Anda di halaman 1dari 26

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction/DI)

Dalam terjemahan bahasa Indonesia, Direct Instruction atau directive instruction

adalah pembelajaran langsung. Dalam pendidikan, model ini sering disebut dengan

Model Pengajaran Langsung (MPL). Menurut Arends, “A teaching model that is

aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught

in step-by-step fashion. For our purposes here, the model is labeled the direct

instruction model.”1

Menurutnya, model yang dapat membantu siswa dalam mempelajari

keterampilan dasar dan pengetahuan secara tahap demi tahap adalah model

pengajaran langsung (Direct Instruction).

Adapun yang dimaksud dengan pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan

dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan

prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. 2

Proses pembelajaran dengan model pengajaran langsung ini diharapkan

pemahaman pengetahuan deklaratif dan prosedural dapat meningkatkan

keterampilan dasar dan keterampilan akademik siswa.

Hal ini sesuai dengan pendapat Carin bahwa Direct Instruction secara sistematis

menuntut dan membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar dari masing-masing

1
Muhammad Faiq Dzaki, Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction), (Tersedia :
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/model-pengajaran-langsung-
direct.html) February 21-2021
2
Muhammad Faiq Dzaki,manajemen pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 126
tahap demi tahap.3

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa Direct Instruction adalah model

pengajaran yang dilakukan guru secara langsung dalam mengajarkan keterampilan

dasar dan didemonstrasikan langsung kepada siswa dengan tahapan yang terstruktur.

Model pengajaran langsung diharapkan dapat menjadi penunjangnya proses kegiatan

belajar mengajar untuk guru dan siswa, sehingga tujuan pembelajaran yang

diharapkan tercapai dengan baik dan hasil belajar yang diperoleh dapat meningkat

dengan baik pula.

a. Ciri-ciri Direct Instruction

Model pengajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa

termasuk prosedur penilaian hasil belajar

2) Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.

3) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang

diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat

berlangsung dengan berhasil.

b. Tujuan Direct Instruction

Beberapa peneliti menggunakan pembelajaran langsung bertujuan untuk

merujuk pada pola-pola pembelajaran di mana guru banyak menjelaskan

konsep atau keterampilan kepada sejumlah kelompok siswa dan menguji

keterampilan siswa dengan latihan- latihan terbimbing.

Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk


3
Sofiyah, “pengaruh model pengajaran langsung terhadap siswa”,(“skripsi”, universitas
islam negeri syarif hidayatullah , Jakarta, 2010),10.
memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa. Beberapa temuan dalam

teori perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang dihubungkan dengan

waktu yang digunakan oleh siswa dalam belajar/tugas dan kecepatan siswa

untuk berhasil dalam mengerjakan tugas sangat positif. Dengan demikian,

model pembelajaran langsung dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar

terstruktur dan berorientasi pada pencapaian akademik. Guru berperan sebagai

penyampai informasi, dalam melakukan tugasnya, guru dapat menggunakan

berbagai media, misalnya film, tape recorder, gambar, peragaan, dsb.

Menurut Arends, bahwa para pakar teori belajar membedakan dua

macam pengetahuan yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural.

Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata- kata) adalah

pengetahuan tentang sesuatu, contohnya siswa akan dapat menyebutkan sifat-

sifat cahaya. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana

melakukan sesuatu, contohnya siswa akan dapat membuktikan hukum

pemantulan cahaya ketika melakukan percobaan dengan cermin datar.

Sering kali penggunaan pengetahuan prosedural memerlukan prasyarat

berupa pengetahuan deklaratif. Para guru selalu menghendaki agar siswanya

memperoleh kedua macam pengetahuan tersebut, supaya siswa dapat

melakukan suatu kegiatan dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil.

c. Sintaks Direct Instruction

Ada lima tahap yang harus diketahui guru dalam menggunakan

pembelajaran langsung, yaitu (1) guru memulai pembelajaran dengan

menjelaskan tujuan pembelajaran khusus serta menginformasikan

latar belakang dan pentingnya materi pembelajaran, (2) guru

menginformasikan pengetahuan secara bertahap atau


mendemonstrasikan secara benar, (3) guru membimbing pelatihan

awal dengan cara meminta siswa melakukan kegiatan yang sama

dengan kegiatan yang telah dilakukan guru dengan panduan LKS, (4)

guru mengamati kegiatan siswa untuk mengetahui kebenaran

pekerjaannya sambil memberi umpan balik, (5) guru memberikan

kegiatan pemantapan agar siswa berlatih sendiri menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam bentuk tugas.4 Secara

sistematis dapat dilihat pada tabel 2.1.5

4
Ibid 16
5
Ibid 18
Tabel 2.1

Sintaks Direct Instruction

Fase Tingkah Laku Guru


Guru menjelaskan tujuan

Fase 1 pembelajaran, informasi latar

Menyampaikan tujuan dan belakang pelajaran, pentingnya

mempersiapkan siswa pelajaran, mempersiapkan siswa

untuk belajar.
Guru

Fase 2 mendemonstrasikan keterampilan

Mendemonstrasikan dengan benar, atau menyajikan

pengetahuan dan keterampilan informasi tahap demi

tahap
Fase 3 Guru merencanakan dan memberi

Membimbing pelatihan bimbingan pelatihan awal


Fase Mencek apakah siswa telah berhasil

Mengecek pemahaman melakukan tugas dengan baik,

dan memberikan umpan balik memberi umpan balik


Guru mempersiapkan kesempatan

Fase 5 melakukan pelatihan lanjutan,

Memberikan kesempatan untuk dengan perhatian khusus pada

pelatihan lanjutan dan penerapan penerapan kepada situasi lebih

kompleks dan kehidupan sehari-hari.


Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan
secara detail seperti berikut:6

1) Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa

a) Menjelaskan Tujuan

Para siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka

berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu

mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah

selesai berperan serta dalam pelajaran itu. Guru

mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswa–siswanya

melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara

menuliskannya di papan tulis, atau menempelkan informasi

tertulis pada papan buletin, yang berisi tahap-tahap dan isinya,

serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap.

Dengan demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur

tahap pelajaran dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran itu.

b) Menyiapkan Siswa

Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa,

memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan, dan

mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimilikinya,

yang relevan dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari.

Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan mengulang pokok-pokok

pelajaran yang lalu, atau memberikan sejumlah pertanyaan kepada

siswa tentang pokok-pokok pelajaran yang lalu.

6
Ibid 26
2) Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan

Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan

pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti langkah-

langkah demonstrasi yang efektif.

a) Menyampaikan informasi dengan jelas

Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru kepada

siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan pengorganisasian

pembelajaran yang baik. Dalam melakukan presentasi guru harus

menganalisis keterampilan yang kompleks menjadi keterampilan yang

lebih sederhana dan dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil

selangkah demi selangkah. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan

dalam penyampaian informasi/presentasi adalah: (1) kejelasan tujuan dan

poin-poin utama, yaitu menfokuskan pada satu ide (titik, arahan) pada

satu waktu tertentu dan menghindari penyimpangan dari pokok

bahasan/LKS; (2) presentasi selangkah demi selangkah; (3) prosedur

spesifik dan kongkret, yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan

beragam, atau berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang

untuk poin-poin yang sulit; (4) pengecekan untuk pemahaman siswa,

yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin sebelum melanjutkan ke

poin berikutnya, ajukan pertanyaan kepada siswa untuk memonitor

pemahaman mereka tentang apa yang telah dipresentasikan, mintalah

siswa mengikhtisarkan poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri,

dan ajarkan ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa, dengan

penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa.

b) Melakukan demonstrasi
Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa sebagian

besar yang dipelajari berasal dari pengamatan terhadap orang lain.

Tingkah laku orang lain yang baik maupun yang buruk merupakan acuan

siswa, sehingga perlu diingat bahwa belajar melalui pemodelan dapat

mengakibatkan terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak

benar. Oleh karena itu, agar dapat mendemonstrasikan suatu keterampilan

atau konsep dengan berhasil, guru perlu sepenuhnya menguasai konsep

atau keterampilan yang akan didemonstrasikan, dan berlatih melakukan

demonstrasi untuk menguasai komponen-komponennya.

3) Menyediakan Latihan Terbimbing

Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah cara

guru mempersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terbimbing.”

Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan

retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan

memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi

yang baru atau yang penuh tekanan. Beberapa prinsip yang dapat

digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan melakukan

pelatihan adalah seperti berikut :

a) Siswa diberikan tugas latihan singkat dan bermakna.

b) Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai

konsep/keterampilan yang dipelajari.

c) Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan

berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi

(distributed practiced).
d) Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan.

4) Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik

Pada pengajaran langsung, fase ini mirip dengan apa yang

kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik. Guru dapat

menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik kepada

siswa. Beberapa pedoman dalam memberikan umpan balik efektif

yang patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut:

a) Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan.

b) Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik.

c) Konsentrasi pada tingkah laku, dan bukan pada maksud.

d) Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

e) Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar.

f) Apabila memberikan umpan balik yang negatif, tunjukkan

bagaimana melakukannya dengan benar.

g) Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada “proses” dan

bukan pada “hasil.”

h) Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri,

dan bagaimana menilai kinerjanya sendiri.

5) Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri

Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa

sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah


pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri,

merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan

baru yang diperolehnya secara mandiri. Pekerjaan rumah diberikan

berupa kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaran

berikutnya.

6) Kelebihan dan Kelemahan Direct Instruction

Model pengajaran langsung (Direct Instruction/DI) dirancang

secara langsung untuk menunjang proses belajar siswa yang

berkaitan dengan keterampilan dasar yang diajarkan selangkah demi

selangkah. Keterampilan dasar yang didemonstrasikan atau

dimodelkan dengan selangkah demi selangkah akan meningkatkan

hasil belajar siswa. Hal ini dilihat dari beberapa penelitian

diantaranya adalah penelitian Stalling, dkk menunjukkan bahwa

guru yang mengorganisasikan kelasnya yang memungkinkan

berlangsungnya pembelajaran terstruktur menghasilkan rasio

keterlibatan siswa yang tinggi dan hasil belajar yang tinggi pula.

Adapun kelemahan model pengajaran langsung adalah kurang

cocok untuk mengajarkan keterampilan sosial atau kreativitas,

proses berpikir tingkat tinggi dan konsep-konsep yang abstrak.7

B. Tinjauan Hasil Belajar Siswa

a. Definisi Belajar

Banyak definisi yang diberikan tentang 'belajar'. Misalnya Gage (1984),

7
Ibid 29
mengartikan 'belajar' sebagai suatu proses di mana organisme berubah

perilakunya. Cronbach mendefinisikan belajar adalah "learning is shown by

a change in behavior as a result of experience" (belajar ditunjukkan oleh

suatu perubahan dalam perilaku individu sebagai hasil pengalamannya).

Harold Spears mengatakan bahwa “learning is to observe, to read, to

imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction" (belajar

adalah untuk mengamati, membaca, meniru, mencoba sendiri sesuatu,

mendengarkan, mengikuti arahan).8

Adapun Geoch, menegaskan bahwa "learning is a change in

performance as result of practice." (belajar adalah suatu perubahan di

dalam unjuk kerja sebagai hasil praktik). Kemudian, menurut Ratna

Willis Dahar,9

"belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang diakibatkan

oleh pengalaman". Paling sedikit ada lima macam perilaku perubahan

pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab dasar

dalam belajar: (1) pada tingkat emosional yang paling primitif, terjadi

perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus tak

terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi. Sebagai suatu fungsi

pengalaman, stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh

kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi. Bentuk

semacam ini disebut responden, dan menolong kita untuk memahami

bagaimana para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah

8
Baharuddin Penerapan Model Siklus Belajar Jogjakarta 2010. 85
9
Ibid., 87
atau bidang- bidang studi, (2) belajar kontiguitas, yaitu bagaimana

dua peristiwa dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu,

dan hal ini banyak kali kita alami. Kita melihat bagaimana asosiasi

ini dapat menyebabkan belajar dari 'drill' dan belajar stereotipe-

stereotipe, (3) kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku

memengaruhi apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak, dan berapa

besar pengulangan itu. Belajar semacam ini disebut belajar operant,

(4) pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-

kejadian. Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita

mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar

observasional, (5) belajar kognitif terjadi dalam kepala kita, bila kita

melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita, dan

dengan insight, belajar menyelami pengertian.

Akhirnya, Depdiknas mendefinisikan 'belajar' sebagai proses

membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau

pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan

sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan

persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa.10

Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi

bentukan guru. Hal ini terbukti, yakni hasil ulangan para siswa

berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru

yang sama, dan pada saat yang sama. Mengingat belajar adalah

kegiatan aktif siswa, yaitu membangun pemahaman, maka partisipasi


10
Ibid., 89
guru jangan sampai merebut otoritas atau hak siswa dalam

membangun gagasannya.

Belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi

dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam

perilakunya. Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena

kematangan), menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan

hasil pengalaman. Setiap individu menampilkan perilaku belajar yang

berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan karena setiap individu

mempunyai karakteristik individunya yang khas, seperti minat,

intelegensi, perhatian, bakat dan sebaginya. Perubahan perilaku

akibat kegiatan belajar yang menyebabkan siswa memiliki

penguasaan terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam

kegiatan belajar- mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.11

Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebagai proses siswa

membangun gagasan/pemahaman sendiri untuk berbuat, berpikir,

berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan

guru; baik melalui pengalaman mental, pengalaman fisik, maupun

pengalaman sosial.

b. Definisi Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil


11
Sofiyah, “pengaruh model pengajaran langsung terhadap siswa”,(“skripsi”, universitas
islam negeri syarif hidayatullah , Jakarta, 2010),35
(product) menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya

suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input

secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan

karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi

barang jadi (finished goods).12

Siswa yang melakukan kegiatan belajar, akan terjadi proses

berpikir yang melibatkan kegiatan mental. Dalam kegiatan mental,

terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima

sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi

yang diberikan. Oleh karena itu, hasil belajar diartikan adalah sebagai

kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman

belajar yang mencakup perubahan tingkah laku secara kognitif,

afektif maupun psikomotorik. Pada pembelajaran Pendidikan Agama

Islam, penilaian hasil belajar diukur melalui ulangan, penugasan,

penilaian kinerja (performance assesment), penilaian hasil karya

(product assesment), atau bentuk lain yang sesuai dengan

karakteristik konsep materi yang dinilai.13

Berdasarkan pembatasan masalah hasil belajar Pendidikan Agama

Islam siswa yang akan diukur adalah pada ranah kognitif yang

mencakup aspek mengingat/C1 (remembering), aspek memahami/C2

(understanding), aspek aplikasi/C3 (applying), dan aspek


12
Ibid.,
13
Moh. Nurudin, perbandingan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam antara yang
Mneggunakan Problem Based Instruction dengan Direct Instruction, (Skripsi Jurusan
Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Pendidikan Agama Islam FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010),38.
menganalisis/C4 (analyzing).

Setiap tingkatan aspek yang diamati memiliki kriteria-kriteria

tertentu, yaitu :35

1. Aspek Mengingat/C1 (Remembering)

Ketika sifat objektif diperkenalkan untuk memberikan sebuah

materi dalam bentuk yang sama seperti yang telah dipikirkan,

maka kategori yang relevan yaitu ingatan (remember). Ingatan

termasuk dalam pengetahuan dari memori lama yang termasuk

dalam pengetahuan relevan yaitu yang berdasarkan fakta,

konseptual, prosedural, atau metakognitif, atau gabungannya.

Untuk mencapai kemampuan mengingat, maka siswa harus

melalui tahap :

- Mengenal (Recognizing), mengenal bertujuan untuk

membandingkan kesadaran dengan informasi yang ada. Dalam

kesadaran, siswa mencari informasi yang ada. Saat informasi

baru datang, siswa harus menentukan bahwa informasi yang

diperoleh berkaitan erat dengan pengetahuan yang telah

dipelajari sebelumnya hingga menenukan sebuah kecocokan.

- Memanggil kembali (Recalling), termasuk dalam pengetahuan

dari memori lama yang didapatkan kembali dengan cepat.

Soal ingatan (recalling) adalah pertanyaaan yang jawabannya dapat

dicari dengan mudah pada buku atau catatan.

2. Aspek Memahami/C2 (Understanding)


Pada jenjang memahami ini siswa diharapkan tidak hanya

mengetahui, mengingat tetapi juga harus mengerti. Memahami

berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari

bebrapa segi dengan kata lain siswa dikatakan memahami sesuatu

apabila ia dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dengan

menggunakan kata-katanya sendiri.

- Interpretasi (Interpreting), terjadi ketika seorang siswa dapat

mengubah informasi dari satu representasi ke representasi

lainnya. Misalnya siswa diperintahkan untuk membuat

diagram fasor.Exemplifying, menemukan contoh spesifik

atau ilustrasi dari sebuah konsep atau prinsip. Terjadi ketika

siswa diberikan sebuah contoh khusus dari sebuah konsep

umum. Menerangkan dengan contoh (exemplifying)

termasuk dalam proses identifikasi dalam mendefinisikan

keistimewaan-keistiewaan dari konsep umum dan

menggunakannya untuk memilih sebuah contoh khusus.

- Mengklasifikasikan (Classifying), terjadi ketika siswa

menyadari bahwa sesuatu termasuk daam sebuah kategori.

Kategori ini termasuk dalam identifikasi bebrapa pola yang

cocok dari contoh khusus dan konsep dasar.

Mengklasifikasikan dimulai dengan sebuah contoh khusus

dan mengharuskan siswa untuk menemukan konsep-

konsep/prinsip-prinsip dasar.
- Meringkas (Summarizing), merangkum gambaran umum

atau poin-poin penting. Meringkas termasuk dalam sebuah

informasi yang membangun, seperti pengertian sebuah

fenomena dalam suatu peta konsep dan membuat

ringkasannya.

- Inferensi (Inferring), menggambarkan kesimpulan-

kesimpulan sementara secara logis dari informasi yang

disajikan. Inferensi terjadi ketika siswa dapat meringkas

sebuah konsep yang dikerjakan dengan menghitung satu set

contoh yang menggunakan berbagai macam kode dan hal-hal

yang penting dengan menuliskan hubungan di antara

semuanya.

Membandingkan (Comparing), mencari hubungan antara dua

ide, objek, dan sejenisnya. Dalam membandingkan, ketika

informasi baru diberikan, siswa mendeteksi hubungannya dengan

pengetahuan yang memang sudah ada. Contohnya

membandingkan sebuah rangkaian listrik berjalan seperti air

mengalir yan melewati sebuah pipa.

Menjelaskan (Explaining), terjasi ketika seorang siswa dapat

membangun dan menggunakan sebuah model sebab akibat pada

sebuah sistem. Beberapa tugas dapat digunakan dalam menilai

kemampuan siswa untuk menjelaskan termasuk pendapat,

perbaikan masalah, perancangan kembali, prediksi.


3. Aspek Mengaplikasikan/C3 (Applying)

Aplikasi adalah pemakaian hal-hal abstrak dalam situasi

konkret. Hal-hal abstrak tersebut dapat berupa ide umum, aturan

atau prosedur, metode umum dan juga dalam bentuk prinsip, ide

dan teori secara teknis yang harus diingat dan diterapkan.

Sementara menurut Arikunto, soal aplikasi adalah soal yang

mengukur kemampuan siswa dalam mengaplikasikan

(menerapkan) pengetahuannya untuk memecahkan masalah

sehari-hari atau persoalan yang dikarang sendiri oleh penyusun

soal dan bukan keterangan yang terdapat dalam pelajaran yang

dicatat.

Melaksanakan (Executing), secara rutin siswa membawa

sebuah cara saat dihadapkan dengan masalah yang sudah

dikenalnya. Kebiasaan ini sering memberikan bebrapa pentujuk

yang cukup untuk menggunakan prosedur/cara yang dipilih.

Siswa diberikan sebuah tugas yang sudah dikenal yang dapat

diselesaikan dengan menggunakan cara yang baik. Contohnya

mengukur panjang atau diameter suatu benda dapat

menggunakan mistar, jangka sorong atau mikrometer sekrup.

Implementasi (Implementing), digunakan saat siswa memilih

dan menggunakan sebuah cara untuk menampilkan tugas yang

belum dikenal. Implementasi juga berarti menjalankan prosedur

berdasarkan instruksi yang tidak biasa dilakukan (misalnya


menggunakan Hukum Newton II pada situasi yang

memungkinkan).

4. Aspek Menganalisis/C4 (Analyzing)

Analisis adalah suatu kemampuan peserta didik untuk merinci

atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-

bagian yang lebih kecil atau merinci faktor-faktor penyebabnya

dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau

faktor- faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya.

Membedakan (Differentiating), menentukan ciri-ciri yang

relevan dari bagian tidak relevan materi yang diberikan.

Differensiasi (membedakan) dapat ditaksir dengan tanggapan

atau tugas pilihan. Dalam tanggapan, siswa diberikan beberapa

bahan dan ditugaskan untuk mengindikasikan bagian-bagian

mana yang penting.

Mengorganisasikan (Organizing), yaitu dapat

mengidentifiaksi sebuah elemen dalam komunikasi dan

menyadari bagaimana mereka bersatu dalam struktur yang sama

dalam suatu pengelompokkan. Siswa membuat hubungan yang

sistematik dan koheren dari bebrapa informasi yang diberikan.

Melengkapi (Attributing), terjadi ketika siswa dapat

menentukan ide utama, dugaan, nilai-nilai atau tujuan utama.

Melengkapi termasuk sebuah proses dekonstruksi dimana siswa

memerlukan tujuan dan bahan yang dipresentasikan oleh penulis


untuk interpretasi. Siswa mencari untuk memahami pengertian materi

yang diberikan juga termasuk sebua perluasan dasar untuk menduga

suatu tujuan atau ide utama dengan kata lain menentukan sebuah segi

pandang, penyimpangan, harga, atau tujuan dasar materi yang

disajikan.

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa hasil belajar

Pendidikan Agama Islam adalah hasil penilaian pada ranah kognitif

yang dicapai siswa setelah melakukan pembelajaran Pendidikan

Agama Islam.

C. Kajian penelitian terdahulu

Dalam kajian ini ditujukan agar terhindar dari persamaan objek dan fokus

penelitian antara peneletian terdahulu yang sudah relevan dengan penelitian

yang akan dilakukan sekarang.

Persamaan dan

perbedaan Agustin
Elyn Donata Penelitian ini
denganpenelitian Nurochmah hayati

terdahulu
Topik penelitian Pengaruh Pengaruh Pengaruh

penggunaan penggunaan model penggunaan

model pembelajaran model

pembelajaran direct intruction pembelajaran

direct intruction terhadap hasil direct

terhadap hasil belajar siswa kelas intruction

belajar siswa 03 smas al ihsani terhadap hasil

kelas 03 smas al sendeng dejeh belajar siswa


kelas 03 smas

ihsani sendeng al ihsani

dejeh tahun tahun 2020 /2021 sendeng

2020 /2021 dejeh tahun

2020 /2021
Jenis penelitian Kuantitatif Kuantitatif
Angket, Angket ,
Instrumen
Dokumentasi, Obsevasi,
penelitian
Observasi Dokumentasi
Madrasah

SD Negeri se- Miftahul


Lokasi penelitian
kecamatan Imogiri Ulum Desa

Perreng
Tujuan penelitian Untuk mengetahui Untuk

adanya pengaruh mengetahui

yang positif dan pengaruh

signifikan dari kebiasaan

kebiasaan belajar belajar dan

dan perhatian perhatian

orang tua terhadap orang tua

hasil belajar secara

kognitif bersamaan

matematika siswa terhadap hasil

kelas V SD Negeri belajar siswa

se-kecamatan kelas VI
Madrasah

Ibtidaiyah
Imogiri tahun
Desa Perreng
ajaran 2015/2016
Tahun Ajaran

2020/2021
Uji normalitas,Uji

Uji normalitas, linearitas, Uji

Teknik analisis Uji lineritas, Uji multikolinearitas, Product

data multikolinearitas, Uji simultan ( uji moment

Uji hipotesis f ), Uji persial ( uji

t)

Dari beberapa Skripsi yang telah dijabarkan diatas bahwa hasil penelitian

berpengaruh positif dan signifikan. Dengan demikian itu dapat dibuktikan

dengan dengan adanya variabel X dengan variabel Y. Sedangkan untuk dapat

mengetahui hasil penelitian dari judul peneliti dapat dilihat setalah

dilakukannya penelitian. Dengan judul : adakah Pengaruh penggunaan model

pembelajaran direct intruction terhadap hasil belajar siswa kelas 03 smas al

ihsani sendeng dejeh tahun 2020 /2021

D. Kerangka Konseptual

Dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA,

siswa dituntut dapat memahami pengetahuan dasar dan mengaplikasikan

konsep-konsep dasar Pendidikan Agama Islam tersebut dalam kehidupan

sehari-hari, sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat bermanfaat pada


diri sendiri dan masyarakat. Pengetahuan dasar yang dimaksud adalah

pengetahuan berupa deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu) dan

pengetahuan yang berupa prosedural (pengetahuan tentang bagaimana

melakukan sesuatu). Seringkali penggunaan pengetahuan prosedural

memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa pengetahuan

deklaratif. Oleh sebab itu, kedua macam pengetahuan ini perlu dilatihkan

kepada siswa agar mereka melakukan suatu kegiatan yang dapat

diaplikasikan pada konsep Pendidikan Agama Islam tersebut.

Namun kenyataannya, tuntutan pada siswa dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam belum terpenuhi. Akhirnya para guru

menerapkan sebuah model pengajaran yang sesuai dengan konsep

Pendidikan Agama Islam tersebut. Penggunaan model pengajaran ini

didasarkan pada penerapan model konvensional yang tidak sesuai pada

konsep Pendidikan Agama Islam yang diajarkan, sehingga hanya dapat

membantu siswa dalam memiliki penguasaan konsep (pengetahuan

deklaratif) saja.

Untuk mengatasi hal di atas, model pengajaran yang meliputi

pengatahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural adalah model

pengajaran langsung (Direct Instruction/DI). Model pengajaran langsung

dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang

pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur

dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Pengajaran

langsung merupakan suatu model pengajaran yang sebenarnya bersifat


teacher centered. Dalam menerapkan model pengajaran langsung guru

harus mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang akan

dilatihkan pada siswa selangkah demi selangkah. Karena dalam

pembelajaran peran guru sangat dominan, maka guru dituntut agar dapat

menjadi seorang model yang menarik bagi siswa dan pembelajaran

Pendidikan Agama Islam menjadi lebih menyenangkan.

Agar pengetahuan dasar dapat dilatihkan kepada siswa dengan baik,

maka perlu dikembangkan dan digunakan suatu perangkat pembelajaran

yang sesuai dengan konsep materi yang diajarkan. Dalam menerapkan

perangkat pembelajaran tersebut, guru harus dapat melaksanakan kegiatan

belajar mengajar sesuai dengan tahapan-tahapan pada model pengajaran

langsung. Terdapat 5 tahapan yang harus guru lakukan, yaitu :

1) penyampaian tujuan pembelajaran;

2) mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan;

3) memberi latihan terbimbing;

4) mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik; dan 5)

pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu.

Dengan demikian, penerapan model pengajaran langsung (Direct

Instruction/DI) diharapkan akan dapat menciptakan suasana belajar yang

kondusif, dimana menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam sehingga dapat meningkatkan hasil belajar

Pendidikan Agama Islam siswa.


Rendahnya Hasil Belajar

Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut :

Hanya Penggunaan model pengajaran


Kurangnya
menekankan konvensional yang tidak sesuai
penguasaan dengan konsep materi yang diajarkan
pada penguasaan
keterampilan dasar
konsep
yang dimiliki siswa

Menggunakan model yang


sesuai dengan konsep
Pendidikan Agama Islam
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

Pengetahuan Pengetahuan
deklaratif prosedural

Model Pengajaran
langsung (Direct
Instruction/DI) (proses
pembelajaran secara
tahap demi tahap)

Meningkatkan hasil
belajar Pendidikan
Agama Islam siswa

Pengaruh Model Pengajaran Langsung (Direct


Instruction/DI) Terhadap Hasil Belajar
Pendidikan Agama Islam Siswa

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan

hipotesis

H0 = Tidak terdapat pengaruh model pengajaran langsung (direct Instruction/DI terhadap

hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa

Ha = Terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct Instruction/DI) terhadap

hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa.

Anda mungkin juga menyukai