Anda di halaman 1dari 17

8

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka
1. Kualitas Air
Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung
didalamnya (Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air). Sumber daya air merupakan bagian dari sumberdaya alam
yang bersifat dapat diperbarui (renewable resources). Namun bukan berarti dapat
digunakan seenaknya, karena akan mengganggu keseimbangan sumber daya alam.
Di Indonesia, pemanfaatan sumber daya air telah dikembangkan cukup luas,
antara lain : untuk pembangkit listrik, irigasi pertanian dan perkebunan, pendingin
mesin-mesin industri, pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari penduduk.
Berdasarkan letaknya, sumber daya air tersebut dibedakan menjadi 3
golongan (Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air) yaitu :
a. Air permukaan adalah air hujan atau air tanah yang keluar dari dalam
tanah secara terakumulasi, terkumpul, atau terlintas (run off) dan berada
pada tempat-tempat cekungan untuk sementara waktu, contohnya adalah
air sungai, genangan, situ, danau, waduk, rawa, laguna, dsb.
b. Air tanah dangkal adalah air berada dibawah permukaan tanah hingga
kedalaman 90 m dari permukaan tanah, mengisi pori-pori tanah diatas
lapisan batuan kedap air dalam tanah. Air tanah ini membentuk permukaan
air sebagai permukaan air pada sumur-sumur penduduk.
c. Air tanah dalam sering juga disebut air bawah tanah (ground water) atau
air artesis umumnya berada pada kedalaman lebih dari 90 m dari
permukaan tanah. Air tanah dalam ini umumnya air tawar dan sangat
bersih.
Sumber daya air sebagai salah satu sumber daya alam yang dapat
diperbarui, maka ketersediannya harus terus dilestarikan. Sumber daya air mutlak
harus dikelola dengan sebaik-baiknya dan dijaga kelestariannya. Agar kelestarian
9

air tanah dapat tetap terjaga dan pendayagunaannya dapat berkelanjutan, maka
sangat diperlukan intergrasi dan keterpaduan antar instansi terkait dalam
penyusunan kerangka kerja legislatif yang mengatur pengelolaan sumber daya air
terpadu (Kodoatie, 2012:285)
Kualitas sumber daya air sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik, kimia,
serta biologinya di dalam suatu ekosistem. Khusus air permukaan mempunyai
multifungsi dalam pemanfaatannya (domestik, industri, pertanian dll) sehingga
kualitas sumber daya air sangat dipengaruhi oleh lokasi, penggunaan lahan serta
tingkat kepadatan penduduk dan adanya aktivitas perekonomian. Sedangkan untuk
air tanah, kualitas sumber daya airnya sangat dipengaruhi oleh jenis, ketebalan,
dan tingkat porositas akuifer-nya (Bappeda Kab Pemalang, 2008 dalam Indahwati,
2012:10).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017
tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan
Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan
Pemandian Umum pasal 1 (ayat 3) menyatakan bahwa air untuk keperluan
higiene sanitasi adalah air dengan kualitas tertentu yang digunakan untuk
keperluan sehari-hari yang kualitasnya berbeda dengan kualitas air minum.
2. Air Tanah
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan
dibawah permukaan tanah. Akuifer adalah lapisan batuan jenuh air tanah yang
dapat menyimpan dan meneruskan air tanah dalam jumlah cukup dan ekonomis
(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Air
Tanah).
Air tanah terbagi menjadi dua, yaitu air tanah dangkal dan air tanah
dalam, berikut penjelasannya :
a. Air tanah dangkal adalah air yang berada dibawah permukaan tanah
hingga kedalaman 90 m dari permukaan tanah, mengisi pori-pori tanah
diatas lapisan batuan kedap air dalam tanah. Air tanah ini membentuk
permukaan air sebagai permukaan air pada sumur-sumur penduduk.
10

b. Air tanah dalam sering juga disebut air bawah tanah (ground water) atau
air artesis umumnya berada pada kedalaman lebih dari 90 m dari
permukaan tanah. Air tanah dalam ini umumnya air tawar dan sangat
bersih (Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air).
Air tanah merupakan salah satu fase dalam siklus hidrologi, yaitu suatu
peristiwa yang selalu berulang dari urutan tahap yang dilalui air dari atmosfer ke
bumi dan kembali lagi ke atmosfer. Siklus hidrologi tersebut air tanah berinteraksi
dengan air permukaan serta komponen-komponen lain yang terlibat dalam siklus
hidrologi termasuk bentuk topografi, jenis tanah, penggunaan lahan, jenis vegetasi
penutup, serta manusia yang berada di permukaan bumi (Setyowati, 2007:7-8).
Air tanah dapat berasal dari air hujan (presipitasi) baik melalui proses
infiltrasi secara langsung ataupun secara tak langsung dari air sungai, danau, rawa,
dan genangan air lainnya. Pergerakan air tanah pada hakikatnya terdiri atas
pergerakan horizon air tanah; infiltrasi, sungai, danau, dan rawa ke lapisan
akuifer; dan menghilangnya atau keluarnya air tanah melalui sumur, pancaran air
tanah (mata air), serta aliran air tanah memasuki air sungai dan tempat-tempat lain
yang merupakan tempat keluarnya air tanah. Air hujan yang merembes ke dalam
tanah menjadi bagian dari airtanah, perlahan-lahan mengalir ke laut, atau mengalir
langsung dalam tanah atau dipermukaan dan bergabung dengan aliran sungai
(Hamzah, 2011: 72).
Penyebaran air tanah dapat dibedakan menjadi 2 yaitu (1) penyebaran
secara vertikal merupakan deskripsi penyebaran air tanah di permukaan bumi
yang diidentifikasi dalam suatu kolam tanah dari permukaan tanah sampai ke
dalam tanah tertentu; (2) penyebaran secara horizontal, merupakan deskripsi
penyebaran air tanah di permukaan bumi yang diidentifikasi secara horizontal dari
suatu tempat ke tempat lain (Setyowati, 2007: 12-13).
Air tanah ditemukan pada formasi geologi permeable (tembus air) yang
dikenal sebagai akuifer (juga disebut reservoir air tanah, formasi pengikat air,
dasar-dasar yang tembus air) yang memungkinkan jumlah air yang cukup besar
untuk bergerak melaluinya pada kondisi lapangan yang biasa (Seyhan, 1990 :256).
11

Kecenderungan pemilihan air tanah sebagai sumber air bersih


dibandingkan air permukaan, karena beberapa keuntungan diantaranya :
a. Tersedia dekat dengan tempat yang memerlukan, sehingga distribusi
lebih murah.
b. Debit (produksi) sumur biasanya relative stabil.
c. Lebih bersih dari bahan pencemar (polutan) permukaan.
d. Bersih dari kekeruhan, bakteri, lumut, atau tumbuhan dan binatang liar.
e. Kualitasnya seragam (Suripin, 2001:141).
Dalam undang-undang sumber daya air, daerah aliran air tanah disebut
cekungan air tanah (CAT) atau groundwater basin yang didefinisikan sebagai
suatu wilayah yang dibatasi oleh hidrogeologis, tempat semua kejadian
hidrogeologis seperti proses pengimbunan, pengaliran dan pelepasan air tanah
berlangsung. Menurut Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2011 Tentang
Cekungan Air Tanah, CAT di Indonesia terdiri atas CAT bebas (unconfined
aquifer) dan CAT tertekan (confined aquifer). Elemen CAT adalah semua air
yang terdapat dibawah permukaan tanah, jadi seakan-akan merupakan kebalikan
dari air permukaan.
Mengacu pada kriteria CAT dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43
tahun 2008 tentang Air Tanah, maka kriteria bukan CAT (non-CAT) atau CAT
tidak potensial adalah sebagai berikut :
a. Tidak mempunyai batas hidrogeologis yang dikontrol oleh kondisi
geologis dan/atau kondisi hidraulik air tanah.
b. Tidak mempunyai daerah imbuhan dan daerah lepasan air tanah dalam
satu sistem pembentukan air tanah.
c. Tidak memiliki satu kesatuan sistem akuifer.
Luas CAT dan non-CAT Indonesia adalah sebagai berikut (Keputusan
Presiden Nomor 26 Tahun 2011 tentang Cekungan Air Tanah):
a. Luas CAT : 907,615 km² (atau 47,2% luas daratan)
b. Luas non-CAT : 1,014,985 km² (atau 52,8% luas daratan)
c. Luas daratan : 1,922,600 km² (atau 100%)
12

Ketinggian dan Kedalaman Muka Airtanah


Tinggi muka airtanah tidak statis tetapi mengalami fluktuasi atau naik
turun tergantung pada fluktuasi curah hujan. Saat pada musim penghujan muka air
tanah akan mengalami peningkatan dan pulih karena proses pengisian kembali
(groundwater recharge) dan berada pada kedudukan tertinggi pada akhir musim
penghujan. Lalu pada musim kemarau muka air tanah pada sistem akuifer
cenderung menurun secara bertahap (groundwater depletion) ( Harnandi &
Pasaribu, 2009 dalam Hasfarila, Eko & Supriatna, 2014:1). Pengaruh kondisi
hidrolik pada formasi geologi pada pengisian airtanah adalah bentuk bagaimana
akuifer bereaksi dengan proses pengisian airtanah yang berasal dari daerah
resapan. Apabila pengisian airtanah berasal dari air hujan memasuki zona akuifer
bebas, maka akan mengakibatkan kenaikan tinggi muka airtanah. Koefisien
kapasitas tampung airtanah dan permeabilitas tanah memiliki pengaruh terhadap
naik ataupun turunnya tinggi muka airtanah selama proses pengisian airtanah
berlangsung.
3. Intrusi Air Laut
Intrusi atau penyusupan air asin ke dalam akuifer di daratan pada
dasarnya adalah proses masuknya air laut di bawah permukaan tanah melalui
akuifer di daratan atau daerah pantai. Dengan pengertian lain, yaitu proses
terdesaknya air bawah tanah tawar oleh air asin/air laut di dalam akuifer pada
daerah pantai. Apabila keseimbangan hidrostatik antara air bawah tanah tawar dan
air bawah tanah asin di daerah pantai terganggu, maka akan terjadi pergerakan air
bawah tanah asin/air laut ke arah darat dan terjadilah intrusi air laut. Terminologi
intrusi pada hakekatnya digunakan hanya setelah ada aksi, yaitu pengambilan air
bawah tanah yang mengganggu keseimbangan hidrostatik. Adanya intrusi air laut
ini merupakan permasalahan pada pemanfaatan air bawah tanah di daerah pantai,
karena berakibat langsung pada mutu air bawah tanah (Hendrayana, 2002:3).
Menurut Hendrayana (2002:3), air bawah tanah yang sebelumnya layak
digunakan untuk air minum, karena adanya intrusi air laut, maka terjadi degradasi
mutu, sehingga tidak layak lagi digunakan untuk air minum. Penyusupan air asin
ini dapat terjadi antara lain akibat :
13

a. Penurunan muka air bawah tanah atau bidang pisometrik di daerah


pantai.
b. Pemompaan air bawah tanah yang berlebihan di daerah pantai.
c. Masuknya air laut ke daratan melalui sungai, kanal, saluran, rawa, atau
pun cekungan lainnya.
Terjadinya intrusi air laut dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Proses terjadinya Intrusi/ Perembesan Air Laut ke Daratan


sumber : (https://www.lenntech.com/groundwater/seawater-intrusions.htm, 2015).
Menurut Aziz (2013:243) intrusi air laut adalah fenomena di mana air
laut masuk ke akuifer. Hal tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor di
antaranya adalah perubahan penggunaan lahan, deforestasi hutan bakau,
pertumbuhan penduduk, dan peningkatan kawasan industri di dekat garis pantai
yang menggunakan air tanah untuk memenuhi kebutuhan air bersih mereka.
Eksploitasi semacam itu, terutama eksploitasi yang berlebihan, dapat
menyebabkan perubahan keseimbangan hidrolik antara tekanan air dan air laut,
menyebabkan air laut masuk ke tanah. Selain itu, karakteristik pantai dan batuan
penyusunnya, serta fluktuasi air tanah di area pantai, berkontribusi terjadinya
intrusi air laut, yang merupakan salah satu faktor penyebab penurunan kualitas air
tanah. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya salinitas air tanah berdasarkan
kandungan ion klorida yang ditunjukkan oleh nilai zat padat terlarut dan
konduktivitas air tanah.
Beberapa parameter kualitas air tanah yang digunakan diantaranya adalah:
14

a. pH
Pada umumnya keasaman air disebabkan karena adanya gas karbon
dioksida yang larut dalam air dan menjadi asam karbonat. Semakin tinggi nilai
pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar
karbondioksida bebas. Berdasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi,
Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum klasifikasi pH kualitas air
tanah ditunjukkan dalam Tabel 2.1
Tabel 2.1 Klasifikasi pH Kualitas Air Tanah Berdasarkan Standar
Baku Mutu Air Bersih
No. Parameter Kadar maksimum yang Klasifikasi Kualitas
diperbolehkan Air Tanah
1. pH 6,5-8,5 <6,5 pH >8,5 = buruk
6,5-8,5 = baik

b. Suhu
Kenaikan suhu perairan akan mengakibatkan kenaikan aktifitas biologi
sehingga akan membentuk O2 lebih banyak lagi. Kenaikan suhu perairan secara
alamiah biasanya disebabkan oleh aktifitas penebangan vegetasi disekitar sumber
air tersebut, sehingga menyebabkan banyaknya cahaya matahari yang masuk
tersebut mempengaruhi akuifer yang ada secara langsung atau tidak langsung.
Suhu juga dapat mempengaruhi proses mineralisasi yang terjadi pada batuan
penyusun akuifer sehingga dapat mempengaruhi karakteristik airtanah.
c. Konduktivitas
Metode daya hantar listrik (DHL) merupakan metode electrical
conductivity meter yang memberikan informasi yang lebih akurat tentang salinitas
air tanah. Nilai yang terbaca dalam mS/cm (mili-Siemens per centimeter)
memberikan suatu indikasi tentang jumlah elektrolit yang larut dalam tanah,
artinya semakin tinggi nilai elektrolitnya, semakin banyak jumlah kandungan
garam yang terkandung dalam larutan. Jika konsentrasi garam meningkat, maka
kemampuan larutan menghantarkan listrik akan meningkat. Pengukuran daya
15

hantar listrik tidak dapat menentukan jenis garam, tetapi hanya mengetahui daya
hantar listrik yang menunjukan tingkat salinitas larutan (Muliawan, 2016: 69-72).
Klasifikasi air tanah berdasarkan Daya Hantar Listrik berdasarkan
salinitas air tanah ditunjukkan dalam Tabel 2.2
Tabel 2.2 Klasifikasi DHL untuk menentukan Kualitas Air Berdasarkan
Salinitasnya
No. DHL (μS/cm) Kelas Kadar garam (mg/l)
1. <700 Air Tawar <500
2. 700-2.000 Air tanah sedikit asin 500-1.500
3. 2.000-10.000 Air tanah asin tingkat sedang 1.500-7.000
4. 10.000-20.000 Air tanah asin tingkat tinggi 7.000-15.000
5. 20.000-45.000 Air asin tingkat sangat tinggi 15.000-35.000
6. >45.000 Air laut >35.000
Sumber : Rhoades, et al. (1992:7)

d. TDS (Total Dissolved Solids)


Salah satu faktor penting dalam menentukan kelayakan air untuk
dikonsumsi manusia adalah kandungan TDS (total dissolved solid) dalam air.
TDS adalah jumlah zat padat terlarut baik berupa ion-ion organik, senyawa,
maupun koloid didalam air (WHO, 2003). Konsentrasi TDS yang terionisasi
dalam suatu zat cair mempengaruhi konduktivitas listrik zat cair tersebut. Makin
tinggi konsentrasi TDS yang terionisasi dalam air, makin besar konduktivitas
listrik larutan tersebut. Konsentrasi TDS dalam air minum melebihi batas
ambang yang diperbolehkan dapat membahayakan kesehatan karena dapat
menyebabkan terjadinya penyakit jantung. Menurut WHO (World Health
Organization), air minum yang layak dikonsumsi memiliki kadar TDS < 300 ppm
(parts per million). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 492 tahun 2010 tentang Standar Air Minum menyatakan standar TDS
maksimum yang diperbolehkan adalah 500 mg/l atau 500 ppm. Berdasarkan
pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017
tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan
Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan
Pemandian Umum TDS maksimum yang diperbolehkan adalah 1.000 mg/l.
16

Klasifikasi air minum berdasarkan tingkat TDS menurut WHO, 2003


ditampilkan pada tabel 2.3.
Tabel 2.3 Klasifikasi TDS menurut WHO
No. Kandungan TDS (mg/l) Klasifikasi
1. <300 Sangat baik
2. 300 – 600 Baik
3. 600 – 900 Sedang
4. 900 – 1.200 Buruk
5. >1.200 Sangat buruk
Sumber : World Health Organization, 2003
Klasifikasi TDS kualitas air berdasarkan pada Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene
Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum ditunjukkan
pada tabel 2.4.
Tabel 2.4 Klasifikasi TDS Kualitas Air Tanah Berdasarkan Standar Baku Mutu
Air Bersih
No. Parameter Kadar maksimum yang Klasifikasi Kualitas Air Tanah
diperbolehkan (mg/l)
1. Zat Padat 1.000 <1.000 = baik
Terlarut >1.000 = buruk

d. Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Air
laut adalah air murni yang di dalamnya terlarut berbagai zat padat dan gas. Satu
contoh air laut seberat 1000 g akan berisi kurang lebih 35 g senyawa-senyawa
terlarut yang secara kolektif disebut garam. Dengan kata lain, 96,5% air laut
berupa air murni dan 3,5% zat terlarut. Banyaknya zat terlarut disebut salinitas.
Satuan salinitas adalah per mil (0%), yaitu jumlah berat total (gr) material padat
seperti NaCl yang terkandung dalam 1000 gram air laut. Selain pengertian diatas,
salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam pada tanah. Merupakan sifat
fisik kimia suatu perairan, selain suhu, pH, substrat dll. Besar kecilnya
dipengaruhi oleh pasang surut, curah hujan, penguapan, presipitasi dan topografi.
Akibatnya, nilai salinitas suatu perairan dapat sama atau berbeda dengan perairan
17

lainnya, misalnya perairan darat, laut dan payau (Nybakken, 1992: 122 dalam
Indahwati, 2012:22).
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi salinitas
faktor-faktor yang mempengaruhi salinitas akan dijelaskan sebagai
berikut:
a) Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah,
maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah
tingkat penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar
garamnya.
b) Curah hujan, makin tinggi/besar curah hujan di suatu wilayah laut
maka salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin
sedikit/rendah curah hujan yang turun curah hujan maka salinitas akan
tinggi.
c) Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin
banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut
tersebut akan rendah, dan sebaliknya makin sedikit sungai yang
bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya akan tinggi.
4. Kawasan Pesisir
a. Pesisir
Wilayah pesisir (Effendi, 2009:81-82) adalah suatu wilayah peralihan
(interface area) antara ekosistem daratan dan laut. Definisi dan batas wilayah
pesisir yang digunakan di Indonesia adalah wilayah dimana daratan berbatasan
dengan laut. Batas ke arah darat meliputi :
1) Secara ekologis: kawasan daratan yang masih dipengaruhi oleh proses-
proses kelautan seperti pasang-surut, angin laut, dan intrusi air laut;
2) Secara administrasi: batas terluar sebelah hulu dari desa pantai atau jarak
definitif secara arbiter 2 km dari garis pantai.
Sedangkan batas ke arah laut meliputi :
1) Secara ekologis: kawasan laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses
alami di daratan seperti sedimentasi, dan mengalirnya air tawar kelaut,
18

serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia


di daratan;
2) Secara administrasi: batas 4 mil dari garis pantai ke arah laut.
Wilayah Pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Ke arah
darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air,
yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan
perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut, wilayah pesisir mencakup bagian
laut yang masih dipengaruhi proses alami yang terjadi di darat, seperti sedimentasi
dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat,
seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Supriharyono, 2000:1 dalam
Bambang, 2014:39).
Pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Wilayah
pesisir jika ditinjau dari garis pantai (coastal line) memiliki dua macam batas
(boundaries), yaitu batas yang sejajar garis pantai (longshore) dan batas yang
tegak lurus tehadap daratan garis pantai (cross-shore) (Dahuri Rokhim, dkk.
1996:139-171). Ekosistem pesisir sangatlah unik dan beragam karena berada pada
daerah pertemuan daratan dengan lautan.
Hasil rapat kerja nasional proyek MEP (marine resource evaluation and
planning atau perencanaan dan evaluasi sumber daya kelautan) di Manado 1-3
Agustus 1994 telah ditetapkan bahwa batas kearah laut suatu kawasan pesisir
untuk keperluan praktis dalam proyek MREP adalah sesuai dengan batas laut yang
terdapat dalam Peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) dengan skala 1:50.000
yang telah diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional
(Bakosurtanal/ sekarang BIG). Sedangkan batas kearah darat adalah mencakup
batas administrasi seluruh desa pantai (sesuai dengan ketentuan Direktorat
Jenderal Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah, Departemen Dalam Negeri)
yang termasuk kedalam kawasan pesisir MREP (Dahuri, 2001:2).
b. Akuifer pantai
Akuifer adalah lapisan batuan jenuh air tanah yang dapat menyimpan dan
meneruskan air tanah dalam jumlah cukup dan ekonomis (Peraturan Pemerintah
19

Nomor 43 tahun 2008 tentang Air Tanah). Air tanah dapat berada pori-pori tanah,
retakan, dan rongga-rongga dalam formasi geologi tanah.
Menurut Kodoatie (2012:155-159) bahwa tipe-tipe akuifer dibagi
menjadi 4, yaitu sebagai berikut :
1) Akuifer bebas (unconfined aquifer)
Lapisan lolos air yang hanya sebagian terisi oleh air dan berada diatas
lapisan kedap air. Permukaan tanah pada akuifer ini disebut dengan water tabel
(preaticlevel), yaitu permukaan air yang mempunyai tekanan hidrostatik sama
dengan atmosfer.
2) Akuifer tertekan (confined aquifer)
Akuifer yang seluruh jumlah airnya dibatasi oleh lapisan kedap air, baik
yang diatas maupun dibawah serta mempunyai tekanan jenuh lebih besar daripada
tekanan atmosfer.
3) Akuifer semi tertekan (semi confined aquifer)
Akuifer yang seluruhnya jenis air, dimana bagian atasnya dibatasi oleh
lapisan semi lolos air dibagian bawahnya merupakan lapisan kedap air.
4) Akuifer semi bebas (semi unconfined aquifer)
Akuifer yang bagian bawahnya merupakan lapisan kedap air, sedangkan
bagian atasnya merupakan material berbutir halus, sehingga pada lapisan
penutupnya masih memungkinkan adanya gerakan air. Dengan demikian akuifer
tersebut merupakan peralihan antara akuifer semi tertekan.
Kondisi lapisan akuifer daerah pantai pada umumnya tidak seideal dalam
teori yaitu yang hanya terdiri dari lapisan akuifer tunggal akan tetapi amatlah
kompleks. Lapisan akuifer yang paling atas dapat sebagai lapisan akuifer tertekan
atau dapat juga sebagai lapisan tak tertekan. Tebal tipis lapisan akuifer di berbagai
tempat tidak sama (beragam).
Dibawahnya akuifer tertekan air tawar mengalir ke laut melalui bocoran
terus ke lapisan atas dan atau mengalir bebas ke tebing, contohnya terjadi di
pesisir pantai yang bertebing seperti di kabupaten gunung kidul. Pada suatu kasus
system satu lapisan, air laut pada dasarnya akan statis pada kondisi “steady state”.
20

Kebocoran vertikal air tawar ke dalam suatu daerah air asin, mengakibatkan
percampuran sehingga menjadi tidak statis.
Dalam penelitian Kajian Intrusi Air dan Kualitas Air Tanah Dangkal di
Kecamatan Pekalongan Utara Tahun 2019, lokasi penelitian berada pada akuifer
bebas dikarenakan sampel air tanahnya menggunakan sampel air tanah dangkal.
Berikut adalah detail gambar akuifer tanah.

Gambar 2.2 Akuifer Air Tanah


Sumber: http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Ats/index.html
5. Bahan Pengayaan Hasil Penelitian
Geografi berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu geos yang berarti
bumi (earth) dan graphein atau grapos yang berarti pengurai atau pencitraan.
Dengan demikian, geografi ialah ilmu yang menguraikan atau mencitrakan
keadaan bumi. (Khafid,2013:11-12).
Geografi sebagai ilmu kekhususannya terletak pada cara memandang, cara
berpikir atau konteks pemikiran berupa pendekatan atau perspektif yang
digunakan yaitu keruangan (objek formal studi geografi) dalam menghadapi objek
material yang dikaji. Dari cara pandang atau konteks pemikiran itulah, konsep
dasar geografi disusun atau diturunkan (Khafid,2013:18). Geografi juga akan
memperhatikan hubungan timbal balik antara kehidupan dan lingkungan geografis
yang menekankan kepentingan manusia dalam lingkup yang lebih luas, yakni
21

bagaimana kondisi lingkungan itu dapat diubah untuk meningkatkan kualitas


kehidupan di dalamnya (Khafid,2013:19).
Geografi termasuk salah satu mata pelajaran yang terdapat pada kurikulum
sekolah. Geografi merupakan salah satu mata pelajaran yang menuntut peserta
didik untuk memiliki pengetahuan (knowledge), pemahaman (komprehensi), dan
penerapan (aplikasi). Sebagai ilmu yang mempelajari permukaan bumi,
diharapkan para peserta didik mampu menjadikan alam atau ruang bumi sebagai
laboratorium dalam memahami materi geografi.
Intrusi merupakan salah satu fenomena hidrosfer yang dikaji dalam
geografi. Dalam memahami intrusi, diperlukan pemilihan dan pemanfaatan
sumber belajar yang tepat, dengan harapan pembelajaran yang berlangsung lebih
bermakna dan menghasilkan perubahan perilaku peserta didik yang positif
terhadap lingkungan.
Peserta didik di sekolah perlu studi kasus yang terjadi di lapangan secara
nyata agar materi geografi yang diberikan pada peserta didik tidak hanya
bayangan semata. Penelitian mengenai kajian intrusi air laut dan kualitas air tanah
dapat dijadikan suplemen materi pembelajaran geografi SMA kelas X Kurikulum
2013 pada KD 3.7 Menganalisis Dinamika Hidrosfer dan Dampaknya Terhadap
Kehidupan.
Selain itu, hasil penelitian berupa peta persebaran salinitas air tanah
dangkal dan peta pendukung lainnya dapat dijadikan media pembelajaran
geografi. Menurut Sumaatmadja (2001 :79), mengajar dan mempelajari geografi
tanpa peta, tidak akan membentuk citra dan konsep yang baik pada diri peserta
didik. Pembentukan citra dan konsep pada peserta didik yang dapat meningkatkan
kognitif, afektif, dan psikomotorik mereka haruslah dengan menggunakan peta.
Dengan demikian, peta dapat menjadikan peserta didik lebih mudah dalam
memahami materi dan menyerap informasi yang disampaikan.
Menurut Khafid, (2013:31) mengungkapkan bahwa geografi memberikan
informasi penting terhadap masa lalu. Masa lalu tersebut seperti bentuk lahan dan
iklim terkait dengan pola migrasi, penggunaan lahan, naik turunnya peradaban,
dekskripsi penggunaan lahan sangat dipengaruhi progres ekonomi dari negara dan
22

wilayah di sekitarnya. Mengetahui tentang lahan di masa lampau penting untuk


memahami proses kesejarahan seperti siapa yang bertempat tinggal disuatu
wilayah, mengetahui bagaimana tata kehidupan, dan bagaimana mereka
menggunakan lahannya.
Geoografi juga mempelajari dampak faktor lingkungan terhadap manusia
secara individu maupun kelompok, mempelajari bagaimana manusia mengubah
lingkungan tempat hidupnya dan menentukan dampak lingkungan jangka panjang
dari proses sosial seperti pertumbuhan penduduk dan perkembangan teknologi.
Isu-isu tersebut bermanfaat bagi kebijakan lingkungan bagi pemerintah dan pihak
swasta dalam menentukan pendidikan bagi warga masyarakat (Khafid, 2013:31).
Oleh karena itu, peta tingkat intrusi, peta persebaran salinitas air tanah
dangkal dan peta pendukung lainnya diharapkan dapat menjadi media
pembelajaran geografi yang akan membantu peserta didik untuk berpikir spasial
dalam mempelajari fenomena-fenomena geosfer di permukaan bumi, khususnya
fenomena pencemaran air akibat salinitas atau kadar garam yang tinggi dalam
airtanah di kawasan pesisir. Diharapkan pula peserta didik menjadi memahami
factor penyebab terjadinya intrusi dan salinitas, serta memahami cara mengelola
lingkungan agar tidak terjadi intrusi.

B. Kerangka Berpikir
Pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem daratan dan lautan.
Pesisir memiliki topografi yang cenderung landai dan datar sehingga menjadi
lokasi utama untuk mendirikan pemukiman. Kasus tersebut banyak terjadi di
Indonesia, salah satunya adalah di Kecamatan Pekalongan Utara yang semakin
tahun kepadatan penduduknya semakin tinggi.
Kepadatan penduduk tersebut terjadi karena berbagai alasan. Alasan utama
yang mendasari semakin tingginya penduduk di kawasan pesisir karena manusia
membutuhkan air untuk keberlangsungan hidup. Semakin banyak penduduk,
semakin banyak pula jumlah air yang dibutuhkan. Kondisi tersebut tentu saja akan
mengakibatkan penurunan muka air tanah karena pengambilan air tanah yang
berlebihan. Penurunan muka air tanah yang ada di pesisir apabila dibarengi
23

dengan pasang air laut maka menjadi salah satu penyebab banjir rob di kawasan
pesisir.
Penurunan jumlah ketersediaan air tanah akan mengakibatkan air laut
mudah masuk atau melakukan perembesan ke dalam air tanah yang disebut
dengan proses intrusi air laut. Kejadian adanya intrusi air laut akan sangat
berhubungan dengan kadar salinitas, yaitu proses tercemarnya air tanah oleh air
laut. Air tanah mudah tercemar oleh air laut karena massa berat air laut lebih besar
dibandingkan air tanah. Semakin tinggi tingkat intrusi air laut maka tinggi pula
tingkat salinitasnya.
Intrusi air laut juga akan berpengaruh terhadap kualitas air tanah.
Kemudian semakin tinggi intusi air laut mengakibatkan kualitas air tanah menjadi
turun sehingga tidak lagi sesuai dengan peruntukannya.
Kerangka pemikiran yang digunakan ditunjukkan dengan gambar 2.3.

Kawasan Pesisir

Jumlah penduduk meningkat

Penggunaan air tanah meningkat

Pasang air laut muka air tanah menurun Eksploitasi air tanah

Banjir rob Perembesan air laut

Intrusi meningkat

Salinitas meningkat

Kualitas air tanah menurun

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berpikir


24

C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka disusunlah pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana kualitas air tanah dangkal di kawasan pesisir Kecamatan
Pekalongan Utara tahun 2019?
2. Bagaimana tingkat salinitas air tanah dangkal di kawasan pesisir dengan
pengukuran DHL pada berbagai jarak dari pantai di Kecamatan Pekalongan
Utara tahun 2019?
3. Bagaimana bahan pengayaan pembelajaran dari hasil penelitian untuk materi
pembelajaran geografi SMA kelas X kurikulum 2013?

Anda mungkin juga menyukai