Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya bagi
kesehatan manusia, baik dari segi fisik maupun mental. dari segi fisik
mungkin tidak akan langsung terlihat karena membutuhkan waktu beberapa
bulan sementara dari segi mental penderita mungkin akan merasa cemas
karena imunitas mereka yang naik turun.
Penyakit HIV/AIDS ini bisa menular melalui hubungan intim dengan
penderita, melalui tato, darah yang tersentuh dari orang yang terkena penyakit
ini. HIV/AIDS merupakan penyakit yang sampai sekarang belum ditemukan
obat serta vaksin yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut.
Sekali orang terinfeksi HIV, maka seumur hidup individu berada dalam
keadaan terinfeksi dan dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain.
Orang dengan penyakit HIV/AIDS disebut dengan ODHA
Masalah HIV/AIDS tidak terlepas dari anak dan remaja. Kelompok remaja
yang rawan terkena HIV/AIDS adalah:
1. Menerima pelecehan seksual di rumah atau di luar rumah
2. Terlibat dalam kegiatan dan menjadi objek perdagangan seks atau
yang sering disebut juga dengan istilah pekerja sex komersil (PSK)
3. Pernah mengalami pelecahan seksual di dalam kantor yang
dilakukan oleh majikan atau sasama karyawan
4. Mengunakan jarum suntik secara bersamaan
5. Terlibat hubungan seks yang tidak aman (tidak menggunakan
kondom)

Infeksi menular seksual (IMS) adalah sekelompok penyakit yang


diakibatkan oleh perilaku seks yang beresiko. Penyebabnya kuman atau bibit

1
penyakit, yang ditularkan terutama lewat hubungan sex, baik dengan lawan
jenis maupun dengan sesame jenis.
Ada 25 jenis kuman penyebab infeksi menular seksual (IMS) berupa
bakteri, virus, jamur, dan parasite. HIV/AIDS ini juga termasuk kedalam
penyakit infeksi menular seksual (IMS). Penyakit ini juga termasuk penyakit
kelamin atau disebut juga penyakit kotor. Infeksi menular seksual ini juga
dapat menyerang tubuh lain, seperti mata, hati, dan juga otak
Individu bisa saja terkena infeksi menular seksual meskipun hanya satu
kali melakukan hubungan seks yang tidak aman. Hubungan seks tidak aman
adalah hubungan seks yang dilakukan tanpa pengaman (kondom) dengan
pasangan yang telah tertular penyakit menular tersebut.
Ada beberapa jenis penyakit IMS ini, diantaranya: Gonore (kencing
nanah), radang saluran kencing, sifilis (penyakit raja singa), herpes kelamin
dan kutil (jengger ayam) pada alat kelamin.
Dengan segala pertimbangan dan alasan inilah saya selaku pelajar dan
selaku generasi penerus bangsa akan mengajak semua masyarakat untuk
memperhatikan bahaya dari penyakit ini oleh karena itu, saya membahasnya
dalam Karya Tulis Ilmiah ini dan mengangkat judul "DAMPAK HIV/AIDS
TERHADAP KEHIDUPAN MANUSIA".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, penulis mengambil
beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Apa itu penyakit HIV/AIDS?
2. Bagaimana cara pencegahan HIV/AIDS?
3. Apa saja dampak penyakit HIV/AIDS terhadap kesehatan?

2
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui penyakit HIV/AIDS.
2. Mengetahui cara pencegahan HIV/AIDS.
3. Mengetahui dampak dari penyakit HIV/AIDS Terhadap Kesehatan.

D. Manfaat Penulisan
Setiap yang ada di dunia ini pasti memiliki manfaat. Begitu pun dengan
karya tulis ini, diantaranya memiliki manfaat dari aspek teoritis dan
praktisnya.
Dari aspek teoretis, penulis berharap bahwa karya tulis ini dapat menjadi
sebuah wawasan baru bagi para pembaca dan khususnya diri penulis sendiri
untuk mengetahui bahayanya penyakit HIV/AIDS.
Sedangkan dari aspek praktis, penulis berharap bahwa karya tulis ini dapat
bermanfaat umumnya bagi semua pembaca dan khususnya diri penulis sendiri
sebagai bekal untuk dapat menghindari diri dari segala sesuatu yang bisa saja
menyebabkan penyakit HIV/AIDS.

E. Metode Penulisan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi V, metode berarti “cara
teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai
sesuai dengan yang dikehendaki”.
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah
metode deskriptif analitik. Metode Deskriptif Analitik adalah suatu cara
penulisan lebih mudah dipahami dengan menggambarkan apa adanya sesuai
yang diamati. Dalam buku Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah (2020: 23)
disebutkan bahwa metode ini digunakan karena “merupakan suatu bentuk
penelitian yang paling dasar yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran
tentang masalah yang diangkat dalam penulisan karya tulis ilmiah tersebut
secara mendalam”.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian HIV/AIDS

HIV merupakan singkatan dari Human Immuno Deficiency Virus.


Penyakit ini hanya menginfeksi manusia serta dapat merusak kekebalan tubuh.
HIV menyerang tiap butir – butir sel darah putih tertentu untuk merusak
kekebalan tubuh. HIV menyebabkan penyakit AIDS yang merupakan
singkatan dari Acquired Immune Deficieny Syndrome. Acquired dapat
diartikan berarti penyakit itu didapatkan bukan karena keturunan. Immunne
terkait dengan kekebalan tubuh. Deficiency berarti kekurangan. Serta
Syndrome adalah kumpulan gejala. Jadi, AIDS adalah sekumpulan gejala
akibat menurun atau melemahnya system kekebalan tubuh, yang didapat
karena infeksi atau tertular penyakit HIV.

AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini,
kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya. Sampai
saat ini belum ada obat untuk menangani HIV dan AIDS. Akan tetapi, ada
obat untuk memperlambat perkembangan penyakit tersebut, dan dapat
meningkatkan harapan hidup penderita.

Sedangkan menurut WHO (World health organization) menyatakan


bahwa HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah retrovirus yang
menyerang sel-sel pada sistem kekebalan tubuh manusia, terutama sel darah
putih di dalam tubuh, yakni sel limfosit T, sel CD4 dan komponen utama pada
sistem imunitas tubuh, sehingga tubuh kehilangan imunitas dan kekebalan
terhadap serangan yang masuk sehingga tubuh menjadi lemah serta rentan
terinfeksi. HIV menyebabkan defisiensi imunitas tubuh manusia secara
perlahan-lahan, dengan masa inkubasi yang cukup lama, yaitu 5-15 tahun
untuk muncul sepenuhnya. HIV merupakan agen pembawa penyakit AIDS.

4
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah merupakan penyakit
yang timbul akibat defisiensi imunitas tubuh. Ditandai dengan timbulnya
serangkaian infeksi dan serangan berbagai penyakit terhadap tubuh, tanpa
adanya pertahan dan kekebalan tubuh sehingga daya tahan tubuh menurun
drastis. Penyakit AIDS disebabkan oleh infeksi virus HIV.

1. Tanda-tanda orang yang terserang virus HIV/AIDS


Orang yang terkena virus HIV akan mengalami gejala sebagai berikut:
a. Area nyeri: pada daerah perut
b. Keadaan nyeri : ketika menelan
c. Batuk: kering
d. Seluruh tubuh: kelelahan, berkeringat pada malam hari, demam,
hilangnya selera makan,
e. Gastrointestinal: Diare berair, diare terus menerus, mual atau
muntah
f. Tenggorokan: kesulitan menelan atau pegal
g. Selangkangan; Luka atau pembengkakan
h. Mulut: lidah putih atau disebut juga ulkus
i. Juga umum: infeksi oportunistik, bercak merah, kandidiasis oral,
pembengkakan kelenjar getah bening, penurunan berat badan yang
cukup parah, radang paru-paru, ruam kulit atau sakit kepala
j. Kemudian yang kedua, tanda tanda orang yang mengalami gejala
AIDS adalah sebagai berikut:
k. Daya tahan tubuh melemah
l. Demam secara terus menerus lebih dari 10 hari
m. Sulit bernapas
n. Diare jangka panjang
o. Terjadi infeksi jamur pada tenggorokan, mulut, dan vagina
p. Terdapat bintik bintik ungu yang tidak hilang
q. Berat badan turun secara drastic

5
2. Penyebaran HIV/AIDS
Cara penyebaran HIV/AIDS diantaranya adalah:
a. Hubungan Intim
Penularan HIV sering terjadi melalui hubungan seksual tanpa
menggunakan alat pengaman (kondom), baik itu melalui vagina,
anal, maupun seks oral. Selain itu juga individu yang sering
berganti-ganti pasangan juga beresiko tinggi untuk terkena HIV
b. Penggunaan jarum suntik
Penyakit ini juga dapat ditularkan melalui jarum suntik yang telah
terkontaminasi darah orang yang terinfeksi HIV. Berbagi jarum
suntik dengan pengidap HIV atau menggunakan jarum suntik
bekas membuat seseorang beresiko tinggi terkena HIV
c. Kehamilan, persalinan, ataupun menyusui
Seorang ibu yang mengandung atau menyusui sangat beresiko
tinggi menularkan penyakitnya pada bayi.
d. Melalui Transfusi darah
Dalam beberapa kasus, penularan penyakit ini bisa terjadi melalui
transfusi darah. Akan tetapi, pada era sekarang ini sudah jarang
terjadi karena adanya penerapan uji kelayakan donor. Dengan
pengujian yang layak, penerima donor darah memiliki resiko yang
rendah untuk tertular HIV
3. Cara kerja virus HIV/AIDS
Di dalam tubuh kita terdapat sel darah putih yang disebut sel CD4.
Fungsinya seperti sakelar yang menghidupkan dan memadamkan kegiatan
sistem kekebalan tubuh, tergantung ada tidaknya kuman yang harus
dilawan. HIV yang masuk ke tubuh menularkan sel ini, ‘membajak’ sel
tersebut, dan kemudian menjadikannya ‘pabrik’ yang membuat miliaran
tiruan virus. Ketika proses tersebut selesai, tiruan HIV itu meninggalkan
sel dan masuk ke sel CD4 yang lain. Sel yang ditinggalkan menjadi rusak
atau mati. Jika sel-sel ini hancur, maka sistem kekebalan tubuh kehilangan

6
kemampuan untuk melindungi tubuh kita dari serangan penyakit. Keadaan
ini membuat kita mudah terserang berbagai penyakit
4. Fase tanpa gejala
Setelah kita terinfeksi, kita tidak langsung sakit. Kita mengalami masa
tanpa gejala khusus. Walaupun tetap ada virus di dalam tubuh kita, kita
tidak mempunyai masalah kesehatan akibat infeksi HIV, dan merasa baik-
baik saja. Masa tanpa gejala ini bisa bertahuntahun lamanya. Karena tidak
ada gejala penyakit pada tahun-tahun awal terinfeksi HIV, sebagian besar
Odha tidak tahu ada virus itu di dalam tubuhnya. Hanya dengan tes darah
dapat kita mengetahui dirinya terinfeksi HIV. Menjalani cara hidup yang
baik dan seimbang sangat bermanfaat bagi kesehatan dan dapat
memperpanjang masa tanpa gejala. Cara hidup ini termasuk makan
makanan yang bergizi, kerja dan istirahat yang seimbang, olahraga yang
teratur tetapi tidak berlebihan, serta tidur yang cukup. Sebaiknya hindari
merokok, memakai narkoba dan minum minuman beralkohol yang
berlebihan. Jauhkan diri dari stres dan cobalah untuk selalu berpikir
positif. Jangan menyalahkan diri – atau pun orang lain – karena kita
terinfeksi HIV.

Setelah kita didiagnosis terkena gejala HIV/AIDS hal yang harus kita
lakukan adalah sebagai berikut:

1) Memberitahu orang lain


Ketika baru didiagnosis terinfeksi HIV atau AIDS, kita kadang merasa
keinginan yang amat sangat untuk membagi kabar ini dengan seseorang
yang dekat dengan kita: keluarga, teman, bahkan atasan kerja kita.
Setelah memberi tahu orang lain, beberapa orang mendapatkan reaksi
yang positif dan bermanfaat, tetapi ada juga yang mendapatkan
kekecewaan atau malah lebih buruk dari itu. Kita harus benar-benar yakin
bahwa orang yang akan kita beri tahu dapat dipercaya. Yang dapat
membantu adalah berbicara lebih dahulu dengan seseorang dari
kelompok dukungan sebaya – yang pernah mengalami hal yang serupa,

7
sampai kita merasa cukup nyaman untuk membagi rahasia dengan orang
lain. Orang yang penting untuk diberi tahu adalah pasangan kita, karena
hal ini ada hubungan dengan dia juga. Walaupun status HIV seseorang
dapat membuat sebuah hubungan yang baik menjadi terganggu, jangan
selalu berprasangka hubungan itu lalu akan hancur karenanya.
Menemukan waktu yang tepat untuk membicarakan hal ini memang
selalu sulit. Buku kecil ini mungkin bisa membantu dalam menerangkan.
Spiritia serta kelompok dukungan sebaya yang lain selalu bersedia
membantu dalam proses ini dan dapat memberikan saran serta
bimbingan. Spiritia juga dapat mendampingi dalam proses yang lebih
sulit, yaitu memberi tahu anak-anak kita.
2) Melakukan terapi Antiretroviral
Dulu kita sering dengar AIDS disebut sebagai ‘penyakit yang tidak ada
obat.’ Ini istilah yang salah! Sebagian besar infeksi oportunistik dapat
diobati, bahkan dicegah, dengan obat yang tidak terlalu mahal dan
tersedia luas. Dan sekarang ada obat yang lebih canggih, yang dapat
memperlambat kegiatan HIV menulari sel yang masih sehat. Obat ini
disebut sebagai obat antiretroviral atau ARV. Untuk mengobati HIV,
tidak boleh memakai satu jenis obat ini sendiri; agar terapi ini dapat
efektif untuk jangka waktu yang lama, kita harus memakai kombinasi
tiga macam obat ARV yang berbeda. Terapi ini disebut sebagai terapi
antiretroviral atau ART. ART dulu sangat mahal, tetapi sekarang tersedia
gratis untuk semua orang di Indonesia dengan subsidi sepenuhnya oleh
pemerintah, melalui sejumlah rumah sakit yang ditetapkan sebagai rumah
sakit rujukan ARV. Saat ini ada sedikitnya satu rumah sakit rujukan di
setiap provinsi. Departemen Kesehatan (Depkes) mempunyai rencana
untuk menetapkan rumah sakit rujukan di setiap kabupaten/kota. ART
hanya berhasil jika dipakai secara patuh, sesuai dengan jadwal, biasanya
dua kali sehari, setiap hari. Kalau dosis terlupa, keefektifan terapi akan
cepat hilang. Beberapa orang mengalami efek samping ketika memakai
ART, terutama pada minggu-minggu pertama penggunaannya. Penting

8
sekali pengguna ART diawasi oleh dokter yang berpengalaman dengan
terapi ini. Untuk informasi lebih lanjut tentang ART, minta buku kecil
‘Pengobatan untuk AIDS: Ingin Mulai?’ dari Spiritia.
3) Melakukan terapi penunjang
Dulu kita sering dengar AIDS disebut sebagai ‘penyakit yang tidak ada
obat.’ Ini istilah yang salah! Sebagian besar infeksi oportunistik dapat
diobati, bahkan dicegah, dengan obat yang tidak terlalu mahal dan
tersedia luas. Dan sekarang ada obat yang lebih canggih, yang dapat
memperlambat kegiatan HIV menulari sel yang masih sehat. Obat ini
disebut sebagai obat antiretroviral atau ARV. Untuk mengobati HIV,
tidak boleh memakai satu jenis obat ini sendiri; agar terapi ini dapat
efektif untuk jangka waktu yang lama, kita harus memakai kombinasi
tiga macam obat ARV yang berbeda. Terapi ini disebut sebagai terapi
antiretroviral atau ART. ART dulu sangat mahal, tetapi sekarang tersedia
gratis untuk semua orang di Indonesia dengan subsidi sepenuhnya oleh
pemerintah, melalui sejumlah rumah sakit yang ditetapkan sebagai rumah
sakit rujukan ARV. Saat ini ada sedikitnya satu rumah sakit rujukan di
setiap provinsi. Departemen Kesehatan (Depkes) mempunyai rencana
untuk menetapkan rumah sakit rujukan di setiap kabupaten/kota. ART
hanya berhasil jika dipakai secara patuh, sesuai dengan jadwal, biasanya
dua kali sehari, setiap hari. Kalau dosis terlupa, keefektifan terapi akan
cepat hilang. Beberapa orang mengalami efek samping ketika memakai
ART, terutama pada minggu-minggu pertama penggunaannya. Penting
sekali pengguna ART diawasi oleh dokter yang berpengalaman dengan
terapi ini.
4) Memeriksa diri secara teratur
Dengan memeriksakan diri secara teratur (sebaiknya sedikitnya setiap
enam bulan), kita dapat terus mengetahui keadaan kesehatan kita. Melalui
tes darah (TLC, dan CD4 jika mungkin), serta pemeriksaan oleh dokter,
kita dapat melihat sejauh mana HIV mempengaruhi sistem kekebalan
tubuh kita. Dokter memberi saran tentang perawatan bagi kita, tetapi kita

9
sendirilah yang memutuskan untuk mengikuti atau tidak. Semakin
banyak pengetahuan kita tentang HIV dan terapinya, semakin baik
persiapan kita untuk membahasnya dengan dokter dan untuk mengambil
keputusan. Dalam hal hidup dengan HIV, jadilah pasangan kerja yang
berpengetahuan bagi dokter kita sendiri. Hubungan yang baik antara
dokter dan pasien sangatlah penting. Yang terpenting adalah rasa
percaya. Kita perlu perasaan nyaman dan terdukung ketika
membicarakan masalah kesehatan kita dengan dokter. Beri tahu dokter
jika ada obat-obatan lain, termasuk jamu-jamuan, yang kita minum.
Bertanyalah tentang obat atau perawatan yang diberikan pada kita. Jika
kita tidak merasa nyaman dan percaya pada dokter kita, boleh saja
mencari dokter lain. Jika merasa perlu mendengar pendapat dokter lain
atau ingin bertemu dengan spesialis, bahaslah dengan dokter kita dan
mintalah bantuannya untuk mengatur hal ini.

B. Cara Pencegahan HIV/AIDS?


HIV adalah penyakit menular dan mematikan yang disebabkan oleh human
Immunodeficiency virus (HIV). HIV menyerang sel kekebalan tubuh
penderita sehingga menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh. Adapun
pengobatan dilakukan hanya untuk memperlambat perkembangan penyakit
serta mengendalikan gejalanya dan menghindari komplikasi, sehingga
penderita dapat menjalani hidup normal. Ada banyak komplikasi penyakit
HIV yang mudah menyebabkan kematian pada penderita HIV, yang sudah
menjadi HIV/AIDS (jumlah sel kekebalan tubuh CD4 di bawah 200).
Mencegah komplikasi sangat krusial bagi penderita HIV/AIDS untuk
kelangsungan hidupnya. Berikut ini adalah beberapa langkah pencegahan
Komplikasi HIV yang bisa dilakukan:

1. Jalani gaya hidup sehat dan selalu jaga kebersihan

10
Dengan menjalani gaya hidup sehat seperti diet sehat dan rutin
berolahraga, penderita HIV dapat terhindar dari beberapa komplikasi
seperti lipodistrofi, kanker, dan masih banyak lagi.
Menjaga kebersihan diri dengan sering mencuci tangan dapat menurunkan
risiko infeksi oportunistik seperti CMV, yang penularannya melalui air liur
dan urine. Selain itu, lakukan juga hal-hal ini:
a. Cuci bersih dan masak makanan hingga matang.
b. Hindari mengonsumsi makanan yang mentah atau kurang matang.
c. Hindari membersihkan kotoran hewan atau gunakan sarung tangan
jika Anda harus membersihkannya.
d. Hindari memelihara hewan peliharaan di luar rumah atau
membiarkannya berkeliaran bebas untuk menghindari hewan
peliharaan membawa kuman berbahaya ke dalam rumah.
e. Jangan menelan air ketika Anda berenang di kolam renang ataupun
danau karena dapat mengandung kuman.

2. Menghindari infeksi

Beberapa infeksi oportunistik seperti tuberkulosis (TB) ditularkan melalui


udara seperti dari batuk atau bersin. Sebagai penderita HIV, sebaiknya
Anda menggunakan alat pelindung seperti masker dan menghindari orang
yang batuk atau bersin agar Anda tidak tertular.
Anda juga sebaiknya tidak dekat-dekat dengan seseorang yang menderita
penyakit menular seperti TB, baik di rumah, di tempat kerja, atau di mana
pun.

3. Hindari tempat ramai

Tempat yang ramai atau sarana publik yang sirkulasi udaranya kurang baik
merupakan lingkungan yang dihuni banyak kuman. Hindari tempat-tempat
seperti ini supaya penderita HIV tidak mudah terkena penyakit. Tempat-
tempat lain seperti rumah sakit, klinik, tempat-tempat yang lembap, atau
penjara juga rentan terdapat banyak kuman.

11
4. Hindari penggunaan jarum suntik, merokok, dan mengonsumsi alkohol

Penderita HIV akan lebih mudah terkena infeksi TB jika mengonsumsi


alkohol dan menggunakan jarum suntik narkotika. Merokok juga
meningkatkan risiko terkena infeksi oportunistik PCP pada penderita
HIV/AIDS.

5. Cegah penularan

Jika Anda penderita HIV, jagalah diri Anda dan orang lain. Cegah
penularan terhadap diri Anda dan orang lain baik dari infeksi HIV tersebut
ataupun infeksi oportunistik lainnya seperti TB.
Jika Anda sudah mengonsumsi obat TB selama 3 minggu, Anda sudah
tidak akan dapat menularkan kuman tersebut. Menggunakan kondom
ketika berhubungan intim juga dapat mencegah penularan CMV.

6. Mengonsumsi obat profilaksis dari dokter

Dokter dapat memberikan antibiotik seperti klaritomisin dan azitromisin


jika jumlah sel CD4 Anda di bawah 50 untuk mencegah MAC. Ketika
jumlah sel CD4 sudah di atas 100 untuk 6 bulan, Anda mungkin dapat
menghentikan pemakaian antibiotik. Pemakaian obat profilaksis juga dapat
mencegah infeksi lainnya seperti PCP, CMV, dan lain-lain.

7. Lakukan pemeriksaan rutin sistem reproduksi untuk wanita

Wanita penderita HIV sebaiknya melakukan pemeriksaan panggul (pelvis)


dan pap smear secara teratur untuk mencegah adanya infeksi, bahkan
kanker sistem reproduksi.
HIV/AIDS adalah penyakit dengan berbagai komplikasi yang dapat
berujung pada kematian. Karena itu, lakukan langkah-langkah pencegahan
seperti yang dijabarkan di atas.
8. Hindari seks bebas

12
Seks bebas memang sangat dilarang, terlebih jika bergonta-ganti pasangan.
Dari segi kesehatan, seks bebas juga bisa memberikan efek yang
berbahaya bagi tubuh.
Setialah dan jangan suka 'jajan' sembarangan di luar bagi pasangan yang
sudah menikah. Pencegahan HIV dengan menghindari seks bebas ini
merupakan salah satu langkah paling penting untuk terhindar dari penyakit
ini.

C. Dampak HIV/AIDS Terhadap Kesehatan

HIV AIDS merupakan salah satu penyakit mematikan di dunia. HIV


AIDS merupakan salah satu penyakit yang tersebar dalam bentuk virus dan
hingga saat ini masih belum ditemukan cara untuk mengobatinya. Virus dalam
penyakit AIDS adalah HIV atau Human Immunodeficiency Virus. HIV adalah
virus yang melemahkan sistem kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang
terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun
mudah terkena tumor.

Sampai sekarang, belum ada obat untuk menyembuhkan secara penuh


pasien terjangkit HIV/AIDS. Selain kesempatan sembuh yang rendah bagi
penderita, penyakit ini juga bisa mengakibatkan pasien mengalami komplikasi
penyakit karena kekebalan tubuh yang melemah.

Adapun dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit HIV/AIDS bagi


kesehatan

1. Tuberkulosis (TBC)

TBC bisa dengan mudah menyerang penderita HIV yang punya daya tahan
tubuh lemah, karena TBC bisa menular lewat udara. Jika penderita
HIV/AIDS terbukti positif terjangkit virus TBC, maka harus segera diberi
antibiotik untuk mematikan bakteri TBC tersebut.
Bakteri TBC yang berada dalam tubuh penderita HIV/AIDS harus segera
ditangani dulu sampai tuntas, baru pasien boleh melanjutkan obat-obatan

13
HIV lagi. Tuberkulosis dinobatkan sebagai penyebab kematian nomor satu
bagi penderita HIV/AIDS.

2. Toksoplasmosis

Toksoplasmosis adalah infeksi pada manusia yang ditimbulkan oleh


parasit bersel satu Toxoplasma gondii (T. gondii). Parasit ini biasa
ditemukan pada kotoran kucing atau daging yang belum matang.
Sebenarnya pada sistem kekebalan tubuh normal, infeksi parasit ini tidak
membahayakan. Tapi bagi seseorang dengan sistem imunitas rendah
seperti penderita HIV/AIDS, perlu penanganan medis serius untuk
menghindari komplikasi yang lebih berat. Komplikasi yang dapat
ditimbulkan toksoplasmosis terkhusus pada penderita HIV/AIDS adalah
infeksi otak serius yang disebut ensefalitis.

3. Kriptosporidiosis

Kriptosporidiosis adalah penyakit akibat infeksi parasit cryptosporidium


yang ditandai dengan diare yang tak kunjung sembuh. Infeksi ini biasanya
datang dari infeksi usus pada hewan. Infeksi parasit ini masuk ke dalam
tubuh lewat makanan atau minuman yang telah terkontaminasi. Gejalanya
biasanya akan muncul seminggu setelah tubuh dimasuki parasit dan akan
berlangsung selama dua minggu. Namun, pada orang dengan sistem
kekebalan rendah atau anak-anak, gejala ini bisa bertahan 24-36 bulan,
bahkan bisa sampai komplikasi fatal.

4. Sitomegalovirus

Sitomegalovirus adalah virus yang berhubungan dengan virus herpes.


Penularan virus ini melalui cairan tubuh seperti air liur, darah, air mani,
urin dan air susu ibu. Sistem kekebalan sehat bisa mengontrol virus ini
sehingga menjadi tidak aktif. Namun, pada penderita HIV, CMV dapat

14
menyebar ke seluruh tubuh jika tidak cepat diobati. Penderita HIV akan
mengalami gangguan penglihatan, saluran pencernaan, paru-paru, atau
lemah tulang sampai kesulitan berjalan. Kemungkinan pasien HIV
terserang virus CMV akan lebih besar ketika jumlah CD4 kurang dari 100
sel/mikroliter.

5. Kandidiasis

Infeksi yang satu ini disebabkan oleh infeksi jamur yang lagi-lagi
menyerang seseorang dengan kekebalan tubuh lemah. Pada penderita HIV,
jamur-jamur tersebut berkembangbiak secara berlebihan sehingga
membuat lapisan ‘membran palsu’ pada mulut, lidah dan vagina.

Area mulut akan terasa seperti terbakar dan jika membran putih tersebut
coba dilepaskan akan mengakibatkan rasa perih dan pendarahan.
Kandidiasis orofaring ditemukan pada 50-95% penderita HIV/AIDS.

6. Kriptokokus Meningitis

Meningitis adalah penyakit radang selaput cairan otak dan sumsum tulang
belakang. Sementara kriptokokus meningitis adalah infeksi pada sistem
saraf umum pusat yang biasanya muncul pada pasien positif HIV/AIDS.
Jamur penyebab infeksi ini disebut Cryptococcus neoformans yang
tersebar melalui udara. Itu berarti jamur ini sangat mudah terhirup jamur
ini karena setelah itu jamur ini akan mengendap di paru-paru dan masuk
ke aliran darah yang melalui otak dan sumsum tulang belakang. Penderita
HIV dengan CD4 di bawah 50 akan lebih mudah terinfeksi jamur ini.

7. Limfoma atau Kanker Kelenjar Getah Bening

Limfoma atau kanker kelenjar getah bening adalah kanker darah yang
menyebabkan kelenjar getah bening membengkak. Penyakit ini berawal
dari sel kanker yang menyerah salah satu limfosit atau sel darah putih.

15
Selain di kelenjar getah bening, limfosit juga tersebar di limpa, timus,
sumsum tulang dan saluran pencernaan. Limfosit yang terserang akan
berubah, berkembang dan menyebar secara tidak normal.
Pengobatan kanker yang diterima penderita HIV/AIDS tidak berbeda
dengan yang lainnya, seperti kemoterapi, radiasi bahkan operasi. Efek
samping dari pengobatan kanker pada pasien HIV/AIDS adalah rentan
terhadap berbagai penyakit infeksi.
Sistem imun pasien positif HIV yang sudah lemah akan semakin melemah
selama pengobatan kanker ini. Makanya pasien HIV yang terkena kanker
akan mendapat perawatan khusus.

8. Pneumonia Kronis

Pneumonia adalah infeksi pada salah satu atau kedua paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur. Mungkin kamu pernah dengar
paru-paru basah, ini dia penyakitnya.
Kantung udara di paru-paru yang terinfeksi akan meradang dan
membengkak. Infeksi ini sebenarnya bisa dilawan oleh siapapun berusia di
atas 3 atau 4 tahun, jika memiliki sistem kekebalan tubuh yang bekerja
dengan baik.
Pada penderita HIV/AIDS dengan jumlah CD4 kurang dari 200 akan lebih
mudah terinfeksi penyakit ini. Hampi 75% pasien positif HIV terinfeksi
pneumonia kronis.

9. Sindrom Wasting pada AIDS

Wasting syndrome dialami penderita stadium akhir AIDS, ditunjukkan


pada pengurangan masa tubuh sampai 10% dalam waktu yang singkat.
Ada 5 penyebab terjadinya sindrom wasting ini.

Pertama, tubuh butuh lebih banyak nutrisi untuk melawan virus HIV/AIDS
sementara penyerapan nutrisi tubuh sudah tidak sempurna lagi.
Kedua, pasien HIV biasanya mengalami diare kronis yang bisa
berlangsung selama 10 hari.

16
Ketiga, dengan kondisi kesehatan seperti ini, nafsu makan pun pasti akan
menurun.
Selanjutnya, akan muncul bintik pada mulut dan tenggorokan yang
menyebabkan peradangan dan rasa sakit. Kalau sudah begini, bagaimana
bisa meningkatkan nafsu makan?
Terakhir, obat-obatan yang dikonsumsi penderita HIV bisa mengurangi
nafsu makan. Pada beberapa kejadian malah timbul efek samping mual,
muntah dan gangguan fungsi indera pengecap.

10. Herpes Simpleks dan Herpes Zoster

Walaupun sama-sama berawalan Herpes, tapi kedua jenis herpes ini


berbeda. Herpes Simpleks adalah penyakit kelamin. Pasien yang terkena
Herpes Simpleks dapat melihat gejala nya dengan memperhatikan apakah
ada muncul bintil-bintil kecil berkelompok seperti anggur pada anus,
kemaluan, mulut dan kulit.
Penularan Herpes Simpleks terjadi melalui aktivitas seksual. Sedangkan
Herpes Zoster adalah infeksi saraf dan kulit di sekitarnya. Virus penyebab
Herpes Zoster serupa dengan penyebab cacar air. Virus yang tidak
sepenuhnya teratasi saat pengobatan cacar air berpotensi menyebabkan
penyakit Herpes Zoster ini.

Demikian Dampak yang dapat membahayakannya dari penyakit


HIV/AIDS ini. Sekali kamu terjangkit virus HIV/AIDS yang melemahkan
sistem imun kekebalan tubuh, tubuhmu akan rentan terhadap berbagai
penyakit berbahaya lainnya.

Beberapa dari penyakit tersebut dapat dengan mudah ditularkan karena


penyebarannya melalui udara. Oleh sebab itu, jauhkan segala hal yang bisa
membuat dirimu terjangkit virus penyebab penyakit berbahaya ini.

17
BAB III

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

HIV merupakan singkatan dari Human Immuno Deficiency Virus.


Penyakit ini hanya menginfeksi manusia serta dapat merusak kekebalan
tubuh. HIV menyerang tiap butir – butir sel darah putih tertentu untuk
merusak kekebalan tubuh. Sedangkan menurut WHO (World health
organization) menyatakan bahwa HIV atau Human Immunodeficiency
Virus adalah retrovirus yang menyerang sel-sel pada sistem kekebalan
tubuh manusia, terutama sel darah putih di dalam tubuh, yakni sel limfosit
T, sel CD4 dan komponen utama pada sistem imunitas tubuh, sehingga
tubuh kehilangan imunitas dan kekebalan terhadap serangan yang masuk
sehingga tubuh menjadi lemah serta rentan terinfeksi.

Cara penyebaran HIV/AIDS diantaranya bisa melalui Hubungan Intim,


Penggunaan jarum suntik, Kehamilan, persalinan, ataupun menyusui, juga
bisa Melalui Transfusi darah yang sembarangan

HIV/AIDS ini sampai sekarang, belum ada obat untuk


menyembuhkan secara penuh pasien terjangkit HIV/AIDS. Selain
kesempatan sembuh yang rendah bagi penderita, penyakit ini juga bisa
mengakibatkan pasien mengalami komplikasi penyakit karena kekebalan
tubuh yang melemah.

Adapun dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit HIV/AIDS


bagi kesehatan Tuberkulosis (TBC), Toksoplasmosis, Kriptosporidiosis,
Sitomegalovirus, Kandidiasis, Kriptokokus Meningitis, Limfoma atau
Kanker Kelenjar Getah Bening, Pneumonia Kronis, Sindrom Wasting pada
AIDS, Herpes Simpleks dan Herpes Zoster, dll.

18
B. SARAN

Penyakit HIV/AIDS ini sampai sekarang masih belum ada vaksinnya


atau pengobatan yang efektif, oleh karena itu penulis memberi sebuah
saran agar para pembaca dapat dapat mencegah terjadinya penyakit yang
mematikan ini.

Adapun cara untuk Mencegah komplikasi yang sangat krusial bagi


penderita HIV/AIDS untuk kelangsungan hidupnya. Berikut ini adalah
beberapa langkah pencegahan Komplikasi HIV yang bisa dilakukan:

1. Jalani gaya hidup sehat dan selalu jaga kebersihan


2. Menghindari infeksi
3. Hindari tempat ramai.
4. Hindari penggunaan jarum suntik, merokok, dan mengonsumsi alkohol
5. Cegah penularan
6. Mengonsumsi obat profilaksis dari dokter
7. Lakukan pemeriksaan rutin sistem reproduksi untuk wanita
8. Hindari seks bebas

19

Anda mungkin juga menyukai