Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MATERNITAS
KEPUTIHAN (FLOUR ALBUS)

Oleh :
Achmad Faisal Rajab
2008001

FAKULTAS KESEHATAN DAN KETEKNISIAN MEDIK


PROGRAM STUDI PROFESI
SEMARANG
2021
1. Konsep Dasar
1. Definisi
Keputihan adalah gejala penyakit yang ditandai oleh keluarnya
cairan dari organ reproduksi dan bukan berupa darah. Keputihan yang
berbahaya adalah keputihan yang tidak normal (Blankast, 2008).
Keputihan dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu keputihan yang
normal dan keputihan yang abnormal. Keputihan normal dapat terjadi
pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi
antara hari ke 10-16 menstruasi dan juga melalui rangsangan seksual.
sedangkan keputihan abnormal dapat terjadi pada semua infeksi alat
kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahim, dan
jaringan penyangga juga penyakit karena hubungan kelamin) (Manuaba,
2009).
2. Etiologi
a. Jamur
Umumnya disebabkan oleh jamur candida albicans yang
menyebabkan rasa gatal di sekitar vulva / vagina. Infeksi ini berupa
warnanya putih susu, kental, berbau agak keras, disertai rasa gatal
pada kemaluan. Akibatnya, mulut vagina menjadi kemerahan dan
meradang. Biasanya terjadi pada saat kehamilan, penyakit kencing
manis, pemakaian pil KB, dan rendahnya daya tahan tubuh menjadi
pemicu. Bayi yang baru lahir juga bisa tertular keputihan akibat
Candida karena saat persalinan tanpa sengaja menelan cairan ibunya
yang menderita penyakit tersebut.
b. Parasit
Parasit trichomonas vaginalis yang menular dari hubungan seks
ditularkan lewat hubungan seks, perlengkapan mandi, pinjam-
meninjam pakaian dalam, atau bibir kloset. Cairan keputihan sangat
kental, berbuih, berwarna kuning atau kehijauan dengan bau anyir.
Keputihan karena parasit tidak menyebabkan gatal, tapi liang vagina
nyeri bila ditekan.
c. Bakteri
Bakteri gardnerella dan pada keputihan disebut bacterial vaginosis.
Infeksi ini menyebabkan rasa gatal dan mengganggu. Warna cairan
keabuan, berair, berbuih, dan berbau amis. Beberapa jenis bakteri
lain juga memicu munculnya penyakit kelamin seperti sifilis dan
gonorrhoea. bakteri biasanya muncul saat kehamilan, gonta-ganti
pasangan, penggunaan alat kb spiral atau iud.
d. Virus
Keputihan akibat infeksi virus juga sering ditimbulkan penyakit
kelamin, seperti condyloma, herpes, HIV/AIDS. Condyloma ditandai
tumbuhnya kutil-kutil yang sangat banyak disertai cairan berbau. Ini
sering pula menjangkiti wanita hamil. Sedang virus herpes ditularkan
lewat hubungan badan. Bentuknya seperti luka melepuh, terdapat di
sekeliling liang vagina, mengeluarkan cairan gatal, dan terasa panas.
Gejala keputihan akibat virus juga bisa menjadi faktor pemicu
kanker rahim.
3. Manifestasi Klinis
Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang menyertainya.
Biasanya keputihan yang normal tidak disertai dengan rasa gatal.
Keputihan juga dalam dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau yang
daya tahan tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan tersebut berasal dari
leher rahim, walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksi atau
alat kelamin luar.
Pada bayi perempuan yang baru lahir, dalam waktu satu hingga
sepuluh hari dari vaginanya dapat keluar cairan akibat pengaruh hormone
yang dihasilkan oleh plasenta atau uri.
Gadis muda terkadang juga mengalami keputihan, sesaat sebelum
masa pubertas. Biasanya gejala ini akan hilang dengan sendirinya
4. Patofisiologi
Banyak hal sebenarnya yang membuat wanita rawan terkena
keputihan patologis. Biasanya penyebab keputihan patologis ini karena
kuman. Di dalam vagina sebenarnya bukan tempat yang steril, berbagai
macam kuman ada disitu. Flora normal didalam vagina membantu
menjaga keasaman PH vagina, pada keadaan yang optimal. PH vagina
seharusnya antara 3,5-5,5. flora normal ini bisa terganggu. Misalnya
karena pemakaian antiseptic untuk daerah vagina bagian dalam.
Ketidakseimbangan ini mengakibatkan tumbuhnya jamur dan kuman-
kuman yang lain. Padahal adanya flora normal dibutuhkan untuk
menekan tumbuhan yang lain itu untuk tidak tumbuh subur. Kalau
keasaman dalam vagina berubah, maka kuman-kuman lain dengan
mudah akan tumbuh sehingga akibatnya bisa terjadi infeksi yang
akhirnya menyebabkan keputihan yang berbau, gatal dan menimbulkan
ketidaknyamanan
5. Pathway

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan :
a. Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan biokimia dan urinalisis.
b. Kultur urin untuk menyingkirkan infeksi bakteri pada traktus
urinarius
c. Sitologi vagina
d. Kultur sekret vagina
e. Radiologi untuk memeriksa uterus dan pelvis
f. Ultrasonografi (USG) abdomen
g. Vaginoskopi
h. Sitologi dan biopsy jaringan abnormal
i. Tes serologis untuk Brucellosis dan herpes
j. Pemeriksaan PH vagina.
k. Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis
dan KOH 10 % .
l. Pulasan dengan pewarnaan gram .
m. Pap smear.
n. Biopsi.
o. Test biru metilen.
7. Komplikasi
Sesungguhnya, pemberian antibiotik maupun antijamur sangat
efektif untuk mengatasi keputihan akibat infeksi. Akan tetapi, bila infeksi
tidak teratasi (misalnya karena terlambat berobat, pengobatan yang tidak
tuntas, maupun infeksi ulang akibat pasangan seks tidak diobati
bersama), akan timbul berbagai komplikasi keputihan sebagai berikut:
a. Penyebaran infeksi ke daerah organ kewanitaan lain.
Sebut saja infeksi mulanya berasal dari dinding vagina. Bila infeksi
belum diatasi, maka infeksi dapat menyebar ke mulut rahim dan
menyebabkan radang mulut rahim sehingga menimbulkan
komplikasi keputihan.
b. Infertilitas
Bila pengobatan keputihan tidak dilakukan, maka infeksi berlanjut
lagi ke rahim, saluran telur atau mencapai indung telur hingga
menimbulkan kemungkinan terjadinya infertilitas.
c. Gagal ginjal
Pada kasus rembetan infesik yang agak ekstreme, infeksi dapat
menyebar ke ginjla hingga kemungkinan terburuknya dapat terjadi
gagal ginjal
d. Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease [PID]). Pada
trikomoniasis dan klamidia, sering kali tejadi perluasan infeksi ke
daerah panggul. Perluasan infeksi ini dikenal dengan nama
e. Sepsis
Infeksi yang semakin meluas juga dapat menyebabkan infeksi
seluruh tubuh apabila kuman berhasil masuk hingga sistem
peredaran darah atau kelenjar getah bening.
f. Bila perempuan dengan keputihan masih berhubungan seks dengan
suami atau pasangan seks yang tidak sakit, mungkin akan terjadi
penularan infeksi kepada pasangannya.
g. Depresi dan masalah seksual
Karena keputihan akibat infeksi biasanya menimbulkan rasa tidak
nyaman pada daerah kewanitaan, beberapa perempuan akan merasa
malu, menyalahkan diri sendiri dan berujung pada depresi. Masalah
seksual juga dapat terjadi akibat depresi maupun hilangnya minat
pasangan akibat adanya keputihan maupun bau tidak sedap yang
biasa menyertai adanya keputihan ini. Oleh karena itu, setiap
keputihan patologis hendaknya diobati hingga tuntas sebagai bentuk
pencegahan keputihan dan dengan mengenali gejala keputihan,
perluasan infeksi dapat dihindari.
8. Penatalaksaan
Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor
albus), sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus
untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker
leher rahim yang juga memberikan gejala keputihan berupa sekret encer,
berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta berbau
busuk.
Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti
jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk
mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan 
penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan
biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi
candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan
parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal
seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsung ke
dalam liang vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan
seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan
untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain
itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai
tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu
dengan :
a. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat
cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
b. Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom
untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
c. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar
tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana
dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana
terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada
waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
d. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu
dari arah depan ke belakang.
e. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan
karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan
konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih
vagina.
f. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan
pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
g. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan
penularan seperti meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat
mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan
mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
Subjektif
a. Identitas
b. Keluhan Utama :
c. Riwayat Perkawinan
d. Riwayat Menstruasi
e. Riwayat Kehamilan, Persalianan dan Nifas Yang Lalu
f. Riwayat kontrasepsi yang digunakan
g. Riwayat kesehatan
h. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
i. Keadaan Psiko Sosial Spritual
Objektif
a. Pemeriksaan umum
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan dalam/ Ginekologis :
d. Pemeriksaan penunjang :
2. Diagnosa
a. Disfungsi seksual
b. Defisit pengetahuan 
c. Gangguan rasa nyaman
3. Intervensi
a. Disfungsi seksual
Edukasi Seksualitas
Observasi:
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik:
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
- Jadwal pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Baerikan kesempatan untuk bertanya
- Fasilitasi kesadaran keluarga terhadap anak dan remaja serta
pengaruh media
Edukasi
- Jelaskan anatomi dan fisiologi system reproduksi laki-laki dan
perempuan
- Jelaskan perkembangan seksualitas sepanjang siklus kehidupan
- Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor
terhadap tidur REM
- Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola
tidur (mis. psikologis:gaya hidup, sering berubah shift bekerja)
- Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi lainnya
b. Defisit Pengetahuan
Edukasi Kesehatan
Observasi:
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
- Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik:
- Sediaakan materi dan media pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
- Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
c. Gangguan rasa nyaman
Terapi Relaksasi
Observasi:
- Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu kemampuan
kognitif
- Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
- Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudah latihan
Terapeutik
- Ciptakan lingkungan tenang, dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
- Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
- Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik
atau tindakan medis lain, jika sesuai
Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang
tersedia(mis. Musik, meditasi, napas dalam, relaksasi otot
progresif)
- Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
- Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
DAFTAR PUSTAKA
Blankast, Ariev. (2008). Mengatasi Keputihan dengan
Herbal, http://gealgeol.com/2008/08/27/agar-keputihan-tak-
berulang.html. di akses 14 Juni 2016

Handayani, Tri Asih. (2008). Memberantas dan mengobati


keputihan, http://sangwanita.blogspot.com.Di akses 14 Juni 2016

https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan
ginekologi/menopause/prognosis diakses pada tanggal 10 Februari 2021
pukul 11:45 WIB
https://www.google.com/search?
q=pathway+klimakterium&oq=pathway+&aqs=chrome.1.69i57j35i39l2j0l
5.4015j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8 diakses pada tanggal 10
Februari 2021 pukul 10:15 WIB
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI

Anda mungkin juga menyukai