yang ditetapkan sebagai rumah
sakit rujukan ARV. Saat ini ada sedikitnya satu rumah sakit rujukan di
setiap provinsi. Departemen Kesehatan (Depkes) mempunyai rencana
untuk menetapkan rumah sakit rujukan di setiap kabupaten/kota. ART
hanya berhasil jika dipakai secara patuh, sesuai dengan jadwal, biasanya
dua kali sehari, setiap hari. Kalau dosis terlupa, keefektifan terapi akan
cepat hilang. Beberapa orang mengalami efek samping ketika memakai
ART, terutama pada minggu-minggu pertama penggunaannya. Penting
sekali pengguna ART diawasi oleh dokter yang berpengalaman dengan
terapi ini.
4) Memeriksa diri secara teratur
Dengan memeriksakan diri secara teratur (sebaiknya sedikitnya setiap
enam bulan), kita dapat terus mengetahui keadaan kesehatan kita. Melalui
tes darah (TLC, dan CD4 jika mungkin), serta pemeriksaan oleh dokter,
kita dapat melihat sejauh mana HIV mempengaruhi sistem kekebalan
tubuh kita. Dokter memberi saran tentang perawatan bagi kita, tetapi kita
9
sendirilah yang memutuskan untuk mengikuti atau tidak. Semakin
banyak pengetahuan kita tentang HIV dan terapinya, semakin baik
persiapan kita untuk membahasnya dengan dokter dan untuk mengambil
keputusan. Dalam hal hidup dengan HIV, jadilah pasangan kerja yang
berpengetahuan bagi dokter kita sendiri. Hubungan yang baik antara
dokter dan pasien sangatlah penting. Yang terpenting adalah rasa
percaya. Kita perlu perasaan nyaman dan terdukung ketika
membicarakan masalah kesehatan kita dengan dokter. Beri tahu dokter
jika ada obat-obatan lain, termasuk jamu-jamuan, yang kita minum.
Bertanyalah tentang obat atau perawatan yang diberikan pada kita. Jika
kita tidak merasa nyaman dan percaya pada dokter kita, boleh saja
mencari dokter lain. Jika merasa perlu mendengar pendapat dokter lain
atau ingin bertemu dengan spesialis, bahaslah dengan dokter kita dan
mintalah bantuannya untuk mengatur hal ini.
10
Dengan menjalani gaya hidup sehat seperti diet sehat dan rutin
berolahraga, penderita HIV dapat terhindar dari beberapa komplikasi
seperti lipodistrofi, kanker, dan masih banyak lagi.
Menjaga kebersihan diri dengan sering mencuci tangan dapat menurunkan
risiko infeksi oportunistik seperti CMV, yang penularannya melalui air liur
dan urine. Selain itu, lakukan juga hal-hal ini:
a. Cuci bersih dan masak makanan hingga matang.
b. Hindari mengonsumsi makanan yang mentah atau kurang matang.
c. Hindari membersihkan kotoran hewan atau gunakan sarung tangan
jika Anda harus membersihkannya.
d. Hindari memelihara hewan peliharaan di luar rumah atau
membiarkannya berkeliaran bebas untuk menghindari hewan
peliharaan membawa kuman berbahaya ke dalam rumah.
e. Jangan menelan air ketika Anda berenang di kolam renang ataupun
danau karena dapat mengandung kuman.
2. Menghindari infeksi
Tempat yang ramai atau sarana publik yang sirkulasi udaranya kurang baik
merupakan lingkungan yang dihuni banyak kuman. Hindari tempat-tempat
seperti ini supaya penderita HIV tidak mudah terkena penyakit. Tempat-
tempat lain seperti rumah sakit, klinik, tempat-tempat yang lembap, atau
penjara juga rentan terdapat banyak kuman.
11
4. Hindari penggunaan jarum suntik, merokok, dan mengonsumsi alkohol
5. Cegah penularan
Jika Anda penderita HIV, jagalah diri Anda dan orang lain. Cegah
penularan terhadap diri Anda dan orang lain baik dari infeksi HIV tersebut
ataupun infeksi oportunistik lainnya seperti TB.
Jika Anda sudah mengonsumsi obat TB selama 3 minggu, Anda sudah
tidak akan dapat menularkan kuman tersebut. Menggunakan kondom
ketika berhubungan intim juga dapat mencegah penularan CMV.
12
Seks bebas memang sangat dilarang, terlebih jika bergonta-ganti pasangan.
Dari segi kesehatan, seks bebas juga bisa memberikan efek yang
berbahaya bagi tubuh.
Setialah dan jangan suka 'jajan' sembarangan di luar bagi pasangan yang
sudah menikah. Pencegahan HIV dengan menghindari seks bebas ini
merupakan salah satu langkah paling penting untuk terhindar dari penyakit
ini.
1. Tuberkulosis (TBC)
TBC bisa dengan mudah menyerang penderita HIV yang punya daya tahan
tubuh lemah, karena TBC bisa menular lewat udara. Jika penderita
HIV/AIDS terbukti positif terjangkit virus TBC, maka harus segera diberi
antibiotik untuk mematikan bakteri TBC tersebut.
Bakteri TBC yang berada dalam tubuh penderita HIV/AIDS harus segera
ditangani dulu sampai tuntas, baru pasien boleh melanjutkan obat-obatan
13
HIV lagi. Tuberkulosis dinobatkan sebagai penyebab kematian nomor satu
bagi penderita HIV/AIDS.
2. Toksoplasmosis
3. Kriptosporidiosis
4. Sitomegalovirus
14
menyebar ke seluruh tubuh jika tidak cepat diobati. Penderita HIV akan
mengalami gangguan penglihatan, saluran pencernaan, paru-paru, atau
lemah tulang sampai kesulitan berjalan. Kemungkinan pasien HIV
terserang virus CMV akan lebih besar ketika jumlah CD4 kurang dari 100
sel/mikroliter.
5. Kandidiasis
Infeksi yang satu ini disebabkan oleh infeksi jamur yang lagi-lagi
menyerang seseorang dengan kekebalan tubuh lemah. Pada penderita HIV,
jamur-jamur tersebut berkembangbiak secara berlebihan sehingga
membuat lapisan ‘membran palsu’ pada mulut, lidah dan vagina.
Area mulut akan terasa seperti terbakar dan jika membran putih tersebut
coba dilepaskan akan mengakibatkan rasa perih dan pendarahan.
Kandidiasis orofaring ditemukan pada 50-95% penderita HIV/AIDS.
6. Kriptokokus Meningitis
Meningitis adalah penyakit radang selaput cairan otak dan sumsum tulang
belakang. Sementara kriptokokus meningitis adalah infeksi pada sistem
saraf umum pusat yang biasanya muncul pada pasien positif HIV/AIDS.
Jamur penyebab infeksi ini disebut Cryptococcus neoformans yang
tersebar melalui udara. Itu berarti jamur ini sangat mudah terhirup jamur
ini karena setelah itu jamur ini akan mengendap di paru-paru dan masuk
ke aliran darah yang melalui otak dan sumsum tulang belakang. Penderita
HIV dengan CD4 di bawah 50 akan lebih mudah terinfeksi jamur ini.
Limfoma atau kanker kelenjar getah bening adalah kanker darah yang
menyebabkan kelenjar getah bening membengkak. Penyakit ini berawal
dari sel kanker yang menyerah salah satu limfosit atau sel darah putih.
15
Selain di kelenjar getah bening, limfosit juga tersebar di limpa, timus,
sumsum tulang dan saluran pencernaan. Limfosit yang terserang akan
berubah, berkembang dan menyebar secara tidak normal.
Pengobatan kanker yang diterima penderita HIV/AIDS tidak berbeda
dengan yang lainnya, seperti kemoterapi, radiasi bahkan operasi. Efek
samping dari pengobatan kanker pada pasien HIV/AIDS adalah rentan
terhadap berbagai penyakit infeksi.
Sistem imun pasien positif HIV yang sudah lemah akan semakin melemah
selama pengobatan kanker ini. Makanya pasien HIV yang terkena kanker
akan mendapat perawatan khusus.
8. Pneumonia Kronis
Pneumonia adalah infeksi pada salah satu atau kedua paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur. Mungkin kamu pernah dengar
paru-paru basah, ini dia penyakitnya.
Kantung udara di paru-paru yang terinfeksi akan meradang dan
membengkak. Infeksi ini sebenarnya bisa dilawan oleh siapapun berusia di
atas 3 atau 4 tahun, jika memiliki sistem kekebalan tubuh yang bekerja
dengan baik.
Pada penderita HIV/AIDS dengan jumlah CD4 kurang dari 200 akan lebih
mudah terinfeksi penyakit ini. Hampi 75% pasien positif HIV terinfeksi
pneumonia kronis.
Pertama, tubuh butuh lebih banyak nutrisi untuk melawan virus HIV/AIDS
sementara penyerapan nutrisi tubuh sudah tidak sempurna lagi.
Kedua, pasien HIV biasanya mengalami diare kronis yang bisa
berlangsung selama 10 hari.
16
Ketiga, dengan kondisi kesehatan seperti ini, nafsu makan pun pasti akan
menurun.
Selanjutnya, akan muncul bintik pada mulut dan tenggorokan yang
menyebabkan peradangan dan rasa sakit. Kalau sudah begini, bagaimana
bisa meningkatkan nafsu makan?
Terakhir, obat-obatan yang dikonsumsi penderita HIV bisa mengurangi
nafsu makan. Pada beberapa kejadian malah timbul efek samping mual,
muntah dan gangguan fungsi indera pengecap.
17
BAB III
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
18
B. SARAN
19