Anda di halaman 1dari 15

CRITICAL BOOK REVIEW

MK.PENDIDIKAN AGAMA
KRISTEN

PRODI S1 PGSD

Skor Nilai:

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

Oleh:

LADITA SIGALINGGING

1191111036

KELAS PGSD REGULER B 2019

DOSEN PENGAMPU: Dr.SAMPITNO HABEAHAN S.Th, M.Th

MK: PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

OKTOBER 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karuniaNya
penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report (CBR) ini tepat pada waktunya.
Terimakasih juga penulis ucapkan kepada bapak Dr.Sampitno Habeahan S.Th, M.Th, selaku
dosen pengampu yang sudah memberikan membimbing dalam mengerjakan tugas ini.

Adapun tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas CBR mata kuliah Pendidikan Agama
Kristen. Penulis berharap tugas ini dapat diterima dengan baik. Penulis berharap tugas ini
menjadi salah satu referensi bagi pembaca bila mana hendak membandingkan dan mengkritisi isi
buku.

Penulis menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan dan oleh karena itu penulis
meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan. Kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sangat penulis harapkan supaya tugas ini menjadi lebih baik.

Medan, September 2020

Ladita sigalingging
(119111036)

DAFTAR ISI
i
Contents
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................3
1.1 Rasionalisasi pentingnya CBR......................................................................................3
1.2 Manfaat.........................................................................................................................3
1.3Tujuan............................................................................................................................3
1.4 Identitas Buku...............................................................................................................4
BAB II ISI RINGKASAN BUKU...........................................................................................5
A. Tipologi Hubungan Iman dan Ilmu Pengetahuan dalam Sejarah Kekristenan............5
B. Pengertian Teknologi Modern.....................................................................................6
C. Tipologi Respon Kristen terhadap Teknologi Modern.................................................8
D. Hubungan Teknologi dan Kekuasaan Politis..............................................................10
E. Membangun Sikap Kristen yang Lebih Realistis Terhadap Teknologi...................10
BAB III PEMBAHASAN.....................................................................................................12
a. Kelebihan buku..........................................................................................................12
b. Kelemahan Buku.......................................................................................................12
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................13
A. Kesimpulan..................................................................................................................13
B. Saran............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi pentingnya CBR


Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam meringkas
dan menganalisi sebuah buku, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik sebuah karya tulis
yang dianalisis. Seringkali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami,
terkadang kita hanya memilih satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih belum memuaskan
misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan, oleh karena itu penulis membuat CBR
Pendidikan Agama Kristen ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi
terkhusus pada pokok bahasan tentang Pendidikan Agama Kristen.

1.2 Manfaat

1. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan buku Pendidikan Agama Kristen

2. Mengkritisi materi dalam buku Pendidikan Agama Kristen

3. Memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Kristen

4. Melatih diri untuk berpikir mencari informasi yang diberikan oleh setiap buku
Pendidikan Agama Kristen ini

1.3.Tujuan

Adapun tujuan dai penulisan CBR ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Kristen ini .Keterampilan meringkas dan berfikir kritis sangat diperlukan
untuk menyelesaikan tugas ini.Tugas ini dibuat agar mahasiswa dapat mengulas dan
membandingkan dua buka atau lebih kemudian menemukan dimana letak kelebihan dan
kelemahan masing-masing buku.

3
1.4 Identitas Buku

1. Judul : Pendidikan Agama Kristen

2. Edisi : Cetakan Pertama

3. Penulis : Paristiyanti Nurwardani,dkk

4. Kota terbit : Jakarta

5. Penerbit : Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan


Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi

6. Tahun terbit : 2016

7. Jumlah halaman : 239

4
BAB II

ISI RINGKASAN BUKU

HUBUNGAN IMAN KRISTIANI DENGAN ILMU PENGETAHUAN dan TEKNOLOGI


Kita hidup pada zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan dalam banyak hal persoalan-
persoalan manusia banyak teratasi walaupun masalah-masalah baru terus bermunculan.
Kemajuan ilmu pengetahuan juga membawa dampak bagi kehidupan manusia termasuk
kehidupan beragamanya. Beberapa negara barat, yang dibangun atas dasar industri, atas dasar
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, mengalami kemerosotan dalam hal kehidupan
beragama. Manusia cenderung sulit mengambil sikap yang tepat dalam kaitan antara imannya
dan ilmu pengetahuan yang sangat maju. Kita juga hidup dalam suatu dunia saat teknologi telah
mencapai kemajuan yang tidak terbayangkan dalam berbagai bidang terutama teknologi
komunikasi. Sudah banyak dampaknya baik yang lebih memanusiakan manusia, maupun yang
kurang atau tidak memanusiakan manusia.

A. Tipologi Hubungan Iman dan Ilmu Pengetahuan dalam Sejarah Kekristenan


Tujuan mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya untuk menguasainya,
namun agar dapat menyumbang baik untuk perkembangan manusia secara pribadi maupun untuk
masyarakat secara bersama-sama. Bila ilmu pengetahuan dan teknologi dijadikan salah satu
substansi kajian, ada asumsi, bahwa agama memberi sumbangan yang berarti dalam rangka
memotivasi manusia untuk mempelajari dan mengembangkannya demi kegunaan bagi manusia
dan masyarakat. Selain itu, tantangan terbesar dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
adalah bahwa agama bisa menjadi kurang atau tidak relevan lagi dalam memecahkan persoalan
hidup manusia dan masyarakatnya. Disadari benar bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dapat dibuktikan secara empiris, dapat saja memerosotkan iman seseorang
sehingga tidak percaya lagi pada kebenaran agama bilamana temuan ilmu pengetahuan ternyata
berbeda dengan deskripsi Kitab Suci. Singkatnya, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dapat menjadi ancaman bagi kehidupan beragama. Jadi, bagaimana ilmu pengetahuan dan
teknologi tetap diusahakan berkembang, tetapijuga iman dan takwa manusia dalam kehidupan
beragamanya ditingkatkan. Karena itu, haruslah dicari hubungan yang bermakna antara iman,

5
ilmu pengetahuan dan teknologi. Hubungan yang bagaimanakah di antara keduanya yang dapat
dipertanggungjawabkan? Tantangan dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi belum
begitu terasa di Indonesia. Karena ideologi Pancasila mengasumsikan semua orang percaya
kepada Tuhan, secara publik jarang ada orang mempertanyakan eksistensi Tuhan dan kebenaran
dari apa yang dianggap penyataan Ilahi dalam kitab-kitab suci keagamaan. Hal ini tidak berarti
bahwa secara individual orang tidak secara kritis mempertanyakan dasar iman mereka. Undang-
undang Sistem Pendidikan Nasional juga secara tegas merumuskan tujuan pendidikan nasional
pertama-tama untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan, dan juga
memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

B. Pengertian Teknologi Modern


Reaksi dan tanggapan terhadap perkembangan teknologi modern dan canggih bermacam-
macam. Oleh sebab itu, silakan Anda mengajukan beberapa pertanyaan kritis yang berkaitan
dengan manfaat dan dampak negatif teknologi modern. Ada tiga kelompok dalam merespon
perkembangan teknologi modern. Kelompok pertama melihat perkembangan teknologi modern
sebagai sumber yang memungkinkan standar kehidupan lebih tinggi, meningkatkan kesehatan,
dan komunikasi yang lebih baik maupun mudah. Pokoknya, teknologi modern dianggap
memberi dampak peningkatan kesejahteraan manusia. Klaim bahwa persoalan apa pun yang
diakibatkan oleh teknologi modern pada dirinya sendiri tunduk atau dapat dikontrol oleh solusi
teknologis. Kelompok kedua bersikap kritis terhadap teknologi, karena teknologi modern dapat
menyebabkan alienasi dari alam, penghancuran lingkungan hidup, mekanisasi dari kehidupan
manusia, dan hilangnya kebebasan manusia. Kelompok ketiga berpendapat bahwa teknologi
bersifat ambigu, dampaknya bervariasi tergantung pada konteks sosial karena teknologi
dirancang dan digunakan, dan menjadi produk maupun sumber dari kekuatan ekonomis dan
politis. Terlepas dari bervariasinya respons terhadap teknologi modern, persoalan pokoknya
adalah kita hidup di dalam situasi teknologi modern dan kita tidak dapat menghindarinya. Cepat
atau lambat, pengaruh dan dampaknya akan dirasakan oleh semua orang. Lebih repot lagi
mereka yang tertinggal oleh teknologi akan semakin tertinggal dalam kesejahteraan hidupnya.
Bagaimana sikap agamawi (kristiani) terhadap pengembangan maupun penggunaan teknologi
modern. Selanjutnya akan dibicarakan pengertian teknologi modern dan diteruskan dengan
beberapa tipe respons manusia terhadap teknologi modern dengan mengikuti kategori Ian

6
Barbour. Menurut Eka Darmaputera, tujuan akhir dari sains adalah mengetahui sebanyak-
banyaknya tentang dunia dan alam semesta, sedangkan tujuan akhir dari teknologi mengubah
dunia dalam arti bagaimana pengetahuan dari sains tadi dapat diaplikasikan dalam peralatan
untuk memecahkan masalah (Supardan 1991, 241). Ada yang mengatakan bahwa teknologi
adalah aplikasi sains untuk memecahkan masalah manusia. Dalam pengertian itu ada kaitan erat
antara ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi. Tanpa sains tidak mungkin teknologi
berkembang, sebaliknya tanpa teknologi, sains menjadi mandul. Teknologi, menurut
Darmaputera, tidak pernah cukup dijelaskan hanya dengan kategori-kategori sains saja.
Teknologi mengimplikasikan pilihan, dan pilihan menuntut keputusan yang tidak hanya
menyangkut aspek ilmiah, namun juga yang berdimensi etis dan religius. Misalnya, secara
ilmiah, teknologi kloning dapat diterapkan juga kepada manusia, tetapi apakah seorang
ilmuwan/wati boleh melakukan hal tersebut? Ada banyak sekali pertimbangan dalam membuat
keputusan apakah seseorang dapat melakukan kloning manusia, dan perdebatan mengenani hal
ini masih terus berjalan. Barbour mengutip pendapat ahli yang mengatakan bahwa teknologi
dapat didefinisikan sebagai aplikasi dari pengetahuan yang terorganisir kepada tugas- tugas
praktis dengan atau melalui sistem-sistem yang tertata, dan mesin-mesin (Barbour 1993, 3).
Menurut Barbour ada tiga kekuatan dan keuntungan dari definisi luas ini. Pertama,
“organizedknowledge” (pengetahuan yang terorganisir) memungkinkan untuk mencakup
teknologiteknologi yang didasarkan pada pengalaman dan penemuan praktis, tetapi juga
didasarkan pada teori-teori keilmuan (ilmiah). Kedua, istilah “practical tasks” (tugas-tugas
praktis) dapat mencakup baik produksi dari barangbarang materiil (seperti dalam industri dan
pertanian), dan penyediaan pelayanan (melalui komputer, media komunikasi, bioteknologi, dan
lain-lain). Ketiga, istilah “ordered systems of people and machine” (sistem tertata dari orang-
orang dan mesin-mesin) mengarahkan perhatian kita kepada institusiinstitusi sosial maupun
perangkat keras teknologi. Luasnya definisi itu juga mengingatkan kita akan adanya perbedaan-
perbedaan yang besar di antara berbagai teknologi. Singkatnya teknologi adalah aplikasi ilmu
pengetahuan dalam peralatan demi memecahkan masalah. Semua ini terjadi dalam sistem tertata
dari orangorang dan mesin-mesin.

7
C. Tipologi Respon Kristen terhadap Teknologi Modern
Rupanya respons orang Kristen terhadap teknologi modern tidaklah sama sepanjang
sejarah. Oleh sebab itu, silakan Anda mengumpulkan informasi sebanyak- banyaknya dari
berbagai buku dan sumber belajar yang lain mengenai respons orang Kristen terhadap teknologi
modern! Pada satu sisi, ada yang sangat positif dan menganggap teknologi sebagai pembebas,
tetapi sebaliknya ada juga yang sangat pesimis dan menganggap teknologi sebagai ancaman. Ada
juga yang berada di jalan tengah dan sangat berhati-hati dalam merespons teknologi modern.
Kita akan menggali pandangan-pandangan tersebut dalam bagian berikut ini. Ada tiga respons
terhadap teknologi, menurut Ian Barbour (Barbour 1993:4-21).
1. Teknologi sebagai Pembebas (Liberator)
Sepanjang sejarah modern, perkembangan teknologi telah disambut secara bersemangat
oleh karena potensinya untuk membebaskan kita dari kelaparan, penyakit, dan kemiskinan.
Teknologi telah dirayakan sebagai sumber dari kemajuan materiil dan pemenuhan kemanusiaan
kita. Silakan Anda mengumpulkan informasi yang sebanyak-banyaknya dari buku-buku dan
sumber belajar yang lain tentang tokoh-tokoh yang menganut pandangan teknologi sebagai
liberator.
2. Teknologi sebagai Ancaman
Pada ekstrem yang berlawanan adalah kritik terhadap teknologi modern yang melihatnya
sebagai ancaman terhadap kehidupan manusia yang autentik. Silakan Anda mengumpulkan
informasi yang sebanyak-banyaknya dari bukubuku dan sumber belajar yang lain tentang tokoh-
tokoh yang menganut pandangan teknologi sebagai ancaman. Kita akan membatasi diri hanya
pada kritik terhadap kemanusiaan, daripada kritik terhadap lingkungan hidup. Ada lima ciri
teknologi industri yang dijadikan dasar kritik mereka khususnya yang berkaitan dengan
pemenuhan kemanusiaan.
 Pertama, uniformitas (keseragaman) dalam masyarakat yang bersifat massal.
 Kedua, kriteria yang sempit tentang efisiensi. Teknologi membimbing ke arah organisasi
yang rasional dan efisien, yang pada gilirannya menuntut fragmentasi, spesialisasi,
kecepatan, hasil yang maksimum.
 Ketiga, tidak bersifat pribadi (impersonality) dan manipulasi. Hubunganhubungan dalam
masyarakat teknologi dijadikan spesialisasi dan fungsional. Komunitas yang

8
sesungguhnya dan interaksi antarpribadi terancam. Ketika mentalitas teknologis begitu
dominan, orang diperlakukan sebagai objekobjek.
 Keempat, tidak dapat dikontrol. Teknologi-teknologi yang terpisah membentuk suatu
sistem yang saling terkait, suatu jaringan kerja yang menyeluruh, saling memperkuat,
yang tampaknya berjalan sendiri tanpa bisa dikontrol. Beberapa pengkritik mengatakan
bahwa teknologi bukan hanya satu set peralatan yang dapat disesuaikan untuk dipakai
manusia, melainkan sudah menjadi suatu bentuk kehidupan yang mencakup segalanya,
suatu struktur yang persuasif dengan logika dan dinamikanya sendiri.
 Kelima, keterasingan pekerja. Keterasingan dari pekerja adalah tema sentral dari tulisan
Karl Marx. Ditempatkan di bawah kapitalisme, katanya, pekerja tak memiliki alat dan
mesinnya, dan mereka sangat tidak berdaya dalam kehidupan pekerjaannya. Mereka dapat
menjual tenaga kerjanya sebagai suatu komoditi, tetapi pekerjaan mereka bukan suatu
bentuk yang bermakna untuk ekspresi diri.
3. Teknologi sebagai Instrumen Kekuasaan
Posisi atau respons ketiga berpendapat bahwa teknologi tidak secara inheren baik atau
jelek/jahat, tetapi teknologi adalah instrumen kekuasaan yang ambigu/mendua, yang
konsekuensi-konsekuensinya tergantung pada konteks sosialnya. Beberapa teknologi tampaknya
netral jika mereka dapat dipakai untuk kebaikan atau kejahatan sesuai dengan tujuan
pemakainya. Pisau dapat dipakai untuk operasi atau membunuh, dan seterusnya. Tetapi analisis
historis memperkuat kesimpulan bahwa kebanyakan teknologi sudah dibentuk oleh
interes/kepentingan dan tujuan-tujuan institusional yang khusus. Teknologi adalah konstruksi
sosial, dan jarang sekali bersifat netral sebab tujuan khusus sudah terjalin dalam rancangannya.
Tujuan alternatif akan menuntun kepada rancangan alternatif. Beberapa rancangan masih
memungkinkan beberapa pilihan tentang bagaimana menggunakannya. Barbour mengemukakan
dua hal dalam kaitan dengan posisi ketiga ini. Pertama, tentang hubungan teknologi dengan
kekuasaan politik. Kedua adalah mengarahkan kembali teknologi. Silakan Anda mengumpulkan
informasi yang sebanyak-banyaknya dari bukubuku dan sumber belajar yang lain tentang tokoh-
tokoh yang menganut pandangan teknologi sebagai instrumen kekuasaan.

9
D. Hubungan Teknologi dan Kekuasaan Politis
para pendukung teknologi memiliki hubungan dengan politik bersikap kritis terhadap
teknologi. Mereka juga menawarkan pengharapan bahwa teknologi dapat dipakai untuk tujuan
yang lebih manusiawi, baik oleh kekuatan politis maupun ekonomi. Menurutnya, ada dua
kekuatan yang sangat menentukan perkembangan teknologi yakni para pembuat keputusan
dalam perusahaan-perusahaan besar (Trans-National Corporations) dan pemerintah. Karena itu,
merekalah yang paling bertanggung jawab untuk apa teknologi dikembangkan. Dalam sistem
pemerintahan yang demokratis, kita dapat berharap bahwa keputusan politis yang dibuat oleh
para birokrat dapat sungguh-sungguh memerhatikan kepentingan rakyat banyak dan bukan hanya
kepentingan perusahaan-perusahaan besar. Dengan perkataan lain, sesungguhnya rakyatlah yang
harus mengontrol teknologi macam apa yang dikembangkan dan untuk tujuan apa
dikembangkan. Sayangnya, kerja sama antara penguasa ekonomi yakni perusahaan-perusahaan
besar dan birokrat telah begitu kuat dan saling menguntungkan sehingga tak bisa lagi dikontrol
oleh rakyat. Karena itu, kepentingan rakyat banyak sulit dijamin dalam pengembangan teknologi
modern. Salah seorang yang secara optimis percaya bahwa teknologi dapat diarahkan kembali
adalah Victor Ferkis, seorang ahli ilmu politik. Bagi dia, baik yang optimis maupun yang pesimis
terhadap teknologi, telah mengabaikan keragaman di antara teknologi, dan khususnya peranan
potensial dari struktur politik dalam mereformulasikan kebijakan-kebijakan. Pada masa lalu,
katanya, teknologi telah menjadi instrumen keuntungan, dan keputusankeputusan dimotivasikan
oleh kepentingan-kepentingan pribadi yang berjangka pendek dari perusahaan-perusahaan.
Kebebasan yang dipahami secara individualistis telah menjadi lisensi bagi mereka yang secara
ekonomi berkuasa. Hak individu diutamakan di atas kepentingan dan kebaikan bersama,
walaupun disadari bahwa manusia semakin saling tergantung. Ferkis masih percaya bahwa
kriteria ekonomi dapat ditempatkan di bawah kriteria sosial seperti keseimbangan ekologis dan
kebutuhan manusia. Ini adalah peranan dari kekuatan politis yang dalam sistem demokratis
dikontrol oleh rakyatnya.

E. Membangun Sikap Kristen yang Lebih Realistis terhadap Teknologi


Sejalan dengan pandangan Ian Barbour, sikap ketiga terlihat lebih realistis dan sejalan
dengan sikap etis Kristen. Pertama, kita tidak dapat terlalu optimis dan mengagungkan teknologi
sebagai penyelamat, karena hanya Tuhan yang dapat menyelamatkan. 120 Keasyikan dengan

10
teknologi dapat berkembang menjadi sikap mendewakan teknologi, suatu penyangkalan dari
kedaulatan dan kekuasaan Allah, dan juga suatu ancaman terhadap eksistensi manusia yang khas.
Akan tetapi, kita juga jangan terlalu pesimis dengan teknologi, sebab teknologi yang diarahkan
untuk memenuhi kebutuhan manusia yang sesungguhnya adalah perwujudan dan ekspresi yang
sah dari kapasitas kreatif manusia dan merupakan kontribusi esensial bagi kesejahteraannya.
Dalam dunia yang penuh dengan penyakit dan kelaparan, teknologi yang secara benar digunakan
dapat menjadi ekspresi keprihatinan yang luar biasa kepada manusia. Pemahaman alkitabiah
tentang hakikat manusia adalah realistis tentang penyalahgunaan kuasa, dan pelembagaan dari
kepentingan pribadi. Alkitab juga sangat menekankan pentingnya keadilan sosial dalam
mendistribusikan buah dari teknologi. Apa saja kriteria yang dapat menuntun setiap pihak dalam
pengembangan dan penggunaan teknologi modern? Ada yang berpendapat bahwa
pengembangan dan penggunaan teknologi modern haruslah menjamin tiga hal berikut ini.
 Adanya jaminan bahwa harkat dan martabat manusia dijunjung tinggi, termasuk
pemenuhan kebutuhan hidupnya.
 Haruslah menjamin adanya kelestarian alam, yakni menjaga keseimbangan antara
kepentingan manusia kini dan manusia yang akan datang.
 Adanya jaminan keadilan sosial dari distribusi hasil dari teknologi.

11
BAB III

PEMBAHASAN
a. Kelebihan buku
 Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami
 Terdapat topik materi yang memudahkan para pembaca mengambil inti dari bab
pembahasan.
 Setiap bab terdapat rangkuman sehingga memudahkan pembaca mengambil inti dari
setiap materi
 Pembahasan tentang materi hubungan iman kristiani dengan ilmu pengetahuan, dan
teknologi sangat lengkap
 Di dalam buku ini juga dilengkapi dengan pendapat para ahli yang mendukung materi
pembelajaran yang dijelaskan.
b. Kelemahan Buku
 Buku tidak dilengkapi ISBN di identitas buku sehingga menyulitkan pembaca untuk
mengetahui identitas buku tersebut
 Terdapat kesalahan dalam penggunaan EYD
 Cover buku kurang menarik

12
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kita tidak mungkin menghindar berhadapan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Semuanya menuntut respons kita sebagai orang percaya bagaimana mengembangkan
pola hubungan yang positif antara iman dengan ilmu, teknologi dan seni. Pertama, hubungan
yang positif antara iman dan ilmu bisa disimpulkan pertama dengan mensyukuri karunia Tuhan
kepada manusia untuk berakal budi dan berpikir rasional sehingga ilmu dapat berkembang. Ilmu
tidak bisa berkembang tanpa kriteria dan kontrol yakni harus membawa kemaslahatan manusia
dan dunia ini sehingga dengan demikian Allah dimuliakan. Kedua, hubungan positif atara iman
dan teknologi juga harus disyukuri dan diterima secara positif, karena melaluinya Allah
menyatakan kasih-Nya kepada manusia melalui kemajuan teknologi. Jangan pernah berilusi
bahwa teknologi tidak membawa dampak negatif yang tidak memanusiakan manusia. Karena itu,
harus dikritisi dan ada upaya meminimalkan dampak negatifnya. Teknologi tak perlu dielu-
elukan sebagai liberator, karena akhirnya hanya Tuhanlah sang Liberator sesungguhnya.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Mohon maaf atas segala
kekurangan. Kritik dan saran yang membangun, sangat diharapkan agar dapat menyempurnakan
makalah CBR ini dan supaya ke depannya nanti penulis dapat menyelesaikan CBR yang lebih
baik lagi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Nurwardani Paristiyanti, dkk.2016.Pendidikan Agama Kristen.Jakarta: Direktorat Jenderal


Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

14

Anda mungkin juga menyukai