OLEH :
RIZKI PANGESTI
B. Etiologi
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux.
Jika anda memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas menuju
esofagus (saluran muskulo membranosa yang membentang dari faring ke dalam
lambung). Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-
inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia belum
dapat ditemukan. Penyebab dispepsia secara rinci adalah:
1. Menelan udara (aerofagi)
2. Regurgitasi(alir balik, refluks) asam dari lambung
3. Iritasi lambung (gastritis)
4. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
5. Kanker lambung
6. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
7. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
8. Kelainan gerakan usus
9. Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
10. Infeksi Helicobacter pylory
Penyebab dispepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya (misalnya tukak peptic, gastritis, pankreastitis, kolesistitis dan
lainnya).
2. Dispepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia non ulkus (DNU),
bila tidak jelas penyebabnya
C. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alcohol serta adanya kondisi kejiwaan stress. Pemasukan makanan
menjadi kurang dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-
dinding lambung. Kondisi Demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL
yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di
medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik
makanan maupun cairan
D. Manifestasi Klinis
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi
dispepsia menjadi tiga tipe :
1. Dyspepsia dengan keluhan seperti ulkus, dengan gejala :
a. Nyeri epigastrum terlokalisasi
b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antacid
c. Nyeri saat lapar
d. Nyeri episodic
2. Dyspepsia dengan gejala seperti dismotilitas, dengan gejala seperti :
a. Mudah kenyang
b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Mual
d. Muntah
e. Upper abdominal boating
f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan
3. Dyspepsia non-spesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas)
Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat akut atau
kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan kronik
berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan. Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut
atas atau dada mungkin disertai dengan sendawa dan suara usus yang keras
(borborigmi). Pada beberapa penderita, makan dapat memperburuk nyeri; pada
penderita yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu
makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung).Jika
dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak memberi respon
terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau gejala lain yang tidak
biasa, maka penderita harus menjalani pemeriksaan.
E. Pemeriksaan
1. Laboratorium : lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organic
lainnya sperti antara lain pankreatitis kronis, DM. pada dyspepsia biasanya hasil
laboratorium dalam batas normal.
2. Pemeriksaan radiologi yaitu, OMD dengan kontras ganda, serologi helicobacter
pylori.
3. Endoskopi
a. CLO (Rapid urea test)
b. Patologi anatomi
c. Kultur mikroorganisme jaringan
d. PCR (Polymerase Chain Reaction)
F. Penatalaksanaan Medik
1. Farmakologi :
a. Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam
mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena pross
patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus
DF reponsif terhadap placebo.
b. Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung)
golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam lambung) dan
prokinetik (mencegah terjadinya muntah)
2. Non Farmakologi :
a. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
b. Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda, obat-obatan yang
berlebihan, nikotin rokok, dan stres
c. Atur pola makan
G. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data biografi
Identitas pasien seperti umur, jenis kelamin, alamat, agama, penaggung jawab,
status perkawinan
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Nyeri/pedih pada epigastrium di samping atas dan bagian samping dada
depan epigastrium, mual, muntah dan tidak ada nafsu makan, kembung, rasa
kenyang
2) Riwayat kesehatan/penyakit sekarang
3) Riwayat penyakit dahulu
Sering nyeri pada daerah epigastrium, adanya stress psikologi, riwayat
minum-minuman berakohol
4) Riwayat penyakit keluarga
Adakah anggota keluarga yang lain juga pernah menderita penyakit saluran
cerna
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
2) Pemeriksaan head to toe
d. Kebutuhan fisik, psikologi, social dan spiritual
1) Aktivitas/istirahat
2) Personal hygiene
3) Nutrisi
4) Eliminasi (BAB/BAK)
5) Psikososial
6) Spiritual
Intervensi :
1) Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0 – 10)
2) Berikan istirahat dengan posisi semifowler
3) Anjurkan klien untuk menghindari makanan yang dapat meningkatkan
kerja asam lambung
4) Anjurkan klien untuk tetap mengatur waktu makannya
5) Observasi TTV tiap 24 jam
6) Diskusikan dan ajarkan teknik relaksasi
7) Kolaborasi dengan pemberian obat analgesic
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah
makan, anoreksia
Tujuan :
Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan
individu, dengan kriteria menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi
Intervensi :
1) Pantau dan dokumentasikan dan haluaran tiap jam secara adekuat
2) Timbang BB klien
3) Berikan makanan sedikit tapi sering
4) Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas
mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat
mual/rnuntah atau diare
5) Kaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai
6) Monitor intake dan output secara periodik
7) Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya
dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar
(BAB)
Intervensi :
1) Awasi tekanan darah dan nadi, pengisian kapiler, status membran
mukosa, turgor kulit
2) Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran urine dengan akurat
3) Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan
laksatif/diuretik
4) Identifikasi rencana untuk meningkatkan/mempertahankan keseimbangan
cairan optimal misalnya : jadwal masukan cairan
5) Berikan/awasi hiperalimentasi IV
Intervensi :
1) Kaji tingkat kecemasan
2) Berikan dorongan dan berikan waktu untuk mengungkapkan pikiran dan
dengarkan semua keluhannya
3) Jelaskan semua prosedur dan pengobatan
4) Berikan dorongan spiritual
Daftar Pustaka
Arif, Mansjoer, dkk., (2015), Kapita Selekta Kedokteran, Medica Aesculpalus, FKUI,
Jakarta.
Djojoningrat D (2014). Dispepsia Fungsional. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW,
Simadibrata M, Setyohadi B, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam Jilid II.
Edisi ke 6. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia,
Grace,Pierce A, neil R. Borley. 2017. At a Glance Ilmu Bedah.edisi ketiga. Jakarta: Erlangga.
Rani, A. A., Jacobus, A., 2016. Buku Ajar Gastroenterologi, In: Ilmu Penyakit Dalam
FKUI. 1st ed. Jakarta Pusat: Interna Publishing.
Suryono Slamet, et al, 2015, buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid 2, edisi , Jakarta, FKUI.
Mahasiswa
Rizki Pangesti
Mengetahui
.................................................. .......................................................